Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 17 Bab 21

From Baka-Tsuki
Revision as of 13:10, 23 March 2017 by Synthesis13 (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Bab 21 - Kebangkitan (Bulan ke-11 Kalender Dunia Manusia 380)

Bagian 1

“Kita berhasil … benar kan…?”

Higa Takeru berucap sambil meregangkan kedua tangannya yang kelelahan bekerja.

Meskipun mengalami banyak kesulitan, ia telah berhasil mengubah kurang lebih 2.000 akun data yang telah ditransfer dari jaringan The Seed yang ada di jepang menuju Underworld, hanya dalam waktu satu jam. Permukaan keyboard masih memiliki bekas jari tangannya.

“Kita akhirnya berhasil.”

Professor Koujiro Rinko membalas pelan sambil melemparkan botol air kepada HIga.

Menerima botol tersebut, Higa langsung memutar tutupnya dengan tangan kanana dan langsung meneguknya. Cairan yang mengalir ke mulutnya terasa hangat, tetapi cairan ini mengisi perutnya yang kosong.

Setelah menegug setengah botol, Higa menarik nafas dan menggelengkan kepalanya pelan.

“Serius nih… Kejadiaan ini membuatku agak khawatir …”

Setelah diberi tahu oleh dua gadis SMA yang menyebut diri mereka Leafa dan Sinon, yang mendadak menuju cabang Roppongi «RATH» mengatakan jika para penyerang membuat orang – orang dari dunia nyata dive ke dalam Underworld, pikiran Higa kosong selama lima detik penuh.

Terlebih lagi, jika orang yang mengetahui semua ini adalah si top-down AI yang terhubung ke terminal portable milik Yuuki Asuna, maka ia harus mengakui jika ada celah dalam system miliknya.

Mereka lalu mengijinkan kedua gadis ini, yang mana mengaku mengenal Letnan Kolonel Kikuoka, dan dive kedalam Underworld menggunakan Super Accounts yang masih tersisa, setelah menjelaskan semuanya, mereka dive bersama 2.000 orang pemain VRMMO jepang menuju lokasi Asuna saat ini.

Jika mereka gagal mengalahkan 50.000 pasukan pemain Amerika, maka Alice pasti akan jatuh ke tangan musuh. Kenyataannya, Letnan Kolonel Kikuoka serta Kapten Nakanishi yang akhirnya menyadari situasi ini lalu mempertimbangkan untuk mengatur ulang dinding luar «Ocean Turtle» guna menghancurkan antena satelit.

Akan tetapi, untuk sampai ke dinding luar, mereka harus membuka dinding pengaman yang membagi bagian atas dan bawah selama beberapa menit. Jika para penyerang menyadarinya, kemungkinan mereka kehilangan ruang sub kontrol akan terjadi...

Terlebih lagi, Kikuoka dan Higa telah mempercayakan semuanya pada satu hal: tiga gadis SMA yang dive ke dalam Underworld menggunakan «Tiga Dewi» [1], dan para pemain VRMMO asal jepang yang dengan senang hati mau membantu peperangan ini, meskipun tahu akan kehilangan akun mereka.

Dari saat mereka menstabilkan koneksi, lebih dari setengah informasi rahasia mengenai «Project Alicization» telah diketahui publik.

Tetapi itu bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan lagi.

Yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah kehilangan Alice, kemudian dikontrol oleh industri militer Amerika, lalu kalah dalam zaman senjata AI yang akan datang jika itu terjadi.

“Benar…”

Higa berbisik dan hampir tak terdengar, ia merobohkan tubuhnya ke kursi.

“Alice bukanlah AI sederhana yang mengontrol UAV[2]. Sekarang ini ia adalah seorang manusia yang terlahir di dunia yang berbeda… Kau sudah mengetahuinya kan… Kirigaya-kun?”

Matanya bergerak dari monitor utama yang menampilkan bagian selatan Underworld menuju layar pojok yang menunjukkan Fluctlight milik Kirigaya Kazuto.

Cahaya terang seperti biasanya, memancar di tengah – tengah dinginnya kehampaan. Kerusakan di pusat Fluctlight … Dirinya sendiri.

Tak kuasa melihat jendela tersebut. Higa menggerakkan kursor dan meminimizenya.

Kemudian, ketika ia hampir menekan tombol kiri mouse, jemarinya terhenti mendadak.

“Hm…?”

Menekan kacamata bundarnya, ia memastikan log aktivitas Fluctlight yang muncul di bawah jendela.

45 menit sebelumnya, log tersebut hanya berupa garis datar yang tidak bergerak, kini ada sedikit puncak. Ia seketika menggerakkan kursornya lagi dan menggeser log ke sebelah kiri. Ia melihat ada puncak yang lebih tinggi sekitar 10 jam lalu.

“Uh… Um, Rinko-senpai. Bisakah kau kesini dan melihat yang ada di layar?”

“Bisakah berhenti memanggilku seperti itu?”

Professor Koujiro berdiri lalu melihat layar utama.

“Ini monitor Fluctlight milik Kirigaya-kun kan? … grafik apa itu?”

“Ia seharusnya telah kehilangan kesadarannya, tetapi selama beberapa detik grafik monitor ini menunjukkan sedikit aktivitas … atau sesuatu seperti itu, tetapi.... itu seharusnya tak mungkin terjadi.”

“Bicaramu kurang kumengerti. —Mungkin ia mendapat dorongan dari luar?”

“Jika seperti itu, circuit yang memberikan stimulus masih tetap stabil. …Nah ayo kita lihat, pada waktu…”

Higa mengklik ujung puncak grafik dan keterangan waktu yang muncul. Tetapi bahkan jika ia melakukannya, kita tak akan tahu kapan itu terjadi di dalam Underworld.

Pada saat itu—

“Tunggu sebentar.”

Professor Koujiro berbicara dengan nada sedikit cemas.

“Tepat pada waktu itu. Bukankah saat para gadis masuk menggunakan STL? Puncak grafik pertama adalah Asuna-san, dan puncak lainnya adalah Sinon-san dan Leafa-san yang dive dari Roppongi…”

“Huh, beneran? …Whoa, benar ternyata.”

Higa mengambil nafas dalam – dalam, garis – garis puncak yang muncul di monitor pastilah saat gadis – gadis dive kedalam Underworld. Ini saja masih sulit untuk memberikan penjelasan.

“Um, apa yang sebenarnya terjadi …? Apakah itu reaksi yang wajar jika bertemu orang – orang yang cukup dikenal? Tidak… luka Kirigaya-kun bukanlah sesuatu yang bisa disembuhkan hanya dengan bertemu … pasti ada alasan lain … seperti alasan yang masuk akal …”

Higa berdiri dari kursinya dan berkeliling di depan konsol. Mungkin karena sedang mood, ia memandang Kikouka yang duduk agak jauh serta para teknisi.

Tetapi Higa tidak terlalu memperhatikan mereka dan lanjut berpikir.

“Diri sendiri… Sosok sendiri… sebuah gambaran yang mencerminkan jiwa orang itu … mem-backup pola quantum seperti itu…? Tidak, tak mungkin … Fluctlight milik Kirito-kun tak pernah di duplikat sebelumnya. Bahkan jika sudah di duplikat, tak mungkin memisahkan jiwa tersebut dan mengkopinya … sebuah pola dinamic quantum yang bisa menghubungkan ke dalam Fluctlightnya…? Dimana… Dimana aku pernah melihatnya …”

“Hei… Hei, Higa-kun.”

Setelah namanya dipanggil beberapa kali, Higa akhirnya menoleh.

“Ada apa?”

“Apa maksudmu ketika kamu bilang jika Kirito ‘kehilangan jiwanya?”

“Erm… Yah, itu…”

Higa berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan tersebut:

“«Seseorang yang melihat dan mengetahui»… dengan kata lain, ‘diri sendiri’ yang ada di dalam hati yang paling dalam. Secara filosofi, kita menganggap ia sebagai Subject, bukannya sebagai Object. Dia adalah prosesor utama yang mengatur penerimaan rangsangan melalui indera - indera.”

“Oke… Dengan kata lain, kau telah mematerialkan dua hal yang bertolak belakang melalui STL. Yah, tak apa lah. Apa yang ingin aku tanyakan adalah, bisakah kau memisahkan si Subject dan Object dengan mudah?”

“… Hah?”

Higa berkedip beberapa kali pada pertanyaan tak terduga ini.

Kikuoka dan si teknisi tak berkata – kata. Di ruangan yang hanya ada suara hembusan angin sistem pendingin ini. Suara serak Professor Koujiro memecah kesunyian.

“Subject, seseorang yang mengenal. Object, seseorang yang dikenal. Kedua kata tersebut hanyalah konsep filosofis yang digunakan untuk menyatakan hubungan. Aku tak menyangka jika kamu menerapkan konsep tersebut dalam sebuah kesadaran yang ditampilkan sebagai Fluctlights. Manusia itu makhluk yang bersosialisasi, bukan sosok penyendiri yang menghindari orang lain … Mereka saling terhubung, seperti sebuah jaringan yang saling meluas. Bukanlah kau juga berpikir seperti itu?”

“Dirimu… yang ada di… orang lain…”

Setelah berkata – kata, Higa menyadari jika konsep ini adalah salah satu dari hal – hal yang pernah ia lihat sebelumnya.

Bagaimana aku dipandang? Bagaimana aku dibandingkan dengan orang lain?

Bagaimana Koujiro Rinko memandangku?

Bagaimana jika aku dibandingkan dengan Kayaba Akihiko?

—Yeah…

—Aku bahkan tidak mengenali diriku sendiri. Jika aku menggambarkan diriku sendiri, hasilnya pasti seperti harapanku namun di lain pihak bukanlah aku yang sesungguhnya. Itu karena aku telah menolak diriku sendiri— diriku yang tak berguna, diriku yang tak akan pernah menyaingi Kayaba-senpai dalam hal fisik maupun mental. Jadi begitu, Subject dalam diriku hanyalah sebatas itu.

Yeah, mungkin levelku begitu rendah hingga kau mungkin bisa meniru gerak – gerik seorang «Higa Takeru».

Oke, aku mengakui, Higa berpikir sambil membuka mulutnya, lalu tersenyum—

Tiba pada kesimpulan seperti itu, Higa akhirnya sadar apa yang ingin Koujiro Rinko katakan.

“… Sebuah backup… diri sendiri.”

Ketika ia berucap, rasa malu muncul di wajah Higa ketika ia mendongak.

“Aku paham… ada, ada kok! Data yang mampu mengembalikan Subject milik Kirigaya-kun yang telah hilang! Itu ada di dalam Fluctlight milik orang – orang yang dekat dengannya…!!”

Higa berteriak dan mulai dengan cepat kembali bekerja.

“Tetapi, kita membutuhkan sebuah STL untuk mengekstrak data tersebut … Juga, mengekstrak data tersebut dari satu orang akan cukup sulit hingga mendapat data yang lebih lengkap … Kita butuh setidaknya dua, tidak … kita butuh tiga… orang…”

Ia mengambil nafas dalam – dalam, lalu berhenti.

Seseorang yang paling memahami Kirigaya Kazuto hingga hal – hal paling sepele dalam jiwanya. Tak perlu ditanyakan lagi, dia adalah Yuuki Asuna— dan ia kini sedang terhubung dengan STL disamping Kirito.

Terlebih lagi, dalam STL di kantor cabang Roppongi, ada dua gadis lain yang memiliki hubungan erat dengan Kirito.

Higa berbalik menuju Letnan Kolonel Kikuoka, dan berteriak:

“Kiku-san. Apakah anak – anak yang dive di Roppongi… memiliki hubungan dengan Kirigaya-kun?”

“… Ahh, tentu saja.”

Kikuoka mengangguk, memandang dari balik kacamata hitamnya.

“Sinon-kun adalah partner Kirito ketika berurusan dengan kasus «Death Gun» setengah tahun yang lalu, dan Leafa-kun adalah adik perempuan Kirito.”

Untuk sesaat, atmosfir di ruangan ini menjadi sepi. Kata – kata serak Higa memecahnya.

“… Bagus! Luar biasa! Kita bisa melakukannya... kita mungkin bisa memperbaiki jiwa Kirito! Ayo mulai memisahkan imej Kirigaya-kun dari Fluctlights ketiga orang itu, lalu, kita akan menghuubungkannya dengan area berlubang … Data tersebut mungkin bisa mengisi lubang di jiwa Kirito dan mengaktifkannya, seharusnya itu bisa mengembalikan Subject yang hilang…”

Didorong oleh semangat dalam dirinya, Higa menepukkan kedua tangan.

Sedetik kemudian.

Hawa dingin menyapu semangat tersebut.

“Ah… Ahh… Tak mungkin… Aaaahh…”

“Ada apa, ada apa Higa-kun?!”

Melihat Professor Koujiro berteriak khawatir, Higa berguman.

“Untuk melakukan … operasi ini... kita harus melakukannya di ruang kontrol utama …”

Sekali lagi, rasa sepi menutupi ruangan ini.

Komandan Kikuoka berujar.

“Benar … seperti itulah … Jangan kecewa begitu, Higa-kun. Kita telah berhasil melihat jalan cerah untuk menyembuhkan Kirito-kun. Untuk melakukan tindakan tersebut, setelah situasi ini selesai dan kita berhasil mengusir para penyusup dari «Ocean Turtle»…”

“Itu sudah sangat telat …”

Higa memotong ucapan Kikuoka, ia memegangi kepalanya.

“Ketika Nagato [3] memulai penyerangan seperti yang diperintahkan, jika terjadi kerusakan besar di lorong utama, daya cadangan akan dimatikan. Mereka mungkin juga akan menghancurkan peralatan di ruang utama. Tentu saja, STL Kirigaya-kun akan dimatikan, dan di akan log out dari Underworld dan tak akan bangun. Tetapi.... aku khawatir jika Kirigaya-kun tak akan bisa terhubung lagi dengan STL. Dalam kondisinya sekarang ini, ia tak akan bisa melewati tahap pemulihat … Untuk menyembuhkannya, kita tak memiliki pilihan lain selain bergantung pada tiga gadis yang saat ini masih dive di Underworld.”

Higa berucap ringan. Ia merasa dirinya dipenuhi rasa yakin.

Apa yang akan ia lakukan di situasi ini?

Subject milik Higa pasti akan menjawab seperrti ini: Tak ada yang bisa aku lakukan, aku bukan seorang Kayaba-senpai.

Namun, ini bukanlah dirinya yang sesungguhnya. Itu adalah alasan untuk menghindar.

Higa Takeru yang aku kenal, seorang genius yang mendesain STL dan Underworld pasti akan berkata seperti ini:

“… Aku akan pergi, Kiku-san.”

“… Kemana?”

Melihat Komandannya yang mengenakan pakaian Hawai, Higa mengambil nafas dalam – dalam lalu menjawab:

“Aku tidak akan pergi menerobos ke dalam ruang kontrol utama. Dengar… Di samping sisi buritan lorong utama yang membentang di «Ocean Turtle», ada saluran pipa yang terhubung menuju ruang STL Dua dimana Kirigaya-kun sekarang berada, juga ruang kontrol utama ada di bawah dinding penahan. Seharusnya disana ada colokan kabel. Jika aku memasuki saluran tersebut menggunakan tangga dari ruang STL Dua dan bisa menghubungkan laptopku dengan colokan tersebut, aku mungkin bisa mengoperasikan STL milik Kirigaya-kun.”

Mendengar ide milik Higa, mata Kikuoka terkejut dibalik kacamata hitamnya untuk sesaat. Tetapi ia langsung menunjukkan ekspresi cemas dan menyanggah.

“Tetapi colokan tersebut ada di balik dinding penahan yang memisahkan kita dan para penyerang. Untuk bisa mengakses colokan itu, kunci dinding penahan yang menyegel saluran pipa harus dilepas sementara. Terlebih lagi, saluran itu bisa juga diakses dari ruang STL Satu yang mana ada di sebelah ruang kontrol utama. Jika musuh menyadari kunci telah dilepas dan menyadari apa yang kita lakukan, mereka mungkin akan menyerang kita dari bawah.”

“Maka kita harus melawan menggunakan umpan.”

“Umpan… katamu?”

Mata Kikuoka menyipit tajam. Higa dengan cepat menggeleng dan menjawab:

“Kita tak bisa menggunakan umpan manusia tentu saja. Seketika kita melepas dinding penahan, kita akan bisa dengan cepat turun menggunakan tangga di sisi lain saluran… itulah apa yang akan kita gunakan.”

“Oh begitu … «Ichiemom», huh. Untungnya, dia sedang di simpan di ruang penyimpanan. Bisakan seseorang membawanya ke sini?”

