Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid02 Bab5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 5 - Darah Ini Milikku[edit]

Dini hari.

Ketika semua orang tertidur, seorang gadis tertentu bangun sendiri.

Dengan pergerakan ringan, tak membuat suara apapun, dia pergi melewati koridor dan mendaki tangga — kearah kamar Hisui.

Dia hanya punya satu tujuan—membuat bayi.

Sudou Mei kembali dengan sepenuh hati.

Belajar dari kesalahannya di kamar mandi, dia bertekad untuk melakukannya dengan Hisui kali ini.

"Hmph, kali ini aku pasti akan merayu Hi-kun dari keberatannya dengan pakaian kemenangan ini ♪"

Mengenakan sebuah gaun malam berwarna kapur, Mei tersenyum menggoda.

Selain desain erotis yang dibuat menggunakan kain minimal, ketipisan dari pakaian dalamnya menawarkan tampilan sekilas apa yang ada dibaliknya.

Tidur dibawah atap yang sama hari ini, ini adalah sebuah kesempatan sempurna untuk mewujudkan harapannya.

Diam-diam, diam-diam, dia sampai ke kamar Hisui dan memegang pegangan pintu.

Pintu tersebut tidak dikunci.

Tentu saja, bahkan jika itu dikunci, kekuatan tangan seorang manusia buatan bisa dengan mudah menghancurkannya. Tetapi kerena itu akan lebih baik untuk tidak membuat suara yang tidak diperlukan, sungguh beruntung.

Mei berjingkat dan perlahan-lahan membuka pintu untuk memasuki kamar tidur.

Agar tidak membangunkan targetnya, dia tidak menyalakan lampu, malah mengandalkan mata telanjang untuk memeriksa situasi dalam kamar. Meskipun tidak pada tingkat milik vampir, penglihatan malamnya masih jauh lebih unggul daripada manusia biasa.

Mengaktifkan penglihatannya yang menakjubkan, manusia buatan itu mengalihkan tatapannya pada tempat tidur — selimut yang menonjol.

Targetnya tengah tidur di tempat tidur.

Mei dengan hati-hati mendekat kesamping tempat tidur — dan melompat ke selimut!

"Hi~kun ♥"

Serigala kelaparan itu menerkam dan menekan dirinya sendiri pada Hisui.

Mungkin terlalu dalam didalam mimpi, domba tak berdaya itu tidak bangun.

Dalam hal ini, dia akan ditaklukkan dalam tidurnya!

Mengulurkan tangan kirinya pada dada sementara tangan kanannya — perlahan-lahan meluncur kearah wilayah diantara kaki.

Saat ini adalah saat-saat ketika pria muda tidak mampu mengendalikan setengah bagian bawah dari tubuh mereka.

Tak peduli seberapa keras mereka mencoba untuk menekan, pasti akan ada reaksi!

Pasti akan ada reaksi! ...Tetapi dalam kenyataannya, perasaan dari tangan kanan Mei bukanlah batang panas yang menjulang arah langit, tetapi sebuah area lembut dari padang rumput.

Adapun untuk tangan kirinya yang yang menduga menyentuh dada putih spektakuler — itu menemukan gunung besar yang menonjol. Ini tampaknya sensasi yang akrab dari kelembutan dan keelastisan yang jauh dari dada berotot.

"Eh?"

Sesuatu telah salah.

Mei menerapkan tekanan pada tangan kirinya untuk memastikan situasinya. Dia juga menyodok dengan tangan kanannya hanya untuk pengukuran.

"Ah... Nnn...."

Sebuah erangan menggoda — atau lebih tepatnya, suara pernapasan dari tidur akan lebih akurat.

Suara ini sangat akrab.

—tidak mungkin.

Mei memfokuskan tatapannya untuk memastikan tubuh yang berbaring dibawah dirinya. Postur dari yang berbaring di tempat tidur secara bertahap memasuki pandangan si manusia buatan.

Sosok ramping dengan payudara besar yang menggairahkan.

Serta kaki panjang dan ramping yang indah.

Bersama dengan bibir merah cerah yang melampaui kemerahan darah dan kecantikan anggun kelas tinggi, pemandangan yang mustahil untuk dilupakan.

Akhirnya, tubuh dari dunia lain tersebut terbalut dalam kemeja tipis.

"Kenapa—!?"

Orang yang tidur di tempat tidur adalah Rushella.

Dianiaya tangan Mei barusan, si cantik yang tidur terbangun.

Perlahan-lahan, dia membuka matanya.

Karena baru saja bangun, tatapannya berkeliaran tak menentu.

Saat Rushella perlahan-lahan menyadari siapa yang berbaring diatasnya dan dimana tangan orang ini menyentuh — dia berteriak.

"Yah ——!!"

"Hei, tetap tenang! Ini dini hari, diamlah!!"

"K-Kamu, apa yang kamu lakukan!? Mungkinkah, kamu mau... aku!?"

Rushella mendorong Mei menjauh dan meringkukkan dirinya sendiri menjadi bola.

Reaksi ini wajar saja.

Draculea V02 - BW08.jpg

"...Tentu saja tidak! Aku datang untuk memberi Hi-kun serangan malam! Tetapi kenapa kamu tidur disini?!"

"Aku bangun terlalu dini hari ini, jadi aku datang kesini berniat untuk meminum darah. Tetapi pria itu tidak ada di kamar! Sementara berguling-guling di tempat tidur, menuunggu dia kembali, aku..."

"...Kamu tertidur. Ketika sang kekasih tidak ada, bersenang-senang dalam kehangatan tertinggal di tempat tidurnya... Hei, seberapa besar kamu menyukai Hi-kun!?"

"Diam, pria itu adalah pelayanku. Menyukai dia itu wajar saja! Kamu tidak diperbolehkan untuk memangsa dia!"

"Kenapa aku harus mendengarkan perintahmu!? Juga, dimana Hi-kun!?"

"Bagaimana aku bisa tau!?"

Pertempuran lisan antara vampir dan mahluk Frankenstein dimulia saat fajar.

Gendang peperangan telah dipukul di kamar Hisui untuk menandakan sebuah pertempuran all-star dengan potensi Hollywood besar.

"Selain itu, ada apa dengan caramu berpakaian yang tak tau malu itu!? Mengekspos pakaian dalammu untuk dilihat orang lain, benar-benar tak tahu malu!"

