High School DxD (Bahasa Indonesia):Jilid 9 Life 3

From Baka-Tsuki
Revision as of 12:05, 11 August 2012 by SATRIA (talk | contribs) (Created page with "==Life 3 : Kelompok Pahlawan Telah Tiba!== ===Bagian 1=== “Bagus! Lanjutkan!” “Ya!” Saat ini masih pagi buta di hari kedua piknik. Langit baru saja bercahaya. Asi...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Life 3 : Kelompok Pahlawan Telah Tiba!

Bagian 1

“Bagus! Lanjutkan!”

“Ya!”

Saat ini masih pagi buta di hari kedua piknik. Langit baru saja bercahaya. Asia dan aku tengah menggunakan atap hotel untuk latihan.

Singkat kata, kami sedang melatih gerakan dasar dari awal sampai selesai. Asia akan berlatih mengembangkan refleks untuk melepaskan kekuatan sihir dari jarak dekat. Di sisi lain, aku mengulang melatih reaksiku dan menghindari serangan yang ditembakkan dari jarak sangat dekat.

Plus latihan dasar, sesi latihan ini akan berlanjut sampai hari pertandingan. Ini semua harus dilakukan di siang dan malam! Berlatih apapun yang terjadi. Aku percaya kalau itu semua diperlukan untuk mengejar Sairaorg-san dan Vali!

--Aku akan menjadi kuat!

Biarpun harus dilakukan selangkah demi selangkah, itu tak apa apa. Demi perkembangan konstan ini, aku harus berlatih!

“Maaf Asia. Mengambil waktumu untuk membantuku latihan bahkan di piknik sekolah.”

Aku berbicara sambil bernafas terengah engah. Asia menggeleng kepalanya.

“Tak masalah. Aku senang bisa bersama dengan Ise-san di Kyoto sejak pagi hari.”

Asia tersenyum cerah. Ah ah, dia sungguh gadis yang hebat! Asia-chan adalah Asia-chan ku yang paling paling paling penting, aku sungguh bangga padanya!

“Lebih efisien untuk memiliki partner berlatih, kan?”

Itu suara Kiba. Melihat dengan seksama, bukan hanya Kiba, namun Xenovia juga ada disini.

“Karena aku sudah membeli pedang kayu, tak bisakah kita melatih diri kita asal tak sampai merusak tempat ini? Pertandingan berikutnya melawan pewaris keluarga Great King akan dilakukan tak lama lagi.”

Xenovia......aku tahu kamu sedang senang, tapi apa kamu berniat membawa pedang kayu kemana mana untuk bertamasya? Tapi apa boleh buat, sepertinya tak ada cara lain untuk bertahan dari serangan musuh tanpa menghancurkan tujuan tujuan pariwisata.

Saat aku memikirkan itu, Kiba menciptakan pedang pendek di tangannya.

“Xenovia, kalau sesuatu terjadi, pakailah saja ini untuk bertarung.”

“Ah, pedang suci pendek? Dengan ini akan mudah disimpan dalam tas sekolah. Terima kasih.”

Menerima pedang pendek dari Kiba, Xenovia memutarnya sejenak di tangannya dengan lihai. Saat Kiba memasuki Balance Breaker, dia tak hanya bisa menciptakan Pedang Iblis namun juga Pedang Suci hingga kaliber tertentu. Namun, dibandingkan Pedang Suci Legendaris, pedang Kiba masih kalah jauh.......

--Namun, musuh?

Saat pikiranku mencapai poin itu, itu membuatku merasa gugup.

Bahkan disini, pertarungan bisa saja berlangsung. Apa kah karena kekuatan Naga yang menarik semua masalah ini?........Aku membenci kemungkinan itu.

Menampar wajahku, aku memperbarui semangatku. Aku harus lebih bersemangat lagi!

“Ya! Mari kita latih tanding sejenak sebelum berkumpul di pagi hari!”

Dan seperti itu, latihan pagi kami dimulai sekali lagi.


Bagian 2

“—Jadi anak anak, ayo pergi!”

“ “ “ Ya! “ “ “

Kiryuu dengan kacamata berkilau menunjuk pada terminal bus, dan kami para lelaki berteriak meresponnya.