Dibawah perintah Kikuoka, dua orang pegawai yang duduk bersandarkan dinding berdiri dan meninggalkan ruangan ini agak berlari. Di sisi lain, Professor Koujiro berbicara dengan tatapan khawatir:

“Tunggu sebentar … kita menggunakan Ichiemom sebagai umpan, tetapi dia hanya bisa berjalan pelan di tangga, kau tahu kan. Jika ia memancing perhatian musuh, ia tak akan bisa berlari cepat.”

Ichiemom, nama sebenarnya adalah «Electroactive Muscled Operative Machine 1», merupakan sebuah mesin percobaan berbentuk manusia yang digunakan untuk menampung Fluctlight buatan. Menggunakan otot polymer untuk menggerakkan keranggka logamnya, bisa dibilang ia adalah robot humanoid[4]. Karena ia masih tahap eksperimen, tubuhnya masih kelihatan robot dan kabel ada dimana - mana, juga tidak memiliki kemampuan anti peluru.

Meskipun Rinko yang diminta oleh Higa untuk menstabilkan kemampuan berjalan Ichiemom tempo hari, telah mengkomplain beberapa kali, ia tampaknya memiliki banyak pikiran mengenai “Operasi Umpan Ichiemom”. Tentu saja, Higa juga agak menyesali strategi ini, tetapi sekaranglah bukan saatnya menahan diri.

“Aku sungguh sedih menggunakan Ichiemom, tetapi ia harus melakukan apa yang ia bisa sekarang ini. Tetapi, tampaknya, kau tahu kan, musuh mungkin akan langsung menembakinya hingga meledak.”

“… Benar…”

Tepat ketika bicara, pintu bergeser terbuka dan troli besar didorong menuju ruangan ini. Ia sedang dalam posisi duduk, kepalanya yang agak bulat memiliki tiga lensa seperti mata.

Professor Koujiro menatap Ichiemom dengan ekspresi rumit dan berbalik arah:

“… Yah, dia memang tampak mencurigakan, dan mungkin musuh akan berpikir jika kita sedang merencanakan sesuatu …”

“Yah setidaknya si Ichi semoga tak diacuhkan. Saat musuh mengurus Ichiemom, aku akan menyusup melalui saluran kabel dan mengoperasikan mesin STL milik Kirigaya-kun melalui colokan itu. Masalahnya adalah seberapa banyak waktuu yang aku miliki …”

Pada pernyataan Higa, Kikuoka bertanya sambil meregangkan sandal miliknya:

“Kalau begitu, bagaimana jika kita juga mengumpankan «Niemom»?”

“Sayangnya kita tak bisa melakukannya.”

Higa membalas:

“Meskipun kemampuan fisik Niemom lebih kuat, dia diciptakan secara khusus agar sebuah Fluctlight Buatan bisa mengoperasikannya, dan tak seperti Ichiemom, Niemon tak dilengkapi dengan sistem penyeimbang. Dalam kondisinya saat ini, Niemon pastilah akan jatuh ketika menuruni tangga.”

“Sungguh…”

Tatapan Rinko bergerak menuju arah kanan, jauh dari wajah komandan yang mengangguk - angguk. Ia menatap lantai dengan ekspresi aneh, lalu ia bertanya seolah baru saja bangun dari mimpi.

“Tapi, Higa-kun, bahkan jika kita berhasil menyelinap melewati dinding, ada kemungkinan kamu bisa terlihat ketika dindingnya terbuka. Bukannya masih lebih baik jika membawa pengawal bersamamu kan?”

“Tidak, sekarang ini Pasukan Pertahanan masih terlalu berharga buat kemampuan tempur kita. Terlebih lagi, hanya akulah yang cukup kecil yang mampu berjalan melalui saluran itu dengan cepat. Tenang saja kok, aku bisa keluar masuk dengan cepat.”

Meskipun ia menjawab dengan nada normalnya, jantungnya berdetak semakin kencang ketika ia menyadari kondisi saat ini.

Jika ia ditemukan oleh musuh dan ditembaki ketika masih dalam saluran, tak akan ada jalan lembali. Seperti peristiwa penembakan sebelumnya di «Ocean Turtle», Higa bukanlah seorang petarung, ia tak bisa menghadapi musuh begitu ia mendengar suara tembakan.

—Akan tetapi.

Aku… Tidak, seluruh organisasi «RATH» telah berhutang banyak pada Kirigaya-kun. Higa Takeru memikirkan hal ini dalam pikirannya.

Jika mereka mengesampingkan menghapus ingatannya, membuat ia dive selama tiga hari, namun setara dengan 10 tahun di Underworld, dan menjadikannya cahaya paling menyilaukan kedalam Fluctlights Buatan. Demi kelahiran sebuah Fluctlight yang mendobrak batasan antar dunia, «Alice», itu semua adalah berkat usaha Kazuto sejak awal.

Tetapi setelahnya, meskipun masih dalam masa pengobatan, menyambungkannya dalam STL dengan berbagai kondisi hingga menyebabkan Fluctlight miliknya terluka. Ini semua karena ia bertarung sengit dengan organisasi yang mengatur Undeerworld demi melindungi Alice, lalu menyebabkannya kehilangan banyak teman. Terlebih lagi, selama ada kesempatan untuk mengobatinya, Higa akan mengambil resiko tersebut. Jika ia tidak melakukannya, ia tak akan mampu menanggung rasa bersalah seumur hidupnya.

Higa Takeru mengepalkan tinjunya, dan mengangguk pada Kikuoka.

Pada saat itu.

Suara keempat bergema di ruang sub kontrol.

“Errm… Aku juga, Aku juga akan pergi bersama Ketua Higa…”

Mata semuanya tertuju pada salah satu staf tehnisi RATH yang hingga sekarang hanya duduk membelakangi dinding.

Tingginya setara dengan Higa, rambut panjangnya ia ikat dibelakang kepala. Berusaha mengumpulkan keberanian sebanyak yang ia dapat, ia melanjutkan perkataannya.

“Aku juga cukup kecil… Tetapi, setidaknya aku bisa berguna bagi ketua… Dan juga, aku terbiasa dengan urusan kabel dan colokan …”

Higa memandang pria ini, yang suaranya hampir tak terdengar.

Ia cukup tua, mungkin berusia sekitar tiga puluh tahun. Telah berada di Ocean Turtle selama beberapa bulan, kulitnya jadi agak pucat putih. Jika ingatannya tak salah, pria ini keluar dari perusahaan pengembang game untuk bergabunng dengan «RATH».

Sword Art Online Vol 17 - 207.jpg

Meskipun kemampuan bertarungnya tak sepadan dengan Pasukan Pertahanan, memiliki pendamping cukup melegakan. Higa lalu berdiri dari kursinya dan membungkuk berterima kasih kepada anggota staf ini.

“… Sejujurnya. Aku tak tahu dimana lokasi colokan tersebut. Terima kasih banyak sudah menemani, Yanai-san.”

Bagian 2

Kembali ke Dunia Nyata, Gabriel Miller perlahan membuka kelopak matanya yang tertutup mesin STL #2.

Dibilang kembali, lebih tepat kalau ia dipaksa keluar. Masih dalam posisi tidur di kasur gel, Gabriel mengunyah sisa makanan yang menyangkut di mulutnya.

Bagaimana mungkin ia bisa kalah dalam pertarungan satu lawan satu di Dunia Virtual? Musuhnya bahkan bukan seorang manusia, dia hanyalah seorang AI.

Mengapa ia bisa kalah melawan Knight tersebut? Gabriel menghabiskan beberapa detik untuk memikirkan alasan dibalik kekalahannya.

Kekuatan hasrat? Ikatan antar jiwa? Kekuatan cinta yang menghubungkan orang – orang...?

— Sungguh konyol.

Mulut Gabriel kini tersenyum dingin. Baik itu Dunia Nyata maupun Dunia Virtual, jika kekuatan semacam itu benar – benar ada, maka hanya ada satu kekuatan yang menyemangatinya — kekuatan takdir.

Dengan kata lain, kekalahannya tak bisa dielakkan. Karena memang begitulah terjadinya. Takdir tak ingin Gabriel untuk bertarung menggunakan akun pinjaman seperti Dewa Kegelapan Vektor, tetadi ingin agar ia menggunakan akun asli miliknya. Takdir ingin agar ia dive kembali ke dunia itu sekali lagi.

Maka ia akan menyelesaikan masalah ini sampai akhir.

Setelah selesai berpikir, Gabriel keluar dari mesin STL.

Melihat ke mesin STL lain, ia terkejut jika Vassago Casals masih dive ke dalam Underworld. ia mengira jika Vassago telah tewas dan ter-log out, tampaknya ia juga menemukan sesuatu yang menarik dari kekalahannya.

— Yah, lakukan sesukamu.

Mengangkat bahunya, Gabriel membuka pintu menuju Ruang Kontrol Utama. Anggota team lain yang masih menatap monitor akhirnya berbicara:

“Kau sudah berjuang, Kapten. Ahh, kau juga dikalahkan ya.”

“Cuma sementara.”

Gabriel membalas. Critter merubah ekspresinya dan melaporkan sesuatu:

“Yah, seperti yang kau perintahkan, aku telah memasukkan 50,000 pemain dari berbagai negara bagian di Amerika. Separuhnya telah berhasil dikalahkan, tetapi ya itu, tujuan akhir untuk menghancurkan Pasukan Kerajaan Manusia akan segera tercapai. Untuk tambahan, pihak RATH juga melakukan hal yang sama… aku sudah memastikan adanya koneksi skala besar yang berasal dari jepang menuju medan peperangan. Jumlahnya sekitar 2,000, jadi aku tak menganggap itu sebagai sebuah ancaman.”

“Oh…?”

Mengangkat alisnya, Gabriel melihat ke layar utama.

Peta dunia Underworld bagian selatan muncul. Garis hitam yang membentang ke selatan dari «Gerbang Besar Timur» dan tanda “X”, kemungkinan adalah log pergerakan super account milik Gabriel, Dewa Kegelapan Vektor. Masih ada separuh perjalanan sebelum akhirnya sampai ke console syntem di ujung dunia bagian selatan, tetapi Alice pasti masih ada di daerah bertanda X yang ada di peta.

Setelahnyam garis putih juga bergerak ke selatan mengikuti garis hitam. Itu pasti Pasukan Kerajaan Manusia. Mereka berhasil berkumpul dan sedang berhenti saat ini.

Pasukan Kerajaan Manusia hampir dihancurkan oleh Pasukan Crimson yang jumlahnya sangat banyak. Berasumsi jika garis merah adalah pemain VRMMO asal Amerika, maka garis biru terang yang membentang menjadi pelindung antara garis merah dan garis putih adalah 2,000 pemain asal Jepang.

“Apakah pemain Jepang menggunakan akun default yang tersedia di Kerajaan MAnusia?”

“Kukira tidak, menurutmu?”

“Tidak…”

Gabriel mengambil botol air mineral yang diberikan Critter dan meminumnya.

Mungkinkah para pemain VRMMO asal Jepang mengkonvert akun berharga mereka dan dive kedalam Underworld?

Jika seperti itu. Gabriel tersenyum dingin lagi.

Sekitar setengah bulan yang lalu, Gabriel ikut serta dalam sebuah turnamen PvP[5] di server Jepang di VRMMO «Gun Gale Online». Jika mereka yang dengan mudahnya ia kalahkan, dive ke dalam Underworld dan mengetahui permasalahan yang sebenarnya, para pemain jepang tak akan mengambil resiko kehilangan karakter mereka.

Sosok wajah terlintas dalam kepalanya, seorang sniper perempuan berambut biru yang tetap bertarung sampai akhir meskipun terdesak, tetapi Gabriel langsung menghilangkan pikiran tersebut.

“Baguslah, aku akan dive lagi. Convert akunku agar bisa log in ke Underworld.”

Ia mengambil kertas san pulpen yang tergeletak di dekat console, lalu menulis ID dan password miliknya dan menyerahkannya pada Critter. Critter terkejut.

“Whoa, Kau juga, Kapten?”

“‘Juga’, maksudnya…?”

“Yah, Vessago terbangun setelah kalah kan? Dan entah mengapa tampaknya ia terlihat senang, lalu mengconvert akun miliknya dan dive lagi.”

“Oh…?”

Mata Gabriel tertarik pada secarik kertas di sisi tangan Critter. Itu tampaknya akun asli milik Vassago, tiga huruf karakter miliknya membuatnya tertarik.

“Oh begitu… aku paham.”

Kek. Sangat jarang Gabriel mengeluarkan suara tawa. Bahkan Critter keheranan mendengarnya, Gabriel menepuk bahunya dan berkata:

“Jangan khawatir. Mungkin ia tidak menunjukkannya,tepi ia memiliki… masalahnya sendiri. Yah, sisanya kuserahkan padamu.”

Gabriel berbalik dan melangkah menuju ke ruang STL, senyum menggantung di ujung bibirnya.

***

Sementara itu, Vassago Casals sedang tersenyum dibalik tudung hitam avatar miliknya ketika memandang peperangan ini.

Berdiri di atas kepala sebuah patung raksasa yang ada di pintu masuk reruntuhan, ia bisa melihat seluruh pertarungan antara pemain Amerika dan pemain Jepang.

Bukan, bukan pertarungan. Lebih tepatnya jika disebut pembantaian satu sisi.

Di tengah – tengah pintu masuk reruntuhan kuil ini, 2,000 Pemain Jepang membentuk formasi oval dan terus menerus berhasil memukul mundur Pasukan Crimson tanpa kehilangan seorang anggota dari pihak sendiri. Alasan mengapa mereka berhasil melakukannya karena perbedaan equipment dan kerjasama antar pemain, terlebih lagi anggota yang bertugas sebagai pendukung yang ada di bagian belakang mereka. Pemain yang terluka akan dibawa ke belakang dan disembuhkan menggunakan art penyembuh, lalu mereka akan maju lagi dengan semangat yang telah terisi penuh.

Mereka memiliki semangat juang yang sangat tinggi, meskipun luka yang diterima sama sakitnya jika terjadi di dunia nyata. Tetapi jika dinalar, bahwa 2,000 pemain jepang ini mengkonvert karakter mereka dan ikut serta dalam peperangan ini sunggu sebuah keajaiban tersendiri.

Situasi seperti ini mungkin akan dicap tak mungkin oleh Gabriel Miller sendiri—

Tetapi, kondisi ini telah diprediksi oleh Vassago Casals.

Jika menghubungkan server Amerika mungkin, maka pihak Jepang juga akan melakukan hal yang sama guna membantu Pasukan Pertahanan Kerajaan Manusia. Terlebih lagi, Vassago juga telah memprediksi jika mereka akan mengkonvert akun pribadi miliknya.

Diatara para pemain Jepang yang bertarung dengan serius ini, selain «The Flash» Asuna, ada beberapa wajah yang ia kenal. Hal ini membuat jantungnya berdekat hebat.

Terlebih lagi, permainan kematian yang selalu ia dambakan kini muncul dihadapannya dengan peraturan yang sedikit berbeda.

Bukan, bahkan jika mereka mati di dunia ini, nyawa si pemain tak akan menghiang.

Tetapi di Underworld, ada hal yang tak muncul di dalam castil melayang Aincrad, dan di kastil melayang tersebut muncul hal yang tak ada di Underworld.

Dengan kata lain —

Ada rasa «sakit»

Tetapi tidak ada «Kode Anti Kriminal».

Maka, hal ini membuatnya kegirangan, mungkin lebih mengasyikan ketimbang merenggut nyawa orang dengan tangannya sendiri.

“Kek, kekek, kekkekkek.”

Vassago tak bisa menyembunyikan tawanya dari balik tudung.

***

— Aku tidak berhasil.

Sinon memandang ke seorang knight yang penuh dengan luka, dan seorang knight perempuan berambut emas yang sedang menangis tersedu – sedu sambil memeluknya.

Ke dua ekor naga raksasa di samping knight tersebut juga menundukkan kepalanya, seolah menunjukkan rasa kehilangan.

Guna mengejar «Putri Cahaya» Alice, yang telah ditangkap oleh Dewa Kegelapan Vektor, serta Komandan Knight Bercouli, Sinon telah terbang melesat sekuat tenaga. Ia telah menggunakan kemampuan terbang terbaiknya yang telah ia latih terus menerus di ALO, ia lalu terbang ke selatan dengan kecepatan penuh, tetapi pertarungan telah selesai begitu ia sampai di sana.

Tidak — Apa yang perlu diakui adalah kekuatan milik Bercouli.

Karena ia telah berhasil menyusul Vektor dan tanpa diduga bisa mengalahkan sebuah Super Account yang mana sangat kuat.

Tetapi sungguh tak adil.

Kematian Komandan Knight Bercouli berarti musnahnya jiwa miliknya. Sedangkan kematian Dewa Kegelapan Vektor, hanyalah kematian palsu.