"Ya benar, seperti aku mau saja mendengar itu dari gadis yang berpenampilan telanjang kemeja! Kamu pasti melakukannya dengan sengaja!?"

"Aku mengenakan ini karena ini nyaman! Kamu mengenakan itu karena kamu berniat melakukan sesuatu pada pria itu....? Atau padaku juga..."

Dipertengahan, Rushella akhirnya menyadari apa yang telah dilakukan pada dirinya.

Pertama payudaranya telah dibelai, kemudian bagian pribadinya yang paling penting telah—

"Jalang—!!"

Memerah, dia mengambil bantal Hisui dan memukulkannya pada wajah Mei.

Terserang secara tepat, Mei melemparkannya kembali dengan marah.

"Kau benar-benar ingin berkelahi.... Kau vampir penuh nafsu!"

"Diam, Frankenstein bejat!"

Saat perselisihan mereka meningkat, niat membunuh memenuhi kamar tersebut.

Pertempuran untuk dominasi antara mahluk supranatural terkuat akhirnya akan meletus.

Guncangan dari dampak menggetarkan seluruh kamar, atau lebih tepatnya, seluruh rumah berguncang.

"....Hmm?"

Guncangan dari langit-langit menyebabkan Hisui terbangun.

Karena sumber guncangan datang dari atas, itu mungkin bukan gempa bumi, jadi apa sebenarnya yang terjadi diatas?

Menggosok mata mengantuknya, dia menyadari beberapa selimut menutupi dirinya.

Hisui rupanya jatuh tertidur saat dia membantu Eruru mencari informasi. Selimut yang menutupi dia pasti Eruru yang melakukan.

Eruru juga tidur di samping.

Menggunakan buku-buku yang tersebar sebagai bantal, dia bernafas damai.

Penampilannya yang murni dan polos tidak tampak itu dimiliki oleh seseorang di usia Hisui. Tak satupun dari sikap dinginnya yang biasanya bisa dilihat dari wajahnya sekarang ini.

Berbaring dilantai, gadis itu bukanlah petugas penting dari Departeman Kepolisian Metropolitan ataupun orang yang memikul nasib terkutuk, tetapi seorang gadis biasa yang bisa ditemukan dimanapun.

"...Jangan terlalu memaksakan dirimu sendiri."

Hisui dengan lembut menyelimuti Eruru.

Kemudian dia mulai membersihkan buku-buku disekeliling.

Tepat pada saat ini, langkah kaki panik bisa terdengar menuruni tangga.

"Ah, kamu disini!"

Rushella datang. Sesuatu pasti telah terjadi karena kemejanya telah kacau dan dia terengah-engah seolah-olah kelelahan.

"...Apa yang terjadi? Ngomong-ngomong, berhenti membuat kemejaku kotor..."

"Diam! Ini semua salahmu, karena kamu tidak ada di kamarmu, aku....!!"

Rushella memeluk dirinya sendiri, berbicara dengan mata berkaca-kaca.

Hisui tidak tau apa yang terjadi, tetapi itu tampaknya seperti sesuatu yang serius telah terjadi.

Tepat saat Hisui mencoba memastikan situasinya, pengunjung yang lain datang ke ruang bawah tanah.

"Jadi disitu kamu pergi, vampir!? Kita belum memutuskan pemenangnya !"

...Wajahnya terlihat sama-sama kelelahan, Mei berpenampilan dalam gaun malam yang seksi, basah kuyub dengan keringat.

"Eh, apa-apaan yang terjadi?"

Hisui mencoba sebaik-baiknya untuk menghindari menatap Mei saat dia bertanya. Cemberut sambil menangis, Rushella membuat tuduhan.

"Wanita ini membuat pergerakan padaku saat aku tertidur....!"

"Eh, kamu tertarik pada itu juga!?"

"Tentu saja tidak! Lesbian milik domain vampir perempuan, oke!? Selain itu, kenapa kamu tidak berada di kamarmu sendiri, Hi-kun!? Kamu membuat semua rencanaku sia-sia!" [1]

"Itu benar, kamu seharusnya dengan patuh tidur di kamarmu!!"

"Kenapa kalian berdua dalam persetujuan tegas atas hal semacam ini bahkan ketika kalian bertengkar?"

Hisui hanya bisa membantah. Pada saat ini, Eruru juga bangun, menggosok matanya.

"...Ada apa..."

"Jangan pedulikan. Tidur saja. Ah, tapi tidur disini tidak nyaman dan kamu akan kedinginan. Mari kita naik."

Hisui menyarankan.

Masih dalam linglung karena mengantuk, Eruru mengangguk dan setuju.

"Hmph, kamu pasti diperlakukan dengan baik disini."

Rushella mencibir tidak senang dan mulai melihat-lihat ruang bawah tanah.

"Hei... Bukankah ini sebuah gudang wine!? Kamu tidak pernah mengijinkan aku untuk datang kesini sebelumnya, mungkinkah karena alasan itu?"

"Terus terang, ya, itu adalah faktor penyebabnya. Ah, hei, berhenti bermain-main dengan hal-hal itu secara sembarangan!"

Rushella mengabaikan dia dan menginvasi gudang wine di sudut ruang bawah tanah.

"Hmph... Sungguh koleksi yang berkelas. Terutama wine merah, rasa yang sangat baik, aku bilang!"

Minuman beralkohol pasti wine merah — mungkin berasal dari naluri vampir, bahkan tanpa ingatan masa lalunya, Rushella masih bersikeras wine merah.

Meskipun gudang wine tersebut cukup kecil, suhu dan kelembabannya pasti di kendalikan dengan cermat. Dengan tidak adanya usia itu adalah anggur yang sangat berharga, ini memang koleksi pribadi.

"Ya, botol ini tampak bagus!"

Melihat botol wine tertentu yang menonjol dan tampaknya sangat berharga dan dijaga, Rushella mengambilnya dan meninggalkan gudang wine.

"Apa yang kamu lakukan?! Ah, itu adalah....!"

Saat Rushella keluar dari gudang anggur, Hisui menyadari botol wine merah di tangannya.

"Kembalikan."

Sebuah ekspresi serius diwajahnya, Hisui mengulurkan tangan dan memegang botol tersebut.

"Apa masalahnya? Ada begitu banyak disana, aku hanya mengambil satu!"

"Ini bukan minuman untuk anak-anak."

"Ake seorang vampir, kamu tau? Kamu pikir berapa usiaku!?"

