Oregairu (Indonesia):Jilid 9 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 2: Tanpa Masalah, Kongresnya Menari[1], namun Tidak Ada Kemajuan[edit]

2-1[edit]

Pusat komunitas dimana Isshiki dan aku akan bertemu itu lumayan dekat dengan sekolah kami. Tidak memakan lebih dari beberapa menit untuk sampai ke sana menaiki sepeda.

Sejujurnya, aku masih belum pernah menginjakkan kaki di pusat komunitas itu. Tapi karena aku cenderung lumayan sering melihatnya dalam kehidupan sehari-hariku, aku tidak ada masalah dalam menemukannya.

Persis di samping stasiun itu terdapat pusat bisnis besar MARINPIA (aka: MariPin). Ketika hari sudah sore, pemandangan banyak ibu-ibu rumah tangga dari lingkungan sekitar akan menonjol. Dan di antara mereka terdapat para murid. Berkat MarinPin didirikan di area tersebut, itu merupakan tempat yang cocok bagi murid SMA untuk mampir dan bersenang-senang sewaktu mereka akan pulang ke rumah. Sama seperti mereka, aku akan kadang-kadang mampir ke toko buku, arcade, dan bahkan tempat baseball dalam ruang[2].

Ketika aku sampai ke pusat komunitas itu, aku memarkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda.

Aku memandang sekeliling tempat itu sekilas dengan gelisah, tapi Isshiki tidak terlihat dimanapun. Yah, itu tidak seperti kami ada menentukan waktu pasti kapan kami akan bertemu.

Jika ini akan terjadi, mungkin kami seharusnya datang bersama dari awal…

Tapi tidak ada cara selain untuk bertemu di luar sekolah untuk menjaga fakta bahwa aku sedang membantu Isshiki sendirian agar tidak sampai ke Yukinoshita dan Yuigahama. Untuk menerima suatu permintaan yang berkaitan dengan OSIS sekarang ini di depan Yukinoshita itu suatu hal yang kejam untuk dilakukan. Meskipun demikian, itu akan tidak bertanggung-jawab untuk menolak permintaan Isshiki mentah-mentah. Ada juga pilihan untuk mengecualikan Yukinoshita, tapi itu terasa seperti suatu pengkhianatan yang buruk sekali. Mempertimbangkan bagaimana keadaan Klub Servis pada saat ini, memilih untuk menerima permintaan ini secara pribadi seharusnya merupakan pilihan yang terbaik.

Aku memastikan kembali kesimpulan dalam kepalaku itu dan duduk di undakan tangga di dekat pintu masuk pusat komunitas itu.

Aku duduk disana termenung-menung dan yang datang dari toko swalayan di seberang adalah Isshiki. Di tangannya terdapat kantong plastik yang terlihat berat. Setelah menyadari keberadaanku, dia berlari kecil ke arahku.

“Maaafkan aku untuk membuatmu menunggu. Aku harus pergi berbelanja sedikit…”

Isshiki membuat suatu helaan seakan kantong plastik toko swalayan itu berat.

“…Tidak, tidak masalah.”

Selagi aku menjawabnya, aku berpaling ke arah Isshiki dan mengulurkan tanganku. Ketika aku melakukannya, untuk beberapa alasan, Isshiki dengan lembut mengelak tanganku dan terus melihat ke arahku. Dia memiringkan kepalanya merasa tidak yakin akan arti di balik tindakanku.

“Huh?”

“Ada apa dengan tampang jengkelmu itu? Bukankah barusan tadi itu pesonamu untuk membuatku mengambilkan kantongnya untukmu karena itu berat”

Mendengar itu, Isshiki menggosok rambutnya dan dengan lembut mengalihkan pandangannya dariku. Wajahnya sedikit merona seakan dia merasa kaget atau bingung.

“Haa… Aah, tidak, aku hanya sedang bertingkah seperti diriku tadi…”

Ah, itu benar, huh? Bagi dirinya, dia cenderung untuk memandang para lelaki hanya sebagai pekerja jadi aku berakhir berpikir itu adalah jenis pesona yang sedang dilakukannya. Lihat, itu persis seperti bagaimana Tobe dengan alamiah menjadi si pria suruhan.

Isshiki mematung untuk sejenak, tapi dia tiba-tiba siap siaga setelah mendadak menyadari sesuatu dan menjauh selangkah dariku.

“Ha! Mungkinkah kamu sedang mencoba memikatku barusan, maafkan aku, untuk sejenak itu membuat jantungku berhenti sebentar, tapi sekarang setelah aku memikirkannya secara rasional, itu benar-benar tidak akan berhasil.”

“Aah, Begitu ya…”

Persisnya mau berapa kali aku akan terus ditolak oleh gadis ini…? Bahkan penolakannya sudah jadi menjengkelkan sekarang…

Namun jika itu cukup untuk membuat jantungnya berhenti sejenak, maka dia lebih baik berhati-hati karena dia tidak akan bisa pergi melakukan perjalanan dengan damai. Tidak mungkin jantungmu akan berhenti sejenak ketika si pramugari onee-san di pesawat mengambilkan barang-barangmu. Tidak mungkin, bukan…? Tidak, pasti akan berhenti (perbaikan si pramugari). Tidak, tunggu. Itu tidak harus seorang pramugari karena onee-san kerah biru [3]juga akan membuat jantungmu berhenti sejenak… Seperti yang bisa diduga, wanita dengan karir fisik itu menabjubkan! (perbaikan si orang yang bercita-cita jadi bapak rumah tangga).

“Yah, terserahlah.”

Aku sepenuhnya mengabaikan apa yang dikatakan Isshiki dan mengambil kantong plastik itu dari tangannya.

“Ah… Terima kasih banyak…”

Isshiki meremas lengan baju kemeja cardigannya dan dengan penuh semangat membungkukkan kepalanya. Berkat itu, aku tidak dapat mengetahui apa bentuk ekspresinya itu, tapi kata-kata berterima-kasih sopan yang tak terduga itu membuatku merasa malu.

“…Tidak apa-apa. Itu hanya bagian dari tugasku.”

Jika dia begitu bersikeras untuk mengungkapkan rasa berterima-kasihnya untuk sesuatu seperti ini setiap kali, akhirnya, dia akan berakhir meniru kebiasaan Komachi untuk mengatakan “terima kasih banyak onii-chan, aku cinta kamu”, sialan. Niatanku adalah untuk memberitahunya secara tidak langsung untuk tidak usah begitu heboh, tapi pada saat selanjutnya, aku segera menyesalinya.

“Waaa! Beeegitu handal! Kalau begitu, maka aku akan terus bergantung padamu lain kali ♪.”

Dia mengaitkan jari-jarinya di depan dadanya dan tiba-tiba membuat senyuman berseri-seri.

Aah, barangnya mendadak terasa seakan itu menjadi lebih berat barusan… Namun, apa saja yang ada disini?

Karena kantong plastik itu terasa lebih berat dari yang kusangka, aku mendapati diriku melirik ke dalam kantong itu dan didalamnya terdapat beraneka ragam makanan ringan dan jus. Yah, untuk sebuah konferensi seperti ini, itu biasa untuk memiliki makanan seperti kue-kue dan katering.

Ketika suara percakapan menjadi lebih kecil, orang-orang akan mengisi keheningan itu untuk sementara dengan memakan makanan ringan mereka dan meminum teh mereka. Itu mirip dengan situasi di mana kamu membuat tawa hambar “haha” di tengah suatu percakapan dan mereka memakan sebutir FRISK segera setelahnya. Setelah mereka melakukan itu, kamu tidak bisa tidak menduga “aah, orang ini benar-benar tidak tahu apa yang mau dibicarakan ketika berbicara denganku…”

Omong-omong, jika seseorang yang bahkan tidak berbicara tiba-tiba menawarkan, “apa kamu mau permen FRISK?”, itu adalah suatu tanda bahwa dia sedang secara tidak langsung mengatakan “nafasmu bau”! Waspadalah! Ada peluang dia mungkin menderita suatu penyakit dalam! Dari semua hal yang ada, itu hal yang harus diwaspadai?

Yah, namun pemilihan makanan ringan itu agak sulit juga. Makanan ringan yang keras dan mempunyai bau yang kuat dapat sebaliknya menjadi menggangu. Dengan demikian, aku melirik ke dalam kantong plastiknya untuk melihat apa yang Isshiki beli.

