Black Bullet (Indonesia):Jilid 5 Prolog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prologue – Bangkitnya Mimpi Buruk[edit]

Suara sopran yang sangat indah yang memperlihatkan jangkauan luas suaranya, yang bervariasi dari nada tinggi dan rendah yang tersebar secara perlahan di sepanjang gedung terater luas itu.

Kenji Houbara yang duduk di area penonton yang sedikit gelap, menahan nafasnya sementara menatap secara serius ke arah panggung tersebut.

Berpakaian dengan pakaian Skotlandia dari abad ke tujuh belas, aktor itu menyanyikan lirik seperti prosa dalam gaya recitative[1] sementara berjalan ke belakang dan ke depan di sepanjang panggung.

Monitor elektronik dari panggung itu tiba-tiba menyala untuk memperlihatkan apa yang mereka nyanyikan. Suasana tegang dari panggung itu dikirimkan secara langsung menuju penonton seolah-olah seseorang hampir dapat melihat kejadian menengangkan itu.

Kenji sedang menonton drama yang disebut Lucia di Lammermoor[2] karya Donizetti.

Lucia Ashton dan Edgardo di Ravenswood saling jatuh cinta dan berusaha untuk menjadi jembatan persahabatan diantara dua keluarga yang saling bermusuhan. Tetapi, kakak laki-lakki Lucia membenci keluarga Ravenswood dan membuat surat perpisahan, hingga akhirnya menghancurkan hubungan pasangan itu dan memaksakan saudara perempuannya untuk menyetuji apa yang biasa disebut pernikahan politik dengan bangsawan kaya raya.

Namun, pada saat mendengar Lucia secara tiba-tiba dan secara misterius hendak menikahi orang lain, Edgar muncul pada saat pernikahannya dengan sangat marah hingga mencela Lucia secara kasar.

Serangan psikologikal itu mendorong Lucia menjadi gila.

Setelah menusuk pengantinnya hingga mati, Lucia memutuskan untuk mati pada akhirnya. Menyadari kebenarannya, Edgar mengikuti dia dengan melakukan bunuh diri....

Mengenai topik drama klasik, Kenji akan merekomendasikan Mozart tanpa ada keraguan namun Donizetti—atau mungkin, Lucia di Lammermoor—dapat dianggap sebuah pengecualian.

Bahkan meskipun dia telah melihat drama ini tidak terhitung jumlahnya dan ceritanya telah tersimpan di dalam otaknya, Kenji masih mengunjungi gedung teater setiap waktu seperti hari ini.

Jika berpikir lebih jauh, itu terlintas di pikiran Kenji bahwa drama yang tidak terhitung jumlahnya yang berasal dari waktu dulu jauh lebih banyak berakhir dengan tragedi dibandingkan dengan bahagia.

Apa yang terlihat seperti cinta yang tidak ada halangan pada permukannya dapat berakhir dengan arah kehancuran hanya dengan sedikit celah dari cemburu dan kecurigaan...

Kenji mengetahui bahwa itu akan menjadi perilaku tidak sopan, tapi dia masih melihat keadaaan sekitar pada penonton di samping dan dibelakangnya, merasa sangat sedih di dalamnya.

Gedung Teater Nasional Terbaru yang memiliki kursi seribu delapan ratus hanya terisi penonton kurang dari tiga puluh persen, namun melihat itu dari pandangan berbeda, itu benar-benar sangat beralasan. Dengan banyakorang yang berbakat telah mati dalam Perang Gastrea sepuluh tahun lalu, fenomena ini tidak hanya terbatas pada industri film.

Tiba-tiba merasakan seseorang mengambil kursi yang berada di sampingnya, Kenji mengetahui aroma harum memasuki penciumannya.

Dengan tenang, Kenji merasakan keterkejutan. Gadis ini mungkin masih anak SMP. Wajahnya tersembunyi dibalik topi jerami sementara dada ratanya memakai pakaian musim panas yang kelihatannya terlihat seperti kain sutra. Hal yang paling mencolok adalah boneka beruang merah muda yang ada di tangannya.