Meski insiden di hari pertama sangat disayangkan, namun karena Sensei dan para orang dewasa sudah mengatakannya, kami harus menikmati piknik sebisa mungkin. Kudengar Saji dan kelompoknya juga mengunjungi banyak tempat hari ini.

Aktivitas hari kedua dimulai dengan menaiki bus dari dekat stasiun Kyoto ke perhentian Kiyomizu-dera[1] Kami membeli tiket bus satu hari di stasiun Kyoto, dan kemudian mengantri untuk bus dengan para siswa lain.

Kami menaiki bus dan terus melaju sampai ke Kiyomizu-dera. Sambil kami melihat lihat untuk menghargai pemandangan baru, bus akhirnya mencapai tujuannya.

Setelah mencari cari sejenak, kami menemukan jalur yang landai menuju ke Kiyomizu-dera. Oh, rumah rumah Jepang yang dibangun di kedua sisinya itu terlihat sangat menarik.

“Kudengar ini yang disebut dengan Lereng Tiga Tahun. Kalau kalian jatuh disini, itu artinya kalian akan mati dalam tiga tahun, eh?”

Ujar Kiryuu.

“Oooh waaaaaaa! Seram sekali!”

Asia nampak ketakutan, dan memeluk lenganku. Eh, eh, eh, ini kan hanya legenda. Asia adalah anak kikuk dan sering jatuh tersandung, jadi sudah wajar kalau dia akan ketakutan. Memegang lenganku mungkin terasa lebih aman baginya.

--Tapi kemudian, Xenovia juga, memegang lenganku yang lain.

“A-Ada apa ya? Xenovia?”

Aku bertanya dengan kaget, namun dengan tanpa ekspresi, Xenovia bergumam pada dirinya sendiri.

“....Orang Jepang ternyata suka memasang mantra seram di jalur berlereng mereka.”

Dia ternyata mempercayainya! Xenovia-san, itu hanya kesalahpahaman! Namun, kupikir ini salah satu poin manisnya.

Dan kemudian, ini menjadi situasi dimana aku mendaki lereng dengan dua gadis cantik, satu di setiap lengan. Sepanjang waktu ini, aku bisa merasakan kedua brengsek itu memelototiku dengan kebencian murni.......Fufufu, diserang dengan kecemburuan entah kenapa terasa nyaman!

Di akhir jalan yang berlereng, gerbang besar nampak! Inilah Kiyomizu-dera!

Berjalan melewati pintu gerbang – Gerbang Niou, mari menuju ke Kiyomizu-dera!

“Lihat, Asia! Kuil ini mengumpulkan esensi dari budaya pagan!”

“Ya, ya! Kamu bisa merasakan sejarahnya dari penampilannya!”

“Hore untuk pagan!”

Dalam keriangan mereka, trio Gereja membuat komentar komentar tak layak! Kalian, hei kalian, kami-sama dan Buddha-sama ada disini! Aku bisa merasa kalau mereka menyaksikan, jadi jangan bersikap terlalu tak sopan, oke?

Ini adalah panggung Kiyomizu yang pernah kulihat di televisi! melihat ke bawah dari sana.......Ya, meski sangat tinggi, namun bagi aku yang sekarang, jatuh seharusnya bukan masalah lagi? kenapa pikiranku terus memikirkan hal hal seperti itu? Tak bagus. Hal hal yang berkaitan dengan pertarungan sepertinya sudah terukir ke dalam tulangku!

“Sepertinya ada banyak yang jatuh dari sini dan selamat.”

Kiryuu memberikan penjelasan itu. Eh, jadi manusia takkan apa apa. Ngomong ngomong, banyak orang jatuh dari sini?

Di dalam kuil, terdapat kuil kecil yang digunakan untuk berdoa untuk lulus ujian dan permohonan cinta.

Mungkin sebaiknya aku juga melempar receh ke dalam kotak persembahan dan membuat permohonan. Toh aku ini siswa SMA. Tapi karena aku Iblis, aku tak tahu apa Buddha-sama akan mengabulkan permohonanku atau tidak. Tapi tetap saja, aku ingin bisa masuk universitas.

“Hyodou, kenapa kamu tak mencoba prediksi kecocokan cinta dengan Asia?”

Oleh desakan Kiryuu, Asia dan aku menarik prediksi cinta........bagaimana kecocokannya?

“Dikatakan kalau peluangnya tinggi dan sangat memungkinkan. Sepertinya kita sangat cocok, Asia.”