Fumu. Makanan ringan coklat berukuran-kecil, permen tenggorokan rasa buah dan cracker beras lembut… Yap, ini bukanlah pilihan yang buruk. Itu semua ada di dalam bungkusannya masing-masing jadi ini juga mendapatkan nilai tinggi. Dengan ini, kamu tidak akan perlu menyediakan piring dan semacamnya dan kamu juga bisa mencegah mengotori tanganmu. Ditambah lagi, itu tidak akan begitu merepotkan untuk diurus ketika sudah waktunya untuk pulang ke rumah.

“Hooo, kamu mengejutkannya pengertian, bukan?”

Tegasku, dengan sedikit terkesan, dan Isshiki membuat suatu ekspresi jengkel serta dongkol.

“Apa yang kamu maksud dengan ‘mengejutkannya’…? Aku perlu memberitahumu bahwa aku itu orang yang sangat pengertian. Yah, walau pihak mereka juga menyediakan beberapa makanan ringan juga.”

“Oh. Kalau begitu apa kita bahkan memerlukan ini? Toh, semua biayanya akan ditanggung pihak mereka. Kenapa tidak cukup memakan semua makanan ringan mereka saja?”

“Kita tidak bisa benar-benar melakukan itu…”

Ketika dia menjawab, ekspresi Isshiki mengeras.

Oh, begitu. Memang, itu terlihat seperti dia benar-benar sedang bersikap pengertian dalam berbagai cara. Jika pihak mereka menyediakan sesuatu, kami tidak bisa cukup datang dengan tangan kosong setiap kali. Singkatnya sesuatu seperti itu.

Itu sebenarnya lebih merepotkan untuk bersikap sepengertian ini dalam keadaan dimana kami diundang hanya sebagai tamu saja. Tapi selama dua sponsor gabungan mengenai acara ini memiliki kedudukan yang sama, maka mereka harus setidaknya mempertahankan hubungan setara ini meskipun itu sesuatu yang sederhana seperti membawa datang makanan ringan.

Harus bekerja bersama-sama sekolah lain itu masalah yang cukup menyusahkan. Karena itu akan berlanjut ke dalam pekerjaan yang sesungguhnya juga, pertanyaan tentang bagaimana itu akan mempengaruhi keadaannya membuatnya terasa seakan kantong plastik di tanganku menjadi satu tingkat lebih berat dari sebelumnya.


× × ×


2-2[edit]

Diajak oleh Isshiki, aku berjalan masuk ke dalam pusat komunitas itu.

Bagaimanapun juga, aku tidak pernah mengunjungi pusat komunitas ini sebelumnya, jadi persisnya apa itu yang kamu lakukan di dalam sini? Aku heran, apa mereka menyembuhkan komunitasmu dengan BGM Ten Ten Terorin ♪ BGM[4] atau apa? Pusat monster apa itu?

Setelah kami benar-benar memasukinya, bagian dalamnya mirip sebuah kantor pemerintah dengan suasana dingin dan damai yang terus berlanjut. Itu adalah suasana yang membuat kamu berpikir dua kali sebelum berteriak dengan suara keras. Perpustakaan yang ada di lantai satu mungkin merupakan alasan untuk itu.

Aku mengikuti Isshiki ke lantai dua dan suasananya berubah sedikit. Suara orang berbicara dan musik dapat terdengar.

Tangganya terus menjulang ke atas. Ada suara musik yang datang dari lantai tiga.

“Aku heran, apa yang mungkin sedang mereka lakukan?” Selagi aku memikirkan ini, aku melihat ke atas tangga dan begitu pula dengan Isshiki.

“Ada suatu aula besar di lantai tiga. Kelihatannya mereka akan menyelenggarakan acara Natalnya di atas sana.”

“Hooh…”

Itu terlihat seperti ada semacam tarian atau sebuah klub yang sedang di tengah-tengah melakukan aktivitas mereka di atas sana yang terbukti dari getaran yang datang dari lantai tiga.

Fumu… Singkatnya, ini sama saja dengan pusat komunitas pemerintah. Ini adalah suatu bangunan publik dimana para penduduk lokal akan berkumpul untuk melakukan berbagai aktivitas dan acara-acara. Jadi, apa bedanya ini dengan pusat komunitas pemerintah? Ukurannya?

Aku tidak begitu familier dengan bangunan ini jadi aku dengan risih melihat sekeliling. Isshiki yang maju jauh di depan berhenti di depan pintu suatu ruangan tertentu.

Di atas pintu tersebut tertulis “Ruangan Seminar”. Kelihatannya mereka menyewa ruangan ini untuk menyelenggarakan konferensinya.

Isshiki mengetuk pintunya.

“Ya, silahkan masuk.”

Ketika suatu suara memanggil dari dalam, Isshiki menarik nafas kecil dan meletakkan tangannya pada pintu tersebut.

Setelah membuka pintu tersebut, suara-suara keributan tumpah dari ruangan itu. Keberadaan meja-meja dan kursi-kursi membuat ruangan itu terasa seperti sebuah ruang kelas di sekolah.

“Terima kasih atas kerja kerasmu.”

Isshiki memberikan sapaan riangnya selagi dia masuk ke dalam ruangannya terlebih dulu. Bahkan setelah aku mengikutinya ke dalam, tidak ada tanda-tanda suara obrolan itu akan menghilang. Ditambah lagi, tidak ada satu orangpun yang mengarahkan pandangan mereka padaku. Semua orang kelihatannya sedang terasyikkan dalam percakapan mereka sendiri sehingga mereka tidak begitu tertarik denganku.

Tapi itu terlihat seperti Isshiki benar-benar diakui sebab suatu suara yang datang dari kelompok itu memanggil dirinya. Dilihat lebih dekat, orang yang memanggilnya dengan satu tangan terangkat itu adalah seorang laki-laki yang mengenakan seragam SMA Kaihin Sogo.

“Iroha-chan, sebelah sini.”

“Aah, seeeeelamat sore.”

Isshiki melambaikan tangannya selagi dia menuju ke arah kelompok itu. Aku tentu saja mengikuti persis di belakangnya. Ketika aku melakukannya, sekarang setelah aku berada di depannya, si laki-laki yang memanggil Isshiki melihat ke arahku dengan ekspresi kebingungan. Dia kemudian dengan pelan berbisik ke arah telinga Isshiki.

“Siapa ini?”

“Aah, salah satu kaki tangan kami!”

Itu suatu penjelasan yang kurang ajar melihat betapa besarnya seringaianmu itu, benar bukan, Isshiki? Tapi bahkan dengan perkenalan semacam itu, laki-laki itu membuat seruan terkesan “ooh” dan berpaling ke arahku.

“Aku Tamanawa. Aku ketua OSIS SMA Kaihin Sogo. Senang berjumpa denganmu!”

“…Ah, senang berjumpa denganmu.”

Tiba-tiba diberikan perkenalan mendadak yang tak kusangka, aku bimbang tentang apa aku seharusnya memberitahu namaku juga yang dimana Tamanawa tidak terlihat keberatan selagi dia meneruskan.

“Aku benar-benar senang kami bisa merencanakan ini bersama dengan SMA Sobu. Aku sedang berpikir akan bagaimana kita perlu membentuk suatu HUBUNGAN REKAN yang akan membawa sebuah efek SINERGI dimana kita bisa saling MERESPEK satu sama lain, kamu tahu.”

…Jangan memulainya dengan kalimat lucu, meeen. Setengah dari apa yang dia katakan masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tapi kelihatannya Tamanawa adalah orang yang menyusun konferensi acara Natal ini. Aku menyadarinya dari kata-kata pilihan yang diucapkannya.

Karena posisi Tamanawa sebagai ketua OSIS SMA Kaihin Sogo, hanya berbicara dengannya menyebabkan orang-orang di sekitarnya terseret ke dalam percakapannya. Pada saat tersebut, orang-orang memperkenalkan diri mereka, tapi, jujur saja, aku tidak dapat mengingat mereka semua. Yah, setelah acara ini selesai, kami tidak akan bertemu lagi, jadi tidak perlu untuk memasukkan satupun dari mereka ke dalam ingatanku.

Hanya harus menghadapi begitu banyak orang saja sudah lumayan melelahkan. Aku secara refleks membuat suatu helaan. Aku meninggalkan sisanya pada Isshiki, duduk di suatu tempat duduk yang lebih jauh dan mengamati Isshiki dan yang lain.

Ketika aku melakukannya, mataku bertemu dengan mata seseorang yang memiliki tampang bingung di kerumunan orang itu. Orang itu berkedip kaget setelah melihatku. Dan kemudian orang itu berdiri dan berjalan ke arahku.

