Editing Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 4

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 16: Line 16:
   
 
Sorakan dan teriakan serta gugaman bosan muncul. Namun Hiratsuka-sensei yang tidak terpengaruh menarik sebatang rokok entah dari mana dan menaruhnya ke dalam mulutnya, seringai nihilistik muncul di wajahnya. Dengan rokok yang mencuat dari dalam mulutnya, dia mendekatkan wajahnya pada api itu dan menghirup dalam-dalam.
 
Sorakan dan teriakan serta gugaman bosan muncul. Namun Hiratsuka-sensei yang tidak terpengaruh menarik sebatang rokok entah dari mana dan menaruhnya ke dalam mulutnya, seringai nihilistik muncul di wajahnya. Dengan rokok yang mencuat dari dalam mulutnya, dia mendekatkan wajahnya pada api itu dan menghirup dalam-dalam.
 
[[Image:YahariLoveCom_v4-107.jpg|thumb|200px]]
 
   
 
Dia menjauhkan wajahnya dan membuat helaan puas yang panjang. “Begitulah kurang lebih cara kalian melakukannya.”
 
Dia menjauhkan wajahnya dan membuat helaan puas yang panjang. “Begitulah kurang lebih cara kalian melakukannya.”
Line 371: Line 369:
 
Walaupun dia menguggamkan kata-kata itu dari sudut mulutnya, kamu masih bisa mendengarnya. Yukinoshita memikirkan hal yang sama denganku, kelihatannya. Setelah dia mendengar nama Rumi, dia mengangguk singkat.
 
Walaupun dia menguggamkan kata-kata itu dari sudut mulutnya, kamu masih bisa mendengarnya. Yukinoshita memikirkan hal yang sama denganku, kelihatannya. Setelah dia mendengar nama Rumi, dia mengangguk singkat.
   
“Aku Yukinoshita Yukino. Orang itu… Hiki… Hikiga… Hikikatakgaya‐kun<ref> Dalam bahasa Jepang, julukannya Hikigaeru-kun. Gaeru/Kaeru dapat berarti pulang, yang tentu biasa dilakukan penyendiri seperti Hachiman. Kaeru juga dapat berarti katak. </ref>, bukan?”
+
“Aku Yukinoshita Yukino. Orang itu… Hiki… Hikiga… Hikikatakgaya‐kun, bukan?”
   
 
“Hei, dari mana kamu tahu julukanku dari kelas 4 SD? Akhirnya, mereka hanya memanggilku si Katak.”
 
“Hei, dari mana kamu tahu julukanku dari kelas 4 SD? Akhirnya, mereka hanya memanggilku si Katak.”
Line 727: Line 725:
   
 
===4‐8===
 
===4‐8===
Beberapa menit setelah semua sepakat memutuskan bahwa kami akan menangani masalah ini, percakapannya mulai mengupas masalahnya. <!--the conversation started unravelling at the seams.-->
 
 
Topik diskusinya: “Bagaimana kami bisa membuat Tsurumi Rumi bisa membaur dengan temannya<!--How can we make Tsurumi Rumi fit in-->?”
 
 
Miura yang pertama memulai percakapannya. “Ay'lah, dia itu lumayan imut, jadi dia sebaiknya bergaul dengan gadis imut yang lain, b'nar tidak? Macam, sepatah kata di sini, sepatah kata di sana, dan kamu sudah jadi teman baiknya. Tidak payah, kan?”
 
 
“Benar, Bu. Kamu rajanya, Yumiko!”
 
 
“Heh, Iya, kan?”
 
 
Wow, Miura, wooooow. Begitulah logika orang super elit. Dan bagi pak Tobe untuk ikut setuju dengannya, pak, dia benar-benar baik sekali. Logika yang hebat, salut aku.
 
 
“Ka-kamu bisa melakukannya hanya karena kamu Yumiko.” Seperti yang bisa kalian duga, Yuigahama tidak setuju.
 
 
Namun, itu menjelaskan beberapa hal. Jadi salah satu alasan Miura bergaul dengan Yuigahama itu adalah karena tampangnya. Ya, aku harus mengakui Yuigahama itu bagus untuk cuci mata. Dan kurasa dia memang memiliki tubuh yang elok. Tapi karena dia itu bloon yang tak berdaya, kamu harus hati-hati dengannya.
 
 
“Dia mungkin mengutarakannya dengan buruk, tapi apa yang Yumiko katakan tentang membuat fondasi itu benar. Namun, dalam keadaan seperti ini, mungkin sulit untuk membuatnya untuk berbicara terlebih dulu<!--in the first place-->.” Hayama membela Miura sekaligus menyanggahnya, dengan menampilkan kemampuan menolak secara diplomatisnya.
 
 
Miura sekilas menunjukkan wajah yang masam, tapi dia berpura-pura setuju dengannya. “Oh, benar,” katanya, tidak meneruskannya lagi.
 