Aku menerangkan isi prediksi dan menjelaskannya pada Asia – wajah Asia menjadi merah, dan terlihat sangat senang.

“Ya! Aku sangat senang........senang sekali, sungguh.......”

Memegang stick ramalan dengan sangat sayang, air mata muncul di matanya! Oh oh, dia sampai sesenang itu, aku jadi merasa malu! Namun, biarkan aku berterima kasih pada Buddha-sama disini karena menjamin hubunganku dengan Asia. Sungguh terima kasih! Aku sekali lagi kowtow[2] dan menyampaikan rasa hormat kepada Buddha.

“Ini hebat.”

“Eh eh, bagus sekali.”

“Aku merasa sedikit lega.”

Xenovia, Irina, dan Kiryuu menganggukkan kepala mereka tanda menyetujui. Bisakah kalian hentikan itu, itu sangat memalukan.

“.......Apa kita saja yang tidak kebagian?”

“Jangan menangis, Matsuda. Mari kita hajar saja Ise saat kita kembali ke hotel.”

Ah, kedua cowok tengah cemberut dengan murung di sudut gelap.

Kami mengitari kuil dengan cepat, membeli sejumlah suvenir, dan kemudian berjalan ke terminal bus.

“Perhentian berikutnya adalah Ginkaku-ji[3], Kuil Paviliun Perak. Kalau kita tak buru buru, waktu akan berlalu dalam sekejap mata.”

Kiryuu menuntun arah sambil melihat jam tangannya. Memang benar, tanpa sadar waktu sudah jam sepuluh pagi. Kalau kami hendak mengunjungi satu atau dua tujuan lagi, itu takkan bekerja kecuali kami buru buru seperti ucapan Kiryuu.

Selanjutnya adalah Ginkaku-ji! Dengan menaiki bus menuju kesana, kami meninggalkan Kiyomizu-dera!


“Sebenarnya tidak perak?”

Mencapai Ginkaku-ji dan melihat kuil, itulah kata kata pertama Xenovia.

Tidak, memang benar kalau Ginkaku-ji tidak perak. Xenovia entah kenapa nampak kecewa, dengan mulut terbuka lebar.

“....Mata Xenovia-san nampak bersinar ketika dia terus berkata pada dirinya sendiri ‘Ginkaku-ji terbuat dari perak, dan Kinkaku-ji[4] terbuat dari emas. Mereka pasti sangat menyilaukan.”

Asia memeluk bahu Xenovia yang bergetar dan menjelaskan.

Begitu. Dia memiliki fantasi yang terlalu hebat.

“Ada juga rumor, seperti kematian biksu Ashikaga yang terlibat dalam pembangunan kuil, atau karena pemerintahan Bakufu kehabisan uang pada waktu itu. yang pasti, itu bukan perak.”

Kiryuu menjelaskan. Waw, bukankah si gadis berkacamata ini sudah menyelidiki semua hal sebelumnya, sampai bisa tahu semua hal tentang atraksi terkenal itu?

Namun, pemikiran sudah memasuki pikiranku di Fushimi Inari, pemandangan musim gugur Kyoto dengan semua pegunungan dan pepohonan sungguh rupa yang indah sekali.

Setelah berkeliling sejenak di Ginkaku-ji, kami berhenti untuk makan siang di dekatnya dan melanjutkan ke tujuan berikutnya, Kinkaku-ji. Tentu saja, kami juga membeli suvenir yang berkaitan dengan Ginkaku-ji.


“Emas! Kali ini benar benar emas!”

Mencapai Kinkaku-ji, Kuil Paviliun Emas, itulah kata kata pertama Xenovia yang dia teriakkan.

Sama sekali berbeda dengan tadi, dia terlihat sangat heboh. Tidak, itu kebahagiaan yang ekstrim.

“Itu memang emaaaaaaaaaaaas!”

Xenovia mengangkat kedua tangannya, dengan wajah berseri seri. Kinkaku-ji memang berkilau dan emas, begitu cerah! Meski aku pernah melihatnya di televisi sebelumnya, namun kecerahan dari objek yang sesungguhnya memang lebih kuat.