“Oh, Hikigaya?”

“…Oh.”

Ketika namaku dipanggil oleh orang yang mengejutkan, aku terkaget dan terlambat meresponnya. Tak kusadari, setetes keringat mengalir jatuh.

Seragam SMA Kaihin Sogo gadis itu agak sedikit kusut dan dia sedang menyisiri rambut perm hitamnya dengan jarinya.

Orimoto Kaori.

Dia adalah teman sekelas dari SMPku dan juga gadis yang kunyatai cintaku dahulu kala. Hanya baru-baru ini saja, kami mendapat pertemuan yang tak terduga dan kemudian aku terlempar ke dalam situasi yang tak terduga. Apa yang terjadi dahulu kala dan baru-baru ini bukanlah kenangan yang sangat menyenangkan.

Dipikir-pikir lagi, Orimoto masuk ke SMA Kaihin Sogo, bukan? Fakta bahwa dia ada di sini berarti dia terlibat dengan OSIS, huh…?

Kecurigaan itu juga dipikirkannya kelihatannya. Dia membuat seruan kaget.

“Hikigaya, kamu masuk ke OSIS?”

“Tidak…”

Ketika aku menjawabnya, Orimoto mengangguk dengan yakin.

“Aah, Begitu ya. Kalau begitu kurasa situasi kita sama. Aku ada di sini karena ada teman yang mengajakku, kamu tahu.”

Saat dia mengatakan itu, Orimoto melirik ke belakangku dan melihat ke sekeliling dengan gelisah. Apa dia sedang mencari sesuatu?

“Hikigaya, apa kamu sendirian?”

“Ya, sama seperti biasanya.”

Setelah aku menjawab, Orimoto mendengus dan tertawa terbahak-bahak selagi dia memegangi perutnya.

“Apa-apaan, itu super kocak.”

“Tidak, itu tidak kocak…”

Tidak ada yang kocak di sini… Lagipula, aku bukan yang menerimanya! Dan aku juga bukan yang memberikannya[5]!

Namun, berkat Orimoto, aku memiliki pemahaman yang sedikit lebih baik mengenai kelompok ini. Walaupun ini adalah suatu konferensi acara di antara OSIS dua sekolah, SMA Sobu, kelihatannya bahkan relawan juga berpartisipasi.

“Bukankah pihakmu, macam, kekurangan anggota? Atau apa hanya kami yang banyak?”

“Mana kutahu…?”

Melihat bahwa hari ini adalah yang pertama kalinya aku di sini, aku tidak begitu sadar akan situasi di dalam ruangan ini. tapi ketika aku melihat ke sekeliling ruangan, SMA Kaihon Sogo hanya ada sekitar sepuluh orang. Di sisi lain, pihak SMA Sobu ada…

Huh? OSIS kami… Aah, di sana mereka. Mereka berkerumun di sudut sebelah sana. Jumlah anggota selain aku dan Isshiki yang mengenakan seragam mereka ada satu, dua… empat orang huh? Ditambah lagi, tidak seperti anggota dari SMA Kaihin Sogo, anggota kami terlihat lemah jika dibandingkan. Itu terlihat agak memalukan.

“Kamu benar, kami tidak ada banyak anggota…”

“Duh, kamu bisa mengetahuinya dengan hanya melihatnya saja… Yah, tidak seperti itu penting.”

Ketika dia mengatakan itu, Orimoto terlihat seakan dia tidak tertarik lagi dan segera meninggalkan sisiku ke tempatnya semula. Isshiki kembali seakan dia ku-tag. Isshiki terus menatap ke arah Orimoto dengan cermat dan kata-kata itu terselip keluar.

“Senpai, ada yang kamu kenal?”

Caramu mengatakan itu terdengar seperti kamu sebenarnya sedang berkata “ada orang yang kamu kenal?” Mari hentikan itu, oke, Irohasu? Juga, kamu, kamu pernah melihatnya setidaknya sekali sebelumnya, bukan? Dia mungkin tidak ingat karena dia begitu jauh waktu itu. Pertama-tama, aku agak sedikit tidak yakin bagaimana pergi menjelaskan ini, tapi berkat itu, pada akhirnya aku bisa melemparkan jawaban biasa.

“Ya. Yah, hanya teman sekelas dari SMP.”

“Heeh…”

Walaupun Isshiki menanyakan mengenainya, dia tidak terlihat begitu tertarik selagi dia duduk dan mulai membagikan makanan ringan yang dia beli. Melihat itu, orang-orang dari SMA Kaihin Sogo mulai menyiapkan makanan ringan dan minuman mereka juga.

Kelihatannya rapatnya sudah akan segera dimulai.

Baik pihak Kaihin Sogo dan pihak Sobu pergi ke tempat duduk mereka yang sudah ditentukan. Semua orang duduk di tempat duduk mereka yang dijejerkan mengelilingi meja berbentuk C itu. Sekarang kalau begitu, sudut mana yang sebaiknya kududuki…? Melindungi salah satu dari empat sudut itu membuatku benar-benar merasa aku adalah salah satu Empat Hewan Suci[6] atau begitulah yang kupikir sampai lengan bajuku ditarik.

“Senpai, silahkan duduk di sebelah sana~”

“Eh, Aku tidak masalah dengan di sudut saja…”

Meskipun aku mengatakan itu, Isshiki tidak mau melepaskan lengan bajuku. Aku mencoba untuk melepaskan diri dari tangan yang menangkapi diriku, tapi Isshiki terus memeganginya. Ada apa dengan kekuatan ini? Caranya memegang padaku itu begitu imut, tapi aku bahkan sama sekali tidak bisa melepaskan diri…

“Ayola', ayola', sudah mau dimulai, kamu tahuuu~”

Dia bahkan menarik lengan bajuku dengan lebih kuat lagi.

“Oke, oke. Kamu akan menggoyaknya.”

Yah, tidak peduli dimana aku duduk, aku toh tidak akan mengatakan apapun, jadi itu akan sama saja pada akhirnya. Kalau begitu, tempat duduk dengan makanan ringan tepat di depanku itu akan bagus untukku. Aku dengan enggan menyerah dan duduk di samping Isshiki.

Walaupun itu meja berbentuk C, tepat di tengah-tengah adalah tempat duduk ulang tahun yang ditempati oleh ketua OSIS SMA Kaihin Sogo, Tamanawa. Kami, SMA Sobu, duduk di sisi kanan meja itu.

Dan ketika aku melihat lebih cermat lagi, persis seperti yang dikatakan Orimoto tadi, pihak mereka memiliki anggota yang lebih banyak. Kalau hanya menyangkut jumlah, mereka memiliki dua kali lipat jumlah anggota, tapi itu terasa seperti bahkan ada perbedaan yang lebih besar lagi dalam substansi dari jumlah anggota mereka. Alasan utamanya mungkin ada berhubungan dengan level keributan mereka. Para gadis dan lelaki di SMA Kaihin Sogo terlihat hidup sementara pihak SMA Sobu terlihat mati jika dibandingkan.

Yah, melihat bahwa pihak mereka-lah yang menyarankan ide ini, perbedaan dalam motivasi itu sesuatu yang tidak bisa diapa-apakan. Aku rasa itu sesuatu seperti antara mereka yang merupakan para penyelenggara acara dan mereka yang merupakan pendukung acara. Perbedaan mereka jelas ditunjukkan dalam urutan tempat duduknya.

Menilai dari situasinya, kelihatannya neraca kekuatannya condong ke arah SMA Kaihin Sogo dengan mereka sebagai pihak utama dalam berbagai hal sementara SMA Sobu ditunjuk sebagai pihak pendukung.

Ketika ketua pihak mereka, Tamanawa, memastikan bahwa semua orang telah mengambil tempat duduk mereka, dia menepuk tangannya.

“Eeerm, kami sekarang akan memulai konferensinya. Aku berharap untuk dapat bekerja sama dengan kalian semua.”

Dia berbicara seperti dia sudah terbiasa dengannya dan semua orang membungkukkan kepala mereka.

Akhirnya, konferensinya sudah dimulai.

Tamanawa memanggil satu orang dari kelompok rekan satu timnya yang bergerak menuju ke depan papan tulis. Selagi suara spidol menekan ke bawah bergema, Tamanawa membuka mulutnya selagi dia mengamati dengan pandangan menyamping.

“Mirip seperti sebelumnya, mari kita melakukan sedikit BRAINSTORMING.”