"Tidak tau, tetapi usia mentalmu hanya seorang anak-anak. Bahkan jika kamu tidak akan mati karena keracunan alkohol keras, kamu akan mabuk. Cepat kembalikan."

"Diam!"

Keduanya menolak mundur, mereka memulai pertarungan memperebutkan botol tersebut.

Sebelum pemenangnya bisa ditentukan, perjuangan berakhir secara tak terduga. Terlepas dari tangan Rushella, botol tersebut terbang ke udara.

"Ah.....!"

Sebelum dia bisa menangkapnya, botol tersebut menghantam lantai dengan suara renyah dan pecah.

Cairan ungu gelap terpampang dilantai, melepaskan aroma yang kaya.

Seseorang dengan toleransi alkohol yang sedikit pasti akan mabuk hanya dengan sekedar menciumnya. Itulah bagaimana pekatnya dan fantastisnya aroma wine tersebut.

Seorang penikmat wine merah akan bisa mengatakan ini jelas sebuah anggur tak ternilai harganya hanya dari menciumnya.

Hisui berdiri terpaku di tempat karena terkejut, menatap hilangnya wine itu.

Kegelapan diwajahnya membuat Rushella dan semua gadis jatuh dalam keheningan.

Akhirnya, Rushella mengalihkan tatapannya dan memecah keheningan.

"I-Itu salahmu sendiri, oke....! Jangan menyalahkan aku, kamu yang mencoba merebutnya dengan paksa..."

Penyangkalan pelannya membawa nada meminta maaf.

"Baiklah, terserahlah."

Hisui mendekati sisa-sisa botol dan mencelupkan jarinya kedalam sisa wine di dasar botol. Kemudian dia mencicipinya sedikit.

"...Jadi seperti ini rasanya?"

Berseru, Hisui mulai membersihkan pecahan dari lantai.

Melihat dia dari belakang, Mei melangkah maju meminta naaf. Jelas, dia merasa pihak yang bertanggung jawab untuk insiden itu.

"...boleh aku membantumu?"

"Tidak apa-apa. Tidak perlu."

Hisui tidak marah. Lebih tepatnya, dia sepenuhnya tanpa emosi.

Buruk.

Ini adalah yang terburuk.

"Botol wine ini... Apa sesuatu yang benar-benar berharga...?"

Mei bertanya dengan ragu-ragu saat Hisui terus membersihkan dan menjawab.

"Anggur ini dari tahun saat aku lahir. Rencana awalnya adalah untuk kami buka dan meminumnya pada ulang tahunku yang kedua puluh."

" ".....!!" "

Rushella dan Mei saling menatap satu sama lain.

Siapa yang membeli wine tersebut dan yang merencanakan merayakan ulang tahun Hisui yang kedua puluh — jawabannya sudah jelas.

Orang tua asuh yang membesarkan Hisui dan mantan tuan gudang wine tersebut — vampir itu.

"Dia memberitahuku pada ulang tahunku yang kesepuluh bahwa dia benar-benar tidak sabar. Konsep waktu seorang vampir pasti benar-benar berbeda. Pada akhirnya, dia mati terlebih dulu."

Melanjutkan pekerjaannya, Hisui berbicara acuh tak acuh.

Suasana hati dari ketiga gadis yang berdiri dibelakangnya menjadi semakin suram.

Mei dan Eruru menatap Rushella dengan celaan, menyebabkan dia merasa canggung.

"...Aku akan mengambil kain untuk mengelap ini. Ah, apa ada pecahan kaca disana? Apa kamu terluka?"

Hisui selesai mengambil pecahan kaca dan menanyai Eruru.

Itu wajar saja bagi Hisui untuk khawatir tentang dia kerena dia baru saja bangun. Tetapi Rushella menanggapi dengan tidak senang.

"...Kamu tidak perlu khawatir tentang dia. Meskipun masih kalah dari aku, luka-lukanya akan sembuh cukup sepat."

"...Jangan mengatakan hal seperti itu. Semua orang merasakan rasa sakit yang sama."

"Kenapa kamu tidak berada di kamarmu? Malah, kamu pergi ke tempat semacam ini untuk menghabiskan waktu bersama wanita ini! Jika itu bukan karena kamu, aku tidak akan mengalami apa yang terjadi di kamar tidur, dan wine itu tidak akan....!"

Rushella menatap penuh kebencian pada Hisui dan melanjutkan.

"Jadi kamu lebih suka pada jenis blasteran ini? Bukan manusia ataupun vampir, seorang spesies blasteran!?"

Segera setelah dia selesai bicara, Hisui tanpa ekspresi menepuk Rushella dikepala.

Tepukan ringan, tidak ada yang luar biasa — tetapi wajah Hisui penuh dengan kemarahan yang dingin dan tanpa belas kasihan.

"Apa yang kamu lakukan!?"

"Minta maaf sekarang,"

Hisui menunjuk Eruru saat dia memerintah Rushella.

"Diam!"

Rushella memukul Hisui di dada.

Banar-benar tidak menahannya — dia menggunakan kekuatan penuhnya.

Terhantam oleh dampaknya, tubuh ramping Hisui langsung melesat dan manghantam dinding.

Malangnya, kepalanya terbentur.

"Hei apa yang kamu lakukan!?"

"Bukankah kamu sudah berlebihan!?"

Kata-kata Mei dan Eruru menyebabkan Rushella kembali ke akal sehatnya. Menyadari apa yang telah dia lakukan, dia menatap pada tinjunya sendiri.

"I-Itu semua karena.....!"

Rushella mulai menghakimi dirinya sendiri ketika Hisui berdiri. Sepertinya dahinya terluka oleh karena itu darah merembes dari luka, mewarnai merah wajah pucatnya.

Penampilan tragisnya mengejutkan semua orang yang ada.

Terhuyung-huyung, Hisui berjalan kedepan Rushella dan mengulangi kata yang sama.

"Minta maaf sekarang."

Mengatakan itu, dia pingsan dan jatuh ke lantai.

Mei dan Eruru bergegas kesampingnya.

Rushella, disisi lain, gemetar saat dia berlari keluar dari ruang bawah tanah.

"Apa kamu baik-baik saja, Hi-kun!?"

"Bagaimanapun juga, pendarahannya harus dihentikan terlebih dulu. Bantu aku."

Membawa Hisui ke lantai, Eruru melakukan perawatan pertolongan pertama.