Para siswa lain juga berada disini dan mereka semua sibuk mengambil foto. Matsuda menjepret foto demi foto seolah kerasukan. Aku juga mengambil beberapa foto untuk kenang kenangan. Kemudian aku mengirimnya via SMS ke anggota lain dari Klub Penelitian Ilmu Gaib di Akademi Kuou.

Kami mengelilingi tempat ini, membeli suvenir, dan kemudian berhenti di rumah teh untuk istirahat.

“Silahkan dinikmati.”

Nona berbusana kimono mempersiapkan teh hijau berbubuk dan menyajikannya pada kami. Ada juga sejumlah snack Jepang.

Mencicipi teh – rasanya tak sepahit bayanganku. Justru, harus kukatakan kalau, mencicipi teh dengan snack Jepang membuat rasanya lebih tepat.

“Ya, sangat baik.”

Irina sepertinya menikmatinya juga.

“Sedikit pahit.”

Asia nampak belum terbiasa. Namun, dia masih meminumnya sedikit demi sedikit, jadi seharusnya tak terlalu buruk untuknya.

“.....Itu memang emas dan bersinar.”

Xenovia nampaknya dalam kondisi bermimpi dan masih terpesona oleh glamor emas dari Kinkaku-ji. Matanya bersinar dengan cahaya berseri seri dan bahkan belum menyentuh tehnya.

Hari ini Xenovia benar benar menunjukkan sisi langka yang belum pernah terlihat sebelumnya. Begitu menarik. Seorang yang paling menikmati kehidupan sebagai siswa mungkin adalah Xenovia.

“Xenovia, mari kita berdoa untuk merayakan.”

“Ide bagus.”

“Mari berdoa.”

Asia bergabung, dan mereka bertiga mulai “Oh Tuhan!” trio Gereja itu berdoa terhadap Surga, perayaan macam apa itu.......

Ah, sudah jam dua siang. Meski kami sudah mengelilingi semua lokasi lokasi wisata dengan sangat cepat, sekali ada sesuatu yang menangkap mata kami, waktu sepertinya berlalu dengan sangat cepat.

Kalau dipikir pikir, kami sudah pergi untuk membunyikan lonceng segera setelah memasuki Kinkaku-ji, namun kupikir antrian yang panjang membuat waktu kami tersita lebih banyak dari dugaan.

“Ah, mesum! Hentai!”

Suara wanita. Dengan sangat kaget, aku melihat sekeliling untuk mendapati seorang pria tengah dihentikan oleh sejumlah staf.

“Op-Oppai! Beri aku Oppai!”

Bahkan Kinkaku-ji memiliki orang mesum. Waw, jadi merusak mood untuk bertamasya.

“Orang mesum lagi. Bicara soal itu, berita televisi pagi ini juga melaporkan tentang mereka. Ada seorang di kuil Sensoji juga. Dan di stasiun kereta kemarin. Sepertinya ada terlalu banyak jumlah orang mesum.”

Pada kata kata Matsuda, Motohama menekan kacamatanya dan memprotes.

“Bicara apa kamu. Kamulah orang yang menyerangku di kereta peluru kemarin.”

Jadi itu yang terjadi kemarin.

“Tidak, bagaimana aku harus menjelaskannya? Pada saat itu aku pasti ngelindur saat tidur, tapi tiba tiba aku mendapat hasrat untuk meremas payudara. Ada apa ya, dengan perasaan itu?”

Matsuda memiringkan kepalanya, nampak bingung. Yah, aku percaya kalau sebagai lelaki, ingin menyentuh payudara adalah hal normal.

“Inilah masa muda.”

Motohama mendeklarasikan, dan Matsuda berkata “Kesalahan masa muda!” dan mengangguk. Namun kumohon, jangan menyerah lalu meremas dada laki laki.

Saat aku hendak mengangguk bersama mereka – ponselku berbunyi.

Ah, Akeno-san yang memanggil. Ada masalah apa?

“Ya, hallo, apa ada yang masalah, Akeno-san?”

[Hallo, Ise-kun. Tidak, tak ada yang serius.......barusan Koneko-chan baru mendapati keganjilan]

“Keganjilan?”

[Ya, kamu baru mengirim foto foto itu, kan?]

“Ya, waktu di Kinkaku-ji. Apa ada masalah?”

Akeno-san membalas kekagetanku.

[Pada foto itu, nampaknya kamu menangkap sesuatu]

“Menangkap sesuatu?”