Sinon sadar ia harus meyakinkan Alice bahwa bahaya masih belum selesai, tetapi ia tak bisa menemukan kata – kata yang tepat untuk dikatakan padanya.

Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, orang yang berkata pertama adalah Alice.

Bahkan dengan pipinya yang masih basah oleh air mata, kecantikan Alice membuat Sinon takjub. Alice memandang mata milik Sinon. Bibir merah cerinya bergerak, suara yang keluar bagaikan sebuah lonceng:

“Apa kau… dari Dunia Nyata?”

“Yeah…”

Sinon mengangguk, dan berbicara agak canggung.

“Aku Sinon. Teman Asuna dan Kirito. Aku datag untuk menyelamatkanmu dan Bercouli-san dari Dewa Kegelapan Vektor … maaf, aku terlambat.”

Sinon meminta maaf lalu menundukkan kepalanya pada Alice. Alice, akan tetapi menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak… Ini kesalahanku. Aku lengah dan tidak mengawasi bagian belakangku sehingga aku berhasil ditangkap; ini kesalahanku. Nyawaku tidak sebanding dengan Oji-sama… sang Komandan Integrity Knight?”

Rasa menyalahkan diri sendiri tercampur dalam suara Alice. Berusaha menahan air matanya, Alice mengajukan pertanyaan lain:

“Bagaimana kondisi peperangan?”

“… Asuna dan Pasukan Kerajaan Manusia berhasil menahan pasukan Dunia Nyata.”

“Maka aku akan kembali ke arah utara.”

Alice melangkahkan kakinya menuju salah satu naga, tapi Sinon berusaha menghentikannya.

“Kau tak boleh kesana, Alice-san. Kau harus terus ke selatan, ke «Altar Ujung Dunia». Jika kamu menyentuh console… bukan, menyentuh kristal di atas altar tersebut, kau bisa menghubungi Dunia Nyata.”

“Mengapa? Bukankah Kaisar Vektor sudah tewas?”

“… Tidak… tidak seperti itu.”

Lalu, Sinon menjelaskan situasinya kepada Alice. Bahkan jika manusia Dunia Nyata tewas di Underworld, mereka tidak kehilangan nyawa mereka. Musuh seperti Kaisar Vektor akan mendapatkan tubuh lagi dan kembal menyerang.

Alice tampak sangat marah, seolah emosinya yang sampai sekarang ditahan kini meledak ledak.

“Oji-sama… kehilangan nyawanya guna membunuh musuh, dan musuh tidak tewas?! Ia hanya menghilang untuk sementara dan akan segera kembali seperti tak terjadi apapun … itu maksudmu?!”

Alice mendekat ke arah Sinon, armor emasnya berkelontangan.

“Bagaimana mungkin … Bagaimana mungkin hal seabsurd itu terjadi?! Maka… untuk apa Oji-sama… untuk apa ia mengorbankan nyawanya?! Pertarungan tersebut tak sebanding bagi kedua pihak... terlalu... terlalu palsu”

Air mata menetes dari mata biru mili Alice sekali lagi, Sinon hanya bisa memandangnya.

— Aku tak punya hak berkata - kata.

Aku telah tewas berkali – kali dalam pertarungan di GGO dan ALO. Dan seperti Dewa Kegelapan Vector, aku bisa terus hidup jika tewas di dunia ini. Orang sepertiku tak berhak —

Tetapi Sinon menatap Alice, menarik nafas dalam – dalam lalu berkata:

“Jadi… Alice-san, apa kamu mau bilang jika rasa sakit milik Kirito juga palsu?”

Si Knight emas menahan nafasnya.

“Kirito juga berasal dari Dunia Nyata. Jika ia tewas di dunia ini, jiwanya tak akan hilang. Akan tetapi, luka yang ia derita nyata. Rasa sakit yang ia rasakan merusak jiwanya, luka tersebut nyata …”

Sinon berhenti sejenak lalu setelah tersenyum ia melanjutkan:

“Aku… mencintai Kirito. Sangat mencintainya. Begitu juga Asuna. Ada banyak orang yang menyukainya juga. Mereka khawatir akan Kirito, mereka semua. Mereka berdoa agar Kirito segera membaik. Dan juga meskipun tidak mengatakannya, mereka juga berpikir, ‘Mengapa Kirito selalu memaksakan diri seperti itu?’”

Sinon maju dan menepuk pundak Alice perlahan, lalu berucap:

“Kirito terluka agar bisa menyelamatkanmu, Alice. Itulah alasan ia tetap bertarung. Apa kamu mau bilang jika alasan tersebut juga palsu? Tidak, tidak hanya Kirito, Komandan Knight juga. Agar bisa menyelamatkanmu, ia terluka parah dan mengorbankan nyawanya agar kamu bisa lari dari genggaman musuh.”

Sinon tidak langsung mendengar jawaban.

Alice memandang jasad Bercouli yang terbaring di tanah.

Sekali lagi, tetes air mata membasahi pipi Alice — Lalu Alice memejamkan mata erat –erat seolah memikirkan sesuatu. Ia lalu bertanya dengan suara serak:

“Sinon, Jika… jika aku pergi ke Dunia Nyata melalui «Altar Ujung Dunia», bisakah aku kembali? Bisakah aku kembali agar bisa menemui orang – orang yang kusayangi…?”

Sinon tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut. Satu – satunya hal yang ia yakini yaitu jika Alice sampai jatuh ke tangan musuh, seluruh Underworld akan hancur dan menghilang.

Jika ia bisa melindungi dunia ini dan Alice, ia yakin hal tersebut tak akan terjadi.

Kemudian, Sinon mengangguk.

“Yeah. Selama kamu … dan Underworld aman.”

“Aku mengerti… Aku akan pergi ke selatan. Aku tak tahu apa yang akan terjadi du «Altar Ujung DUnia»… tetapi jika itu adalah keinginan Oji-sama dan Kirito…”

Alice berlutut ke tanah. Ia menyentuh rambut milik Bercouli, lalu menyentuh bibir dan dahinya.

Ketika ia berdiri lagi, sebuah aura yang berbeda seolah muncul dari seluruh tubuhnya.

“Amayori, Takiguri. Kumohon bertahanlah sebentar lagi.”

Setelah berkata pada kedua naga, Alice berbalik menuju Sinon.

“Apa… apa yang akan kamu lakukan, Sinon-san?”

“Kali ini, giliranku untuk melindungimu.”

Sinon tersenyum sedikit dan melanjutkan:

“Dewa Kegelapan Vektor mungkin akan muncul lagi disini. Aku akan coba mengalahkannya … sekaligus memberimu beberapa waktu agar bisa kabur.”

Alice menggigit bibirnya dan menundukkan kepalanya.

“Aku serahkan ini padamu. Aku akan segera menuju ke selatan.”

Setelah melihat kedua naga terbang ke arah selatan, Sinon mengambil busur putih yang ada di pundaknya.

Kelompok yang menyerang «Ocean Turtle» kemungkinan adalah prajurit militer yang disewa pemerintahan Amerika. Salah satu penyerang menggunakan Super Account 04, «Dark God Vector», untuk menyerang Alice.

Di dunia nyata, Sinon hanyalah seorang siswi SMA, tak mungkin ia menghadapi orang seperti itu.

Tetapi di tempat ini, selama itu pertarungan satu lawan satu di dunia virtual —

Tak peduli siapapun yang aku lawan, aku harus menang.

Bersumpah pada diri sendiri, Sinon menunggu musuh yang akan dive sekali lagi ke dunia ini.

***

Ketika ia menarik pukulan tangan kanannya, suara tulang patah terdengar.

Pemimpin Guild Petarung Tangan Kosong, Ishkan menatap musuh yang telah berhasil ia bunuh tepat di bagian tengah dadanya, ia menatap tangan kanannya.

Pukulannya mampu menghancurkan besi maupun logam apapun. Namun kini lengan tersebut bagaikan sebuah kulit yang melindungi tulang miliknya, tangan tersebut berlumuran darah.

Tangan kirinya juga mengalami hal yang sama beberapa menit lalu. Sedangkan kakinya penuh luka darah. Ia tak bisa lari, hanya bisa menendang.

“Kau bertarung seperti seorang petarung sejati, Champion.”

Suara serak milik Dempe membuat Iskahn menoleh ke belakang.

Setelah kehilangan kedua lengannya, pria kekar tersebut kini terduduk di tanah setelah bertarung hanya dengan membenturkan kepalanya dan memukul mundur musuh dengan tabrakan tubuhnya, tubuh dan wajahnya penuh luka tebasan pedang. Mata penuh semangat tempur miliknya kini telah kusam, seolah menampakkan jiwa Dempe yang telah kelelahan.

Iskahn mengangkat tinjunya sebagai tanda penghormatan pada jiwa petarung tersebut, lalu menjawab:

“Yeah, jika kita tewas seperti ini, kita tak akan malu jika ketemu para leluruh di akhirat sana.”

Mencoba menyeret kakinya, ia berusaha menemani temannya yang masih terduduk di tanah.

Setelah pertarungan sengit nan lama, pasukan crimson yang awalnya berjumlah duapuluh lima ribu kini telah berkurang menjadi tiga ribu pasukan saja. Tetapi sebagai gantinya, pasukan miliknya telah tersisa tiga ratus orang Petarung. Terlebih lagi, kondisi mereka semua telah terluka parah. Mereka kini tak bisa berkumpul menjadi formasi tempur, mereka bagaikan menunnggu ajal.

Tetapi alasan mengapa pasukan musuh belum menghabisi mereka adalah karena —

Seorang Integrity Knight dan naganya masih bertarung mati – matian dihadapan mata Iskahn dan Dempe.

***

Tubuh dan pikirannya telah ditekan sampai batas maksimal.

Namun begitu, seketika bayangan musuh muncul di hadapannya, Integrity Knight Sheyta Synthesis Twelve masih tetap mengangkat tangan kanannya dan menebaskan Black Lily Sword.

Suara udara tertebas terdengar jelas.

Ujung pedang tersebut menyentuh armor pundak sang musuh. Seperti sebuah jarum, pedang tersebut terus memotong sampai ke bagian paha.

“Ha… AAHHHH!!”

Teriakan kearahan yang muncul dari tenggorokannya seolah mematahkan nama panggilan miliknya «Si Pendiam». Pedang tersebut mengiris musuh dan memotongnya menjadi dua bagian.

Saat si musuh terjatuh, Sheyta menarik senjatanya dengan berat.

Alasan dibalik rasa lelah miliknya adalah karena jumlah musuh yang hampir tak terbatas, dan juga tebasannya seolah menjadi terasa berat ketika menebas musuh.

Incarnation miliknya seelah menjadi tak berarti. Meskipun senjata dan armor musuh bukanlah tandingan Divine Instrument milik Sheyta, ketika ia menebasnya seolah terasa ada yang menahan. Serangan musuh juga sama. Mereka hanya mengandalkan tenaga dan tebasan tak beraturan sehingga Sheyta kesulitan memprediksi arah serangan mereka.

Ia seolah bertarung melawan hantu. Pasukan ini seolah tak ada disini, seperti sebuah bayangan saja karena tak terhitung banyaknya.

Bertempur dengan mereka juga tak menyenangkan. Sheyta menebas mereka, dan mereka muncul lagi, terus menerus seperti itu tanpa henti.

— Mengapa?

— Tak peduli jika musuhku adalah bayangan maupun sosok tubuh manusia, bahkan sebuah batu, aku merasakan kesenangan jika mereka bisa ditebas. Aku hanyalah sebuah boneka yang hanya mencari kesenangan dalam tebasan …

Black Lily Sword adalah sebuah Divine Instrument yang memiliki Priority tertinggi dalam ujung bilah pedangnya yang sangat tipis. Pedang ini diciptakan dengan tujuan hanya untuk menebas, persis seperti Sheyta. Jika salah satu keduanya kehilangan arti kesenangan untuk menebas, sosok jati dirinya akah menjadi tak berarti.

Pemimpin Tertinggi Administrator telah mengubah sebuah bunga lili hitam yang telah diambil oleh Sheyta dari bekas peperangan di Tanah Kegelapan. Ketika ia menyerahkan pedang tersebut padanya, Pemimpin Tertinggi berkata padanya:

— Pedang ini adalah perwujudan luka goresan yang ada di jiwamu. Sebuah kutukan atas nama pembunuhan yang tercipta oleh parameter kepribadian di dalam jiwamu. Tebaslah, tebaslah, dan teruslah menebas. Ketika kamu menapaki jalan berdarah ini sampai akhir, kamu akan menemukan jawaban untuk melepaskan kutukan ini … Mungkin.

Pada saat itu, Sheyta tak mengerti apa maksud perkataan Pemimpin Tertinggi.

Ia hanya mematuhinya dan terus menebas selama bertahun tahun. Kemudian, akhirnya ia menemukan musuh yang layak. Dia adalah sosok yang sangat keras dan sulit untuk ditebas oleh pedangnya, berbeda dengan musuh – musuhnya selama ini: ia adalah si Petarung Tangan Kosong.

Ia berharap untuk bertarung dengannya sekali lagi. Hanya lewat pertempuran ia akan memahami sesuatu.

Terbawa pikiran ini, Sheyta membantu Pasukan Kerajaan Manusia dan tetap disini. Namun tampaknya ia tak bisa bertarung lagi melawan Petarung Berambut Merah tersebut.

Ia menelan ludah dan menyeka kulitnya yang berkeringat lalu menoleh ke belakang.

Ia melihatnya, sedang duduk di atas sebuah batu, si Pemimpin Petarung Tangan Kosong. Tubuhnya penuh luka. Tersirat, rasa kehilangan terpampang di wajahnya ketika ia menatap Sheyta.

Sheyta merasakan dadanya tersengat sesuatu.

— Rasa sakit apa ini?

— Aku seharusnya menebas pria tersebut. Aku ingin merasakan pertarungan sebelumnya, menikmati pukulan kerasnya. Itulah yang aku inginkah. Namun mengapa hatiku … rasa sakit apa ini …?

Crack.

Suara lemah terdengar dari tangan kanannya.

Sheyta mengangkat Black Lily Sword, mengamatinya perlahan. Pada bagian tengah pedang hitam yang tampaknya bisa menghisap segala jenis cahaya tersebut terdapat sebuah retakan setipis benang laba - laba.

Ahh…

Aku mengerti.

Sheyta menarik nafas dan tersenyum.

Semua pertanyaan yang ingin ia jawab kini telah ia temukan. Sheyta akhirnya memahami perkataan Administrator, dan juga mengenai kutukan yang ia miliki.

Getaran terasa di atas tanah. Ia berbalik lagi dan melihay seorang prajurit menuju kearahnya sambil membawa palu raksasa.

Sheyta menghindari serangan tersebut dan menusukkan pedang di tangan kanannya ke bagian tengah dada musuh.

Sesuai namanya, si Pendiam. Serangan tersebut mendekati musuh, Black Lily Sword menusuk ke jantung musuh dan merenggut nyawanya — kemudian, serangan tersebut perlahan berubah menjadi banyak kelopak bunga yang tersebar ke segala arah.

Sheyta perlahan membisikkan sesuatu ke gagang pedang yang telah hancur tersebut:

“… Terima kasih, sudah menemaniku selama ini.”

Seketika, ia mencium bau bunga walaupun samar – samar.

Di sisi kanannya, sang naga Yoiyobi yang menjadi temannya menghancurkan musuh dengan sabetan ekornya.

Sisik abu – abu si naga telah berwarna merah akibat luka yang cukup banyak, dan cakar sertaa giginya beberapa ada yang patah. Ia tak bisa menyemburkan api lagi dan pergerakannya melambat.

Sheyta memastikan pergerakan musuh berhenti, lalu berjalan mendekati naga tersayangnya dan mengusap lehernya.

“Terima kasih juga, Yoiyobi. Kamu lelah kan?… Istirahatlah.”

Kemudian, Sheyta dan naganya bergerak menuju bukit kecil dimana sisa – sisa Guild Petarung Tangan Kosong berkumpul.

Masih duduk di batu, Pemimpin Petarung Tangan Kosong mengangkat tangannya dan menyambut kedatangan Sheyta.

“Maaf… Pedangmu jadi hancur …”

Sheyta menggelengkan kepalanya:

“Tak apa. Aku akhirnya mengerti mengapa selama ini aku terus menebas …”

Sheyta duduk kelelahan, mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah Iskhan.

“Untuk menemukan hal yang tak boleh aku tebas. Selama ini aku bertarung agar aku bisa melindungi. Itu… kau. Jadi aku tidak memerlukan Black Lily Sword lagi.”

Seketika, kedua mata Ishkan terbuka lebar dan air mata mengalir. Berlawanan akan hal ini, Sheyta malah kaget.