Dengan banyak kursi kosong disekitarnya, kenapa dia memilih kursi yang berada di sampingnya?

Pada saat itu, suara orkestra mencapai telinganya dengan kumpulan nada rendah dari hentakan yang dipaksakan. Iringan tidak menyenangkan itu menciptakan lagu dari "Kejadian Mengerikan" Lucia.

Pada saat Kenji menyadari itu, ini sudah pada adegan 3.

Setelah menusuk pengantinnya hingga mati karena kegilaan, semunya tertutupi dengan darah dan menghilang, Lucia muncul dari sisi kanan panggung tersebut sampai pada acara pernikahan dan mulai menyanyikan lagu mengerikan dengan dipenuhi kegilaan dengan pisau yang berlumuran darah masih ada di tangannya...

Kenji tiba-tiba merasakan hantaman di dadanya saat rasa sakit yang sangat kuat menusuk seluruh tubuhnya.

Pada saat dia merasakan sesuatu yang menjijikan keluar dari dalam perutnya, dia mulai memuntahkan darah secara keras.

Melihat ke arah dadanya, dia tidak mempercayai melihat pisau tertusuk ke dalam dadanya.

Dia sama sekali tidak mengeti apa yang sebenarnya terjadi.

Memutar lehernya secara perlahan, dia mengetahui bahwa pisau itu dihunuskan oleh gadis bertopi jerami yang duduk di sampingnya. Senjata pembunuh itu kelihatannya telah disembunyikan sebelumnya di dalam boneka beruang. Menusuk secara horizontal, pisau itu menusuk dengan rapi diantara tulang rusuk Renji, menusuk ke dalam hatinya untuk menghancurkannya.

"Ap...Ap..."

—Kenapa?

Pada saat dia ingin menanyakan itu, Kenji tiba-tiba mengetahui mulutnya ditutupi saat gadis itu mendekatkan wajahnya.

Mengarahkan jari telunjuknya ke mulutnya dan membuat suara "shhh", gadis itu membuat ekspresi imut seolah-olah dia sedang memberikan peringatan kepada orang lain untuk menahan diri agar tidak melanggar etika penonton.

Saat kesadarannya menghilang, Kenji bahkan tidak dapat merintih dan kemudian dia kehilangan hidupnya dengan cara kepalanya tertunduk ke bawah dengan tenang.

Pandangan gadis itu tertuju pada drama yang ada di depan. Sementara itu, dia dengan erat memegang tangan laki-laki yang ada di sampingnya, memastikan menghilangnya denyut nadinya sebelum dia berdiri.

Pertunjukan di atas panggung telah mencapai akhir dari adegan ketiga. Sementara mendengarkan pertunjukan orkestra dengan tenang, gadis itu meninggalkan gedung teater.

Pada saat dia melangkah keluar dari gedung teater dengan pendingin ruangan, gadis itu berhadapan dengan sinar matahari yang menyilaukan dan udara musim panas yang menyesakkan. Di bawah udara panas, jalanan beraspal yang terasa panas itu kelihatannya sedikit bergetar.

Sementara mengoperasikan handphonenya, gadis itu memanggil nomor yang telah disiapkan.

"Ini adalah Hummingbird. Misi telah diselesaikan. Menunggu perintah selanjutnya, Nest."


Tangung jawab Saya Takamura di pagi hari dimulai dengan membangunkan suami dan anaknya dari tidur.

Menaiki tangga kayu oak yang berderit, dia berhasil memasuki kamar suami dan anaknya yang saling bersebelahan.

Menggoyangkan tukang tidur yang berpengalaman sebanyak satu atau dua kali tidak akan cukup untuk membangunkan mereka dari tempat tidur, jadi terdapat suatu tehnik untuk membangunkan mereka. Saya akan menarik selimut mereka dan meninggalkan pintu itu terbuka kemudian membiarkan mereka. Kemudian dua menuruni tangga untuk membuat sarapan. Tertarik dengan aroma itu, suami dan anaknya akan bangun dari tempat tidur secara perlahan seperti zombie. Itu adalah tehniknya.