 
Selanjutnya, Ebina-san yang mengangkat tangannya, ekspresinya penuh percaya diri.
 
 
“Silahkan, Hina.” Hayama memanggilnya dengan namanya.
 
 
Tunggu, siapa? pikirku.
 
 
Totsuka menarik kausku. “Hina itu nama depan Ebina‐san. Namanya ditulis dengan karakter kanji untuk tuan putri dan sayur.”
 
 
Kebingunganku pastilah terlihat di wajahku karena Totsuka membisikkan jawabannya ke dalam telingaku. Nafasnya terasa geli dan memiliki bau yang harum. Astagaǃ Kenapa seorang laki-laki bisa begitu mirip dengan setangkai bunga?
 
 
Nama lengkap Ebina‐san adalah Ebina Hina. Chi bisa mengingatnya<ref> Referensi Chobits. Ini yang dikatakan Chi ketika dia mengingat sesuatu selagi dia menjadi robot yang semakin berguna. </ref>. Tidak seperti aku membutuhkannya, sungguh.
 
 
Ebina‐san mengucapkan isi pikirannya dengan kalem. “Tidak masalah. Dia akan baik-baik saja kalau dia hidup untuk hobinya. Sekali kamu mencurahkan perhatianmu pada hobimu, dengan sendirinya kamu akan pergi ke acara-acara dan lingkaran pertemananmu akan bertambah, kamu tahu? Aku yakin dia akan menemukan tempat yang dapat sungguh-sungguh dianggap sebagai rumahnya. Dia akan menyadari bahwa sekolah itu bukanlah akhir dunia. Dan kemudian dia akan belajar untuk bersenang-senang melakukan hal yang lain.”
 
 
Aku terkejut; itu adalah jawaban yang dipikir lebih matang-matang dari yang kukira. Terutama bagian tentang sekolah bukanlah akhir dunia itu terdengar benar bagiku. Ketika kamu SD dan SMP, duniamu berputar mengelilingi sekolah dan rumahmu. Itulah kenapa ditolak di tempat tersebut terasa seperti akhir dunia. Tapi Ebina-san berkata bahwa bukan begitu adanya, bahwa kamu perlu mencari suatu tempat di luar sekolah dimana kamu dapat bersikap apa adanya dan memandang ke depan sana.
 
 
Ah, sekarang aku mengerti. Terjun ke komunitas lain dan kamu bisa menemukan tempatmu berada, dan dari sana duniamu akan berkembang. Dan ditambah lagi, dari caranya berbicara, Ebina-san kelihatannya memahaminya lewat pengalaman pribadinya.
 
 
Ebina‐san kemudian melanjutkannya lagi.
 
 
“Aku mendapat teman lewat yaoiǃ Tidak ada yang namanya gadis yang membenci homo<ref> Kutipan oleh Ohno, salah satu karakter fujoshi dari komik manga Genshiken. </ref>ǃ Jadi Yukinoshita, maukah kamu menjadi‐”
 
 
“Yumiko, pergi ambilkan teh dengan Hina,” sela Hayama dengan cepat.
 
 
Miura berdiri dan mencengkram lengan Ebina-san. “Oke-oke. Ayo, Ebina, kita pergi dulu.”
 
 
“Ahhh! Tapi aku sedang dalam proses mengarahkannya ke jalan yang benar!” Ebina‐san memberontak dengan sia-sia, hanya untuk diketok kepalanya dengan tangkas dan diseret ke dalam kegelapan.
 
 
Yukinoshita melihatnya menghilang ke kejauhan, ekspresinya kaku dan penuh teror.
 
 
“Aku heran apa dia mencoba menyarankanku sesuatu…”
 
 
“Kamu lebih baik tidak tahu, Yukinon…” Yuigahama menjawabnya dengan agak letih. Oh begitu, jadi Ebina-san juga mencoba mendakwahnya juga.
 
 
Belum disebut kalau meskipun kamu memang, katakan saja, berteman lewat yaoi, kamu akan perang pasangan, dan jika kamu mencoba mendekati seseorang yang kamu kira seorang fujoshi, kamu tidak akan pernah sependapat dengannya soal hal-hal otaku wanita. Itu tidak akan indah. Dunia hobi hanyalah tempat lain dimana masalah dan kesialan menantimu.<!--woe betided you.-->
 
 
Setelah itu, beberapa pendapat lain perlahan muncul, tapi tidak ada rencana realistis yang terlihat.
 
 
Tanpa debat yang menstimulasi, jumlah pendapat yang diutarakan juga ikut menurun. Sumber: kelas yang tak bermotivasi. Kenapa mereka hanya mengutarakan pendapat mereka saat mereka menjatuhkan pendapatku? Orang-orang itu mengangkat tangannya jauh lebih sering dari yang mereka lakukan di kelas, sialan.
 
