Dragon Egg Indo:Bab 207

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 207 - Menuju Haranae[edit]

Hagen tersandung kakinya sendiri dan jatuh. Hagen terkesiap kaget saat dia menatapku seraya masih dalam keadaan terjatuh di pasir.


"K-Kenapa!? Kenapa kau disini pak... Adofu!? Selain itu, kenapa kau menunggangi seekor naga berkepala dua!?"


Hm... Hagen tampak ragu soal harus memanggil Adofu "pak" atau enggak. Yah, bodo amat. Karena Adofu nggak berada dalam posisi terbaik saat ini, nggak ada yang bisa kulakukan.


"Gak usah panggil 'pak'. Aku bukan lagi kapten ksatria. Aku hanyalah seorang tahanan yang kabur sekarang ini."


“Guh, sial!”


Hagen berdiri sambil menghunus pedang pendek di pinggangnya dan menghadap Adofu yang berdiri diatas punggungku. Ujung pedang milik Hagen bergetar gelisah.


"Turunkan senjatamu, Hagen. Aku disini bukan untuk melawanmu. Apa kau tau apa yang terjadi pada para anggota lain dari skuad penundukkan naga jahat?"


"Ya, mereka meninggalkanku dan melarikan diri..."


"Mereka semua diserang oleh naga jahat dan tewas. Itulah yang dikatakan Irushia."


"Apa yang kau katakan!? Itu konyol!"


"Kudengar kaulah yang mengatakan itu pada Irushia, Hagen. Kau gak ketemu sama dia, kan?"


"Kalau aku ketemu dia, aku nggak akan berkeliaran gak jelas arahnya di gurun sialan ini! Hampir semua yang kau katakan itu hanyalah... omong kosong!"


"Hm, jadi begitu... Aku paham sekarang."


Adofu berhenti sesaat sebelum melanjutkan.


"Kau dikira sudah mati. Gimanapun juga, ditinggalkan didepan seekor naga jahat, siapapun akan mengira kau tewas. Akan tetapi, mereka melewatkan sesuatu."


Saat Adofu mengatakan kalimat terakhir itu, dia menoleh padaku. Aku mengangguk pelan pada dia.


"Gimanapun juga, Irushia mempercayai laporan palsu itu dan menggunakan namamu sebagai kapten."


"Jadi, yang kau katakan adalah..."


"Biar kukatakan secara terang-terangan, Irushia memfitnah aku. Dia mungkin juga membunuh para anggota penundukkan naga jahat sebagai alasan untuk menjatuhkan aku."


"T-Tidak mungkin! Pahlawan Irushia gak akan pernah melakukan sesuatu.... seperti itu! Dia gak akan melakukannya..."


"Kalau aku berbohong, maka sejak awal nggak ada gunanya melakukan pembicaraan ini. Ikuti aku. Setidaknya aku ingin mendengar ceritamu."


Awalnya Hagen nggak mempercayai Adofu. Namun, saat Adofu menjelaskan semuanya sekali lagi, Hagen perlahan mulai paham. Sejak awal Hagen sudah curiga soal kasus pembunuhan yang mana Adofu dicurigai sebagai pelakunya.


"Jadi... Naga berkepala dua ini adalah bentuk evolusi dari naga jahat yang sebelumnya? Itu artinya aku gagal menyadarinya?"


Hagen berkata begitu sambil menundukkan kepalanya.


"Baiklah... Aku akan membantumu... Karena meski aku kembali seperti sedia kala, kemungkinan besar aku akan dibunuh untuk menjaga ceritanya agar tetap searah."


Akhirnya Hagen memahaminya. Luka pada kaki kuda-er, Maria, disembuhkan sepenuhnya dengan [High Rest] dari sobat. Sambil berdiri, Maria menatap Hagen layaknya Hagen adalah sampah.