Meskipun kurangnya kesamaan dalam penampilan wajah diantara ayah dan anak itu, seseorang akan mengatakan "seperti ayah, seperti anak." Berdasarkan kebiasaan mereka.

Memarut potongan keju untuk membuat omelette keju[3], dia kemudian mengoleskan sisa kari daging dari hari sebelumnya pada roti panggang.

Setelah melihat mereka berdua menyelesaikan sarapan mereka dengan sangat santai, dia kemudia mengantarkan kepergian suaminya yang berangkat kerja dengan kotak makanan yang berisi bola nasi salmon sementara melihat anaknya pergi dari rumah dengan menaiki bus sekolah taman kanak-kanak.

Kemudia pertarungan sebenarnya telah tiba.

Mengikat celemk di punggungnya dengan bersemangat sementara mengumpulkan semangatnya, dia memeriksa ramalan cuaca sementara menaruh pakaian kotor yang menumpuk di mesin cuci dan menekan tombol start, sebelum akhirnya memakai sarung tangan karet.

Dia telah meyakinkan dirinya sendiri hari ini untuk membersihkan noda yang berada di antara lantai kamar mandi yang dia biasanya lewati, dan juga membersihkan area di sekitar toilet.

Apa yang dia duga adalah proses penghilangan lumut akan sulit berubah menjadi sangat lancar berkat penggunaan temperatur tinggi dari penghapus noda.

Sementara menyemprotkan detejen dan mengusap celah diantara lantai itu secara keras, Saya merasakan kebahagiaan yang tidak dapat tergantikan muncul di dalam hatinya.

Dia terus merawat suami dan anaknya sebagai suatu fakta, melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai suatu fakta.

Tepat dihadapannya adalah suatu kejadian indah yang dia tidak mungkin bayangkan sepukuh tahun lalu.

Mendengar suara mesin cuci menyelesaikan cuciannya, dia berdiri di kamar mandi. Membawa cucian bersih di tangannya, dia mendorong pintu geser dengan kakinya dan pergi menuju beranda.

Warna langit itu sangat indah melebihi apa yang dapat dijelaskan sementara awan putih melayang tanpa suara. Cahaya matahari memberikan sinar yang sangat terang.

Pada saat itu, dia mendengar suara samar-samar bel pintu rumah dari dalam rumhanya. Menaruh keranjang cucian dengan cepat, Saya berlari menuju pintu depan sementara mengusap tangannya pada celemeknya.

"TUNGGU—SEBENTAR!"

Saya menjadi terdiam di tempat karena keterkejutan setelah membuka pintu.

Berdiri di tempat itu adalah laki-laki yang memberikan keberadaan yang sangat mengancam. Memiliki tinggi lebih dari 190cm, dia memakai jaket meskipun dalam musim panas, mengenakan sebuah kacamata lingkaran dengan janggut pendek, yang rapi di sekitar mulutnya.

Sudah jelas buka pelanggan yang ramah.

"Umm..."

"Apa kau Saya Takamura?"

Laki-laki itu berbicara dengan nadadatar sementara melemparkan tidak terhitung kertas ke arah Saya, yang tersebar di tanah.

Saya dengan cepat membuat posisi bertahan, namun pada saat memeriksa lebih jauh, itu semua hanyalah kumpulan foto yang dicetak.

Semua itu memotret Saya. Hanya pada saat itu dia menyadari bahwa dia difoto secara diam-diam.

"——!"

Dalam sekejap dia menyadari apa yang dimaksud foto itu, Saya memasukkan tangannya ke dalam saku celemek untuk menarik pistol Glock.

Lalu beberapa detik kemudian, punggung Saya terdorong secara keras menuju dinding di belakangnya, bersamaan dengan suara tembakan.

"Guh..."

Laki-laki itu mulai mengenggam shotgun dari beberapa saat lalu, dengan asap putih panas yang keluar dari moncongnya. Agar mudah untuk disembunyikan, senjata kecil ini dibuat dengan memendekkan laras dan gagangnya.