Ishkah menggertakkan giginya dan berkata serak:

“Ah… sial. Aku juga ingin berkeluarga denganmu juga. Kita akan memiliki anak yang sangat kuat. Lebih kuat dari pada leluhurku, lebih kuat dariku, hingga menjadi Petarung Tangan Kosong terkuat yang pernah ada …”

“Tidak. Anak itu akan menjadi seorang Knight.”

Keduanya saling tatap untuk sesaat, lalu tersenyum. Dipandangi oleh Dempe yang berbadan kekar, Sheyta dan Iskahn menjadi malu, lalu duduk berdekatan.

Tiga ratus Petarung Tangan Kosong, seorang Integrity Knight, dan seekor naga kini duduk menunggu datangnya pasukan crimson yang semakin mendekat.

***

“Seperti permainan… atur dan serang, benar kan?”

Klein berkata seperti itu ketika ia dan Asuna kembali ke posisi belakang. “Benar,”Asunna membalas.

Luka keduanya sedang disembuhkan oleh pemain Jepang menggunakan Sacred Arts yang baru saja dipelajari. Ia tak bisa memaksimalkan penggunaan Art seperti para regu Astetic dari Underworld, tetapi karena karakter miliknya berlevel tinggi, seharusnya ia bisa menggunakan Art kelas atas untuk penyembuhan.

“Terima kasih telah datang kemari.”

Asuna berterima kasih pada pemain jepang dan Klein yang berdiri di sampingnya.

“Terima kasih juga, Klein. Aku tak tahu harus berkata apa …”

Melihat Asuna seperti itu, Klien menggosok hidungnya karena malu.

“Hei, jangan perlakukan aku seperti orang asing. Aku berhutang padamu dan si Kirito lebih banyak… ia juga disini kan?”

Klein memelankan suaranya. Asuna mengangguk pelan.

“Ya. Temuilah dia setelah peperangan ini. Jika ia mendengar lelucon burukmu mungkin ia akan segera terbangun.”

“Hei, itu kejam.”

Sebuah senyuman muncul di wajah Klein, tetapi mata miliknya seolah penasaran. Ia juga tahu tentang luka yang dialami Jiwa Kirito.

— Ah, tetapi …

Setelah semuanya selesai, setelah mereka berhasil mengusir musuh dari Underworld dan «Ocean Turtle», jika Sinon, Leafa, Klein, dan semua pemain asli SAO, juga Sakuya, Alicia, dan orang – orang dari ALO… lalu Alice, Tiese, Ronye, Sortiliena, dan semua orang ada di dekat Kirito, maka ia akan bangunkan?

Ia harus tetap bertarung, hingga saat itu datang, ia akan menyambutnya dengan senyuman.

Saat lukanya menutup, Asuna berterima kasih lagi dan berdiri.

Seperti yang dikatakan Klein, nasib peperangan ini tak bisa diprediksi. Jumlah pemain Amerika telah berkurang sangat banyak, dan mereka seolah kehilangan semangat bertarungnya karena mereka menyerang tanpa pikir panjang.

Tetapi pertempuran di reruntuhan kuil ini hanyalah pertarungan yang terlihat.

Poin pentingnya adalah «Putri Cahaya» Aliceyang telah ditangkap oleh Kaisar Vektor. Komandan Knight Bercouli serta Sinon masih mengejarnya, mereka harus bisa mengalahkan Vektor dan membawa kembali Alice. Terlebih lagi, ia harus memilih pemain paling elit dari akun konverter dan meminjam kuda dari Pasukan kerajaan Manusia lalu segera menuju selatan secepat mungkin.

Jika berhasil mengejar mereka, bahkan jika musuh menggunakan sebuah Super Account, ia tak akan mungkin bisa mengalahkan pasukan elit dari pemain jepang. Kekuatan mengalir ke dalam diri Asuna. Para swordsmen yang datang kesini menggunakan pedang, perisai, dan armor yang seolah memantulkan sinar, mirip dengan mitologi Einherjar3of Norse …

Asuna mengusap air matanya.

Kuda Pasukan Persediaan telah ditarik di dekat pintu keluar reruntuhan, dan kemah darurat sementara berada disana. Asuna juga bisa melihat para pemain jepang yang masih disembuhkan oleh regu Astetic Underworld.

“… tak apa, semuanya akan baik – baik saja… pasti.”

Perasaan Asuna seolah terbaca oleh Klein yang ada disampingnya:

“Tentu. Baiklah, ayo maju lagi.”

“Ya.”

Asuna mengangguk dan bergerak lagi ke depan —

Tetapi perhatiannya teralihkan oleh sesuatu disana, membuatnya terkejut.

— Apa itu. Sosok hitam… hitam pekat…

Mata Asuna bergerak untuk sesaat, lalu ia melihatnya.

Patung raksasa yang ada di kedua sisi pintu masuk reruntuhan kuil.

Berdiri di atas patung tersebut adalah sesosok manusia.

Karena patung tersebut memantulkan cahaya, sehingga sosok tersebut cukup jelas dilihat dalam langit merah Tanah Kegelapan.

Apakah ia pemain Amerika? Ataukah seorang pengintai dari Jepang?

Terpaku, Asuna bergerak mendekat dan menyadari jika sosok tersebut mengenakan jubah hitam. Tudungnya menutupii wajah sosok tersebut sehingga tak terlihat.

Tetapi.

“Hei, Klein. Orang itu…”

Klein akan maju ke garis depan tetapi Asuna mencengkram tangan kanannya dan mengacungkan jari kirinya.

“Orang yang berdiri disana, apakah kamu pernah melihatnya?”

“Huh…? Whoa, ia menonton seluruh pertempuran dari atas sana. Sialan, siapa dia?… mengenakan tudung kepala. Aku tak bisa melihat wajahnya … tunggu…”

Suara Klein tiba – tiba terputus.

Asuna menatapnya, wajah Klein menjadi pucat seolah warna dihisap dari seluruh wajahnya.

“Hei, ada apa? Kamu mengenalnya? Siapa dia?”

“Tidak… tak mungkin, itu… apa aku… melihat sesosok hantu…?”

“Sesosok hantu…? Apa maksudmu?”

“Ka… Karena, tudung hitam itu, bukan, pakaian itu… ciri khas LaughCoff…”

Seketika mendengar nama tersebut.

Asuna merasa otaknya membeku seketika.

LaughCof. Dikenal juga dengan nama «Laughing Coffin». Dari lantai tengah sampai akhir permainan kematian SAO, mereka adalah guild merah paling mengerikan yang ada di kastil melayang Aincrad.

Banyak pemain PK, termasuk «Red-Eyed XaXa» dan «Johnny Black» ada di dalamnya, dan guild ini memiliki anggota pemain hijau … Akhirnya, setelah pertarungan mematikan dalam sebuah penyergapan oleh pemain – pemain elit, guild tersebut berhasil dihancurkan.

Pada pertempuran tersebut, hampir setiap anggota «Laughing Coffin» kalau tidak tewas, maka dijebloskan ke Black Iron Palace, tetapi ada yang berhasil lolos dari pertarungan tersebut. Dia adalah sang ketua, dia tiba – tiba menghilang ketika lokasi guild terbongkar, dan dia juga dengan cara langsung mauupun tak langsunng berhasil membunuh banyak pemain SAO. Namanya adalah — «PoH». Ia biasanya mengenakan pakaian hitam bertudung dan menggunakan pisau besar. Dua tahun setelahnya kini ia turun ke Underworld dan memandang kebawah ke Asuna dan Klein.

“………. Tak mungkin.”

Asuna hanya bisa berguman dalam pikirannya.

Ini tak nyata, aku sedang melihat sesosok hantu kan.

Pergi. Pergilah.

Tetapi, seolah menghina harapan Asuna, sosok hitam tersebut melambaikan tangan kanannya perlahan. Tangan tersebut lalu digerakkan ke depan dan belakang, seolah mengejek Asuna.

Apa yang mengikutinya —

Bisa dideskripsikan sebagai sebuah mimpi buruk.

Sosok baru muncul di samping sosok hitam tersebut. Lalu satu lagi, satu lagi.

Diatas patung raksasa sana, pasukan baru perlahan muncul. Di bagian kiri, sepuluh orang muncul.

— Berhenti. Berhenti .

Asuna memohon. Ia takut tak akan mampu menghadapi kengerian ini.

Akan tetapi.

Pasukan Crimson baru terus bermunculan, terus menerus. Seribu, lima ribu, sepuluh ribu.

Kini pasukan itu berjumlah sekitar tiga puluh ribu, Asuna memperkirakan.

Tak mungkin.

Lima puluhribu pasukan Amerika dilawan dengan susah payah. Tak mungkin pasukan sebanyak itu bisa dikumpulkan dengan mudah, dan mereka bukanlah pemain Jepang. Jika perekrutan diumumkan di website jepang, Klein dan yang lainnya pasti akan tahu.

Bagaikan hantu. Bagaikan hantu yang dipanggil menggunakan Art.

Pada titik ini, Para pemain Jepang yang hampir menghancurkan pemain Amerika di garis depan sana menghentikan pertarungan dan melihat ke atas patung. Medan peperangan kini menjadi sunyi.

Garble, garble.

Bunyi gemericing dari pasukan crimson di atas sana terdengar bagaikan deru angin di telinga Asuna.

Asuna tak bisa memahami bahasa apa yang mereka gunakan karena tercampur bunyi gemericing. Ia memfokuskan pendengarannya, dan akhirnya menangkap perkataan yang cukup keras dari lainnya.

— Bigeobhan ilbon-in.

— Uli nalaleul jikyeola.

— Ganchuu renmen.

Bukan bahasa Inggris. Juga bukan bahasa Jepang.

Pada saat itu, Klein menggeram.

“Ah… Ini buruk… sangat buruk… Pasukan baru itu bukan dari Jepang maupun Amerika…”

Asuna merasa keringat dingin menuruni punggungnya ketika mendengar kata – kata selanjutnya:

“……… Mereka dari Cina dan Korea.”

Sword Art Online Vol 17 - 236.jpg

Bagian 3

Mungkin karena universitas sedang melaksanakan liburan musim panas, bar VR di daerah Cheongjin-dong, Distrik Jongno di Seoul kini terlihat padat.

Jo Wol-saeng baru saja selesai mengisi formulir masuk, ia lalu memesan minuman soda di bar. Ia memasuki sebuah ruangan, bersandar ke tempat duduk lalu menarik nafas.

Ia belum pernah merasa selega ini sebellumnya. Ia sebenarnya sudah mengetahui alasannya. Ia kini sudah berusia 20 tahun, seorang mahasiswa tingkat dua, dan tahun selanjutnya ia akan absen untuk melakukan wajib militer.

Ia dibatasi sampai umur 30 tahun untuk melakukannya, jadi ia bisa saja menunda – nunda, tetapi seorang mahasiswa yang belum melakukan wajib militer sebelum kelulusan akan dianggap sebelah mata dalam dunia pekerjaan. Hampir semua teman seangkatannya akan mengikuti wajib militer tahun berikutnya, dan karena orang tuanya juga mendesak terus, ia tak bisa lari lagi.

Wol-saeng meneguk soda miliknya dan merasa lega.

Semua hal ini membuatnya resah, apakah ia bisa menjalani latihan keras itu, bagaimana jika ia akan dibuli oleh para prajurit. Tetapi yang paling membuatnya depresi adalah fakta bahwa masa hidupnya selama dua tahun akan dirampas. Yah, meskipun ia tak memikirkan hidupnya di dunia nyata, sedangkan di dunia virtual, disitulah ia pertama kali merasakan hidup setelah diundang oleh teman – teman kuliahnya — dua tahun penuh tak bisa memasuki dunia itu, sangat membuatnya stres.

“…… Jika saya di militer ada hal semacam ini …”

Ia berguman ketika mengambil mesin FullDive yang ada di meja — the «AmuSphere». Benda ini milik bar VR, sering dipakai umum. Tapi bagi Wol-saeng, mesin ini lebih bercahaya ketimbang seorang malaikat.

Tiga tahu lalu — di 2023, mesin ini dirilis di Jepang lalu dikirim ke luar negeri tahun berikutnya, dan menjadi booming di Korea Selatan, dimana industri game online sedang diminati. Dulu bernama «PC Bars», kafe – kafe internet mulai mengganti nama mereka menjadi «VR Bars», karena memiliki AmuSpheres. Anak - anak muda mulai terpikat oleh VRMMORPG, baik yang dikembangkan Jepang maupun Amerika.

«Silla Empire», game yang dimainkan Wol-saeng selama satu setengah tahun ini adalah permainan yang telah dilokalisasikan ke Korea dari developer asal Jepang «Asuka Empire». Game ini bukan hanya ditranslate, bahkan kota, avatar, dan isi quest telah disesuaikan dengan dinasti Silia Korea. Permainan ini memiliki popularitas tertinggi sejak pertama kali diluncurkan.

Di sisi lain, para pemain ingin segera memiliki game yang murni diciptakan oleh Korea sendiri, jadi banyak perusahaan yang mengembangkan VRMMO menggunakan softwere gratis bernama «The Seed Nexus». Akan tetapi, softwere tersebut juga masih buatan Jepang, jadi tanpa menghubungkan ke «The Seed Nexus» yang berbasis di jepang, siapapun tak bisa memaksimalkan fungsi yang ada. Tetapi VRMMO Jepang membatasi hubungan koneksi ke Korea dan China sehingga keduanya tak bisa menghasilkan permainan yang menyamai kualitas «Silla Empire», hal ini membuat banyak pemain Korea menjadi tak puas.

— Aku ingin memainkan semua game Korea sebelum masuk wajib militer, tapi sepertinya hal itu tak mungkin …

Wol-saeng mengeluh, lalu membuang harapannya tersebut. Ia bersandar ke kursi dan mengenakan AmuSphere.

“… Link Start!”

Ia mengucapkan suaranya dan menutup mata.

Melewati sinar warna – warni, ia mengisi user ID dan password, lalu ia sampai di Launching Area[6] untuk bersiap mengklik icon «Silla Empire».

Tetapi, ia menyadari ada notifikasi window networking yang melayang di sisi kanan ruang tersebut, lalu menscroolnya ke bawah dengan cepat. Sepertinya ada ribuan orang yang memposting berita yang sama secara bersamaan.

“……… Apa – apaan ini?”

Kebingungan, Wol-saeng menekan program di sisi kiri lalu menarik window networking ke hadapannya. Lalu ia mengklik berita, memeprbesarnya dan membacanya.

“Hmm… ‘Korea, America, dan China sedang melakukan pengembangan VRMMO baru dan tes server yang sedang dijalankan… telah di serang oleh pemain Jepang, mereka juga menyerang pemain beta test?! Apa – apaan ini?!”

Sejujurnya, Wol-saeng sadar jika berita macam ini sulit untuk dipercaya. Tetapi lampiran yang ada di bagian akhir berita menunjukkan suatu video; ia mengkliknya tanpa ragu.

Sebuah window terbuka, lalu —

“Penjaga, Serang!!”

Teriakan pemain menggelora. Wol-saeng yang juga beberapa kali menonton Anime Jepang sadar jika apa yang ia katakan adalah bahasa Jepang.

Video tersebut menunjukkan pemain Jepang yang mengenakan armor silver sedang menyerang pemain berarmor crimson, membunuhnya satu persatu. Darah terus menerus muncul ketika pedang mereka diayunkan, pemain Amerika mengutuk tindakan tersebut.

Menduga karena tak ada hukum yang mengatur tempat tersebut, kejadian ini pastilah terjadi di tes server. Seperti yang dikatakan berita tersebut, pemain jepang sedang membantai pemain Amerika.

Ketika video 30 detik itu berakhir, Wol-saeng merasa bimbang.

Sebuah «server attack» biasanya diartikan sebagai tindakan menghancurkan suatu website, tetapi dive kedalam dunia VR dan menyerang para pemainnya … ini pertama kalinya Wol mendengar berita semacam ini. Jika isi video itu benar – benar nyata, itu berarti kejadian ini masih berlangsung, tetapi sesuatu mengganggunya.

Memang… di video itu, para pemain jepang memiliki equipment dan kemampuan yang melebihi pemain Amerika, mereka sedang menghajar para pemain Amerika. Akan tetapi ia merasa pihak yang sedang diserang bukanlah Amerika, melainkan pihak Jepang. Menyerang sebuah server adalah lelucon biasa, tetapi… orang – orang ini seolah sedang mempertaruhkan nyawa …

Tiba – tiba, bunyi ding-dong terdengar, membuat Wol-saeng menolehkan kepalanya.

Itu adalah teman satu guild «Silla» yang sedang mengiriminya permintaan pesan suara. Ia menekan tombol “Accept” kemudian sebuah window muncul dan berteriak pada karakter milik Wol-saeng.

“Hei, Moonphase, kau sudah lihat kan?!”