Ada seseorang di kehidupanku sebelumnya yang mengatakan sesuatu tentang bagaimana sulitnya mendapatkan kembali kepercayaan dari seekor hewan setelah kau kehilangan kepercayaan itu. Namun, yang kabur duluan dan meninggalkan tuanmu adalah kau, Maria.


Dengan Ball Rabbit, Adofu, dua semut merah, Hagen, dan Maria menunggangiku, aku menuju Haranae. Suasananya jadi sangat ribut.


"Naga, apa kau mau menunggu di luar kota? Dengan adanya Hagen, kemungkinan pembicaraannya berubah menjadi pertempuran sangatlah tipis. Kalau kau kuatir soal seberapa ketatnya penjagaannya, kami bisa menerobosnya meski dengan keadaan kami sekarang. Aku yakin kami akan membebaskan gadis hewan itu dari tuduhannya."


Aku menggeleng. Kalau nasib buruk menimpa kami dan kami gak bisa menanganinya, kami hanya akan memperburuk masalahnya dan membuka kembali luka yang hampir sembuh. Tapi, aku betul-betul nggak berpikiran bahwa diskusi saja akan menyelesaikan semua ini. Selain aku nggak tau akan gimana nantinya, Kupikir aku nggak akan bisa menunggu sambil duduk manis diluar sampai semuanya selesai.


"Aku paham..."


Setelah itu, aku terbang rendah lagi selama beberapa jam, mengarah ke Haranae.


Akhirnya, sejumlah bebatuan besar yang disusun melingkar memasuki pandangan. Sungguh nostalgia, aku pernah melihat ini sebelumnya. Itu adalah lingkaran sihir yang dimaksudkan untuk menangkal para monster jahat. Akhirnya, sesuatu yang mengindikasikan bahwa kami sudah dekat Haranae muncul.


Aku merasa sedikit nggak nyaman, tapi gak masalah... atau begitulah yang kupikirkan sampai Ball Rabbit jatuh dari kepalaku. Aku bergegas menangkap Ball Rabbit dan mendarat di tanah.


“Pefuu…”
(Itu.... sesuatu... yang sangat nggak... kusukai....)


Sama seperti apa yang terjadi padaku sebelumnya, apa benda itu mempengaruhi mereka juga?


Aku nggak terpengaruh sekuat itu sih. Mungkinkah itu karena naluriku yang hampir sepenuhnya gak seperti monster?


“Kuchaa…”

“Kucha…”

“Wiwhiinn…”


Kedua semut merah dan Maria juga jatuh dari tubuhku. Apa betul-betul seburuk itu? Haruskah aku memutar? Apa yang kupikirkan? Formasi itu kemungkinan mengelilingi seluruh kota. Pasti begitu. Kalau nggak begitu, maka nggak ada gunanya.


"Kalau kita bisa melewati lingkaran ini, maka harusnya kita bisa lolos dari pengaruh formasi penangkal monster itu."


Jadi kalau kami melewati lingkaran ini, kami akan baik-baik saja? Kalau memang begitu, maka maaf, tapi, bolehkah aku membawa kalian didalam mulutku?


“Gwo.”


Aku menatap sobat. Setelah itu, aku menjulurkan leherku dan memasukkan Ball Rabbit dan salah satu semut merah kedalam mulutku.


“Kuchaa!?”


Si semut merah berteriak, tapi Ball Rabbit bahkan nggak mengeluarkan suara apapun. Awalnya dia nggak menyukainya, tapi dia jadi terbiasa.


sobat meniruku dan menjulurkan lidahnya pada si semut merah satunya yang panik dan kebingungan, memasukkan dia kedalam mulutnya. Jangan makan dia kayak yang kau lakukan sebelumnya. Seraya merasa si semut meronta didalam mulutku, aku menerobos lingkaran sihir itu. Aku mendarat lagi dan mengeluarkan Ball Rabbit dan si semut merah dari mulutku.