Saya menggerakkan tangannya menuju perutnya. Peluru anti petugas tanpa belas kasihan telah melubnagi perutnya, menyebabkan luka yang kritis.

Glock Saya terjatuh ke lantai. Melihat ke atas, dia bertanya.

"Siapa kau...sebenarnya?"

Dia dijawab dengan moncong shotgun yang mengarah pada bagian tengah dahinya.

Menekan pelatuk shotgun itu, laki-laki itu melanjutkan dengan tembakan kedua.

Menghiraukan Saya yang terbaring di lantai dengan jejak darah disepanjang dinding, dia menyembunyikan shotgunnya di dalam jaket dan dengan cepat pegi dari rumah itu.

Pada saat dia meninggalkan rumah itu dari pintu depan, tetangga di sekitar mengeluarkan kepala mereka satu demi satu dikarenakan mendengar suara tembakan.

Hanya setelah memastikan bahwa dia berada di lokasi yang aman, laki-laki itu mulai mengoperasikan handphonenya.

"Ini adalah Swordtail. Tolong jawablah, Nest. Misi telah diselesaikan. Menunggu perintah selanjutnya."


"Ngomong-ngomong, berbicara mengenai perkumpulan kemarin, aku sama sekali tidak dapat mempercayai orang-orang itu menyarankan membagi jumlah tagihannya di menit terakhir ketika mereka sudah kelas sepuluh tahun lebih tua dari kita. Itu benar-benar tidak beralasan."

Gyahaha, kyahaha—suara tawa keluar dari orang-orang lainnya. Tawa kasar itu keluar dari jendela ruangan kelas yang terbuka, bergema di sepanjang sekolah.

Terdapat aroma menjijikan dari parfum. Sudah jelas terdapat kesalahan pada jumlahnya, memilih untuk lebih banyak daripada tidak cukup—Yuuga Mitsugi tiba-tiba menyadari bahwa dia adalah orang pertama yang mencoba untuk menyampaikan kata-kata itu.

Hal ini benar-benar menjadi suatu masalah—Yuuga berpikir di dalam pikirannya namun dia segera menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju kursinya.

"Hei."

"Huh?"

Dia berbalik ke belakang untuk melihat salah satu dari gadis paling berandalan di dalam kelas. Meskipun memakai seragam musim panas SMA Nukagari, pakaiannya sangat tidak rapi. Menegaskan bahwa dia terlahir dengan rambut seperti itu kepada guru, dimana itu terdapat lapisan berwarna kuning terang yang mencolok. Memakai anting-anting kapanpun bell akhir dari pelajaran berbunyi kemudian melepaskan itu ketika kelas dimulai, dia selalu bersikap acuh tak acuh di depan guru. Tipe gadis berandalan ini benar-benar merepotkan.

Yuuga mengingat namanya adalah Yoshiko Kamuro. Kapanpun dia melihat seorang gadis yang ada pada kelompok angkatan kelas yang sama yang berbicara dengannya dengan cara yang salah, dia akan mengumpulkan kelompoknya untuk mengelilingi korban yang tidak berdaya dan membawa dia menuju kamar mandi untuk "hukuman." Sungguh menggelikan untuk gadis jahat seperti itu untuk disebut Yoshiko ketika "yoshi" berarti "good."

"Itu adalah tempatku."

"Jadi kenapa?"

Pantat besar Yoshiko sedang duduk di meja Yuuga, megoyangkan kakinya sementara dia membalas perkataan Yuuga.

"Dapatkah kau pergi? Aku tidak dapat mengambil buku tulisku jika seperti ini."

Perkataan ini dalam sekejap membekukan udara di ruangan kelas itu. Mengelilinginya, laki-laki dan perempuan melihat ke arah mereka dengan mata yang dipenuhi dengan perasaan bermusuhan.

Yoshiko juga dengan tenang menatap pada Yuuga ketika dia tiba-tiba menggerakkan bagian bawahnya tapi dia tidak melakukan apapun. Ini kelihatannya menjadi perilaku terbesar yang dia dapat lakukan.