“Uh… ya, aku baru saja …”

“Lalu apa yang kau tunggu? Cepat download client-nya!”

“C… Client?”

Ia kembali melihat ke window networking dan menggeser kesamping.

Tertulis disana — Guna menolong para pemain dari serangan pihak Jepang, kami sedang merekrut relawan dari seluruh pemain VRMMO Korea. Jika kamu berminat, silahkan download softwere ini dan menginstalnya ke AmuSpheres milikmu.

“…Ini?… Hwan-ung, kau pikir ini nyata?”

“Tentu saja, bukankah sudah jelas di video itu?! Selagi kita bicara teman – teman kita sedang di serang!!”

“Memang… Tetapi, video itu…”

Wol-saeng ingin mengutarakan pendapatnya, tetapi ia didahului.

“Kalau begitu, instal saja dan cepatlah! Myung-hoon dan Helix sudah dive, jadi aku akan menunggumu disana!”

Panggilan itu berakhir, dan kesunyian muncul diruangan ini.

Meskipun Wol-saeng masih memiliki banyak keraguan, hampir seluruh anggota guildnya telah ikut serta, ia tak tahu apa jadinya jika ia tak ikiut serta. Ia mungkin akan menemukan petunjuk tentang apa yang terjadi disana — terlebih lagi, gangguan semacam ini pastilah sebuah event menarik bagi pembukaan suatu game baru. Jika ia tak ikut serta, ia mungkin tak akan mendapat keuntungan.

Membuat keputusan, Wol-saeng menekan tombol “Download” dan menginstalnya ke AmuSphere, lalu muncul icon baru untuk dijalankan. Setelah menekan icon crimson, sebuah kata berwarna hitam pekat yang bertuliskan “BANTU KAMI” muncul, Wol-saeng merasa kesadarannya telah dihisap ke suatu dimensi yang berbeda.

***

Bahkan setelah mentransfer koneksi yang jumlahnya sangat banyak dari Cina dan Korea ke dalam Underworld, Critter masih merasa ragu.

Meskipun ia telah mengikuti perintah Vassago Casals untuk memberikan client koneksi ke dua negara yang ada di dekat Jepang, ia merasa ada hal yang mencurigakan disini.

— ‘Bukankah Jepang dan Korea hampir mirip?

Banyak orang Amerika tidak tahu jika Jepang dan Korea adalah negara yang berbeda, dan ada juga yang menganggap jika Korea dan Jepang adalah bagian dari negara Cina. Meskipun Critter tidak terlalu memusingkannya, ia menganggap jika ketiga negara ini adalah negara yang rukun. Bukankah ketiga negara ini cukup rukun, seperti EU?

Itulah mengapa Critter tak bisa menemukan hal mencurigakan pada rencana Vassago.

Karena ia tak memiliki waktu untuk membuat situs palsu, maka ia menggunakan sosial media untuk menyebarkan berita ini. Berita pertama : “Orang – orang Jepang sedang menyerang server VRMMO yang sedang dikembangkan Amerika, Cina, dan Korea!”

Berita kedua memberikan penjellasan: “Pemain Jepang ingin memonopoli The Seed Nexus jadi mereka menyerang server dan mulai menciptakan karakter – karakter kuat. Mereka menyerang pemain test Amerika, Cina, dan Korea. Karena server tersebut masih belum dilengkapi dengan pain absorption dan kode anti kriminal, teman – teman kami masih dibantai dengan rasa sakit yang nyata.” Critter lalu melampirkan sebuah video yang ia ambil dari dalam Underworld.

Video tersebut adalah rekaman Pasukan Kerajaan Manusia yang sedang menyerang pemain Amerika, tetapi penduduk Underworld berbicara dengan bahasa Jepang. Tempaknya video tersebut memiliki dampak yang cukup besar, jumlah berita yang disebarkan meningkat drastis, dan jumlah client yang didownload pemain Korea dan Cina telah melebihi client yang didownload Amerika.

Bersandar kembali, Critter berfikir sejenak.

— Mengapa rasanya pemain Jepang tidak akur dengan pemian Cina dan Korea ya?

***

— Oh, malah semakin memburuk. Mereka saling serang satu sama lain.

Vassago Casals yang telah kembali ke Underworld menggunakan karakter «Laughing Coffin» miliknya, «PoH» mulai menyeringai lagi.

Ia mengangkat tangan kanannya tinggi – tinggi, dan berteriak pada pemain crimson yang ada dibelakangnya menggunakan bahasa Korea.

“— Pergilah, lindungi teman – teman kita!! Tebas dan tusuk mereka semua seperti yang mereka lakukan pada teman kita!!”

Seketika pasukan yang berjumlah 50.000 ini mendengar kata – kata tersebut, mereka langsung maju kedepan. Bagi mereka, pasukan Amerika yang sedang dibunuh oleh pemain Jepang kini sudah mereka anggap sebagai teman.

Mencoba tidak tertawa, Vassago mengyunkan tangannya kedepan.

Seperti suara deru badai, pasukan crimson yang baruu saja muncul mulai melakukan penyerangan pada pemain Jepang.

— Ayo, saling bunuhlah. Menarilah sampai kalian mati.

***

“… Dia datang.”

Sinon berguman pada dirinya sendiri.

Ia melihat garis – garis kode hitam berjatuhan dari langit merah, seperti gumpalan benang.

Sekarang ini, ia ingin menggunakan skill «Annihilate Ray» dengan kapasitas maksimumnya ketika musuh muncul di depan mata. Karenanya musuh tak mungkin menghindar atau bertahan.

Tetapi sekarang ini ia perlu mengulur waktu. Jika musuh mampu membuat akun – akun berlevel atas, maka membunuhnya akan jadi sia - sia.

Pertama, ia harus mampu menarik perhatian musuh, lalu mengamati reaksinya. Jika musuhnya seolah mempertahankan diri dengan sangat serius, ia bisa memastikan jika musuh menggunakan akun pribadi miliknya. Lalu, ia akan melakukan serangan penuh, sehingga membuatnya tak bisa log in memakai akun yang sama.

Tetapi, dalam sebuah event dimana akun bisa dibuat secara banyak, ia tak bisa membunuhnya. Ia harus berusaha mengulur waktu bagi Alice agar bisa sampai ke «Altar Ujung Dunia».

Jadi Sinon tidak menarik lagi busurnya dan kini hanya menunnggu musuh untuk muncul.

Tempat kode – kode hitam muncul adalah tempat jasad Komandan Knight Bercouli berada beberapa menit lalu.

Sekarang jasadnya telah dipindahkan ke atas punggung naga oleh Integrity Knight Alice; ia ingin memberikan pemakaman yang layak baginya di Kerajaan Manusia.

Shino bertanya padanya: “Dia seseorang yang kau sayang?” Alice tersenyum lembut dan membalas: “Kau juga saingan orang yang kusayang.”

— Syukurlah.

Pada saat ini, Sinon tak boleh ter-log out dengan mudah. Ia harus menjaga dunia ini, hingga Kirito terbangun.

Sinon menetapkan tekadnya dan memandang tanah di bawah sana .

Garis hitam tadi kini menyentuh tanah dan membentuk suatu cairan.

Warnanya sungguh hitam, seperti lubang neraka.

Ketika gariis terakhir berkumpul menjadi satu —

Bloop.

Sebuah wajah mulai terbentuk. Lalu tangan kanan mulai muncul. Ketika Sinon melihat lima buah jari yang terbentuk, ia merasakan hawa dingin di punnggungnya.

Ia mencoba mengalihkan perasaan ini, dan menunggu musuh untuk memadat.

Setelah tangan kanan, tangan kiri mulai terbentuk.

Kepala si musuh kini hampir terbentuk.

— Apa yang membuat Sinon terkejut adalah fakta jika karakter musuh tidak diedit melalui edit feature; itulah anggapan Sinon, ia tak terlalu tampan. Rambut emas pendeknya tergerai, hidung dan bibirnya tipis, dan dia seperti orang Caucasian, menurutnya.

Apakah karakter ini adalah tubuh asli orang yang menggunakan Super Account Dewa Kegelapan Vektor?… Sinon berpikir keras.

Orang itu mengangkat tubuh bagian atasnya, menampakkan mata birunya, akhirnya ia menatap Sinon yang sedang terbang.

Seketika, Sinon merasa ada yang aneh.

Ia merasa jika pernah melihatnya entah dimana. Mata itu adalah mata yang merefleksikan apapun, namun tampak seolah menelan segalanya di saat yang sama; sepasang mata yang tak memiliki emosi.

Mata tersebut melebar ketika melihat Sinon. Lalu sebuah senyum muncul di wajah musuh.

Ya. Aku pernah melihatnya. Aku pernah melihat mata … dan wajah itu. Terjadi belum lama ini, dimana —

Ketika Sinon menatapnya, splat, seketika ia meloncat.

Posisi menyerangnya cukup aneh. Ia juga telah mengkonvert equipment miliknya; ia tak mengenakan armor metal. Seragam bagian atas dan bawah disambungkan dengan sebuah sabuk, dan kakinya memakai sepatu boot, hampir mirip seperti seorang prajurit di dunia nyata. Senjata miliknya adalah sebuah pedang panjang di pinggang kiri dan sebuah busur di tangan pinggang kanan.

Ketika tubuhnya hampir utuh memadat, gumpalan cairan hitam tidak menghilang. Namun tetap memadat sendiri seperti seekor binatang. Bukan, memang sebuah binatang, cairan itu berubah menjadi sebuah sayap tipis.

Bukan seperti sayap burung, maupun sayap naga, lebih seperti sayap kelelawar. Dibagian ujung sayap tersebut terdapat empat mata dan sebuah ekor panjang.

Ketika si pria mendekati binatang tersebut, makhluk bersayap ini membentangkan sayapnya dan menuju ke ketinggian dimana Sinon berada.

Makhluk itu hanya berjarak 30 meter dari Sinon, dan si pria masih tersenyum padanya.

Entah mengapa, musuh mengangkat tangannya yang tak bersenjata dan merentangkannya ke bagian depan. Sinon menjadi waspada, berpikir jika ia akan memulai incantation. Tetapi tak ada yang terjadi. Si pria lalu melingkarkan tangannya seolah hendak mencekik leher Sinon.

Seketika itu juga, Sinon akhirnya mengingat. Suara serak keluar dari mulutnya.

“…… Subtilizer……”

Itu dia. Seorang pemain Amerika yang berhasil membunuhnya ketika final PvP Turnamen di Gun Gale Online — «Fourth Bullet of Bullets», yang diselenggarakan dua minggu sebelumnya.

Tetapi mengapa ia ada disini?

Lupa akan busur yang ia genggam, Sinon masih terkejut, matanya semakin melebar.

***

Dibagian tengah Ocean Turtle yang berbentuk seperti piramid, disokong oleh poros tebal yang terbuat dari bahan titanium.

Di bagian bawah poros berbentuk lingkaran setinggi seratus meter ini terdapat sebuah mesin yang dilindungi oleh berbagai lapis dinding pelindung — Reaktor Bertekanan Air. Diatas reaktor ini terdapat Ruang Kontrol Utama, dan Ruang STL 01.

Underworld, lebih tepatntya fokus penelitian Project Alicization — Light Cube Cluster ada di bagian atas ruang kontrol utama. Area tersebut berada di bagian poros bawah.

Diatas Light Cube Cluster adalah lantai yang memisahkan poros atas dan poros bawah. Area diatas dinding yang ada di poros atas ada: berbagai macam peralatan pendingin, dan Ruang Sub Kontrol dimana pekerja RATH sedang bersembunyi saat ini, juga ada ruang STL 02 yang sedang digunakan Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna.

Pada 7 Juli, pukul 9:00 am. Sebuah robot humanoid mulai bergerak atas kemauannya sendiri di ruang peralatan pendingin, menuruni tangga di bagian samping kapal. Dia adalah mesin prototipe yang dikembangkan RATH, «Ichiemom». Meskipun bergerak sendiri, sebenarnya ada tiga orang pasukan JSDF[7] yang mengikutinya.

— Syukurlah, aku bukanlah seorang claustrophobic[8], acrophobic[9], atau nyctophobic[10].

Higa Takeru menguatkan dirinya sendiri, tetapi pada saat yang sama. Ia merasa jika memiliki phobia bukanlah hal yang memalukan.

Karena, lorong yang hanya diterangi lampu emergency hanya memiliki panjang 40 meter. Jika tangannya berkeringat maupun salah menempatkan kaki, ia kan langsung terjatuh ke bawah dan menjemput ajal.

Jika ia mengetahui hal ini sebelumnya. Ia akan meminta Yanai berjalan dahulu. Jika ia berjalan didepan, Higa tak akan terus menerus menatap kebawah.

— Omong – omong, ia berkata akan melindungiku. Tetapi malah menyuruhku “Berjalan didepan”. Apa - apaan?

Higa memandang beberapa meter di keatas, Yanai masih menuruni tangga.

Akan tetapi, setelah melihat jika wajahnya semakin pucat ketika ia menuruni tangga per tangga. Higa tak jadi mengeluh. Keberanian Yanai untuk ikut serta dalam misi ini sudah cukup untuk diberi pujian, dan senjata pistol yang ada di pinggangnya cukup memberi rasa aman.

Ketika Higa kembali menuruni tangga, eraphone yang ada di telinga kirinya memancarkan suara.

“Bagaimana, Higa-kun? Baik – baik saja kan?”

Suara ini ilik Koujiro Rinko, ia masih mengintip di lubang masuk di atas sana.

Higa menjawab apa adanya.

“Ah… yah, seperti ini. Sekitar lima menit lagi kita akan bisa sampai ke dinding pemisah.”

“Oke. Ketika kalian siap, aku akan memberikan perintah penyerangan pada tim Ichiemom. Kalian harus membuka sekatnya ketika musuh sudah menyerang Ichiemom.”

“Roger. Wow, ini seperti Mission Impossible ya.”

“Ohhhh, maka buatlah misi ini menjadi Possible. Aku hanya khawatir mengenai kondisi kesehatan Kirito-kun yang ada di Underworld … Maaf, Yanai-san, tolong awasi anak ini ya.”

Kalimat terakhirnya ditujukan kepada Yanai. Setelah Higa mendengar Yanai berkata “Roger”, ia hanya bisa memprotes.

— “Anak ini”, huh?

Ia menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangga yang kini semakin berkeringat.

Melihat kebawah, ia bisa melihat sekat dinding pemisah semakin kelihatan.

***

Critter masih menatap layar besar yang kini menampilkan pergerakan pemain Cina dan Korea yang telah dive, namun tiba – tiba bunyi alarm membuatnya terkejut.

“Ap…?!”

Ia menyisir console dengan panik, lalu menemukan alarm merah bersinar di sisi kanan monitor.

“Whoa… Dinding penahan telah terbuka. Kalian pergilah dan cek lorong itu!!”

Sebelum ia selesai berteriak, anggota tim penyerang yang paling tinggi, Hans, langsung menggenggam senjata dan berlari keluar.

“Sialan, kartuku sedang hoki padahal!”

Brigg berguman dan melempar kartu ke lantai, lalu ia juga mengejar Hans.

Apakah Rath yang tak diuntungkan dalam hal peralatan dan senjata mulai melakukan serangan bunuh diri? Ataukah mereka merencanakan sesuatu …?

Critter meninggalkan console dan bergerak menuju pintu masuk ruang kontrol. Daya elevator telah dimatikan, jadi ia harus menggunakan tangga jika sesuatu terjadi. Hans dan Brigg juga menyimpulkan hal yang sama; bunyi keras logam terdengar dari atas sana.

Tetapi bunyi langkah kaki kini terhenti, dan berganti teriakan.

“Woah!!“

“Are you kidding?!“

Lalu terdengar bunyi rentetan tembakan.

***

Higa bisa mendengar dengan jelas suara ratatatat dari luar lorong ini, suara tempakan senjata api.

Pada saat ini, di sisi lain dinding. Membran kulit titanium Ichiemon pasti telah berlubang karena peluru tersebut. Akan tetapi, baterai dan kontrol sistem yang mengaturnya ada di bagian belakang. Jadi meskipun kena banyak tembakan, ia masih bisa bergerak.

“Baiklah! Sekarang buka sekat dinding ini!”

Melalui suara Professor Koujiro yang ada di telinganya, Higa melompat lubang palka anti tekanan diantara sekat pemisah dinding. Denngan suara psshh, alat pengatur tekanan air mulai bergoyang, dan pelindung logam mulai terangkat.

Di sisi lain dinding, yang berada di bawah sekat ini, juga diterangi lampu orange emergency. Di sisi pertempuran sana juga berwarna sama.

Higa menelan ludah, mengatur kembali tas punggung yang berisi laptop mini, lalu mendorongnya ke akses panel yang semakin menyempit. Kemudian, ia menuruni anak tangga lain, dan semakin menurun.