Eh, apa-apaan? Itu begitu keren. Walau aku tidak bisa memakai kemampuan macam itu?

Atau begitulah yang kupikir untuk sejenak, tapi dia sebenarnya hanya mengacu pada diskusi. Ada berbagai jenis definisinya, tapi itu singkatnya berarti sekelompok orang akan sebebasnya mengutarakan ide-ide mereka.

“Topik diskusinya akan dilanjutkan dari yang sebelumnya dan kita mengharapkan beberapa IDE mengenai KONSEP dan isi acara itu…”

Selagi Tamanawa melanjutkan urusannya, pihak SMA Kaihin Sogo mulai mengacungkan tangan mereka satu per satu, masing-masing memberikan pendapat mereka mengenai topik permasalahannya.

Aku mengamati mereka untuk sejenak. Maksudku, kalian tahu, singkatnya seperti itu. Memberikan idemu ketika kamu bahkan tidak memiliki pemahaman mendasar dari situasinya hanya akan berakhir menjadi penganggu. Itu tidak seperti aku sedang mencoba untuk mencari cara gampang untuk melakukannya atau mengelak dari tugas, aku hanya sedang bersikap pengertian!

Seseorang dari pihak mereka mengatakan ini.

“Jika kita mempertimbangkan tuntutan terhadap kita para murid SMA, kita sudah pasti harus membuat INOVASI dalam area-area mengenai PEMIKIRAN anak-anak muda…”

Fumu, Begitu ya. Pemikiran bagus.

Lagi, seorang murid lain di sebelah sana berbicara.

“Kalau begitu, maka jelas itu berarti kita pasti akan harus berpikir untuk membentuk suatu kondisi SAMA-SAMA SENANG dengan pihak KOMUNITAS sebagai prasyaratnya.”

O-Oke. Yah, aku mengerti itu.

Sekali lagi, satu orang lagi dari pihak mereka berbicara.

“Jika begitu, maka kita mungkin harus menaruh pertimbangan strategik dalam BIAYA-MANFAAT[7]. Jadi kita akan menarik suatu KONSENSUS untuk itu…”

Y-Ya… Benar.

Selagi aku mengamati mereka tanpa bersuara sampai saat tersebut, pemikiran itu tiba-tiba menghantamku.

…Ada apa dengan konferensi ini?

Tidak hanya aku tidak paham sama sekali tentang apa yang sedang mereka lakukan, aku bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkinkah itu? Aku heran, mungkinkah karena aku itu tolol sehingga aku tidak bisa mengerti?

Selagi aku berpikir dengan cemas, aku melihat pada Isshiki yang sedang duduk di sampingku dan dia sedang menganggukkan kepalanya selagi menyerukan “Whoa…” dengan suara terkagum. Kamu memahaminya? Phone a friend.[8]

Itu akan buruk jika aku ketinggalan meskipun aku berada di sini untuk membantu, jadi aku dengan diam-diam memastikannya dengan Isshiki.

“Isshiki, apa yang sedang mereka lakukan sekarang ini?”

Ketika aku berbisik padanya, Isshiki memutar kepalanya sedikit ke arahku. Dia dengan imut memiringkan kepalanya.

“Eh…? Mana kutahu?”

“Mana kutahu?”, jangan beritahu aku, kamu… Siapa kamu, si pemain tenis meja, Ai-chan[9]?

Gadis ini, dia tidak mengerti satupun dan dia masih memiliki reaksi itu? Aku melihat ke arahnya dengan tampang kaget, tapi Isshiki tidak terlihat menghiraukan itu. Senyuman kecilnya tidak mengatakan apapun selain. “jangan kuuuatir, semua baik-baik saja.”

“Yah, pihak mereka sedang mengeluarkan semua ide-ide mereka.”

“Hoohm…”

Jadi jika pihak mereka yang melakukan tugas berpikirnya, maka pihak kami hanya perlu mengerjakan semuanya… Yah, kalau begitu, hanya aku sendiri saja sudah akan cukup kelihatannya.

Aku tidak membenci kerja keras yang sederhana. Melakukan suatu pekerjaan berulang-ulang tanpa henti seperti mesin itu mengikis jiwa, tapi jiwaku sudah sepenuhnya jauh terkikis, belum dibilang tidak tahu malu lagi. Jika aku tidak perlu bersikap pengertian deengan orang lain dan aku bisa tidak perlu memakai kepalaku, maka itu merupakan suatu surga dalam caranya sendiri.

Mmkei, kalau begitu aku lebih baik mendengarkan apa yang sedang terjadi supaya aku bisa setidaknya melakukan apa yang perlu kulakukan. Tapi itu terasa seperti percakapan mereka tidak ada substansi apapun di dalamnya…

Mengenai persoalan itu, Tamanawa yang sedang memimpin rapat itu terlihat seperti dia merasakan hal yang sama.

“Semuanya, bukankah ada sesuatu yang lebih penting…?”

Ketika Tamanawa mengucapkannya dengan nada berat, hawa dingin menjalari tempat dudukku. Seperti yang bisa diduga dari yang menjadi ketua OSIS, kehebatannya itu cukup sesuatu. Semua orang memusatkan perhatian mereka menunggu apa yang akan dia katakan selanjutnya.

Dan kemudian, Tamanawa memandang ke sekeliling pada keseluruhan Ruangan Seminar itu dan membuat gerakan tangan yang sedikit berlebih-lebihan yang terlihat seperti dia sedang memutar roda tembikar dan berkata.

“Kita perlu memakai PEMIKIRAN LOGIS ketika kita memikirkan tentang sesuatu secara logis.”

Bukankah kamu hanya mengatakan hal yang sama? Persisnya mau berapa kali kamu akan berpikir?

“Kita perlu mendukung PIHAK PELANGGAN dari sudut pandang pelanggan, kamu tahu.”

Seperti yang kubilang, bukankah kamu hanya mengucapkan hal yang sama? Persisnya ada berapa banyak pelanggan yang akan kamu dapat?

Aku merasa seperti aku sedang memiliki senyuman berkedut yang muncul di wajahku. Tapi semua orang lain memiliki ekspresi “oh, begitu” dan sedang melihat pada Tamanawa dengan mata berbinar-binar.

…Itu tidak bagus. Ketua ini dan yang lain adalah orang-orang yang mengikuti pola-pola yang sama.

Malahan, ini adalah sebuah perkumpulan orang-orang yang serupa atau mungkin perkumpulan orang-orang yang terlihat ingin mengincar sesuatu. Alur konferensi ini tidak berubah selagi itu berlanjut.

“Kalau begitu kita harus mempertimbangkan ALIH DAYA juga.”

“Tapi dengan METODE kita sekarang ini, itu mungkin agak sedikit sulit, dari sisi-SKEMATIK.”

“Begitu ya. Kalau begitu, ada kemungkinan bahwa kita perlu memRSCHD hal-hal.”

Apa-apaan itu RSCHD[10]? Sebuah toko dengan lidah sapi yang lezat [11]? Kenapa mereka-mereka ini terus-terusan memakai katakana [12]? Ruu Ooshiba[13]?

Menginovasi sebuah INOVASI! NEGOSIASI yang didiskusikan dan dinegosiasikan! Rencana yang tersolusikan itu suatu SOLUSI! Pengulangan itu terus berlanjut. Aku pikir ide mereka itu tidaklah HIP - HOP karena kesadaran mereka jelas sekali HOP - UP.

Fueee… Kesadaranku begitu tiiiiingi sekali… Itu terasa seperti kesadaran kecil dan malangku itu naik jauh di atas ke suatu tempat…


× × ×


2-3[edit]

Dari mana kita datang dan kemana kita pergi?[14]

Itu adalah sebuah konferensi dimana pemikiran itu tiba-tiba melintas dalam pikiranku. Dari manalah konferensi ini datang dan mau kemana konferensi ini?

Konferensi itu akhirnya berakhir dengan tidak ada keputusan yang menyerupai kesimpulan.

Tapi BRAINSTORMING umumnya sesuatu seperti itu. Sebuah diskusi umumnya sesuatu dimana kamu mengeluarkan beraneka ragam ide. Itu digelar dengan tujuan untuk membuat kemajuan. Dengan demikian, ternyata konferensi ini sendiri mungkin tidak begitu hampir se-tidak berguna itu.

Ada satu hal yang sedikit menangkap perhatianku dan itu adalah bagaimana sebagian besar sarannya datang terutama dari SMA Kaihin Sogo. Walaupun hadir, SMA Sobu sebagian besar tidak mengatakan apapun. Yah, jika hal-hal tadi seperti “proklamasi yang sangat sadar[15]” itu terus menerus dilontarkan, maka menjadi gugup itu wajar. Bahkan sang ketua Isshiki tidak terlihat seperti dia juga akan mengatakan sesuatu.

Dan berbicara mengenai Isshiki itu, dia kelihatannya sedang berbicara tanpa henti dengan ketua SMA Kaihin Sogo.

Pada saat itu, aku tidak ada yang bisa dilakukan, jadi aku mengamati Isshiki dengan termenung-menung dari tempat yang sedikit jauh. Ketika aku melakukannya, Isshiki menyadari keberadaanku dan memotong percakapannya pada bagian yang pas dan mendekatiku.

“Senpai, apa kamu mendapat gambaran yang bagus tentang apa yang sedang terjadi?”

“Tidak sama sekali… Aku tidak memahami satu hal pun.”

Isshiki mungkin sedang menanyakanku apakah aku mengerti apa yang didiskusikan dalam konferensi itu. Aku menyadari hal itu, tapi sayangnya, aku hanya bisa mengucapkan kalimat standar karena itu akan aneh untuk mengatakan aku sebenarnya mengerti apa yang sedang terjadi.

Menduga-duga bagaimana perasaanku dari ekspresiku, Isshiki membuat helaan pendek.

“Aah, toh, mereka sedang mengatakan sekumpulan hal-hal sulit.”

Yah, bukan kata-katanya itu sulit, tapi itu terlalu samar, membuatnya benar-benar sulit untuk dimengerti. Tapi perbedaan itu sepele bagi Isshiki selagi dia membuat suatu senyuman mencandukan.

“Tapi ketika aku bilang “menaaaaabjubkan” dan “Aku sebaiknya berusaha keraaas juga!”, mereka benar-benar memandangku dengan serius. Setelah itu, aku hanya perlu membalas pesan-pesan dari waktu ke waktu dan seharusnya itu tidak akan ada masalah.”

“Seseorang akan menikammu suatu hari…”

Itu mungkin bukan sekarang, tapi pada suatu waktu dia akan benar-benar menderita dari balasan karmanya dan itu membuatku khawatir. Sungguh, pria yang tidak populer cenderung terlalu mudah diseret-seret, jadi segala jenis tragedi malang akan bermunculan… Pria tidak populer cenderung anehnya polos dengan pikiran mesum dan karena kejujuran ini, mereka cenderung dengan mudahnya salah paham. Apa-apaan? Memikirkannya lagi, pria tidak populer itu pria-pria yang benar-benar hebat! Kenapa mereka tidak populer? Sungguh misterius!

Selagi aku memikirkan itu, Isshiki mengerang terlihat seakan sedang memikirkan sesuatu.

“…Tapi senpai, kamu akan memberikan kesan itu kadang-kadang, kamu tahu? Seperti bagaimana kamu akan terlihat seperti kamu itu cerdas atau betapa kamu itu salah satu tipe-tipe terlampau sadar itu.”

Dia membuat setengah senyuman selagi dia mengatakan itu. Persis setelah kata tipe-tipe terlampau sadar itu terdapat kata (lol) tertempel padanya…

“Jangan kelompokkan aku dengan mereka. Aku bukan tipe orang yang terlampau sadar. Aku tipe orang yang terlampau sadar diri.”

Tipe orang terlampau sadar (lol) adalah, yah, singkatnya orang-orang yang berusaha keras membuat orang lain terpesona dengan niatan untuk menunjukkan bahwa mereka sudah dewasa. Mereka adalah sekelompok anak-anak menjengkelkan yang menggunakan istilah-istilah lingo[16] bisnis dan manajemen yang paling sesuai untuk menunjukkan betapa cakapnya mereka dibandingkan dengan orang lain. Itu tidak begitu berbeda dari chuunibyou.

Di sisi lain, tipe-tipe orang yang terlampau sadar diri itu hanyalah anak-anak menjengkelkan biasa. Itu tidak begitu berbeda dari kounibyou.

“Haa, Aku benar-benar tidak mengerti.”

Isshiki menjawab dengan letih. Yah, aku juga tidak mengerti. Tidak peduli yang manapun itu, fakta bahwa mereka berdua itu menjengkelkan untuk dilihat tidak berubah.

“Omong-omong, sekarang setelah kita sudah memahami apa yang perlu kita lakukan, ayo kita memulainya?”

Isshiki segera mempersembahkan setumpuk kertas.

Oh, begitu. Jadi apa yang dia lakukan tadi itu bukan hanya percakapan ramah tamah, tapi dia sedang menanyakan detail tentang apa yang pihak kami, SMA Sobu, yang tidak mengajukan apa-apa selama konferensi itu, harus lakukan.

Kadang-kadang, ada saat-saat dimana menggelar sebuah konferensi itu tidak ada artinya. Tidak ada hal penting yang diputuskan dalam konferensi karena sebagian besar akan diputuskan di balik layar oleh orang-orang lebih penting, yang merupakan kejadian biasa.

Dia sendiri terutama bijak di area itu. Dia adalah gadis kelas sepuluh yang imut dan dia sedang diperlakukan dengan cukup baik.

“Kamu sudah lumayan dekat dengan mereka.”

“Mm. Yah, aku rasa begitu.”

Isshiki meletakkan jari telunjuknya pada dagunya dan mengerang selagi dia memiringkan kepalanya. Dia kemudian menyerukan “aha” dengan suatu senyuman.

“…Tunggu! Kamulah yang mengajariku itu, senpai. Bahwa gadis yang lebih muda yang ingin diajari itu imut.”

“Aku tidak ingat mengajarimu itu…”

Benar, aku memang mengajarinya bagaimana untuk memakai keuntungan dari manfaat dalam posisinya itu, tapi aku tidak ingat memberitahunya sesuatu sespesifik itu. Tidak, jika kamu akan menjelaskannya dengan cara Isshiki, maka itulah hasil yang muncul… Tidak bagus, apa aku tanpa sengaja melahirkan seorang monster? Ini pasti akan berakhir pada circle crash[17], huh…

“Tapi, yah, kalau begitu kamu bisa cukup menyerahkan itu pada mereka. Kamu tidak benar-benar memerlukanku, bukan?”

“Aah, um, sebenarnya itu…”

Ketika aku bertanya, Isshiki melihat ke bawah, enggan untuk menjawab. Dia terlihat seperti dia ada sesuatu yang menguatirkannya selagi aku menunggunya untuk meneruskan. Tapi itu tidak pernah terjadi.

Itu karena ada seseorang yang mengetuk ke atas meja kami.

“Hei, Iroha-chan. Bisakah aku minta tolong kamu juga mengerjakan ini? Aku sudah mengurus bagian yang lebih besarnya.

Orang yang muncul adalah ketua OSIS SMA Kaihin Sogo, Tamanawa. Itu kelihatannya dia ada beberapa tambahan pada isi percakapan yang mereka bicarakan tadi. Dia menyerahkan beberapa kertas print-out lagi pada Isshiki.

“Ah, oooke!”

Isshiki mengambilnya dengan sukarela. Tidak ada satupun tanda-tanda wajah murungnya tadi yang ditunjukkan.

“Aku akan serahkan itu padamu. Jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti, cukup beritahu aku. Aku akan mengajarimu bagaimana cara mengerjakannya.”

Tamanawa membuat senyuman menyegarkan selagi dia melambaikan tangannya dan meninggalkan tempat itu. Isshiki melambai balik dan melihatnya pergi.

“Oke, kalau begitu ayo kita mulai mengerjakannya?”

Dia berpaling kembali padaku, menyusun ulang print-out tambahannya, dan mulai menyerahkannya pada anggota OSIS lain di dekatnya.

“Jadi dengan demikian, kerja kita adalah untuk mencatat dan menyusun notulen[18] konferensi itu. Oke, aku berharap bisa bekerja sama dengan kalian.”

Meskipun dia berbicara pada mereka selagi dia membagikan pekerjaannya pada setiap orang, responnya lemah. Perbedaan dalam motivasinya begitu mengejutkan dibandingkan dengan OSIS mereka yang begitu hidup.

Yah, toh, untuk bahkan sedikitpun merasa termotivasi terhadap suatu pekerjaan itu aneh. Tidak, logikanya sendiripun aneh.

Tapi melihat bahwa pekerjaan kami hanya untuk membagi-bagi apa yang diberikan pada kami oleh mereka, aku dapat mengerti kenapa OSIS kami tidak ingin berpartisipasi. Itu karena OSIS yang mereka bayangkan itu sepenuhnya berbeda dari kenyataannya sekarang ini.

Aku juga mengambil beberapa print-out notulennya juga. Ada beberapa hal seperti rencana untuk masa depan dan suatu daftar topik. Kelihatannya pekerjaan kami untuk sekarang adalah berlatih membuat notulennya.

Kami semua mengerjakan pekerjaan kami tanpa bersuara.

Selagi kami melakukannya, salah satu anggota OSIS dengan tenang berdiri dan menyerahkan selembar print-out pada Isshiki.

“Ketua, apa ini bagus?”

“Ah, biar aku lihat.”

Isshiki dengan kertas itu di tangannya membuat ekspresi yang kurang lebih kaku. Laki-laki tersebut berbicara seakan dia ingin mengatakan sesuatu.

“Aah, tentang ini…”

“Ya…”

“Tidak, dipikir lagi, tidak jadi…”

Laki-laki yang terlihat cakap itu menelan kata-kata selanjutnya dan berpaling. Dia kemudian mengucapkan “terima kasih” dengan suara kecil dan kembali ke tempat duduknya.

ketika aku mengikutinya dengan tatapanku sambil merasa heran apa aku pernah melihatnya sebelumnya, Isshiki menyadari hal ini dan memberitahuku dengan suara diam-diam.

“Dia si wakil ketuanya.”

Ketika dia memberitahuku, aku menyadarinya. Aah, anak kelas sebelas kurasa… Dipikir lagi, aku tidak tahu namanya, tapi aku rasa aku pernah melihatnya sebelumnya di lantai yang sama[19]. Jadi dia wakil ketua kami huh? Kamu mungkin bisa mengetahui nama ketuanya tapi itu tidak akan berlaku pada yang lain karena popularitas mereka tidak sesignifikan dia.

Namun, angkatan yang sama denganku, huh? Itu menjelaskan kenapa Isshiki sedang bersikap sopan.

Fumu. Cukup rumit, mesti kubilang. Bawahan yang usianya lebih tua membuatku sulit untuk bekerja bersama dia, tapi atasan yang lebih muda tidak akan membuatmu merasa tenang. Bahkan di tempat kerja paruh waktuku pada toko swalayan, itu benar-benar sulit untuk bekerja bersama pegawai baru yang berusia lebih tua… Kamu harus bersikap pengertian sambil mengajari pekerjaannya pada dia dan si dia juga akan merasa terganggu mengenai sesuatu.

Bahkan bagi Isshiki yang dicintai orang yang lebih tua darinya karena kesusahan dengan sesuatu, terlihat tidak ada bedanya.

“Kelihatannya agak sulit bagimu.”

“Aah… Aku rasa aku tidak begitu disukai. Tapi selalu seperti itu pada awalnya. Kita akan terbiasa dengannya pada akhirnya, bukan?”

Ekspresi Isshiki bergetar hanya untuk sejenak. Tapi dengan segera, dia membuat senyuman menantang selagi dia mengatakan itu.

Yah, benar, semua orang dapat akur dengan baik pada awal-awalnya itu sulit. Biasanya tetap akan ada beberapa hal dan pendapat yang tidak akan saling disetujui mereka.

Namun, di sana terdapat kemungkinan untuk belajar dari hal itu. Jika baru mulai dari awal sekali, maka ada hal-hal yang bisa kamu rubah. Setidaknya, kira-kira itu berbeda dari dikurung di suatu ruangan bersama-sama.

“Senpai?”

Ketika aku diajak bicara, aku segera mengangkat kepalaku. Ketika aku melakukannya, tampang kebingungan Isshiki selagi dia melihatiku ada di sana. Kelihatannya tanganku sudah berhenti bekerja. Aku segera kembali menulis untuk menghilangkan jeda aneh itu sambil berkata.

“Namun, persisnya berapa lama kita akan terus melakukan ini?”

“Aku rasa begitu… Sudah hampir waktunya bagi kita untuk pulang, kurasa.”

Ketika Isshiki menjawabnya, aku melihat ke arah jam di dekat pintu masuk ruangan itu. Sudah hampir waktunya. Itu juga hampir waktunya bagi klub-klub untuk mulai pulang pula.

Pintu di bawah jam itu kemudian terbuka.

“Oh, bekerja keras.”

Wanita berpakaian setelan dengan jas putih yang masuk dan berbicara itu Hiratsuka-sensei. Selagi dia menjentikkan rambut hitam panjangnya, dia mendekatiku sambil membuat suara dengan sepatu haknya.

“Sensei.”

Kenapa orang ini ada di sini…? Selagi aku berpikir sungguh misterius, Hiratsuka-sensei membuat helaan tidak puas.

“Seperti biasa, ini adalah pekerjaan yang dipercayakan padaku lagi… Astaga. Diberikan semua pekerjaannya karena aku muda itu tentu menyusahkan.”

Aku rasa begitu. Toh, sensei itu muda… Tanpa kusengajai, aku melihatinya dengan mata yang lembut. Ketika aku melakukannya, Hiratsuka-sensei melihat ke arah mataku juga. Entah di mana, di sana juga ada tanda-tanda kebaikan di dalamnya.

“…Apa kamu sendirian Hikigaya? Dimana Yukinoshita dan Yuigahama?”

Dari nadanya, dia menduga jika aku ada di sini, maka dua orang dari Klub Servis akan ada di sini juga. Aah, dipikir-pikir lagi, Isshiki ada menyebutkan bahwa Hiratsuka-sensei adalah orang yang memberitahunya untuk melakukan ini, bukan…?

Dengan kata lain, permintaan Isshiki adalah sesuatu yang direncanakannya untuk membuat Klub Servis menerimanya. Dan benar, jika keadaannya seperti yang sebelumnya, maka permintaan ini pasti akan diterima oleh Klub Servis secara keseluruhan.

Namun, itu berbeda sekarang.

“Aah, tidak, aku sedang membantunya di sini sendiri.”

Aku mengalihkan mataku kembali ke kertas print-out di tanganku.

“Fumu…”

Hiratsuka-sensei melihat ke arahku selagi aku bekerja dan tidak mengatakan apapun untuk sejenak. Aku tidak menjelaskan apapun lebih jauh lagi dan hanya menggerakkan tanganku. Satu-satunya hal yang kulakukan adalah menyalin kalimat-kalimat dan kata-kata tidak berarti ke kertas lain seperti robot.

“…Yah, itu tidak apa-apa.”

Hiratsuka-sensei membuat helaan singkat dan mengalihkan pandangannya antara diriku dan Isshiki.

“Namun, Hikigaya dan Isshiki, huh…? Pasangan yang agak menarik.”

“Ada apa dengan itu…?”

Terperangkap bersama itu tidak begitu menarik bagi kami. Tapi Isshiki terlihat seakan dia berpikiran sama denganku selagi dia membuat wajah yang sedikit tidak puas selagi mengerang. Bukankah kamu sedang bertingkah sedikit jahat, Irohasu…?

Hiratsuka-sensei melihat ke wajah kami dan tertawa geli.

“Oh tidak, tidak ada apa-apa… Omong-omong, sudah hampir waktunya. Tinggalkan sisanya untuk lain hari dan pergi pulang. Pihak mereka kelihatannya juga melakukan itu.”

Diberitahu hal itu, aku melihat sekilas dan orang-orang dari SMA Kaihin Sogo sudah bersiap-siap untuk pergi satu per satu.

“Aku rasa begitu. Kenapa tidak kita bergegas pulang juga?”

Ketika Isshiki mengatakan hal ini pada setiap anggota lain, setiap anggota mulai bersih-bersih. Isshiki kemudian memelankan suaranya mempertimbangkan keberadaan Hiratsuka-sensei. Dia berbisik pada telingaku dengan suara pelan.

“Aku akan pergi makan dengan orang dari OSIS mereka dan pulang ke rumah setelah itu. Senpai, kamu boleh pulang ke rumah dulu.”

Tidak ada pilihan untuk mengundangku, bukan…? Itu tentu membuatku lega. Dia tentu memahamiku dengan baik.

“Oke, aku akan pergi pulang kalau begitu.”

“Ya. Aku akan menantimu besok juga, senpai.”

Isshiki membuat suatu bungkukan bodoh lagi selagi dia menjawab sambil melambaikan tangannya dengan pelan dan aku menuju ke arah pintu. Dan aku tidak lupa untuk menanyakan satu hal lagi.

“Aah, benar. Itu tidak masalah untuk menganggap bahwa besok akan dimulai sekitaran jam tadi juga, bukan?”

“Yah, itu standarnya.”

“Begitu ya. Mengerti.”

Waktunya mungkin ditentukan pada jam tertentu karena mereka mengantisipasi bahwa itu akan memakan sedikit waktu bagi murid SMA Kaihin Sogo untuk datang kemari. Kalau begitu, bagi kami khususnya, ada banyak waktu sebelum dimulai konferensinya.

Selagi aku berpikir bagaimana aku akan menghabiskan waktu senggang yang anehnya melimpah itu, aku meninggalkan pusat komunitasnya.


× × ×


2-4[edit]

Apa itu kebahagiaan, boleh kutanya?

Itu pastilah kotatsu.

“Ah, onii-chan. Selamat datang kembaliii.”

Dengan hari yang panjang ini berakhir, ketika aku berhasil sampai ke rumah, yang ada di ruang tamu adalah Komachi. Dia memiliki mata yang terlihat mengantuk. Itu terlihat seperti dia sudah tidur cukup lama.

Dan alasan untuk mengapa dia tertidur adalah karena kotatsu yang dikeluarkannya entah kapan ke ruang tamu.

Pada akhirnya, itu dibangkitkan kembali… Mesin iblis aneh ini. Kotatsu adalah suatu mesin yang menghasilkan orang-orang yang tidak berguna. Aku bahkan dapat mengusulkan kita mengirimkan kotatsu kami kepada semua negara musuh lain selagi musim dingin karena kami akan bisa dengan mudahnya menjajah mereka.

“Komachi, jangan belajar di kotatsu. Kamu hanya akan menjadi mengantuk dan kamu akan mengidap flu ketika kamu tertidur. Kotatsu mengubah orang menjadi orang tidak berguna.”

Ketika aku memberitahunya secara singkat, Komachi menatapiku dengan sinis. Astaga, wah wah. Mungkinkah dia sedang dalam fase suka melawan sekarang ini…?

“Tunggu, itu bukan sesuatu yang patut kamu katakan padaku selagi kamu sedang merasa nyaman di dalam kotatsu…”

Hahaha, apa yang kamu bilang, Komachi-chan? Aku tidak sedang merasa nya… Oooh! Aku sudah masuk ke dalam kotatsu sebelum aku bahkan menyadarinya!?

Hanya bercanda. Aku memainkan sandiwara kecil tidak berarti itu selagi aku memasuki kotatsu.

…Mfmmeoow.

Dengan hari yang panjang ini berakhir, sinar inframerah panjang ini terasa nyaman pada tubuhku yang terbeku saat berjalan ke rumah pada jalan dingin di malam hari. Ketika aku merenggangkan kakiku, kakiku bersentuhan dengan sesuatu yang halus.

Ketika aku melakukan itu, sesuatu yang halus itu melilitkan tubuhnya pada kakiku. Apa sesuatu halus yang memiliki otakknya sendiri ini…? Nah nah, mungkinkah itu kaki Komachi? Aku melihat ke arah Komachi dan ketika mata kami bertemu, Komachi membuat suatu seringaian.

Untuk dipikir dia mau melilitkan kaki kami bersama di bawah kotatsu… Akhir-akhir ini, adik kecilku sudah agak sedikit tidak biasa[20]. Sebenarnya, apa ini? Ini begitu memalukan…! Gadis manja sialan ini.

Aku mendorong kakinya untuk memberitahunya untuk berhenti. Ketika aku melakukannya, perasaan halus itu pergi.

Dan kemudian, sesuatu datang merangkak keluar dari bawah kotatsu. Itu adalah kucing kami, Kamakura. Kelihatannya, itu bukan Komachi yang meliliti kakiku, tapi anak ini. Persisnya kenapa kucing cenderung suka memakai kakimu sebagai bantal, non?

Ketika Kamakura meninggalkan kotatsu, dia merenggangkan diri dan membuat helaan panjang. Apa itu? Apa anak itu orang tua yang baru saja keluar dari sauna atau semacamnya?

Ketika dia melihat ke arah wajahku, dia mendengus. Dia pastilah merasa tidak puas untuk diusir dari kotatsu oleh kaki terrenggangkanku. Atau mungkin itu karena kakiku bau… Itu membuatku kuatir, jadi tolong hentikan reaksi itu, oke…?

“Onii-chan, kamu sedang menatap dengan begitu kerasnya pada Kaa-kun. Apa ada yang salah?”

“Tidak sama sekali…”

Meskipun Kamakura sudah keluar dari kotatsu, kelihatannya dia masih merasa dingin sebab dia melompat ke atas kaki Komachi dengan posisi roti tawar[21] dan mulai tertidur. Semua yang dia lakukan adalah tidur sepanjang sore, namun dia masih ingin pergi tertidur lagi? Menjadi seekor kucing itu tentu menyenangkan. Aku ingin hidup dengan gaya hidup itu juga.

YahariLoveRom-v9-097.png

Komachi mulai membelai Kamakura selagi dia tertidur di kakinya. Aah, tidak peduli berapa banyak waktu yang sudah berlalu, setiap kali aku melakukan itu, dia hanya akan pergi ke tempat lain…

Er, itu benar. Melihat ke arah Komachi membuatku teringat.

“Heeei, Komachi-chan. Apa ini, hmm?”

Aku mengeluarkan surat yang masih berada pada kantong dada seragamku. Komachi mencondongkan dirinya ke depan untuk melihatnya tanpa membangunkan Kamakura. Dia kemudian dengan kalem berkata.

“Eh? Itu persis seperti yang kamu lihat.”

“Hoh…”

Dia benar-benar ingin sebuah peralatan elektronik…? Persisnya apa adik kecilku itu?

Komachi terlihat seperti dia tidak ingin menjelaskannya lebih jauh lagi dan bersenandung selagi dia membelai Kamakura.

…Yah, jika aku mendesakknya lebih jauh lagi, pesan di dalam surat itu akan muncul dan itu akan benar-benar memalukan. Aku akan cukup memakai daftar itu sebagai acuan ketika aku memikirkan beragam hadiah untuk dibeli buat Komachi.

Kami berdua menghabiskan waktunya dengan hening dan termenung-menung tanpa membuat banyak percakapan.

Tiba-tiba, Kamakura berdiri. Dia menggaruk telinganya dengan kaki belakangnya dan membuat ekspresi siap selagi dia meninggalkan ruang tamu. Dia kemudian pergi menuju pintu masuk.

Kelihatannya, ibu kami sudah pulang. Kamakura agak hebat ketika dia datang menemui ibu dan Komachi ketika mereka kembali. Omong-omong, dia tidak akan pernah sama sekali menyapa aku dan ayahku di pintu masuk.

Hanya dalam sesaat, suara pintu masuknya terbuka dapat terdengar. Suara langkah kaki bergema selagi kaki tersebut memanjat tangga dan di ruang tamu muncullah ibu kami. Di belakangnya terdapat Kamakura.

“Aku pulaaang. Aaah, begitu lelah.”

Ibuku meletakkan tasnya di tempat itu dan meniup kopi yang entahkah dibelinya sewaktu pulang atau dari suatu kafé. Komachi dan aku menyapa penampilan lelahnya dengan rasa berterima kasih.

“Selamat datang kembali, maaama.”

“Aah, kerja bagus. Di mana ayah?”

Jika ayah juga sudah pulang, maka aku pikir aku bisa menuntut sejumlah uang darinya untuk hadiah Komachi, tapi ibuku membuat ekspresi kaget.

“Mana kutahu?”

“Ada apa dengan itu?”

HEI, HEI, MY MOTHER? YOU itu WIFE FATHERku, bukan? Bukankah kamu rasa kamu seharusnya sedikit lebih hormat terhadapnya? Atau apa itu karena kamu tidak tertarik dengan suamimu?

“Selama waktu-waktu musim ini, dia benar-benar tidak bisa pulang ke rumah karena dia baru nyaris bisa lewat dengan jadwalnya itu, mungkin? Aku juga pulang dengan kerjaanku.”