Meskipun merasa sedikit kesusahan, Yuuga masih mengambil buku cetak dan buku tulis yang dibutuhkan untuk kelas berikutnya. Karena itu adalah kursinya sendiri, mengatakan terima kasih akan menjadi aneh, jadi dia pergi dengan diam.

"Kau dalam masalah besar, Mitsugi."

Yuuga sampai pada kursi dari temannya yang bernama Shingo Kuromatsu, hanya untuk mengetahui Kuromasu melambaikan tangannya dengan keterkejutan untuk menyambutnya.

"Apa ada yang salah?"

"Kau bahkan menanyakan padaku apa ada yang salah...?"

Kuromatsu dengan sekejap membuat ekspresi terkejut namun dia dengan segera menghela nafas dengan kejengkelan.

"Mitsugi, ini sudah tiga bulan semenjak kau dipindahkan di sekolah ini, jadi kita seharusnya adalah teman, bukan? Karena itu aku menyarankanmu untuk bekerja keras agar kau dapat untuk cocok di sekolah ini. Itu mustahil untukku membayangkan kehidupan apa yang kau jalan di SMA Seishin."

"..."

Lalu jawaban apa yang tepat untuk situasi seperti sekarang?

Setelah semua, Yuuga telah berusaha keras berperilaku seperti siswa yang normal tapi orang-orang di sekitarnya selalu menganggap perbuatannya aneh.

Bahkan jika Yuuga memberitahu teman yang bermaksud baik bahwa dia hanya terdaftar di SMA Seishin hanya dalam nama saja tanpa menghadiri satupun hari sekolah itu, itu mungkin sama sekali tidak akan membantu.

Lebih jauh lagi, tiga bulan yang Yuuga telah menghabiskan waktu setelah dipindahkan menuju sekolah ini untuk demi melakukan misi untuk hari ini.

"Mitsugi, aku harap kau tidak akan marah padaku untuk mengatakan ini, tapi kadang-kadang aku merasa sangat jauh darimu. Itu seperti kau adalah alien dari planet lain yang hidup diantara kita..."

"Kau memang benar-benar tajam."

"Huh?"

Yuuga tersenyum dengan ceria pada temannya yang matannya terbuka lebar.

"Itu hanya bercanda."

Handphone Yuuga berbunyi.

Apakah sudah tiba?

Yuuga memberikan buku tulis biologi pada Kuromatsu.

"Maaf, Kuromatsu, tapi dapatkah kau pergi menuju kelas pelajaran berikutnya terlebih dahulu?"

"Eh? B-Boleh saja..."

Sebelum dia dapat selesai mendengarkan jawaban Kuromatsu, Yuuga berbalik ke belakang dan meninggalkan ruangan kelas. Melewati barisan ruangan kelas untuk memasuki kamar mandi siswa dimana tidak ada seorangpun di dalamnya, dia mengantungkan ear-mic wireless di telinga dan menekan smartphonenya.

"Hei, Darkstalker di sini."

'Berita buruk. Aku baru saja mendapatkan informasi bahwa target telah menaiki kereta peluru[4] satu jam lebih cepat dari yang diperkirakan.'

Yuuga sedikit mengerutkan dahinya dan melihat ke arah jam tangannya.

"Berapa menit telah berlalu semenjak itu terjadi?"

'Dua puluh lima menit. Terdapat kurang dari lima menit sebelum kereta itu akan melewati titik yang telah ditentukan. Segera pergilah menuju lokasi yang telah ditentukan.'

Yuuga telah mengerti tanpa memerlukan penjelasan yang lebih lanjut.

Berlari keluar dari kamar mandi, Yuuga berlari menuju tangga yang berada di samping ruangan peralatan staff, membuat putaran cepat dengan memegang sandaran tangan untuk menahannya. Dalam sekejap mata, dia sudah sampai pada pintu terkunci yang mengarah menuju atap. Memasukkan kunci yang dia telah dapatkan sebelumnya, dia membuka pintu besi itu.