 
Selama momen keheningan yang canggung tersebut, Hayama mengutarakan satu hal seakan dia baru saja menyadari sesuatu.
 
 
[[Image:YahariLoveCom_v4-151.jpg|thumb|200px]]
 
 
“…kecuali kita bisa memikirkan cara untuk membuat semua orang akur, apa kita akan pernah bisa memecahkan akar masalahnya?” tanyanya.
 
 
Tanpa sadar aku tertawa sinis. Hayama menatap keras padaku.
 
 
Tapi hanya kali ini aku tidak akan mengalihkan pandanganku atau mengutarakan sesuatu yang tidak ada hubungannya<!--noncommittal-->. Dengan kepercayaan-diri yang penuh di sisiku, aku mencemooh ide Hayama di depan wajahnya.
 
 
Seperti yang kuduga, orang ini tidak paham akar permasalahannya.
 
 
Kata-kata semua orang akur itu sendiri adalah tersangka utamanya. Itu adalah sebuah frasa yang terkutuk.
 
 
Kata-kata tersebut menekankan masalahnya. Kata-kata itu adalah Geass<ref> Referensi terhadap kekuatan supranatural dalam Code Geass </ref>.
 
 
Itu adalah sebuah hukum jahat yang dipaksakan oleh para guru di dalam sebuah dunia yng berpikiran sempit. Demi menjalankan hukum tersebut, mereka memaksa menerapkan taktik yang dikenal sebagai “menutup sebelah mata” pada perselisihan yang pasti akan muncul. Tampak pada cara mereka menangani tipe-tipe kepribadian yang tidak mengikuti norma umum. Ada kejadian dimana kamu harus berurusan dengan tipe yang kamu benci juga. Dalam situasi seperti itu, jika kamu mengatakan “aku benci kamu” atau “Aku tidak ingin berurusan denganmu” pada mereka, keadaannya mungkin bisa berubah. Ada juga kemungkinan keadaannya dapat membaik atau dapat mengadakan perundingan. Tapi semua itu akan mustahil jika kamu menyimpan masalahmu dan hanya menutup-nutupi masalah-masalah yang muncul.
 
 
Itu adalah tanda setuju terhadap kebohongan malas yang dikenal sebagai ‘tone policing’<ref> sebuah taktik antidebat dimana bukannya membahas inti masalah debat, malah menyerang nada/gaya seseorang dalam menyanggah/berpendapat </ref>. Itulah kenapa aku menjatuhkan pendapat Hayama.
 
 
Bukan aku saja yang melakukannya.
 
 
“Itu mustahil. Tidak mungkin itu bisa terjadi.”
 
 
Kata-kata Yukinoshita yang sangat kalem, ditambah dengan nada suaranya yang dingin, menghancurkan pendapat Hayama lebih dari yang bisa dilakukan cemoohanku.
 
 
Dengan helaan yang pendek dan singkat, Hayama memalingkan pandangannya.
 
 
Miura, melihat penampilan ini, berteriak untuk membalasnya. “Hei, Yukinoshita‐san! Ada apa denganmu?”
 
 
“Apa yang kamu maksud?” Yukinoshita membalas nada kasar Miura dengan kekaleman yang sempurna.
 
 
Itu hanya membuat amarah Miura makin bertambah. “Aku membicarakan tingkahmu. Semua orang di sini berusaha untuk akur, jadi kenapa kamu harus mengatakan omong kosong itu? Aku benar-benar tidak suka kamu sedikitpun, tapi aku menahannya karena ini seharusnya sebuah perjalanan yang menyenangkan.”
 
 
“Te-tenang, tenang, Yumiko.” Yuigahama berusaha untuk menenangkan Miura, yang bergetar dengan amarah.
 
 
Tapi Yukinoshita, di sisi lain, sekalem air. <!--But Yukinoshita, on the other hand, was cool as a cucumber.--> “Wah, kamu mengejutkannya memiliki kesan yang baik mengenaiku<!--Oh my, you had a surprisingly high opinion of me-->. Namun, aku membencimu.”
 
 
“Ka-kamu hentikan juga, Yukinon, Yukinon!” Yuigahama, yang terjepit di antara mereka berdua, kali ini berusaha mematikan api amarah Yukinoshita. Perlu keberanian, nakǃ Kamu seorang pemadam kebakaran cilikǃ <ref> Ini kalimat dari komik manga Firefighter! Daigo of Fire Company M. </ref>
 
 
Tapi cara normal untuk mematikan api belum tentu benar. Dari apa yang kudengar, menyiramkan air pada api yang ditimbulkan zat kimia malah membuatnya berkobar.
 
 
Ini salah satu saat tersebut.
 
 
“Excuse me, Yui?” Sang Ratu Api membelalakan matanya.
 