Ibu kami mengatakan itu dengan begitu alamiah tanpa mencoba untuk membuatnya terdengar kurang serius. Daripada tidak tertarik sama sekali, itu lebih terlihat seperti itu hal yang sangat wajar bahwa dia tidak memperhatikannya. Hohmm, itu bervariasi tergantung pada tipe industrinya, tapi pekerja kantoran pada waktu-waktu musim ini benar-benar sibuk, bukan? Tidak mungkin aku bisa tahan pergi bekerja ketika sudah mendekati hari Natal, yang benar saja. Aku ingin menjadi orang dewasa yang akan menghabiskan waktunya dengan keluarganya selama musim Natal. Aku sudah pasti tidak akan bekerja. Selagi aku menguatkan tekad keras kepalaku, ibuku berkata ketika sesuatu terlintas di pikirannya.

“Oh iya, Hachiman. Kamu senggang bukan? Pesan satu party barrel[22]. Dan juga kue.”

“Ahn?”

Kenapa harus aku? Dipikir lagi, namun itu tidak pasti bahwa aku akan senggang? Respon “ahn” adalah respon yang tanpa dibuat-buat. Tidak ada satu “oke”pun yang bisa ditemukan dimanapun.

“Aku biasanya meminta Komachi untuk melakukannya, tapi tahun ini mungkin lebih baik jangan begitu…”

“Aah, tentu saja. Berikan aku uang.”

Jika itu alasannya, maka aku sangat rela melakukannya. Sampai sekarang ini, aku tidak pernah begitu menyadarinya, tapi ketika aku murid yang sedang ikut ujian, Komachi mungkin juga melakukan cukup banyak hal untuk kami. Sebenarnya, Komachi toh melakukan semua pekerjaan rumah tangganya. Pada saat-saat seperti ini, aku paling tidak seharusnya melakukan hal ini.

Ketika aku menjawab, Komachi menyela.

“Namun Komachi bisa melakukan setidaknya segitu banyak?”

Tapi untuk beberapa alasan, ibu kami membuat setengah senyuman selagi dia melambaikan tangannya.

“Tidak apa-apa. Sekarang ini saja pekerjaan kami sudah banyak mendesakkan tanggung jawab kami padamu, Komachi. Setidaknya biarkan onii-chan melakukannya.”

Tidak, salah. Itu salah. Aku memiliki banyak motivasi untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tapi hanya saja setiap kali aku memikirkan “Aku akan melakukan pekerjaan rumah tangganya”! Pada saat itu, semuanya sudah selesai dikerjakan [23] (oleh tangan Komachi)

Memiliki adik kecil yang kompeten merupakan suatu berkah dan suatu kutukan yang merupakan alasan yang akan kuberikan, tapi ibuku tidak terlihat sedikitpun tertarik dengan reaksiku selagi dia mengeluarkan dompetnya dari dalam tasnya.

“Ah, Aku lupa untuk menarik uang. Apa lain kali tidak apa-apa?”

“Tentu.”

Setelah aku menjawab dengan singkat, ibuku mengucapkan terima kasih dengan suatu helaan, membunyikan bahunya, dan meninggalkan ruang tamu.

Selagi Komachi melihat punggung lelah ibu, dia menyelipkan beberapa kata.

“Dia bahkan tidak perlu kuatir dengan Komachi juga.”

“Yah, itu hanya kasih sayang orang tua. Tidak perlu kuatir dan fokus saja sama belajarmu.”

Ketika aku mengatakan itu, Komachi menyipit untuk sejenak. Tapi untuk menutupinya, dia membuat tawa tegang.

“Mmm, mengatakan itu hanya agak sedikit…”

“Ah, tidak, maaf. Tidak bisa memikirkan hal lain untuk dikatakan…”

Aku secara refleks memberitahunya untuk berusaha keras belajar, tapi dari sudut pandang seorang murid yang mengikuti ujian, itu adalah suatu frasa yang benar-benar sudah capek didengarnya. Lagipula, tidak mungkin, Komachi, adik kecil tololku itu bisa bermalas-malasan[24].

Memberitahu seseorang untuk berusaha sebisanya ketika mereka sudah melakukannya bukanlah sesuatu yang seharusnya kamu lakukan, kurasa. Dari awalpun, untuk diberitahu akan hal itu oleh orang yang tidak sedang berusaha keras hanya akan menjengkelkan saja.

Jadi bagaimana aku bisa menyemangatinya kalau begitu? Selagi aku mengerang, Komachi tersenyum.

“Onii-chan, kamu hanya perlu mengatakan ‘Aku mencintaimu’ pada saat-saat seperti ini.”

“Oh, begitu. Aku mencintaimu, Komachi.”

“Komachi tidak merasa seperti itu, tapi terima kasih, onii-chan!”

“Begitu jahat…”

Suatu air mata mendadak jatuh dari mataku. Baru saja, onii-chan juga mengatakannya dengan segenap hati. Aku bahkan juga menyorot lampu remnya lima kali[25].

Komachi tersenyum geli untuk sejenak dan kemudian dia berdiri. Kelihatannya dia akan kembali belajar di kamarnya.

“Oke! Itu perubahan suasana yang bagus.”

“Aku merasa senang untukmu…”

“Onii-chan, berhenti dan melakukan hal yang lain itu bagus untukmu oke? Macam, ketika kamu terjebak dalam situasi sulit, itu lebih baik mengalihkan perhatianmu dengan hal yang lain, kamu tahu?”

“Itu… Yah, ya, itu benar.”

Itu hanyalah alasan untuk melarikan diri, bukan? Aku mencoba mengatakan itu.

Namun, ketika seseorang di suatu tempat yang mengalihkan matanya dengan cara yang sama terlintas dalam pikiranku, aku sama sekali tidak bisa mengatakannya.


Mundur ke Bab 1 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 3

Catatan Translasi[edit]

<references>

  1. Kongresnya Menari (The Congress Dances)
  2. Tempat itu ada mesin bola baseball yang akan menembakkan bola pada si pemain untuk dipukulnya. Batting Centre
  3. Kerah biru berarti orang yang melakukan pekerjaan manual
  4. Musik Pokemon ketika pokemonnya disembuhkan
  5. Kalimat Fujoshi. Orimoto berkata “ukeru” yang juga dipakai dalam percakapan fujoshi, uke and seme
  6. Raja Digimon
  7. Cost performance: artinya suatu manfaat/keuntungan yang didapat dengan mengeluarkan biaya tertentu (Manfaat/Biaya). Idealnya ya manfaat setinggi-tingginya dengan biaya sekecil-kecilnya.
  8. Who wants to be a millionaire
  9. Ai Fukuhara - Ini ada hubungannya dengan bagaimana Isshiki berkata “Mana kutahu?” yang merupakan “saa” dan Ai Fukuhara kelihatannya mengatakan “saa” dalam pertandingannya atau apalah. Itu seperti sejenis teriakan untuk menyemangati dirinya dalam pertandingan.
  10. Reschedule, penjadwalan ulang
  11. Watari suka makan di luar, jadi kurasa ini restoran yang dikunjunginya yang menawarkan lidah sapi
  12. Seperti yang kalian lihat, ada banyak kata-kata yang di CAPS LOCK dan ini menandakan kata-kata dalam katakana yang merupakan salah satu sistem tulisan yang biasanya dipakai untuk kata-kata serapan dari bahasa asing. Namun, kata-katanya digunakan sebegitu seringnya seperti yang dikatakan oleh Hachiman seperti buzzword (kata-kata teknis yang populer untuk suatu waktu yang biasanya hanya untuk pamer macam SINERGI itu tadi).
  13. Ruu Ooshiba - dia menuliskan nama penanya dalam katakana
  14. Where do we come from what are we doing?
  15. Sangat sadar maksudnya suka mengujarkan apa yang sulit dipahami orang lain (biasanya istilah-istilah teknis) (Sok pintar)
  16. bahasa khas/aneh
  17. Situasi dimana hubungan dalam suatu klub menjadi hancur karena berbagai masalah yang biasanya berhubungan dengan cinta.
  18. Catatan singkat mengenai jalannya rapat serta hal yang dibicarakan dan diputuskan
  19. Maksudnya ketemu di sekitar kelasnya (lantai dua)
  20. Saikin, Imouto no Yousu ga Chotto Okashiinda ga
  21. Posisi keempat kakinya dimasukkan ke bawah perutnya
  22. Kentucky Fried Chicken
  23. Jojo’s Bizarre Adventure. Kalimat yang diucapkan Prosciutto. Kalimat aslinya “Setiap kali kami memikirkan kata itu (Bunuh)… Kenyataannya, itu sudah terjadi!”
  24. OreImo
  25. Kode Morse untuk aishiteru