Meskipun catatan khusus dari "terdapat penyakit bawaan pada kesehatan" pada surat pindahannya, Yuuga telah berlari hampir lima puluh meter tanpa kehilangan nafas atau pipinya menjadi berwarna merah.

Bel yang merupakan tanda dimulainya dari suatu kelas dan suara siswa yang berada di lantai bawah berlari dengan terburu-buru dapat terdengar.

Pintu itu terbuka dengan suara deritan gagang saat sinar matahari yang menyilaukan dan langit biru yang cerah terlihat di pandangan.

Keluar dari pintu itu dan berputar ke belakang tangki air, Yuuga mengambil koper panjang yang kecil yang tersimpan diantara tangki air dan pagar pengaman di atap. Ini juga membutuhkan kunci untuk terbuka.

Sebuah riffle terlihat di saat yang bersamaan dengan aroma minyak dari senapan.

Ini adalah DSR-1 sniper rifle dibuat oleh Perusahaan Teknis Sipil AMP.

Dengan pelatuk dan tempat peluru yang berada dalam posisi yang lebih jauh dibandingkan dengan senapan biasa, karena itu memperpendek panjang total dari senapan itu sementara menjaga tingkatan akurasi, ini adalah bull-pup bolt-action sniper rifle[5].

Menggunakan Peluru .338 Lapua Magnum, bagian depan dari moncong senapan yang memiliki penahan rekoil telah diganti dengan peredam, karena itu mengurangi suara dan cahaya menyilaukan yang diciptakan dari tembakan. Sebuah spesimen sempurna dari fungsi indah yang sama sekali tidak menganggu rancangan desain sniper riffle sejak dahulu.

Ini mungkin sudah waktunya untuk kelas di mulai. Musih indah yang dimainkan di ruangan musik yang ada di lantai bawah, menciptakan nada bass yang cukup untuk menggetarkan rongga perut seseorang. Itu adalah Ode to Joy dari Simponi Nomor Sembilan Beethoven.

Yuuga mengecek waktu lagi. Tingga dua menit waktu yang tersisa.

Dengan gerakan lincah, Yuuga mengambil posisi tiarap dari seorang sniper, mengarahkan moncongnya pada kereta peluru di jalanan rel yang melewati sepanjang perbukitan yang berada di sisi berlawanan dari bangunan sekolah. Membuka ke atas penutup dari scope optik itu, dia mengeluarkan bipod dari penutup barrelnya. Menjaga agar moncong itu mengarah menuju jalanan rel, dia memperluas monopod dari daerah bahu menuju di sepanjang tanah, menciptakan tiga titik temu untuk semakin menstabilkan senapan itu.

Mengambil kotak peluru dari penahan peluru cadangan yang ada di bagian depan, dia memasukkan itu ke dalam tempat penyimpanan peluru dan mengoperasikan gagang penahan untuk memasukkan peluru pertama. Menaruh matanya di dekat scope itu, dia dapat melihat berbagai pembacaan seperti kecepatan angin dan sudut menembak.

Lensa scope itu adalah Carl Zeiss AG model terbaru dari tahun 2031, memiliki fitur perhitungan balistik yang memberikan semua jenis data balistik didalam jangkauan pandangan dalam sekali lihat.

Jarak dari target itu sekitar 1200m. Kalibarasi sudah dilakukan berdasarkan prosedur standar.

'Tinggal tiga puluh detik, dia akan datang!'

Suara yang terdengar itu tidak mampu menahan kegelisahan yang hendak disembunyikan oleh pembicara itu. Tetapi, pikiran Yuuga sangat tenang seperti permukaan danau dengan hanya angin lembut yang bertiup.

Suara di sekitarnya sedikit demi sedikit menjadi pelan sementara detak jantungnya terdengar sangat keras.

Mengatur nafasnya beberapa kali, dia meletakkan jarinya pada pelatuk dan melepaskan pengamannya.

—Kemudian dia melepaskan kekuatan di mata buatannya.

Pola geometris terlihat pada kedua mata Yuuga saat CPU yang terpasang di dalam bola mata hitamnya segera aktif, kemudian itu mulai berputar.