— saat – saat seperti ini, orang yang ada di suatu film pasti akan mulai menjerit – jerit.

“Ayo ayo ayo!!“

Ia berguman, dan suara bingung Rinko membalas.

“Um, apa yang kamu katakan?”

“T-Tak ada. …Sekitar sepuluh meyer dari colokan kabel maintenance … Ah, Aku melihatnya, ada disana!”

Banyak kabel fiber optik tebal menggulung menuju sebuah kotak hitam. Jika ia mencolokkan laptopnya ke colokan maintenance, secara teori ia akan bisa mengonrol Units #3 dan #4 yang ada di Ruang STL 2, dan juga Units #5 dan #6 yang berada sangat jauh di cabang Roppongi sana.

— Tunggulah, Kirigaya-kun. Aku akan membangunkanmu!

Higa lupa akan rasa takutnya, dan menuruni tangga ini, sebuah suara terdengar di earphone iliknya.

“Aku juga akan turun ke ruang Sub Kontrol untuk melihat Fluctlight milik Kirito-kun. Semoga berhasil, Higa-kun!!”

Dipuji oleh Professor Koujiro — yang ia biasa panggil Koujiro-senpai, seolah membuatnya terkenang masa – masa kuliah dulu, itu membuat Higa tambah semangat.

Ia kini melihat Yanai, yang juga sedang menuruni tangga. Wajahnya tampak depresi.

Higa menghembuskan nafasnya, lalu melihat kotak hitam yang semakin mendekat.

***

Setelah muncul kembali ke medan pertempuran yang kini porak – poranda akibat pertarungan sebelumnya, si pria berseragam tempur melihat ke selatan dan berguman dengan suara datar:

“… Alice kabur ya? Tak masalah, aku bisa mengejarnya …”

Lalu ia menatap Sinon lagi, dan tersenyum.

“… Jika aku ingat – ingat, kita pernah bertempur di turnamen Gun Gale Online tournament kan. Namamu… «Sinon»? siapa sangka kita bisa bertemu lagi di tempat seperti ini?”

Mendengarkan suara datarnya yang tak menyerupai manusia, si pria adalah Dewa Kegelapan Vektor dan Subtilizer pada saat yang sama, Sinon mencoba menghentikan tangannya yang gemetaran. Tetapi jarinya mati rasa, telapak tangannya berkeringat, dan ia merasa jika ia membuat gerakan tiba – tiba, Bow of Solus mungkin akan ia jatuhkan ke tanah.

Berdiri ke piringan hitam berbentuk monster bersayap, Subtilizer tersenyum lagi dan kembali berbicara dalam bahasa jepang yang cukup lancar.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Aku dengar tak ada lagi mesin STL di Jepang … Mungkinkah kamu pegawai RATH? Ataukah, kamu seorang prajurit bayaran yang memang ingin datang ke tempat ini?”

Cukup kesulitan, Sinon memaksa bibir keringnya untuk bergerak dan berbicara:

“Subtilizer… Aku ingin bertanya, mengapa kamu ada disini?”

“Karena aku tak bisa menolaknya.”

Subtilizer merentangkan tangannya, seolah tak bisa menjangkau sesuatu:

“Ini adalah takdir. Kekuatan jiwa yang bisa membuatmu dan aku bertemu.”

Nada bicaranya perlahan berubah. Suaranya semakin dingin.

“Ya… Aku menginginkanmu. Itulah mengapa kita bisa bertemu. Ini akan menjelaskan banyak hal. Siapapun targetnya yang aku hisap melalui STL, baik itu Artificial Fluctlights maupun Jiwa Manusia dari Dunia Nyata … Aku akan bisa memahami jiwamu yang manis itu, aku tak mampu merasakannya di turnamen GGO.”

Ketika Sinon mendengar perkataannya, kata – kata yang orang ini ucapkan ketika final BoB ke-empat terngiang di kepala Sinon.

— Your soul will be so sweet.

— Your soul will be so sweet.7

Tubuh Sinon semakin dingin, nafasnya tak terkendali.

“Kemari… kemarilah, Sinon. Berikan padaku.”

Cahaya dingin memancar dari kedua mata Subtilizer.

Zzt. Dunia menghilang.

Udara, suara, bahkan cahaya seolah dihisap kedalam mata Subtilizer.

“Apaa………”

Apa ini?

Ia seolah ditarik sesuatu.

— Tidak. Aku harus menahannya. Aku harus melawannya.

Jiwa Sinon berteriak, seolah sangat lemah.

Akhirnya, armor biru Sinon terhisap ke lengan Subtilizer yang terbuka.

Jari – jari lemah Sinon berusaha menarik tali busur yang mengambang di udara.

Beberapa detik kemudian, kesadarannya semakin terselimuti, Sinon merasa tubuhnya semakin lemas ditelan kegelapan Subtilizer.

Tangan kirinya memeluk punggung Sinon, sedangkan tangan kanannya menyentuh wajah dan membelai rambut yang ada disamping wajah Sinon.

Bibir tipis Subtilizer mendekat ke telinga Sinon, lalu membisikkan sesuatu.

“Sinon, apa kau tahu arti dibalik nama «Subtilizer»?”

“…………?”

Tak bertenaga. Sinon menggelengkan kepalanya.

“Nama tersebut mirip dengan nama, «Satori», dalam amerika itu berarti seseorang yang sangat disayang. Tetapi, kata ini jika diartikan dalam bahasa Inggris berarti «Subtilizer». Kata yang bermakna «seseorang yang membersihkan», «seseorang yang memahat», «seseorang yang memilih»… Dan «seseorang yang mencuri».”

Cahaya semakin terang dari kedua mata Subtilizer, cahaya tersebut kini mendekati wajah Sinon.

“Aku akan mencurimu. Aku akan mencuri jiwamu…”

***

Tempat dimana Jo Wol-saeng mendarat adalah sebuah batu yang telah retak dan ditutupi lumut.

Ini bukan batu alami, ini buatan manusia. Ia muncul di atas sebuah kuil raksasa. Sekelilingnya adalah pemain Korea yang baru saja log ini, dan jumlah mereka sekitar ribuan... mungkin sepuluh ribu.

Karena tidak ada pilihan karakter, equipment semuanya berbeda – beda, begitu juga senjatanya, tetapi equipment dan senjata tersebut berwarna merah crimson. Wol-saeng melihat kedua tangannya sendiri yang kini juga diselimuti sarung tangan merah crimson, ia lalu menoleh ke belakang.

Meskipun ia tak bisa mengetahui pemandangan sekeliling karena tertutupi keramaian, ia masih bisa melihat pertempuran yang sedang terjadi di padang rumput di depan sana. Tetapi pemain Korea yang ada di sekelilingnya tidak bergerak sedikitpun, mungkin karena hasil pertarungan ini sudah bisa dipastikan. Grup yang mengenakan armor warna – warni sepertinya adalah pemain Jepang, mereka tampaknya telah menghabisi pasukan berwarna crimson seperti yang ia kenakan. Mereka telah mengatur pasukan, mereka juga seolah tidak bersenang – senang akan hasil yang mereka capai.

Ia tahu. Ada yang aneh. Tetapi ia tak bisa menyimpulkan.

Sepertinya, ini bukanlah sebuah event promosi sebuah game seperti yang ia bayangkan sebelumnya. Area ini, hanya ada langit merah dan tanah gersang, terlihat terlalu sederhana, dan tak adanya panduan dan peringatan sebelum ia dive mengindikasikan tidak adanya sebuah event official.

Meskipun begitu, ia masih tak percaya pada berita yang ia baca. Terlebih lagi, apa maksud menyerang pemain test server dan membunuh mereka? Meskipun pemain jepang bisa menguasainya, bukan berarti mereka akan menghentikan pengembangan sebuah game.

Hampir separuh pemain Korea yang ada disekitarnya juga berpikiran sama tentang situasi ini. Suara - suara “Apa yang kita lakukan?” “Apa mereka beneran pemain Jepanh?” saling bersautan.

— Tetapi, kemudian.

“Kawan - kawan!”

Sebuah teriakan berbahasa Korean= terdengar dari depan sana.

Wol-saeng meninggikan kepalanya, karena ia tertutupi banyak pemain lain, ia tak bisa melihat siapa yang berbicara. Akan tetapi, ia berhasil menangkap sebuah logo merah, [Leader] mengambang di atas seseorang di depan sana. Suara tersebut berasal dari bawah logo itu.

“Terima kasih telah menjawab panggilan kami! — Sayangnya, semua pemain beta test telah dibunuh oleh pemain jepang, tidak, penjajah jepang! Tetapi mereka akan bersiap – siap bergerak menuju lokasi test lain dan bermaksud melakukan hal yang sama!”

Selanjutnya —

Wol-saeng merasakan amarah yang muncul dari beberapa ribu pemain.

Apa yang membuat mereka marah kemungkinan adalah kata “penjajah” [11]. Rasa bingung dan curiga yang menyelimuti pemain Korea kini menguap, tergantikan oleh rasa marah di seluruh area.

“… BIGEOBHAN ILLBONIN!“

Seseorang berteriak, kemudian satu demi satu teriakan mulai bergema. Setelah cukup mereda, si «Leader» kembali memprovokasi:

“Para pemain Jepang meng-hack server kita, dan menciptakan equipment berlevel tinggi bagi mereka sendiri! Dan kita, hak milik kita telah dirampas, kita hanya bisa menggunakan default equipment, wahai kawan! Tetapi, semangat juang kalian tak akan kalah dengan armor dan pedang manapun!”

Pada saat ini, teriakan yang semakin keras makin terdengar.

“ULI NALALEUL JIKYEOLA!“

Lalu, dari samping paling kanan, sebuah teriakan yang bukan bahasa Korea juga terdengar.

“GANCHUU RANMEN!”

Wol-saeng tak memahami maksud kata – kata itu, tetapi ia paham jika itu bahasa Cina. Tempaknya jumlah pemain Cina juga hampir sama dengan pemain Korea.

Bahkan saat suasana makin memanas, Wol-saeng masih merasa ada yang aneh. Tetapi pada saat ini, ia sadar tak ada yang mampu menghentikan amarah para pemain Korea dan Cina.

Kemudian, si «Leader» mengangkat tangan kanan yang terselimuti sarung tangan hitam ke urara.

“——— Go!!“

Menerima perintah tersebut, baik pemain Korea dan Cina kini melaju kedepan seperti binatang yang sangat marah, getarannya sangat terasa di tanah yang ia pijak.

***

“Pa… Pasukan! Pasukan Persediaan! Lariiii—!”

Asuna berteriak sebelum pasukan crimson yang baru saja muncul mulai bergerakdari atas sana.

Pasukan Persediaan Kerajaan Manusia sebelumnya masih berkemah di dekat pintu masuk reruntuhan kuil ini. Kuil ini membentang di kedua sisinya. Dengan kata lain, puluhan ribu pasukan crimsom langsung melaju ke arah pasukan persediaan.

“Tinggalkan barang – barang kalian dan larilah, larilah kalian!!”

Meskipun ia telah memerikan perintah itu, sudah terlalu terlambat. Pasukan baru ini telah memasuku medan peperangan, pemain Cina dan Korea langsung melompat dari atas patung dan menuju posisi tengah pasukan persediaan.

Asuna menggertakkan giginya dan mengangkat rapier di tangan kanan tinggi – tinggi.

Memusatkan imajinasinya ke ujung pedang, ia lalu mengayunkannya ke bawah. Terang, berbagai macam sinar muncul dan menghantam patung – patung yang ada di kedua sisi.

Meskipun rasa sakit bermunculan di kepala Asuna, ia masih mengkonsentrasikan imaginasinya. Patung – patung batu ini mulai berjatuhan dan tangan patung yang terbuka mulai menjatuhi pasukan yang ada di atap.

Pasukan crimson yang ada di bagian depan buru – buru mundur namun tak bisa karena didorong dari belakang. Mereka berjatuhan seperti sebuah domino. Mengambil kesempatan ini, delapan kereta kuda, dua ratus pasukan Ascetic, dan pasukan persediaan mulai bergerak.

Asuna hanya bisa mengendalikan patung – patung ini selama 30 detik sebelum rasa sakit yang muncul menjadi menyakitkan, ia akhirnya terjatuh. Namun, Pasukan Kerajaan Manusia sudah berhasil labur menuju bagian utara reruntuhan. Sekitar 500 Penjaga dan 2,000 Pemain Jepang mulai maju dan membentuk formasi bertahan di kedua sisi, bersiap untuk menyerang.

Tetapi karena area sekitar reruntuhan tidak datar, mereka hanya bisa bertahan untuk menerima serangan puluhan ribu musuh. Mereka bisa bertahan dari pemain Amerika yang jumlahnya banyak karena adanya dinding yang membatasi garis depan, juga karena adanya Art penyembuh dari bagian belakang. Tetapi sekarang ini mereka telah dikepung oleh 50.000 pasukan Cina dan Korea. Hanya masalah waktu sebelum pasukan ini dihancurkan.

“Urgh……”

Menggenggam sedikit kekuatan yang masih tersisa, Asuna berusaha bangkit dan menggenggam rapier miliknya.

— Kumohon, sekali lagi.... biarkan aku membuat dinding yang bisa melindungi semuanya.

Ia berdoa sambil mengkonsentrasikan pikirannya.

Tetapi.

Yang terjadi malahan seluruh tubuhnya bagai di hantam listrik, Asuna terjatuh lagi. Sesuatu muncul dari dalam tenggorokannya dan ia muntahkan, itu adalah darah.

“Jangan terlalu memaksakan diri, Asuna! Biarkan kami juga membantu!”

Klein berteriak.

“Ya, serahkan saja pada kami.”

Agil juga membalas.

Ketika keduanya berdiri dan mengankat katana dan kapak mereka —

Pasukan crimson yang telah pulih dari kejutan mulai turun sekali lagi. Karena mereka 20 meter dari atas tanah, banyak diantara mereka yang tidak berhasil mendarat dan terluka parah, bahkan ada yang tak bisa bergerak, lalu pasukan yang ada di belakang menggunakan teman mereka yang terluka sebagai sebuah trampolin untuk mendarat dengan aman.

“DOLGYEO —— G!!“

“TU —— JI!!“

Asuna tak pernah mempelajari bahasa Cina atau Korea, tetapi instingnya berkata jika dua teriakan tersebut berarti ‘serang’.

Pasukan crimson mulai menyerang dari kanan dan kiri, semakin mendekat dan orang yang menghadang mereka pertama adalah Klein dan Agil.

“Zeiryaaaaaaaaahhhhh!!“

“U…. raaaaaaaaahhhhh!!“

Ditemani tekanan udara, Sword Skills berskala luas diluncurkan dari katana dan kapak dua orang ini. Cahaya putih dan kebiruan menghantam musuh dan puluhan musuh terlempar ke udara.

Di kedua sisi Klein dan Agil, Penguasa ALO, teman – teman mereka, dan anggota Sleeping Knights mulai bertarung sekuat tenaga.

Hantaman – hantaman senjata mulai berdentuman. Sebuah ledakan terjadi. Pedang, kapak, dan tombak saling bercahaya karena mengeluarkan Sword Skill, menebas musuh tanpa jeda.

Pasukan musuh berhenti sejenak.

Tetapi —

Usaha tersebut seperti menahan gelombang bendungan dengan tangan kosong, hal yang sia – sia.

Masih terbaring di tanah, Asuna seolah mendengar tawa mencemooh dari atas medan peperangan ini meskipun medan peperangan masih terselimuti teriakan kemarahan.

Ia mengedipkan matanya yang masih berair dan menangkat sosok manusia berpakaian hitam ada di atas reruntuhan kuil, ia seolah menari kegirangan menonton pertarungan ini.

***

Higa masih mendengarkan rentetan tembakan yang berasal dari balik sisi dinding sambil masih menuruni tangga secepat yang ia bisa.

Akhirnya, ia sampai didepan kotak hitam yang memantulkan cahaya lampu emergency, ia mencoba membuka menggunakan sidik jarinya.

Didalamnya ada berbagai macam kabel fiber optik, ini membuat Higa takjub sementara. Namun, Higa menggeser berbagai macam kabel dan akhirnya menemukan colokan maintenance.

Ketika ia menggapainya.

Ia mengambil nafas dalam – dalam, lalu mengambil sebuah kabel dan laptop dari tas pungguungnya. Ia mencolokkan ujung kabel ke colokan dan ujung satunya ke laptop miliknya, lalu ia menjalankan control program STL dengan antusias.

Sebuah jendela hitam muncul, dan di bagian kiri paling atas mulai berkedip – kedip. Akhirnya, kursor kanan ia gerakkan dan menampilkan status pesan.

STL #3, Connecting…… OK.

STL #4, Connecting…… OK.

Status yang pertama muncul adalah dua unit STL yang ada di ruang sub kontrol.

Lalum koneksi satelite dari Ocean Tuurtle ke unit STL #5 dan #6 di cabang Roppongi juga telah masuk.

“… Oke!”

Higa berguman. Sekarang ia bisa mengoperasikan empat unit STL yang sedang digunakan Kirigaya Kazuto serta ketiga gadis.

Sayangnya, untuk memblokir koneksi satelit hanya bisa dilakukan dari ruang main kontrol, jadi ia tak bisa menjalankan dua unit lainnya yang ada di Ruang 01. Jika itu mungkin, ia bisa menendang para penyerang yang sedang dive ke Underworld menggunakan mesin STL #1 dan #2.

Menunda gejolak pikirannya, Higa menggerakkan jari – jarinya dan bersiap untuk menjalankan program ini.

— Ayo kita mulai!

Ketika ia akan mulai, teriakan terdengar dari atas kepalanya.

“… B… Berhenti!”

Itu suara milik Yanai. Apa maksud perkataannya tadi?

Higa menoleh ke atas, kebingungan karena ia melihat sebuah pistol berwarna biru kehitaman sedang ditodongkan ke wajahnya. Yanai menatapnya dengan mata haus darah, ia berteriak lagi.

“Singkirkan tanganmu dari laptop! Atau aku akan menembakmu!”

“……… Huh?”

Ia hanya berkedip beberapa kali.

Higa akhirnya menyadari situasi sekarang ini dan mulai menebak mengapa Yanai melakukan hal tersebut.

— Dialah orangnya!

Yanai adalah orang yang membocorkan informasi Project Alicization kepada Amerika.

Tetapi sayangnya, Higa tak bisa melakukan serangan balik. Apa yang bisa ia lakukan adalah bertanya padanya.

“… Yanai-san. Mengapa?”

Keringat dingin menetes dari dahi Yanai yang pucat. Bibirnya bergetar sesaat, lalu ia mengatakan sesuatu.

“Pertama… Pertama, kau memihak tokoh yang salah. Aku bukanlah penghianat disini.”

— Apa maksudmu, “pikir dong”? kau ini si pengkhianat!

Melihat Higa yang terdiam, Yanai melanjutkan.

“Aku hanya menjalankan rencana asliku. Aku akan menyelesaikan misi akhir atasanku … itulah mengapa aku menyusup kedalam RATH..”

“Misi… misi terakhir atasanmu? Apa yang kau bicarakan?….”

Higa kebingungan. Yanai menyibakkan rambut yang ada di dahinya menggunakan tangan kiri, lalu menjawab dengan tatapan orang gila.

“Mungkin kalian mengenalnya sebagai… Sugou-san.”

“Ap…”

— Apaaaa?!

Dampak rasa kaget tersebut lebih hebat ketimbang ditodong sebuah pistol, matanya melebar.

Sugou Nobuyuki. Pria yang bekerja di Labolatorium Shigemura di Touto Technical University. Ia seangkatan dengan Higa, Koujiro Rinko, dan Kayaba Akihiko. Ia sangat ingin bersaing dengan Kayaba si super genius. Tetapi ia tak bisa melampauinya. Mungkin karena hal tersebut, ia menyandera ratusan pemain SAO untuk melakukan percobaan manusia.

Karena aksi Kirigaya Kazuto, tindakan Sugou berhasil diungkap ke publik. Setelah ditahan, ia mendapat hukuman dari jaksa dan masih berada di Mahkamah Agung Tokyo.

“… Ia masih belum tewas.”

Higa merespon dan Yanai hanya tertawa mengejek.

“Memang apa bedanya? Ia akan dipenjara setidaknya sepuluh tahun dan bagi seorang ilmuan, sepuluh tahun itu sama saja kematian. Aku juga hampir ketangkap, tetapi aku berhasil menyalahkan orang lain dan bebas dari hukuman.

“Jadi kau … bekerja sama dengan Sugou ketika eksperimen manusia itu?”

“Kerja sama? Akulah orang yang mengumpulakan data percobaan. Penelitian itu menyenangkan lho... seperti bagian tentakel dan semacamnya …”

— Mengapa Letnan Kolonel Kikuoka tidak mengecek eiwayat hidup kriminal semacam ini?!

Higa kembali berpikir, tetapi ia tak bisa menyalahkan hal tersebut pada Kikuoka.

Alasan utama mengapa perusahaan RATH diciptakan adalah untuk menciptakan teknologi pertahanan yang kini telah didominasi Amerika. Dengan kata lain, pendirian perusahaan ini mungkin akan membuat zaibatsu [12] kehilangan kepercayaan asing.

Terlebih lagi, sangat sulit untuk mencari dan menyewa para teknisi. Hampir tak ada yang mau pindah dari perusahaan besar ke tempat kecil ini, mungkin itulah mengapa para petinggi RATH menerima Yanai yang pernah bekerja di perusahaan pengembang teknologi Fulldive, RECT.

Yanai tempaknya masih memandang Higa, ia lalu cepat – cepat mengangkat pistolnya lagi. Pengaman pistol tersebut kini ia lepas. Awalnya, Kikouka memasukkan para teknisi ke pelatihan senjata guna jaga – jaga. Ironisnya, kini ia malah ditodong sesama teknisi.

Untungnya, Yanai masih memiliki akal sehat, ia melanjutkan perkataannya.

“… Untungnya, nyawa bosku telah tamat. Tetapi koneksinya masih terus berjalan. Jadi, jika aku tidak menggunakannya sebaik mungkin. Semuanya akan menjadi sia – sia.

“Koneksi… Kemana?”

Higa merespon. Yanai tampak ragu sesaat, lalu ia tersenyum dan menjawab.

“Dinas Keamanan Nasional Amerika.”

“Ap… Apa katamu?!”

Higa kembali terkejut, tetapi dalam dirinya ia sudah menduga.

Aktivitas mereka, termasuk mata – mata dan pengawasan komunikasi antara Jepang oleh Dinas Keamanan Nasional Amerika sudah menjadi rahasia umum. Mereka tak tertarik pada teknologi Fulldive yang dikembangkan Jepang. Sejak mereka memiliki intel pada Project Alicization dari Yanai, rekan Sugou. Pihak NSA lalu menyewa sebuah kapal selam Navy dan berusaha mencuri «A.L.I.C.E.».

Yanai masih mengumbar capaiannya tanpa ada rasa bersalah.

“… Jika para Amerika yang kami sewa bisa mencuri Alice. Aku akan menerima banyak uang dan posisi atas di Amerika. Itulah apa yang ingin dicapai oleh Sugou-san.”

— suatu saat keamanan dunia akan berada dalam cengkraman bayang – bayang senjata otomatis yang dikembangkan pihak Amerika.

Higa benar – benar tak ingin hal itu terjadi. Ia ingin menggagalkan rencana tersebut.

— Sadari apa yang sedang terjadi, Rinko-san!

Tepat ketika Higa akan bergerak, Laptop yang ada di tangan kirinya tergelincir dan ia buru – buru menangkapnya.

“D-Diam!!”

Seketika, teriakan Yanai memasuki telinga Higa ketika ia menodongkan senjata ke dinding dan menariknya. Kilatan cahaya keemasan terlihat dan dorongan air membuat telinganya berdengung.

Percikan api muncul dari dinding ini —

Dorongan keras menabrak bahu kanan Higa.

“Huh?”

Higa terkejut.

Sword Art Online Vol 17 - 271.jpg
***

Sinon menatap mata tersebut seperti orang linglung, mata tersebut seolah tak memiliki dasar.

Ini seperti ketika ia bangun dari mimpi di pagi hari.

Ia harus melakukan sesuatu. Tetapi ini seperti melakukan sesuatu dalam mimpi, sedangkan di dunia nyata ia masih linglung. Seperti itu terus menerus.

Jari sedingin es menyentuh lehernya. Rasa takut mengisi hatinya, tetapi rasa tersebut lalu menghilang ditelan kehampaan.

— Jangan.

Ini bukanlah ilusi dalam dunia virtual lagi.

Fakta tersebut terlintas di kesadarannya seperti alarm. Ia berusaha untuk berkonsentrasi padanya, tetapi cairan hitam lengket itu telah naik sampai ke pinggangnya tanpa ia sadari. Ia tak bisa lari maupun menolaknya.

Wajah pria ini semakin mendekat. Bibir tipisnya menghisap udara. Seolah ikut menghisap emosi, pikiran, dan jiwanya.

— Hentikan.

— Jangan curi itu semua.

Namin itu semua terjadi sangat cepat, kini hanya menyisakan rasa hampa.

“Henti…… kan………”

Bibir si pria semakin mendekati mulut Sinon yang gemetaran —

Crack!!

Sebuah dorongan mengejutkan pikiran Sinon.

Sinon membuka matanya lebar – lebar dan melihat percikan api keperakan dari atas pakaiannya.

— Ini membakar!!

Seketika, sensasi seperti listrik itu mengejutkan si pria. Sinon memaksakan kesadarannya yang mulai pulih untuk melepaskan pelukannya dan kini bebas.

Sinon menggunakan kemampuan terbang Solus untuk membuat jarak.

“……… Urgh…”

Mengambil nafas, Sinon menggerakkan tangan kanannya menuju objek yang masih memercikan api.

Benda ini masih terikat oleh sebuah rantai tipis. Berbentuk sebuah piringan berdiameter 1.5 cm dengan sebuah lubang.

“Me… mengapa, ini…”

— Disini?

Sinon berguman kebingungan.

Itu adalah sebuah kalung yang selalu dipakai Asada Shino di Dunia Nyata. Bukan sebuah kalung mahal. Rantai kalung ini terbuat dari stainless steel, dan token yang menggantung juga hanyalah sebuah aluminium.

Akan tetapi, bagi Sinon. Kalung ini memiliki banyak makna.

Diakhir tahun lalu, Sinon terlibat dalam «Insiden Death Gun».

Salah satu teman Sinon adalah anggota grup kriminal tersebut, ia menyerang dirinya dengan jarum suntik berisi racun succinylcholine. Kirigaya Kazuto — Kirito menerjang dan melindunginya, tetapi dadanya malah tersuntik sebuah racun.

Ia bisa terhindar dari racun tersebut karena ia lupa untuk menarik sebuah elektroda ECG yang ada di dadanya.

Setelah insiden tersebut, Sinon menemukan elektroda tersebut terjatuh di kamarnya. Ia menarik selotip yang menempel dan membuatnya menjadi sebuah kalung tanpa memberitahu Kirito atau Asuna. Ia dive di cabang RATH Roppongi branch, dan pegawai bernama Hiraki bahkan tak bisa melihat kalung tersebut.

Itulah mengapa kalung kecil ini tak bisa dimaterialisasikan kedalam Underworld.

— Tetapi.

Kirito pernah berkata di Dicey Cafe: dunia virtual yang diciptakan oleh STL bukan hanya terbuat dari objek poligon.

Ia berkata seperti itu — dunia tersebut diciptakan melalui ingatan dan imajinasi.

Mungkin begitulah, kalung ini bisa tercipta karena imajinasi milik Sinon.

Sinon kini mencium kalung tersebut, dan menyimpannya kembali dibalik bajunya.

Lalu, setelah tersadar penuh, ia menatap makhluk hitam bersayap yang masih terbang di langit.

Subtilizer masih berdiri di atas punggung makhluk itu, masih memandangi tangan kanannya. Sinon bisa melihat ada asap yang muncul dari jarinya.

Tampaknya sadar jika Sinon memandanginya, Subtilizer mendongak dan memunculkan senyum tak puas. Sinon masih memandangnya, lalu ia berbicara:

“Kau bukanlah dewa, juga bukanlah iblis. Kau hanyalah seorang manusia.”

Benar, Subtilizer memang sangat kuat. Ia seolah memiliki imajinasi yang sangat gila hingga bisa mempengaruhi kesadaran Sinon… dengan kata lain, Fluctlight miliknya.

— Tetapi jika kita berbicara tentang imajinasi dan konsentrasi, aku tak mungkkin kalah darimu.

Karena dua hal tersebut adalah kekuatan terbesar seorang Sniper.

Sinon menggenggam equipment Super Account Solus, busur «Annihilate Ray» dengan kedua tangannya lalu memfokuskan konsentrasinya.

Bagian tengah busur putih ini mulai membentuk sebuah moncong berwarna hitam kebiruan.

Warna ini perlahan menyebar dan membungkus seluruh bagian busur hingga akhirnya membentuk silinder kehitaman yang terbuat dari baja. Gagang, scoop, pelatuk mulai bermunculan pada bentuk baru ini.

Akhirnya, Sinon tidak lagi memegang sebuah busur cantik.

Tetapi sebuah sniper rifle kaliber .50 yang kokoh, angkuh, namun menawan bernama — «Ultima Ratio Hecate II».

Dengan suara nyaring, Sinon menarik pelatuk sambil menyeringai.

Senyum menyeringai Subtilizer kini menghilang dan tergantikan oleh ekspresi kemarahan.

Sword Art Online Vol 17 - 279.jpg
***

Serangan balik yang terjadi tujuh menit lalu kini telah tiada. Berganti menjadi pola bertahan dari gelombang serangan musuh.

“Lindungi sekuat tenaga…! Tak peludi bagaimana caranya, kita harus melindungi orang – orang Underworld ……!!”

Asuna berteriak sekuat tenaga, sambil menghunuskan rapier miliknya di garis depan tanpa memedulikan rasa sakit yang muncul di otaknya.

Tetapi ia tak bisa mendengar satupun jawaban.

Disekelilingnya, satu persatu pemain Jepang kini telah dikepung oleh pasukan crimson yang baru saja log in. Mereka ditusuk oleh pedang dan tombak di sekujur tubuh. Teriakan kesakitan, penyesalan, dan kematian terus terdengar.

Dibandingkan kepungan ini, serangan tombak beruntun pemain Amerika masih bisa dianggap enteng.

Entah itu karena datangnya bala bantuan musuh atau karena kemarahan yang tak masuk akal mereka, pasukan baru ini hanya bertujuan untuk memusnahkan. Mereka menerjang target lalu menjatuhkannya ke tanah dan menginjak – injak pemain Jepang tanpa peduli. Menghadapi serangan macam ini, taktik kami tak akan mampu mengalahkan jumlah musuh.

Dua ribu formasi melingkar pasukan jepang kini makin tertembus dihadapan mata Asuna.

Menggunakan rapiernya, Asuna menghunus sembarangan dan berlari menjauhi musuh yang mengejarnya. Ini adalah pertama kalinya Asuna ketakutan sejak pertama kali turun ke Underworld.

Seseorang, selamatkan kami.

***

Di dalam peperangan ini, salah satu pasukan yang masih bertempur dengan gagah berani adalah Swordsmen Hijau yang dipimpin oleh Sakuya, si Penguasa Sylph Alfheim Online.

Ras Sylph mengandalkan serangan yang berfokus pada kecepatan. Strategi semacam ini pernah digunakan melawan ras Salamander yang menyerang menggunakan pasukan bersenjata berat. Pasukan ini bermanuver saling melindungi satu sama lain sehingga tak ada teman mereka yang diseret dan diinjak – injak oleh musuh.

“— Bagus, kita buat celah pada pertahanan mereka! Rindou Team, Suzuran Team, dorong garis depan ke kanan!!”

Sakuya berdiri di garis depan, menebaskan katana rampingnya ke segala arah sambil berteriak memberi perintah.

Pada saat ini, mereka seharusnya bisa berkumpul dengan tim Salamander yang masih bertarung di sisi kanan mereka, dan meminta mereka agar saling membantu untuk menerobos formasi musuh dengan sekali serang. Selagi pasukan Underworld bisa lari dari reruntuhan ini dan mempersempit medan perang, mungkin kami bisa menurunkan semangat juang musuh seperti yang dilakukan pada pemain Amerika.

“Maju! Siapkan «Synchro Sword Skill»!! Siap, 5, 4, 3…”

Tepat sebelum Sakuya memberikan perintah.

Teriakan kesakitan terdengar dari samping kiri medan peperangan yang sedang ia lindungi.

“— Jangan menyerah teman – teman. Tinggal sedikit lagi!!”

Sakuya tiba – tiba menahan nafas dan menoleh ke kiri.

Pasukan Jepang yang berequip kekuningan tampaknya telah ditelan pasukan crimson. Berada di posisi paling depan, sang pemimpin dilempar menuju tanah.

“Alicia!!”

Sakuya berteriak. Seketika itu juga, ia berubah dari seorang pemimpin yang tenang menjadi seorang gadis mahasiswi universitas biasa.

“Berhentiii —— !!“

Ia menjerit dan langsung menuju ke sisi kiri. Ia menebas dan menerbangkan musuh yang menghalangi jalannya dan tanpa peduli sekeliling, ia berlari menuju sahabatnya.

Pedang panjang menusuk dada dan perut Penguasa Cait Sith, Alicia Rue, tetapi saat ia menyadari jika Sakuya menghampirinya. Ia berteriak sambil memuntahkan darah.

“Jangan, mundurlah Sakuya-chan!! Atur pasukanmu!!”

Dengan kata – kata tersebut, sosok Cait Sith bertubuh kecil kini mulai menghilang dihadapan mata Sakuya.

“Alicia —— !!“

Sakuya berteriak dan kini menerobos menuju musuh yang telah membunuh pasukan Cait Sith. Ia terus menerus mengaktifkan Sword Skills, semakin kedepan semakin banyak darah dan tubuh yang ia tebas. Sedikit lagi ia akan samapi ke temannya yang telah gugur...

Snikt.

Sebuah tusukan, ia menoleh kebawah dan melihat sebuah tombak besar menusuk perut kanannya.

Rasa sakit pertama yang ia terima di Underworld menjalar ke seluruh urat nadinya, seolah mengambil semua tenaganya.

Meskipun begitu, ia masih bisa mengambil empat langkah ke depan sebelum akhirnya ia roboh ke tanah.

Selanjutnya, Sakuya seolah ditelan oleh gelombang kebencian. Katana miliknya dirampas dari tangan kanannya, lengan kirinya dipotong menjadi dua, dan tubuhnya ditusuki oleh berbagai macam senjata logam.

***

Diantara dua ribu pemain — meskipun jumlahnya semakin berkurang — Jepang yang dive ke Underworld, seseorang yang menyadari situasi saat ini adalah pemimpin ketiga guild «Sleeping Knights», An Si-Eun/Siune.

Ayahnya adalah warga Korea yang tinggal di Jepang dan ibunya asli orang Jepang, jadi Siune mampu memahami dua bahasa tersebut. Terlebih lagi, dia mendengar teriakan kemarahan yang muncul dari pemain crimson yang baru dive. Jadi ia bisa menebak informasi apa yang bisa memancing kemarahan orang – orang ini.

Berbagai macam konflik telah terjadi antara negara Jepang dan Korea sebelum Siune lahir di awal abad 21. Ada berbagai alasan dibalik konflik tersebut, tetapi tampaknya dampak pengembangan internet semakin memperlebar jarak antara kedua negara tersebut.

Dengan semakin tipisnya hal benar dan salah, hubungan kedua negara tersebut sampai memasuki dunia game online yang Siune dan kawan – kawan sukai. Bahkan di tahun 2026, dimana server international VRMMO sudah menjadi hal yang mainstream. Sudah menjadi hal yang biasa dimana sebuah area farming dikuasai pemain dari negara tertentu. Game – game seperti ALO menolak untuk berbagi koneksi antar negara. Hal inilah yang menimbulkan hubungan antara Jepang dan Korea semakin menjauh.

Siune yang tumbuh diantara budaya Jepang dan Korea merasa bimbang terhadap situasi ini. Anggota Sleepiing Knight yang berada di kamar rawat VR sangat ramah dan menerima dirinya setelah mengetahui masa lalunya. Jadi ia berpikir.... untuk semuanya, ia telah menghapus jurang pemisah tersebut.

Tetapi sekarang ini.

Pria yang berada di atap reruntuhan kuil ini telah menghancurkan kesenangan bermain VRMMO yang seharusnya dinikmati pemain dari berbagai negara. Ia memanipulasi sebelah pihak, membuat mereka saling bunuh, dan saling tebar kebencian.

— Aku harus... aku harus melakukan sesuatu. Aku mungkin hanyalah satu – atunya pemain Jepang yang mampu berbahasa Korea.

— Jika aku tidak melakukan sesuatu, mereka tak akan memahaminya. Benar kan, Yuuki?

Menyebut pemimpin guild sebelumnya yang telah meninggal tiga bulan lalu dihatinya, ia memberikan instruksi kepada empat sahabat yang ada disampingnya.

“Teman – teman, sekali lagi. Mari kita buka pertahanan misuh!!”

Jun, pemegang dua pedang yang masih bertarung didepan angkat bicara:

“Mengerti! Tecchi, Talken, Nori, kerahkan seluruh kemampuan kalian sekaligus! 3, 2, 1!”

Serangan kuat Sword Skill serentak tersebut membuat ledakan hebat dan menerbangkan puluhan musuh.

Dalam keheningan sesaat ini. Siune berlari menuju seorang pemain Korea yang tampaknya adalah si pemimpin, ia menangkap tebasan musuh yang diayunkan kearahnya.

Telapak tangannya tergores dan darah mulai mengalir.

Tetapi rasa sakit virtual semacam ini bukanlah hal yang berat dibandingkan transplantasi dan kemoterapi penyakit Leukimia yang Siune alami. Ia hanya menyeringai dan mulai memandang mata musuh, ia lalu berteriak dalam bahasa Korea.

“— Dengarkan aku, kalian semua telah ditipu!! Server ini dimiliki oleh perusahaan Jepang, kami bukanlah hacker, kami adalah pemiliknya!!”

Suaranya terdengar nyaring, mengisi keheningan untuk sesaat.

Pemain Korea yang pedangnya digenggam oleh Siune mundur sedikit, seolah ia terimidasi oleh teriakan tersebut, tetapi ia dengan sinis membalas:

“— Bohong! Aku melihatnya sendiri, kalian membantai pemain berarmor crimson seperti kami!!”

“Mereka juga dibohongi seperti kalian, pemain Amerika tertipu dan diundang untuk dive kemari oleh informasi palsu! Pihak yang menyerang server ini adalah kalian!! Pikirkan baik – baik… apakah kemarahan dan kebencian kalian semua datang dari lubuk hati kalian?!”

Kata – kata Siune menyebabkan pemain Korea terdiam, menjadi ragu – ragu.

Lalu, sebuah suara nyaring namun kebingungan terdengar dari arah samping.

“Apa kamu mengatakan yang sesungguhnya?!”

Seseorang yang berteriak dalam bahasa Korea tadi kini berlari kedepan, dia adalah seorang pemain yang mengenakan armor crimson seperti yang lain. Siune secara tak sadar membentuk posisi bertahan, tetapi ketika dia sampai di depan Siune, dia menurunkan senjatanya dan membuka pelindung kepala miliknya.

“Aku «Moonphase», siapa namamu?”

Siune seolah merasa de javu ketika ditanya namanya. Mata pemuda yang menyebut dirinya Moonphase memiliki cahaya redup.

Siune melepaskan tangan yang menahan pedang, mengelap darah ke dadanya lalu berbicara.

“… Aku Siune.”

“Siune-san, ya? Aku juga berpikiran hal yang sama jika ada hal yang aneh disini.”

Perkataan Moonphase meredam kemarahan pemain korea yang ada di sekitar. Ia menyarungkan pedang miliknya, lalu melangkah ke depan.

“— Apa kamu memiliki bukti jika apa yang kamu katakan itu benar?!”

“…………”

Siune hanya bisa menahan nafas.

Dunia «Underworld» adalah sebuah dunia virtual yang dikembangkan oleh perusahaan yang dijalankan dan dikembangkan oleh pihak pemerintahan Jepang, dan para penyerangnya adalah pihak Amerika yang berusaha mencuri hasil penelitian ini, sebuah AI — Siune tak pernah meragukan kata – kata Lisbeth yang sebelumnya ia katakan di Kubah ALO. Tetapi ketika ia diminta untuk membuktikannya, ia kesulitan.

Tak ada bukti nyata jika menyangkut dunia virtual. Hanya ada kesaksian dari beberapa orang, tetapi apapun yang dikatakan pemain jepang, pemain korea tak akan mempercayainya. Siune kini merasakan rasa marah yang terkumpul ketika melihat dirinya terdiam seperti ini. Apa yang harus ia lakukan … Dimana ia harus menjelaskan …

“Siune, penduduk Underworld!”

Nori tiba – tiba berteriak belakangnya.

“Apakah dia pernah bertemu penduduk Underworld, dan setelah ia melihatnya jika penduduk berbahasa jepang, mereka akan paham jika ini adalah server jepang!”

“Ah………!”

Ya, itu mungkin benar. Meskipun Siune dan yang lainnya hanya beberapa kali berbicara dengan penduduk Underworld ketika beristirahat, setelah menyedari jika penduduk ini bukanlah manusia asli maupun NPC, Siune langsung terkejut melihat perkataan mereka. Tetapi — tidak, karena ada penghalang antara mereka dan pemain Korea, pemain Korea pasti merasakan hal yang sama. Selama mereka mencoba untuk mengajak berbicara, mereka akan sadar.

Siune akan mentranslate apa yang baru saja Nori katakan kepada Moonphase.

Seketika itu juga, sebuah cahaya merah datang dari belakangnya.

“Ah… Awaas……”

Siune mencoba untuk memperingatkannya, tetapi sudah terlambat. Sebuah pisau telah tertancap di punggung Moonphase dan melemparkannya sejauh sepuluh meter.

“Guaagh……”

Menggantikan Moonphase yang sedang kesakitan di tanah, kini berdiri seorang pria bertudung hitam yang sebelumnya ada di atas atap.

Ia mengangkat tangan kanannnya yang masih menggenggam pisau — yang mirip seperti pisau daging khas Cina, kearah Moonphase dan berteriak dalam bahasa Korea.

“Medan peperangan ini bukan tempat bagi penghianat!”

Lalu ia mengarahkan pisau tersebut menuju pemain Korea yang ada di sekeliling.

“Jangan tertipu trik murahan pemain jepang!”

Suara miliknya kuat namun dingin.

Ia lalu mengarahkan pisaunya kearah Siune yang masih mematung.

“Jika ini adalah server Jepang, dan kalian adalah pemiliknya. Lalu mengapa kalian memiliki equipment yang sangat kuat? Mereka menggunakan equipment GM! Kalian menciptakannya dengan cara curang!!”

Benar, benar, tepat! Suara – suara baru mulai bermunculan.

Siune mencoba menghalau tuduhan tersebut.

“… Tidak! Equipment kami berbeda karena kami mengkonvert akun berlevel atas milik kami untuk dive ke Underworld!’

Seketika Siune berkata seperti itu, si pria bertudung hitam mengeluarkan tawa.

“Hah, idiot macam apa yang mau mengkonvert akun mereka kedalam test server?! Pembohong, kalian pembohong!!”

“Itu benar, percayalah!! Kami datang kesini juga tak ingin kehilangan akun kami…”

Whoosh. Suara tebasan angin terdengar.

Sebuah pisau melayang menuju pundak kanannya, Siune tak mengkhawatirkan rasa sakit yang muncul. Melainkan rasa putus asa yang sangat dalam. Ia tak bisa membalas perkataan si pria yang telah melemparkan senjatanya.

Sekelompok kecil pemain Cina mengacaukan gencatan senjata sesaat dan mulai menyerang dari sisi kanan. Si pemimpin Korea yang melihat ini semua kini menendang Siune hingga terjatuh.

Terbaring disana, Siune mendengra suara langkah kaki keempat sahabatnya yang mulai mendekatinya, tetapi ia tak bisa berdiri lagi.

***

— Mengapa?

Integrity Knight Renri Synthesis Twenty-Seven merasakan kebencian yang begitu dalam dari seluruh medan peperangan, ia hanya bisa mengulang pertanyaan tersebut di kepalanya.

— Mengapa orang – orang ini saling membenci meskipun mereka sama – sama dari Dunia Nyata?

Tidak, mungkin ia tak punya hak untuk berkata seperti itu. Bahkan orang – orang Underworld juga terbagi menjadi Kerajaan Manusia dan Tanah Kegelapan, dan telah berperang selama ratusan tahun. Tepat beberapa hari yang lalu, darah yang tercipta di Gerbang Besar Timur mungkin sama banyaknya dengan darah yang diciptakan pada peperangan hari ini. Bahkan Divine Instruments yang menggantung di pinggang Renri, «Twin Edged Wings» telah mengambil banyak nyawa Goblin.

Tetapi, seharusnya ada alasan.

Ia selalu percaya jika Dunia Nyata yang ada diluar Underworld adalah sebuah dunia tanpa konflik dan kebencian dimana perang tak pernah terjadi.

Tetapi itu adalah imajinasi miliknya sendiri. Meskipun orang – orang Dunia Nyata, Asuna dan sahabatnya berbicara dengan bahasa yang sama dengan penduduk Underworld. Suara teriakan yang muncul dihadapannya kini tak bisa dipahami oleh Renri. Jika kita terhalang hanya karena bahasa, apakah mungkin kita bisa berdamai.

Apakah mungkin jika peperangan adalah sifat alami manusia?

Baik itu di dunia ini maupun Dunia Nyata, bahkan mungkin dunia diluar Dunia Nyata, apakah hanya ada lingkaran kebencian antara manusia?

— Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?!

Renri menggertakkan tinjunya, ia menahan seluruh kekuatannya.

Integrity Knight Sheyta telah tinggal di belakang untuk melawan musuh bersama Guild Petarung Tangan Kosong dari Tahan Kegelapan. Ia pasti telah menerima persahabatan dengan orang – orang Tanah Kegelapan. Bahkan diujung jalan penuh darah, masih ada sebuah harapan.

Maka dari itu, aku harus bertarung. Aku tak boleh dilindungi terus dan berdiri saja seperti orang bodoh.

Renri mengambil langkah menuju garis depan, bersiap untuk menolong bala bantuan Dunia Nyata yang masih terus berjuang.

Tepat saat itu, sebuah suaradatang dari bagiian belakang.

“Knight Yang Terhormat, aku juga akan pergi.”

Ia menoleh dan melihat siswi berambut merah Tiese, yang terus berada di pasukan persediaan. Ia memegang sebuah pedang kecil. Ekspresi wajahnya telah membuat ketetapan.

“… Tak boleh, kamu harus melindungi orang itu...”

“Tugas itu telah kuserahkan pada Ronye… Karena Eugeo-senpai yang aku sayangi telah …”

Bola mata kecolkatan Tiese berkaca- kaca.

“Dia kehilangan nyawanya karena melindungi seseorang yang berharga. Aku harus melanjutkan misinya.”

“……… Aku mengerti.”

Renri menggigit bibirnya.

Bahkan ia sendiri yang seorang Integrity Knight sedikit tak yakin jika ia kan melewati peperangan ini hidup - hidup. Ia tak yakin jika Tiese yang bahkan bukanlah seorang Penjaga bisa selamat tanpa tergores.

Saat itu juga, sebuah suara baru muncul.

“Aku juga akan pergi, Tuan Knight.”

Seorang Penjaga wanita melangkah dibelakang Tiese. Ia tampaknya telah bertarung terus, pakaiannya robek – robek, armornya retak, dan wajahnya masih memiliki sedikit semangat bertaruung.

“Aku masih belum memenuhi janjiku pada Kirito. Sekarang ini, aku tak bisa meninggalkan penduduk yang coba ia lindungi.”

“Sortiliena-senpai…”

Tiese memanggil namanya dengan agak gemetar. Si pemimpin penjaga tersenyum kecil dan mengangguk.

Bertarung bukanlah untuk kehormatan, juga ketenaran, melainkan untuk melindungi.

Renri merasa jika ketetapan kedua wanita ini mempengaruhi hatinya.

Ia dengan lembut mengambil Divine Instruments yang ada di pinggangnya dan mengangguk kuat.

“… Aku mengerti. Maka, aku akan melindungi kalian … jangan jauh – jauh dariku.”

“Siap, tuan!”

“Kami mengandalkanmu, Knight Terhormat!”

Tiese dan Sortiliena menjawab dan menarik pedang mereka.

Renri mencengkram Divine Instruments di kedua tangannya, ia berkata dalam hati.

— Eldrie-san. Sheyta-san. Dan Komandan Knight Bercouli.

— Seperti kalian semua. Kini aku telah menemukan tujuan hidupku.

Lalu, Integrity Knight Renri dan kedua swordswomen pergi menuju medan peperangan yang masih terselimuti rasa kebencian dan putus asa.

Bagian 4

Bagian 5

Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Super Account yang ada dalam Underworld
  2. Semacam kendaraan militer
  3. Kapal perang milik angkatan laut Jepang
  4. Robot yang berbentuk manusia
  5. Player versus Player, sistem battle dimana seorang pemain melawan pemain lainnya
  6. Tempat kosong sebelum memasuki dunia VR
  7. Japan Self Defense Force, semacam pasukan pertahanan
  8. Phobia tempat sempit
  9. Phobia tempat tinggi
  10. Phobia tempat gelap
  11. Invaders: 침략 (chimlyag), merupakan kejadian di tahun 1910 dimana Kekaisaran Jepang mencaplok Semenanjung Korea yang masih dikuasai Kerajaan Joseon
  12. Konglomerat perusahaan bisnis dan industri