 
“…kamu berada di pihak siapa?” seru Sang Penyihir Es, nadanya dingin.
 
 
Kamu bisa lihat mereka itu paling kuat ketika kamu menggabungkan mereka berdua. Apa ini – Medoroa? Bahkan Sang Raja Iblis Agung akan berada dalam bahaya. <ref> Dalam komik manga sampingan Dragon Questː The Adventure of Dai, Medoroa adalah mantra yang menggabungkan api dan es. Sang Raja Iblis Agung Vearn adalah orang jahatnya. </ref>
 
 
Yuigahama menciut dengan ketakutan yang tidak wajar. Dia bergetar hebat.
 
 
Oh pak, menakutkan sekali.
 
 
“Teh ini enak sekali, Totsuka. Itu mengingatkanku, aku heran apa yang sedang dilakukan Zaimokuza sekarang. Aku heran apa dia baik-baik saja.”
 
 
“Hachiman, hadapi kenyataan…”
 
 
Tidak mungkin, itu terlalu menakutkan. Jangan buat aku menghadapinya.
 
 
Yukinoshita dan Miura menatap tajam satu sama lain. Tapi karena ada tiga orang yang duduk di antara mereka, kelihatannya situasi ini tidak akan lebih memburuk lagi, syukurlah. Memisahkan anak yang tidak akur itu sangat manjur, sungguh. Karena mereka berada di ujung berlawanan di bangku yang sama, mata mereka juga tidak bisa bertemu.
 
 
Dari posisinya di dalam zona pembatas, Komachi berbicara seakan dia mendadak terpikirkan sesuatu. “Tapi dari yang kupantau darinya, Rumi-chan kelihatannya memiliki kepribadian yang agak blak-blakan, jadi meskipun kita meletakkannya dalam sekelompok siswi SD lain, akan sulit baginya untuk membaur. Bukankah kamu rasa dia akan bisa akur dengan tipe-tipe orang yang suka pamer jika dia sedikit lebih tua?”
 
 
Seperti yang Komachi katakan, Rumi mungkin tipe orang yang akan menikmati kehidupan sekolahnya kelak di masa depan. Tidak diragukan lagi para lelaki akan heboh karenanya, meskipun hubungannya dengan gadis lain tidak pernah membaik. Beberapa gadis mungkin akan menyadari hal itu dan ingin berteman dengannya. Sial, memikirkan tentang ini membuat darahku mendidih.
 
 
Hayama mengangguk setuju dengan apa yang Komachi katakan. “Ya, dia memang memberikan kesan agak dingin atau mungkin pendiam.”
 
 
“Dingin, katamu? Bukankah dia cuma bersikap angkuh? Tingkah merendahkan orangnya itu yang membuatnya dikucilkan. Seperti seseorang yang kita kenal.” Miura tertawa sinis.
 
 
“Kamu cuma memiliki delusi persekusi,” kata Yukinoshita dengan acuh tak acuh. Itu tidak terdengar seakan dia hanya sedang membicarakan soal Miura. “Kamu sadar atas inferioritasmu, jadi kamu merasa seakan kamu dipandang rendah, bukankah benar begitu?”
 
 
Miura membersut. “Lihatlah kamu ini, karena kamu mengatakan omong kosong seperti itu.” Dia berdiri dari bangku seperti sebuah roket.
 
 
“Yumiko, hentikan.”
 
 
Suara rendah Hayama menghentikan langkah Miura.
 
 
Hilang sudah candaannya sebelumnya, digantikan tekanan keras<!--Gone was his glib joking from before, replaced by steely pressure-->. Terus terang saja, dia agak menakutkan…
 
 
“Hayato… hmph!”
 
 
Selama sesaat, Miura kelihatan terkejut atas sikap Hayama, tapi dia mundur tanpa perlawanan. Setelah itu, dia menolak untuk membuka mulutnya sama sekali.
 
 
Keheningan yang suram terus berlanjut. Pada akhirnya, tidak ada orang yang berniat berbicara, dan semua yang kami putuskan adalah bahwa kami akan memecahkan masalahnya keesokan harinya. Yah, kurasa beginilah cara kerja politik.
 
 
Namun, kamu tahu kata orang. Kalau bahkan kami anak SMA saja tidak bisa akur, itu jelas di luar kemampuan kami untuk membuat anak SD itu semua untuk akur.
 
   
<noinclude>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
| '''Mundur ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 3|Bab 3]]
 
| '''Kembali ke''' [[Yahari Ore no Seishun Rabu Kome wa Machigatteru (Indonesia)|Halaman Utama]]
 
| '''Lanjut ke''' [[Oregairu (Indonesia):Jilid 4 Bab 5|Bab 5]]
 
|-
 
|}
 
   
 
=Catatan Translasi=
 
=Catatan Translasi=

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)