[Ya, di pemandangan latar belakang sepertinya ada beberapa youkai rubah. Apa yang terjadi? Meski youkai rubah memang tidak langka di Kyoto.....]

Suara Akeno-san terdengar cukup cemas.

Setelah menerima panggilannya, aku merasa bergidik.

“Tidak, kami tak apa apa. Ah, Asia sepertinya memanggilku. Mari bicara lagi nanti.”

[....Kalau sesuatu terjadi, hubungi aku ya?]

“Ya.”

Aku menutup telepon setelah itu.......dipanggil oleh Asia sebenarnya bohong.

Mengecek foto foto yang kuambil tadi, semuanya nampak seperti pemandangan normal dari Kinkaku-ji......Aku tak bisa melihat ada keganjilan. Apa itu seperti foto paranormal yang hanya bisa dilihat orang orang tertentu? Apalagi, hanya seorang nekomata – Koneko-chan yang bisa melihat mereka.

Yang pasti, aku harus memperingatkan Asia dan yang lain tentang informasi Akeno-san.

Melihat kembali ke rumah teh – Matsuda, Motohama, dan Kiryuu sudah tertidur pulas! Tak mungkin karena mereka kelelahan.......mustahil mereka tertidur dengan cepat saat aku tengah menelepon.

Asia dan yang lain masih bangun, namun Xenovia tengah memelototi pelayan wanita dengan ekspresi seram.

Dia sudah menunjukkan telinga dan ekor hewannya.......bukan manusia. Melihat lebih seksama, makin banyak orang orang bertelinga hewan bermunculan dan semua turis normal tertidur.

.....hahaha, naif sekali bagi kami untuk berpikir kalau mereka takkan menyerang di tujuan atraksi turis paling terkenal. Apa kinkaku-ji bagian dari wilayah youkai?

Xenovia dengan cepat mencabut pedang suci pendek dari tasnya dan menyembunyikan Asia di belakangnya.

Aku menyiapkan tangan kiriku, dan hampir memanggil gauntlet—

“Tunggu sebentar.”

Mendengar suara familiar, aku melirik. Yang muncul adalah – Rossweisse-san!

“Rossweisse-san! Kenapa kamu ada disini?”

Dengan terengah engah, Rossweisse-san menjawab.

“Ya, aku dipanggil oleh Azazel-sensei untuk menyambut kalian semua.”

“Dipanggil oleh Sensei? Apa yang terjadi?”

Aku bertanya sambil melihat sekeliling.......kalau kupikir pikir, tak ada hawa permusuhan, beda dari para youkai yang menyerang kami kemarin.

“Gencatan senjata. Atau dengan kata lain, kesalahpahaman telah diselesaikan – Putri Kyuubi ingin meminta maaf pada kalian semua.”

Itulah jawaban Rossweisse-san.

Ah, gencatan senjata? Kesalahpahaman selesai? Berarti dengan kata lain, tak ada lagi rubah yang akan menyerang?

Pada keraguan panjangku, seorang nona berkuping hewan mendekat dan membungkukkan kepalanya dalam dalam.

“Saya adalah youkai rubah yang melayani Raja sang Kyuubi. Kami mohon maaf untuk sebelumnya. Mohon ikut bersama kami karena Tuan Putri kami ingin meminta maaf pada anda sekalian.”

Ikut dengan mereka? Kemana? – saat aku memikirkan itu, seorang onee-sama rubah melanjutkan ucapannya.

“Ke Ibukota pusat dimana kami youkai Kyoto tinggal. Maou-sama dan Gubernur Malaikat Jatuh telah berada disana.”


Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Kiyomizu-dera: Kuil Buddha di Kyoto timur.[1]
  2. kowtow: Berlutut dan menyentuh tanah dengan dahi orang tersebut, suatu sikap penghormatan.[2]
  3. Ginkaku-ji:Kuil Buddha Zen yang terletak di Kyoto. Namanya berarti “Kuil Paviliun Perak” secara harfiah. Dinamakan seperti itu karena rencana semula yakni membuat “Kuil Paviliun Emas” dan menutupinya dengan lapisan perak. [3]
  4. Kinkaku-ji: Kuil Zen Buddha yang terletak di Kyoto. Namanya secara harfiah berarti “Kuil Paviliun Emas”.[4]