Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 24

From Baka-Tsuki
Revision as of 03:08, 2 December 2011 by Altux (talk | contribs) (Created page with "Bab 24. Lalu saat aku sadar kembali, aku menemukan diriku di dunia yang sama sekali berbeda. Disini, terbenamnya matahri membuat seluruh langit tampak terbakar. Aku berdiri di...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bab 24.

Lalu saat aku sadar kembali, aku menemukan diriku di dunia yang sama sekali berbeda.

Disini, terbenamnya matahri membuat seluruh langit tampak terbakar.

Aku berdiri di lantai kristal yang tebal. Awan-awan jingga berlalu perlahan di bawah keramik yang transparan. Saat aku menengadahkan kepala, dapat kulihat sebentang langit yang dicelup matahari terbenam membentang sampai horizon. Seakan dibentangkan keluar, langit tak berujung memudar dari jingga terang, menjadi merah darah, lalu bayangan ungu . Aku juga bisa sayup-sayuo mendengar angin yang bertiup.

Itu adalah cakram kristal kecil yang melayang diantara awan-awan di langit yang hampa; Disini aku berdiri di tepinya.

...Apa tempat ini? Tubuhku seharusnya menghilang setelah pecah berkeping-keping. Apakah aku masih di SAO...ataukah aku sudah tiba di kehidupan setelahnya?

Aku memeriksa tubuhku. Jaket bulu, sarung tangan panjang, dan seluruh perlengkapanku yang lainnya sama sepertis ebelum aku tewas, kecuali semuanya menjadi agak-agak transparan. Dan bukan hanya perlengkapanku saja, bahkan bagian tubuhku yang terbuka pun disinari warna matahari terbenam seakan ia dibuat dari gelas semi tranparan.

Aku mengangkat tangan kananku dan mengayunkan satu jariku. Sebuah jendela muncul dengan efek suara yang biasanya. Oh, tempat ini masih dalam SAO.

Tapi jendela itu tak mengandung avatar maupun daftar menu. Sebuah layar kosong hanya menunjukkan pesan [Menyelesaikan Fasa Akhir, 54% Beres]. Saat aku tengah memandanginya, angka itu naik menjadi 55%. Awalnya kupikir pikiranku akan mati bersama dengan hancurnya tubuhku, tapi apa yang tengah terjadi disini?

Saat aku mengangkat bahu dan menutup jendela, tiba-tiba aku mendengar seberkas suara dibelakangku.

“Kirito...”

Ia bagaikan suara dari surga. Kejut menjalari tubuhku,

Kumohon, jangan jadikan ini hanya bayanganku saja—Aku memohon sambil berbalik perlahan.

Dia berdiri disana dengan langit terbakar di belakangnya.

Rambut panjangnya melambai lembut dalam angin. Tapi meski wajah senyum nan lembutnya dalam jangkauan lenganku, aku tak bisa bergerak sedikitpun.

Rasanya seakan dia akan menghilang bila pandanganku meninggalkannya bahkan untuk sedetik---Jadi aku terus menatapnya dalam sunyi. Dia juga semi-transparan, dan merupakan hal terindah di dunia. Dia berdiri di sana, berkilau dalam cahaya dari matahari yang terbenam.

Aku memaksakan diri menahan airmata dan berhasil membentuk segaris senyum. Dengan suara hampir berbisik, aku berkata: “Maaf, aku juga tewas...”

“...Dasar tolol.”

Airmata mengaliri wajahnya saat dia mengatakan ini dengan senyum. Aku membentangkan lengaku lebar-lebar dan dengan lembut memanggil namanya:

“Asuna...”

Aku memegangnya erat begitu dia meloncat kedalam lenganku dan menangis. Aku bersumpah aku takkan melepaskannya lagi. Tak peduli apapun yang terjadi, aku takkan pernah melepaskannya lagi.

Setelah ciuman yang panjang, akhirnya kami bisa memisahkan wajah kami untuk saling memandang. Ada begitu banyak hal tentang pertarungan akhir yang ingin kuceritakan padanya, bahwa aku ingin meminta maaf padanya. Tapi aku merasa kata-kata tak diperlukan lagi. Malah, aku menggeser pandanganku pada langit tak berbatas dan membuka mulutku:

“Ini...Apa-apaan tempat ini?”

Asuna mengarahkan pandangannya kebawah dalam sunyi dan menunjuk dengan jarinya. Aku melihat ke arah itu.

Jauh dibawah tempat kami berada---Sesuatu melayang di langit. Ia berbentuk seperti kerucut dengan ujung terpotong. Ia terbuat dari berbagai lantai yang saling melewat. Begitu aku memusatkan mataku, aku bahkan bisa melihat gunung-gunung kecil, hutan-hutan, danau-danau, dan kota-kota.

“Aincrad...”