Frekuensi pemikirannya menjadi lebih kuat beberapa ratus kali lipat, membiarkan aliran waktu dari keadaan sekitarnya menjadi mirip dengan gerakan lambat dalam daerah pandangannya.

Simponi Beethoven berubah menjadi perkataan rendah yang sama sekali tidak berarti sementara sinar matahari kira-kira telah menurun panasnya sebanyak dua derajat.

Pergerakan dari semua mahluk hidup menjadi melambat dan bahkan elang yang terbang di sepanjang pandangannya kelihatan sangat lambat hingga hampir terlihat seperti hampir berhenti.

Di sisi kanan dari pandangannya, kereta peluru yang dapat dilihat mendekat dengan sangat lambat.

Di dalam kereta peluru itu, yang pada awalnya seharusnya terlintas dalam sekejap, namun bahkan setiap ekspresi dari penumpang itu terlihat sangat jelas.

Berdasarkan laporan sebelumnya, target yang telah ditentukan selalu duduk di kursi yang sudah ditentukan, di samping jendela kedua puluh lima yang dihitung dari depan, namun normalnya, posisi duduk itu seharusnya berganti sekarang karena kereta yang berangkat terlebih dahulu yang diambil.

—Aku menemukannya.

Di samping jendela kedua belas dari depan, terdapat laki-laki sedikit botak dengan rokok mahal di mulutnya dan ekspresi tidak sabar terlihat di wajahnya. Benar-benar sama seperti yang dipastikan dari fotonya.

Perhitungan mata buatan itu telah selesai, menciptakan rumus untuk tembakan yang pasti akan kena.

Yuuga menyipitkan matanya dan menarik pelatuk dengan keinginan membunuh dari sleuruh tubuhnya. Pegas pelatuk itu memberikan sensasi elastis. Dia menarik pelatuk itu ke belakang dengan satu tarikan nafas.

Itu terhubung dengan pematik di dalamnnya, pin penembak menyentuh bagian utama dari cartridge, menembakkan peluru tersebut.

Ledakan kecil dihasilkan di dalam pematik tersebut, menciptakan cahaya pada moncong yang ada dari depan peredam tersebut. Di saat yang bersamaan, melewati bagian dalam riffle tersebut, peluru Lapua Magnum berputar dalam posisi spiral, saat menembus atmosfir, bergerak menuju targetnya.

Yuuga dapat merasakan rekoil berat yang perlahan dikirimkan menuju bahunya.

Di dalam dunia dimana semuanya mengalir dengan perlahan, pengecualiannya hanya peluru itu yang begerak sangat cepat. Melanjutkan perhitungan untuk memprediksi lintasan peluru untuk memasuki jendela kereta peluru, menghancurkan kaca itu, menusuk ke dalam kepala target itu dari samping. Menunduk secara perlahan, target itu akan mati di tempat.

Meyakini bahwa tidak perlu untuk melihatnya lebih lama lagi, Yuuga mengurangi waktunya berpikir dan membiarkan aliran waktu untuk kembali menjadi normal.

Melodi Ode to Joy dalam sekejap memasuki pendengarannya seperti ledakan sementara rekoil dari itu perlahan-laha menusuk tangan yang digunakan untuk menembak. Sinar matahari juga kembali bersinar sebelum dia mengetahui itu.

Melihat kereta peluru melewati jalur menanjak dengan kecepatang mengerikan, Yuuga berdiri dan menatap pada langit biru dengan memiringkan kepalanya.

'Terbunuh?'

"Aku berpikir seperti itu."

Sudah ditahan, suara dari tembakan itu dengan lihai disembunyikan lagu Ode to Joy dan suara kereta peluru yang terlintas.

Yuuga menghela nafas.

"Baiklah kalau begitu, Nest. Misi telah diselesaikan. Darkstalker menunggu perintah selanjutnya—"

"—B-Barusan...? Apa itu sebenarnya?"

Seolah-olah merasakan sengatan listrik, Yuuga melihat ke belakang untuk melihat teman sekelasnya berdiri di sana sambil terkejut dengan mata ketidakpercayaan.

Yoshiko Kamuro.

Alasan kenapa dia tiba-tiba muncul di tempat ini, Yuuga melihat ke belakangnya. Pintu besi di atap itu terbuka, dalam sekejap mendorong dia untuk mengerti.

Bahkan ketikan waktu tidak membiarkannya untuk sedikitpun keraguan, melupakan untuk mengunci pintu juga masih cukup memalukan untuk dirinya.

Melewatkan kelas, Yoshiko telah mengetahui pintu menuju atap terbuka dan datang ke sini, berpikir bahwa dia beruntung—Dia benar-benar tidak menduga bahwa pemikiran ini akan mengancam hidupnya.

"Kau melihatnya."

Yuuga perlahan mengatakan seperti itu dan mengamnbil langkah ke depan menuju Yoshiko, menyebabkan dia untuk mengambil langkah ke belakang.

"Ben-Benda yang terlihat seperti pistol, itu benar-benar keren."

Dia memaksakan dirinya untuk berbohong dan tersenyum. Setidakmnya, jika dia mampu untuk menahan gemetaran di kakinya, itu akan jauh lebih meyakinkan.

Yuuga berjalan ke arahnya dengan tenang dan Yoshiko terus berjalan ke belakang.

Tapi dengan segera dia tersudut pada pagar metal, dia menanyakan.

"Apa kau pembunuh bayaran?"

"Tidak, aku adalah pembalas dendam."

Yuuga mengangkat bahunya dan melihat ke arah langit.

"Sayangnya, proyek ini akan menjadi hancur jika aku membiarkanmu hidup. Aku meminta maaf untuk mengatakan ini pada seseorang yang aku kenal selama tiga bulan—Matilah."

Tanpa ada satupun peringatan atau gerakan persiapan, Yuuga melakukan serangan telapak tangan. Dalam sekejap dia menyerang dadanya, perasaan sangat sedih terlihat bersamaan dengan suara dari dada yang hendak hancur.

Serangan ini dirancang untuk merusak tubuh manusi dengan menggunakan perhitungan anatomi. Menghancurkan tulang rusuk dengan otot dada pada sudut sempurna dari hantaman tersebut, tulang rusuk itu kemudian akan digunakan untuk menusuk jantung, menciptakan kematian di tempat.

Pada saat perendaran darah terakhir di jantung dan detak jantung yang dipaksakan, apa yang dia pikirkan? Sudah pasti dia tidak akan mampu mengerti arti dari kaki yang hendak terjatuh yang berlawanan dengan pikirannya juga saat darah segara mengalir keluar dari ujung mulutnya.

Mengambil mayat yang terbaring itu, Yuuga berbicara dengan ear-mic.

"Maaf, Nest, aku akan menaruh mayat yang tidak direncakan di dalam lemari di ruang penyimpanan yang ada di samping tangga. Tolong ambil itu sebelum siswa yang memiliki tugas kebersihan akan menemukan itu setelah sekolah."

"Kenapa kau sialan, setiap waktu—"

Yuuga menutup teleponnya tanpa mendengar perkataannya.

Membaringkan gadis yang perlahan berubah menjadi mayat dingin, Yuuga melihat pemandangan dari atap SMA Nukagiri.

Angin musim panas yang bertiup mengenai wajahnya saat Yuuga melihat telapak tangannya secara serius.

"Kenapa aku merupaka sebuah kegagalan meskipun aku sangat kuat? ——Professor."


Catatan Penerjemah[edit]

  1. http://en.wikipedia.org/wiki/Recitative
  2. http://en.wikipedia.org/wiki/Lucia_di_Lammermoor
  3. omeltte keju adalah suatu makanan yang dibuat dengan telur dan dicampurkan dengan keju
  4. Kereta peluru adalah kereta yang berbentuk seperti peluru dan memiliki jalur tercepat serta daftar keterlambatan yang paling sedikit
  5. http://en.wikipedia.org/wiki/Desert_Tactical_Arms_Stealth_Recon_Scout