Beruntungnya, lukanya tidak terlalu dalam, dan dikombinasikan dengan konstitusinya, pendarahan berhenti dengan cepat.

"Aku baik-baik saja sekarang. Hanya saja aku melihat ganda ketika menatap sesuatu."

"Ini tidak mungkin gegar otak, kan!? Harap tetap diam."

Setiap kalimat Eruru menyatakan kekhawatiran saat dia memindahkan Hisui untuk berbaring pada sofa ruang tengah.

"...Dimana Rushella? Dia sepertinya telah berlari keluar?"

"Benarkah?"

"Kenapa kamu memaksa dia untuk meminta maaf? Aku sangat tau bagaimana vampir berdarah murni, apalagi leluhur sejati, dalam memandang setengah vampir. Itu tidak menggangguku sama sekali. Bagaimanapun juga, aku pikir dia sebagai hina yang keji juga. Tetapi kamu—"

"Aku tidak melakukannya untuk kamu."

Hisui memekik dan menghentikan dia.

Itu benar.

Dia tidak melakukannya untuk Eruru.

"Aku hanya marah, itu saja."

"...."

"Aku marah pada dia karena mengatakan sesuatu seperti itu. Entah itu manusia atau setengah vampir bukanlah masalah. Tetapi bagi dia tanpa berpikir menghina orang lain seperti ini membuat aku marah."

Wajah Hisui samar-samar menunjukan kesedihan.

Sebagai salah satu orang yang bertanggung jawab, Mei berbicara untuk memcahkan nada suram tersebut.

"Pokoknya... Aku harus meminta maaf padamu terlebih dulu. Aku berperan dalam menyebabkan insiden wine tersebut. Maaf."

"Itu benar-benar tidak apa-apa. Aku sudah lama memutuskan jika aku membutuhkan uang, aku akan menjual koleksi itu."

Kata-kata Hisui tidak mengandung kekasaran atau pengejekan diri sendiri.

Tetapi Mei mendesah setelah mendengarnya.

"...Seperti yang aku duga. Aku pikir aku kurang-lebih bisa mengerti bagaimana perasaan Rushella."

"Apa? Aku sepenuhnya korban disini."

"Aku tau. Semuanya adalah kesalahannya. Namun, itu bukan seperti aku tidak bisa mengerti perasaannya. Ketika seorang pria berbicara pada pacarnya yang sekarang tentang mantannya, itu wajar saja bagi dia untuk tidak senang."

"Apa yang kamu bicarakan? Sangat disesalkan, aku tak punya baik itu seorang pacar yang sekarang ataupun seorang mantan."

Hisui menunjukan ekspresi bingung saat Eruru dengan tenang menjelaskannya.

"Dengan kata lain—apa yang penting bagimu bukanlah botol wine tersebut tetapi janjinya. Janji yang kamu buat dengan vampir yang membeli botol tersebut—apa aku benar? Jadi wine itu tidaklah penting. Bahkan menghancurkan botolnya tidak apa-apa. Alasannya terletak pada kenyataan bahwa wanita cantik untuk berbagi wine itu tak lagi ada. Jadi hal yang paling penting adalah—"

"Jangan berbicara seperti kamu mengerti semuanya. Berhenti menganalisa sendiri. Selain itu, aku tak punya ketertarikan pada wine."

"Bahkan jika itu benar, Rushella memahami masalahnya secara berbeda."

"Ketika pacar yang sekarang menemukan kamu masih menghargai kenangan-kenangan dari sang mantan, sudah pasti kekacauan akan dihasilkan."

"Seperti yang aku bilang, aku tidak tau apa yang kalian berdua pahami!? Jangan mengubah hubungan interpersonal menjadi semacam pertukaran cinta yang setara!?"

Hisui membentak dengan jengkel tetapi Mei dan Eruru menatap dia dengan ekspresi yang memahami.

"Tatapan macam apa itu? Apa yang kalian inginkan untuk aku lakukan?"

"Kamu tidak akan melakukan apapun? Aku hanya bertanya-tanya apakah kamu akan meninggalkan dia sendirian seperti itu."

"Aku juga. Merasa bahwa kamu tidak bisa meninggalkan dia sendirian. Dalam arti tertentu, menjaga dia disampingmu adalah syarat untuk mempertahankan kebebasannya."

"...Kenapa menjadi seperti ini?"

"Tidak tidak, kamu tidak dipaksa untuk melakukan apapun, oke? Hanya pikirkan itu dengan cara ini, jika kekasih yang sekarang kabur dari rumah setelah sebuah perdebatan, si lelaki bertanggung jawab untuk mengejar dia dan membawa dia pulang. Ini tak ada hubungannya dengan siapa yang benar atau siapa yang salah."

"Apa kamu benar-benar tipe yang bisa menolak ketika kamu mendengar seseorang mengatakan 'Jangan menekan tombol tersebut dalam keadaan apapun'?"

Bertindaklah dengan cepat — itulah masksud tatapan mendesak dari Mei dan Eruru.

Tak mampu menahan tekanan tanpa kata dari mereka, Hisui tak punya pilihan dengan mendesah kearah langit.

"...aku akan keluar membeli beberapa jus."

" "Hati-hati." "

※ ※

Itu semua salah pria itu.

Gadis tersebut mengulangi kalimat yang sama lagi dan lagi dalam hatinya, bergumam dengan suara keras berkali-kali.

Tetapi agitasi dalam hatinya malahan hanya meningkat.

Setelah meninggalkan rumah, dia terus menengok kebelakang untuk beberapa alasan.

Tak ada yang datang dari belakang.

Itu wajar saja.

Tetapi sekali lagi dia menengok kebelakang.

"Itu semua... salah pria itu...."

Dia mengatakannya lagi.

Memang benar, itu semua salah pria itu.

Bukan hanya dia terbelenggu pada vampir yang telah hancur sejak lama, dia juga bertindak intim dengan wanita lain.

Tetapi tetap saja, apa yang terjadi barusan juga—

"Eh, Rushella-san?"

Reina memanggil dia.

Bahkan di hari libur dia masih mengenakan seragam sekolah. Berbeda sekali, Rushella mengenakan pakaian formal berpotongan rendah.

"Kamu... Ada apa dengan kehadiran ini?"

Rushella bisa merasakan kehadiran yang mengerikan dari teman sekelasnya yang berdiri didepannya dan secara naluri mundur untuk menjaga jarak.

Melihat dengan hati-hati! Dia menemukan Reina memegang sebuah salib ditangannya.

Kelemahan terbesar seorang vampir.

Sebuah ornamen fashion tidak akan berbahaya tetapi yang dipegang ditangan Reina berbeda.

Yang satu ini telah diberkahi dan disucikan, diresapi dengan imannya dan sangat mengancam bagi seorang vampir.

"Oh maksud kamu ini? Karena aku baru saja kembali dari gereja...."

Reina menunjuk kearah tertentu.

Merasakan kehadiran yang tak tergambarkan yang sama dari arah itu, ekspresi Rushella menjadi serius.

"Diam, mendengar kata itu membuat aku tidak nyaman! Aku secara sengaja mengubah ruteku karena aku ingin menghindari sisi itu..."

"Huh, apa kamu tidak merasa baik disuatu tempat? Ada taman disana, mari kita kesana dan beristirahat sejenak."

Menyatakan kepedulian dan kekhawatiran, Reina mendekat.

Salib ada ditangannya.

"J-Jangan mendekat! Jauhkan benda itu!"

"Eh, ada apa? Apa ada yang salah dengan ini?"

"Jangan mendekat, sembunyikan itu!! Jangan biarkan aku melihatnya!!"

...Dihadapkan dengan sengketa yang tak dapat dimengerti ini, Reina akhirnya menyimpan salib tersebut untuk menyelesaikan urusannya meskipun wajahnya menunjukan kebingungan.

Menyerapkan sengketa ini, penampilan Rushella meyakinkan Reina bahwa dia tidak enak badan jadi dia mengarahkan Rushella untuk duduk pada bangku di taman terdekat.

"Apa kamu baik-baik saja? Aku bisa paham kamu memegang payung. Apa kamu kepanasan? Aku akan membelikan kamu minuman sport...."

"Seperti yang aku bilang, aku baik-baik saja jika kamu menyimpan benda itu lebih cepat...."

Meskipun mengeluh secara lisan, Rushella mengambil minuman sport tersebut dan meminumnya.

Kemudian dia menyadari bahwa dia pertama kalinya meminum sesuatu seperti itu.

"Jadi manusia meminum sesuatu seperti ini? Tetap saja, aku pikir itu akan lebih baik jika terasa lebih manis."

"Ah, kurasa orang ingin minum sesuatu yang manis ketika mereka lelah."

"Ya, terutama darah manis."

Reina benar-benar tidak mengerti.

Vampir dan perawan alim, sudah pasti ini kombinasi yang mustahil untuk bisa berkomunikasi pada gelombang yang sama.

"Hari ini... Kenapa Kujou-kun tidak bersama-sama dengan kamu? Kalian berdua... tinggal bersama, kan?"

"...Siapa yang tau. Dia mungkin bermesraan dengan si palsu atau si blasteran itu."

".....? Ngomong-ngomong, dia tampaknya dalam hubungan yang cukup baik dengan Sudou-san dan Kariya-san. Mereka selalu mengobrol bersama....."

Reina merendahkan tatapannya saat dia berbicara.

Tak bisa memahami apa yang Reina siratkan, Rushella secara canggung mengatakan tentang sebuah pertanyaan yang telah membebani pikirannya untuk waktu yang lama.

"Ngomong-ngomong, kamu sepertinya memandangi Hisui sepanjang waktu. Apa ada masalah, kamu khawatir tentang dia?"

"T-Tidak, itu bukan seperti aku khawatir... Umm... kamu lihat, terakhir kali ketika aku diculik, dia adalah orang yang menyelamatkan aku, kan? Meskipun aku tidak banyak mengingat tentang itu...."

"Ah, benar.... Sesuatu seperti itu."

Sebenarnya, Reina telah digigit oleh seorang vampir.

Karena ingatannya setelah tergigit menjadi tidak jelas, Reina sendiri hampir lupa apa yang terjadi.

Oleh karena itu, Hisui dan rekan-rekannya mengambil kesempatan dari amnesianya untuk memalsukan cerita tentang bagaimana dia diculik tetapi beruntungnya, Hisui menemukan secara kebetulan dan mencegah tragedi — itulah cerita yang masuk akal yang mereka katakan pada Reina tenpa menyebutkan kata "vampir" sama sekali.

Diculik dan kemudian dibius tak sadarkan diri, sehingga menjelaskan ingatan yang kabur — penjelasan ini tampaknya telah diterima, jadi Reina masih bijaksana.

Hisui juga telah memberitahu Rushella tentang itu, berharap dia tidak akan mengungkapkan kebenarannya secara sembarangan.

"Tetapi kemudian... Umm... Aku samar-samar ingat Kujou-kun... Umm... itu adalah dia yang menyelamatkan aku, kan...? Tetapi ketika aku menanyai dia, dia menolak memberitahu aku..."

"Dia tidak hanya menyelamatkan kamu tetapi aku juga. Tetapi dia seharusnya...."

"Eh, apa kamu juga terlibat dalam insiden itu, Rushella-san!?"

"Tidak, umm.... pokoknya, pria itu milikku!!"

Rushella buru-buru mengeluarkan kartu truf-nya untuk menghindari pertanyaan Reina.

Entah kenapa dia merasa tidak nyaman berada dihadapan Reina.

"Benarkah... Hubungan kalian berdua pasti begitu dekat..."

"Hmph, tetapi belakangan ini dia selalu mengurusku sangat sedikit!"

"Benarkah? Aku pikir dia selalu peduli padamu dengan dalam...."

"Itu sulit untuk dikatakan. Ngomong-ngomong, ketika kamu menatap pria itu, kenapa kamu selalu mengalihkan tatapanmu segera setelah dia berbalik?"

"B-Bukan apa-apa, ini.... Umm...."

"Tatap saja jika kamu ingin menatap. Katakan apapun yang ingin kamu katakan. Apa yang salah dengan itu?"

Tak siap untuk mendapati rahasianya terbuka, Reina menampilkan ekspresi cemas.

Tak menyadari masalah kebijaksanaan dan duniawi, vampir tersebut menembakkan serangan langsung satu demi satu.

"...Aku tidak benar-benar mengerti juga. Aku belum pernah mengalami ini sebelumnya.... Aku dibesarkan untuk mengabaikan masalah seperti ini untuk dipertimbangkan di kemudian hari..."

"Tentang apa itu? Apakah itu ajaran dari dewa tertentu?"

"Ya, keluargaku... Iman kami berjalan dengan dalam. Ketika pergi ke gereja di hari Minggu, mereka memberitahuku aku harus mengenakan seragamku... Juga ada aturan bervariasi pada segala macam hal. Bahkan ramalan sederhana dilarang. Itu sedikit menganggu...."

Si nona muda memiliki masalahnya sendiri.

Tetapi itu mustahil bagi Rushella untuk mengerti.

"Ramalan belaka tidak mengubah apa-apa. Hanya manusia yang akan bergantung pada sesuatu seperti itu. Apa kamu salah satu dari mereka?"

"Benarkah....? Aku pikir itu bekerja sampai batas tertentu...."

"Jika kamu punya sesuatu untuk dikatakan, katakanlah. Sesuatu yang ingin kamu lakukan, lakukanlah. Jangan bertele-tele. Siapapun yang aku tatap, target akan selalu melakukan perintahku dengan patuh!"

Itu jelas-jelas menggunakan "Mata Mistikmu" kan? ...Ini seharusnya menjadi bantahan khas Hisui.

Tetapi dialog masa lalu yang akrab tidak muncul, menyebabkan Rushella untuk melihat sekeliling, memikirkan Hisui.

Pada saat ini, kata-katanya sendiri menikam dirinya sendiri di hati.

Jika kamu punya sesuatu untuk dikatakan, katakanlah.

Haruskah dia mengatakan itu padanya?

"...segalanya tidak akan selalu sesederhana itu."

"Itu benar....."

Meskipun wajah kedua gadis itu tidak bertemu, mereka dalam persetujuan yang jelas pada poin yang cukup krusial.

Rushella berdiri dan mengatakan pada Reina dengan sebuah ekspresi yang tak terduga.

"Aku ingin membuat sebuah permintaan."

"Selama aku bisa membantu...."

※ ※

Aku akan keluar untuk membeli jus — meninggalkan kata-kata itu, Hisui menginggalkan rumah.

Tetapi dia tidak kembali untuk waktu yang sangat lama.

Kerena—dia masih belum menemukan Rushella.

Hisui berusaha untuk menempatkan alat pelacak pada dia sebelumnya, tetapi dia mengamuk setelah dia tau, jadi Hisui berhenti melakukannya.

Dan dia masih tidak punya ponsel.

Hisui tak punya pilihan selain mengikuti jejak dari pemburu vampir kuno dan mencari Rushella berdasarkan pada kecenderungan dan karakteristik vampir.

Rushella telah pergi setelah mengganti pakaiannya, tak membawa koper. Dia hampir tak punya uang.

Dalam kebanyakan kemungkinan, dia pasti akan pulang sendiri pada akhirnya, dalam hal itu, Mei dan Eruru yang ada dirumah akan memberitahu Hisui.

Bagaimanapun juga, Hisui memutuskan untuk memeriksa tempat-tempat dimana yang mungkin Rushella kunjungi.

"...Tempat macam apa itu?"

Dia tidak tau sama sekali.

Bagaimanapun juga, mereka selalu keluar bersama-sama. Sekarang dia telah membayangkan kemana kemungkinan dia berkeliaran sendirian, dia tidak punya petunjuk satupun.

Keinginan terbesar Rushella — darah telah dipasok oleh dia. Selain itu, Hisui tidak bisa memikirkan kegiatan yang lain bagi dia untuk menghabiskan waktunya.

Memeriksa semua tempat yang pernah dia kunjungi — sekolah, distrik perbelanjaan — semuanya, Hisui tidak bisa menemukan tanda-tanda dari dia.

Pihak Mei dan Eruru tidak memberi berita juga.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang....."

Matahari hendak terbenam, menandakan datangnya waktu vampir.

Setelah Rushella menjadi aktif sepenuhnya, wilayah kegiatannya akan semakin luas.

Aku lebih baik pulang dulu untuk merencanakan — Hisui membuat keputusan dan berbalik menuju rumah.

Sepanjang perjalanan, saat dia berbelok disudut, dia berjalan pada orang yang dia rindukan.

" "Ah." "

Mereka berdua berseru saat mereka saling menunjuk satu sama lain.

Kemudian saat-saat keheningan.

Hisui yang pertama berbicara.

"...Kemana kamu pergi?"

"Bukan urusanmu."

Kata-kata Rushella menyengat.

Dia tidak berbeda dari ketika dia pergi, kecuali dia tengah memegang kantong kertas coklat yang mencolok di pelukannya.

"Apa itu?"

"I-Ini... Aku baru kembali dari 'belanja'!"

"Jadi kamu bahkan belajar kata baru seperti itu...."

"Lalu apa urusan yang kamu punya!? Kenapa kamu disini!?"

"Itu adalah pertanyaanku."

Dibawah lampu jalan mereka saling menatap satu sama lain.

Tepat saat mereka hendak berbicara secara bersamaan—

Aroma manis yang tebal memenuhi sekeliling mereka.

Begitu tebal bahwa udara menjadi berwarna merah muda, gas ini tampaknya membawa racun.

Hisui secara naluri merasakan bahaya dan dengan panik mengamati sekelilingnya.

Jalanan dimalam hari tak ada orang lain.

Kecuali sebuah garis besar sosok dalam jubah merah bergaya tua, berdiri dalam diam.

Ditangan kanannya dia memegang pisau kecil, bersinar tajam. Di tangan kirinya ada botol kecil, sepertinya sumber dari aroma tersebut.

"Mungkinkah... kau 'Penyihir'?"

"Hati-hati... pakaian dan aroma itu, aku ingat itu!!"

Sosok tersebut mendekati pasangan itu perlahan-lahan.

Hisui dan Rushella meningkatkan kewaspadaan mereka.

Kemudian si "Penyihir" bertindak tak terduga.

Meski lebih lambat dari seorang vampir, dia masih jauh lebih lincah daripada Hisui.

".....!"

Saat keduanya menyaksikan dengan waspada, dia mengulurkan tangan kirinya kedalam jubahnya dan mengeluarkan sebuah botol baru.

Botol ini sedikit lebih besar daripada yang sebelumnya dan cukup besar untuk diletakkan ditelapak tangannya. Itu berisi cairan semerah darah segar.

Si "Penyihir" melemparkan botol itu kearah kaki mereka.

Menghindar tepat waktu, mereka tidak kena. Botol tersebut hanya hancur di tanah.

Saat mereka menyadari aroma yang dihasilkan, saat itu juga Hisui dan Rushella menyadari niat "Penyihir" untuk menghasilkan aroma ini bukannya menyerang mereka secara langsung.

Dongeng menceritakan kadal yang dijemur dan katak yang dimasak dikuali untuk menyusun ramuan penyihir — saat ini, gas beracun didepan mereka telah menciptakan ramuan rahasia dari legenda penyihir.

Hisui mengerutkan kening dan dengan panik menutup hidung dan mulutnya.

Meskipun baunya luar biasa — tak ada pengaruh yang sangat melemahkan.

Dia pasti bisa menahannya.

Tetapi Rushella tampaknya cukup tak baik di sisi lain.

Menekan tangannya pada dadanya, dia jatuh diatas satu lutut.

"Apa, ini.... begitu tak menyenangkan...."

"Hei, apa kamu baik-baik saja!? Tenangkan dirimu."

"Bagaimana rasanya.... Ramuan sihir ini aku masak menggunakan darah dan resep rahasia? Salahkan indera penciumanmu yang tajam yang menguatkan bau tak menyenangkan tersebut. Khususnya, reaksimu terhadap darah akan lebih besar."

"Ini adalah... racun yang menargetkan vampir?"

"Itu benar—bahkan rasmu akan tak bisa bergerak sementara waktu setelah menghirup. Ini—cukup!!"

Si "Penyihir" beraksi.

Untuk melindungi Rushella yang lumpuh, Hisui melangkah kedepan dia.

"Tunggu, berhenti....!"

Teriakan Rushella sia-sia.

Wajah "Penyihir" dikaburkan oleh tudung tersebut, hanya mengungkapkan senyum menggoda menggantung disudut bibirnya.

Dia mengayunkan pisau tajam.

Pisau tersebut menebas tangan Hisui yang menjaga kondisi rentan Rushella.

"...Mmm!"

Hisui merasakan rasa sakit tajam.

Namun, lukanya tidak terlalu dalam.

Dia awalnya berniat untuk meluncurkan serangan balik dengan tangannya yang lain tetapi seseorang memegang tinjunya, tanpa diragukan lagi, sensasi pada tinjunya terasa seperti itu dari seorang wanita, tetapi ada semacam salep yang memberi perasaan licin.

"Kau mau melindungi dia... Jika begitu, kau harus 'dikutuk' terlebih dulu!"

Memutar pisaunya, dia menggoreskan pada lengan Hisui, meninggalkan jejak kejam aksara berdarah.

Hisui tidak bisa memahaminya sama sekali, tetapi dia yakin itu adalah "kata-kata" dari suatu bahasa.

"Ini... Apa-apaan ini...?"

Lukanya dangkal — tetapi Hisui segera runtuh.

"Jalang—!!"

Rushella akhirnya bebas dari kekangan ramuan tersebut dan memegang pedang pendek favoritnya.

Kemudian dia mengaktifkan "mata mistik"nya.

Cahaya merah menembus si "Penyihir", menempatkan dia dibawah perintah mutlak.

"Berdiri disana dengan patuh... Lihat aku mengurusmu secara pribadi!"

Tetapi sepenuhnya tak terpengaruh, si "Penyihir" hanya memukul mulutnya.

"Cih... Pelayanmu menyelamatkanmu."

Menyadari situasinya tidak menguntungkan dia, si "penyihir" melebur kedalam kegelapan dan mundur.

Alasan lain dia mundur, mungkin karena dia merasakan seseorang mendekat.

Tetapi ini hanya kesimpulan dari perburuan tertentu ini.

"Pasti aku akan menghancurkanmu lain kali. Enyahlah — vampir!!"

"....!!"

Benar-benar tak mau menerima hasilnya, tetapi Rushella tak punya pilihan lain selain melihat si "Penyihir" melarikan diri dihadapan matanya.

Dengan panik, dia bergegas ke samping Hisui dan mengangkat dia dalam pelukannya.

"Tenangkan dirimu. Mengingat konstitusimu, cidera kecil ini seharusnya bukan masalah, kan?"

"Seharusnya begitu... Tapi... pendarahan tak berhenti... apa yang terjadi..."

"Kuatlah! Darahmu sepenuhnya milikku... Jangan membuangnya dalam pendarahan seperti ini!!"

Kata-kata Rushella seangkuh biasanya, tetapi nada suaranya sudah terisak.

"Kenapa, kenapa kamu harus melindungi aku!? Aku seorang vampir, kamu tau!? Aku abadi! Dan saat ini malam hari... Kamu benar-benar bodoh!"

"Diam... Entah itu vampir atau manusia, itu tidak relevan. Ini adalah sesuatu... yang harus aku lakukan...."

Hisui masih tetap sadar tetapi dia mendapati itu sangat sulit untuk berbicara.

Sesuatu yang tak terlihat, lebih mengerikan daripada luka, tengah mengikis tubuhnya.

"Juga, bukankah kamu... punya sesuatu untuk dikatakan...? Katakanlah... dengan benar... untuk aku..... Kamu hanya harus... melakukan itu terlebih dulu...."

Menyelesaikan kalimatnya dengan susah payah, Hisui pingsan.

"Hei... Apa yang terjadi? Tenangkan dirimu!!"

Rushella menangis histeris saat dia mengguncang tubuh Hisui dalam pelukannya.

Tetapi dia tidak bangun.

Hari berikutnya — di ruangan Rumah Sakit Seidou.

Hisui dibawa ke rumah sakit terlengkap ini yang terdekat dari tempat kejadian. Tempat ini juga berafiliasi erat dengan "Badan Investigasi Supranatural" tempat Eruru.

Setelah membawa Hisui pulang dalam pelukannya, Rushella memberitahu Eruru dan Mei apa yang terjadi dan mereka segera memanggil ambulan untuk dia.

Untuk menjamin kedamaian penuh, Hisui tengah dikarantina di ruangan yang sama dimana Reina pernah dikurung.

Ini menyiratkan bahwa dia menderita penyakit yang tidak biasa.

Dalam kenyataannya, tubuh Hisui hanya memiliki goresan dangkal — normalnya dia akan sembuh secara langsung dan keluar dari rumah sakit.

Namun, dia masih tetap tak sadarkan diri.

Draculea V02 - BW09.jpg

Dibawah pengawasan Eruru, Hisui telah menjalani segala macam tes. Disisi lain, Rushella dan Mei mendapatkan daun dari sekolah dan menunggu dengan tenang disamping dia.

Duduk di bangku di luar ruangan, wajah kedua gadis itu dipenuhi dengan kesedihan.

"Hasil tesnya keluar. Lukanya tidak serius. Mengingat konstitusinya, itu seharusnya telah tersembuhkan sejak lama. Namun, itu terus berdarah tanpa henti. Adapun untuk alasannya — kemungkinan besar pisau tersebut beracun."

Eruru memegang grafik pasien saat dia melaporkan pada kedua gadis itu. Wajahnya sama seriusnya.

"Racun...? Apa sebenarnya...."

"Berdasarkan pada analisa dari racun itu, bahan utamanya adalah mandrake. Tentu saja, itu adalah bagian yang paling ampuh — 'akar'. Kemungkinan besar akar yang hilang dari bunga yang kita temukan di petak bunga."

Eruru menjawab pertanyaan Mei dengan nada muram saat dia membalik-balikkan grafik.

"Racun mandrake paling efektif ketika tertelan secara langsung. Asalkan racun tersebut dipersiapkan dengan benar, target, bahkan seorang vampir, akan lumpuh selama jangka waktu tertentu. Tetapi karena rasanya, itu sangat sulit untuk mendapati vampir meminumnya tanpa menyadarinya. Oleh karena itu dilumurkan pada pisau. Lebih jauh lagi, ini bukan hanya 'racun' tetapi bisa dianggap sebagai sebuah media 'kutukan'."

"'Kutukan'... Apa gunanya?"

Rushella bertanya dengan tenang.

Dia adalah sasaran asli dari kutukan tersebut. Tetapi Hisui menderita sebagai hasil melindungi dia.

"Pendarahan tanpa henti. Tak peduli bagaimana kami berusaha menghentikan lukanya, darah terus mengalir. Ini kemungkinan besar kutukan yang dimaksudkan untuk menghadapi vampir. Racun saja tidak akan mengalahkan seorang vampir tetapi dengan membuat luka berdarah tanpa henti, seorang vampir bisa melemah secara terus-menerus. Bagi seorang vampir, darah adalah sumber kehidupan dan akar kekuatan. Meskipun kehilangan darah dalam skala besar tidak akan mengarah pada kematian, seorang vampir masih akan lumpuh. Kemudian mengambil kesempatan tersebut, sebuah pukulan kematian bisa dilakukan — ini mungkin rencana si penyihir?"

"Karena targetnya seorang vampir... Apa yang akan terjadi ketika itu digunakan pada seorang manusia?"

"Hasilnya sama. Namun, kerusakannya tentu saja jauh lebih besar terhadap manusia. Lebih akuratnya, seorang manusia dengan cepat akan mati karena kehabisan darah. Satu-satunya alasan Kujou-san masih hidup adalah berkat konstitusinya dianugrahi regenerasi superior dan pembuatan darah, sehingga menawarkan beberapa perlawanan kutukan."

Karena itu adalah Hisui, dia bisa masih bisa bertahan.

Tetapi kematian hanyalah masalah waktu.

"Tentu saja kami mencoba transfusi darah, tetapi karena bebarapa alasan, tipe darahnya terus bergeser, membuat semua tipe darah tidak cocok. Ini seperti jenis kutukan yang dihasilkan oleh racun. Dengan kata lain, setelah pendarahan sampai kering, tak ada harapan pemulihan. Bahkan sekarang ini, darah yang hilang perlahan-lahan mengikis kehidupannya tetes demi tetes. Jika ini berlanjut — dia kemungkinan hanya punya satu hari yang tersisa untuk hidup."

Kata-kata Eruru sepenuhnya tanpa emosi.

Tetapi wajahnya dipenuhi penderitaan.

Mei juga sama.

Hanya Rushella berbalik tanpa ekspresi dan berjalan kearah elevator.

"Sungguh seorang pria bodoh. Tak ada kesadaran diri sebagai seorang pelayan."

"Hei. Kamu benar-benar keterlaluan!"

Mei bergegas mendekat dan memegang dia pada bahunya.

Tetapi Rushella tidak melihat kebelakang.

Hanya bahunya gemetar tanpa henti.

"Bagi dia untuk mati dan mengesampingkan tugasnya mengurus aku, itu benar-benar tal bisa dimaafkan! Tetap hidup untuk melayani aku adalah prerogatif terbesar dari seorang pelayan!"

"...."

Merasakan perasaan sejati Rushella, Mei tetap diam.

Kali ini Eruru berbicara dan membuat saran.

"Berdasarkan pada segala macam informasi yang aku kumpulkan dari rumah Kujuo-san. Ada satu poin — penyihir yang menciptakan sebuah racun pasti memiliki obat penawar yang sesuai. Orang yang mengutuk orang lain selalu tau bagaimana untuk mengangkat kutukan tersebut. Menemukan si penyihir dan memberi dia pengadilan — adalah satu-satunya cara menyelamatkan Kujou-san sekarang ini."

"....."

"Juga — ketika menggunakan 'mata mistik', kamu harus mengganggu konsentrasi target terlebih dulu. Tak peduli seberapa besar kekuatan mental yang dia miliki, asalkan kamu bisa membuatnya terkejut, bahkan kekuatanmu bisa membuat dia tak berdaya."

"...Aku tau."

Rushella berlari ke elevator.

Saat Mei melihat Rushella pergi, Eruru memperingatkan dia.

"Aku harap kamu bisa tetap disampingnya untuk membantu dia. Musuh harus ditangkap hidup-hidup, jika tidak maka tidak akan ada gunanya. Sekarang ini Kujou-san tidak ada, seseorang harus bertindak untuk membantu dia."

"Tak masalah. Aku mengandalkan kamu untuk memberitahu situasi terbaru padaku, Eruru-chan."

"Baiklah.... Aku akan melanjutkan penelitian dan mencari apakah ada solusi lain."

Saat ketiga gadis tersebut mengejar tujuan mereka masing-masing, mereka berdoa dalam hati mereka untuk keselamatan Hisui.

Hidupnya berada pada persimpangan jalan, kelangsungan hidup Hisui saat ini tak menentu.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Lesbian... vampir perempuan : merujuk pada novel gothic Carmilla yang terkenal yang menampilkan vampir perempuan eponymous yang memangsa wanita muda. Mendahuli Drakula Bram Stoker.


Sebelumnya Bab 4 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 6