Saat mentari pagi mulai bersinar di cakrawala, Adofu bilang kalau akan lebih baik segera berhenti terbang, jadi aku mendarat dan mulai berlari. Gak lama setelah itu, Haranae terlihat. Aku membungkuk dan terus bergerak. Setelah mendekat hingga cukup dekat, aku menurunkan Adofu dan yang lainnya. Aku gak bisa mendekat lagi dengan tubuh naga ini.


Setelah semuanya turun dariku, aku menggunakan [Art of Human Transformation]. Dengan skill itu berlevel 7, harusnya sekarang sudah jauh lebih baik.


Gelombang panas menjalar saat tubuhku semakin mengecil.


“Gaa? Gaaagh!”


Leher sobatku berputar saat dia menggeliat. Dia mungkin takut pada apa yang akan terjadi selanjutnya. Harusnya aku memberitahu dia sebelumnya melalui Ball Rabbit.


Seraya tubuhku ditengah proses penyusutan, tiba-tiba aku punya firasat... Akankah kepalaku dan kepala sobat tetap berukuran sama setelah perubahan?


Aku meraih kepala sobat dengan tanganku dan menekan dia pada pundakku, menekannya dengan kekuatan penuh.


“GaaaAGH!”


Maaf, sobat.... tapi kalau ini terus berlanjut, aku akan berakhir memiliki dua kepala.


Kepala sobat melunak saat kami dipertengahan perubahan. Saat tubuhku terus berubah, kepala sobat semakin kecil dan disaat tinggi badanku sudah seukuran manusia, kepala itu sepenuhnya menghilang.


Sebelumnya aku harusnya dua meter lebih tinggi dari Adofu, sekarang tingkat ketinggian mataku lebih rendah dari Adofu. Kurasa sekarang tinggi badanku sekitar 170 cm.


Aku mengarahkan tanganku ke belakang kepalaku. Aku punya rambut. Aku menyisirnya dengan jariku dan mengarahkannya kedepan. Rambutku berwarna putih dan cukup panjang sampai pundakku. Sepertinya para Ouroboros punya surai.


Aku memperhatikan tubuhku. Terlihat cukup kokoh, tapi nggak sekokoh sebelumnya. Meski masih ada sisik disana sini, kelihatannya sekarang jauh lebih mirip dengan tubuh manusia. Kulitku kelihatan pucat dan cakarku jadi jauh lebih baik sebagai kuku yang bagus dan runcing.


Pastinya, aku gak kelihatan seperti seorang manusia normal, tapi aku bisa dianggap sebagai seorang demihuman di dunia ini, kan? Meski aku gak bisa membayangkan gimana nantinya, setidaknya sekarang aku nggak akan dihujani sihir tanpa ditanyai terlebih dahulu... atau setidaknya aku nggak akan diserang duluan. Saat aku meraba kepalaku, aku menyadari kalau aku masih punya tanduk.


"Hagen, pinjamkan jubahmu padaku. Aku harus menyembunyikan wajahku."


"Uh, umm.... tentu."


Hagen melemparkan jubahnya padaku. Aku menangkapnya. Jubah ini cukup panjang kan?


Adofu melepas jubahnya dan melilitkannya pada tubuhnya seperti sebuah mantel. Aku meniru Adofu dan menyembunyikan kepala dan tubuhku.


“Kucha!”


Kedua semut merah mendekat ke kakiku. Aku menaiki salah satu semut merah bersama Ball Rabbit yang berada dibawah lengan kiriku dan tangan kananku kutempatkan pada punggung si semut. Adofu menunggangi semut yang satunya dan Hagen menunggangi kuda kesayangannya, Maria. Maria memasang wajah jijik. Mungkinkah akan lebih baik untuk menukar dia dengan Adofu?


(Kurasa... mereka cuma marahan aja.)


Ya.... Kalau cuma itu aja sih masalahnya. Tapi, dugaan tetaplah dugaan.

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya