Hakomari (Indonesia):Jilid 1 Ke-27754 kali

From Baka-Tsuki
Revision as of 16:51, 22 April 2011 by Bakayarou (talk | contribs) (Created page with "27754th time Tubuhku dengan cepat menjadi dingin dan terasa kosong. Meskipun itu berarti Aku sudah tiada, Aku membuka mataku seperti biasa. Tidak bisa menahan rasa dingin yang ...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

27754th time


Tubuhku dengan cepat menjadi dingin dan terasa kosong. Meskipun itu berarti Aku sudah tiada, Aku membuka mataku seperti biasa. Tidak bisa menahan rasa dingin yang menjalar di tubuhku. Aku memeluk diriku sendiri di kasur dan bergetar.


Aku terbunuh.


Di beberapa pengulangan.


Benar, meski Aku terbunuh, 'rejecting classroom' tetap tidak akan berhenti. Menyadari hal itu, Aku merasa kalau Aku ini benar-benar terasa kosong. Hampa. Rasa dingin ini sepertinya tidak akan hilang untuk waktu yang lama.


Aku tidak tahan terlalu lama berada di kamarku dan segera pergi ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.


Cuaca mendung di luar rumah sudah tidak asing lagi. Besok pasti hujan. Kapan ya, terakhir kali Aku melihat matahari bersinar?


Tidak ada seorangpun di kelas. Yah, hal itu wajar karena Aku datang satu jam lebih cepat dari biasanya.


Tiba-tiba muncul pertanyaan di kepalaku. Kenapa Aku bersikeras datang ke sekolah? Aku sudah sering menyadari kejadian 'rejecting classroom' ini seperti sekarang. Bukankah Aku bisa bolos dari sekolah untuk menolak pengulangan ini?


Tidak...! Aku harus pergi! Ya, bagiku, jika Aku sehat, maka Aku akan pergi ke sekolah. Bagiku, itulah kehidupan sehari-hariku. Aku bahkan tidak pernah memimpikan untuk mengubah kebiasaanku itu. Kegiatan itulah yang tidak akan kuubah apapun yang terjadi. Mempertahankan kehidupan sehari-hariku adalah satu-satunya tujuanku.


Ah, mungkin itulah alasan kenapa Aku masih disini. Aku tidak mengerti logika dibalik semua ini, tapi itulah yang Aku rasakan.


Meski Aku berakhir sendirian di kelas ini.


"---"


Aku berjalan menuju ke tengah ruang kelas dan menaiki meja seseorang tanpa melepas sepatuku. Sebenarnya dalam pikiranku Aku merasa bersalah dan ingin meminta maaf karena melakukan hal tidak sopan seperti ini, tapi Aku tidak bisa mengingat nama ataupun wajah orang itu sendiri.


Aku melihat sekeliling. Ini tidak seperti Aku mengharapkan sesuatu akan berubah dengan menaiki meja, Tapi benar-benar tidak ada seorangpun di kelas yang suram ini.


Tidak ada seorangpun di kelas,


tidak ada seorangpun di kelas.


"Mmhh, dingin..."


Aku memeluk diriku dengan erat.


Terdengar suara pintu yang terbuka. Orang yang terlihat di depan pintu itu melihatku berdiri di atas meja dan menggerutu.


"...Lagi ngapain elo diatas situ, Kazu?"


Daiya melihatku dengan pandangan yang tidak mengenakkan.


Menyadari hal itu menghilangkan rasa tegang di wajahku.


"Aah... Gue lega."


Aku bergumam begitu dan turun dari meja. Sambil terus melihatku, Daiya terus menggerutu.


"Tahu nggak elo? Melihat elo membuat gue tenang, Daiya."


"...Baguslah kalau begitu."


"Karena...Elo memang Daiya."


"...Hey, Kazu. Untuk pertama kalinya setelah lama nggak merasakannya, Gue merasa kalau elo itu sedikit menakutkan."


Tapi Daiya, apa elo tahu? Meskipun elo itu Daiya yang asli, dunia ini tetap saja palsu. Gue nggak bisa membagi apapun sama elo. Daiya yang berikutnya nggak akan ingat gue yang sekarang. Ini seperti cuma gue saja yang berada di luar TV. Jadi apa gue benar-benar bisa bilang kalau elo memang berada disini?


Itulah kenapa tidak ada seorangpun disini.


--Seorangpun?


"Ah---"


Tidak, itu tidak benar.


Ada satu lagi orang selain Aku.


Ada satu lagi orang yang bisa mengingat kejadian ini. Dia tidak akan bisa pergi dari sini selama Aku masih mempertahankan ingatanku.


Aah, Aku mengerti. Selama ini hanya kami yang memang berada disini. Tidak bisa keluar dan bahkan tidak mencoba keluar dari ruangan kecil yang hanya sebesar ruang kelas ini, kami selalu berdampingan. Tapi Aku tidak menyadarinya karena dia selalu menganggapku sebagai musuhnya.


Aku duduk di kursiku.


Dia duduk di kursi sebelahku.


...Aku harus percaya. Hanya dengan membayangkan dia duduk disana, Aku menjadi sedikit tenang, meskipun dialah orang yang membunuhku.


?


Apakah karena ini?


Karena? Apa itu karena? Aku tidak mengerti arti dari semua ini. Aku tidak mengerti perasaanku sendiri. Tapi suhu tubuhku terus menurun. Cepat, tidak, lebih parah. Tubuhku sudah sangat dinginnya sampai mencapai titik beku. Tubuhku sakit dan menjadi kaku sepenuhnya.


"Aku Aya Otonashi. Senang berkenalan dengan kalian semua.."


Si <<murid pindahan>> berlaku seperti murid pindahan sungguhan dan tersenyum sambil tersipu malu.


"....A-apa-apaan ini?"


Aku tidak mengerti arti dari semua ini.


Tidak, sebenarnya Aku mengerti.


<<--Ini seperti aku tidak terpengaruh. Sungguh, hal itu juga bisa berpengaruh padaku. Kalau aku menyerah dan menolak untuk mengingatnya, aku juga akan terjebak oleh 'Rejecting Classroom' ini. Aku bisa terus hidup tanpa makna di pengulangan yang tidak terbatas ini. Hampir semudah menumpahkan air ke atas kepala seseorang-->>


--kata-kata yang pernah terdengar saat itu muncul kembali di dalam kepalaku.


Aku melihatnya berdiri di depan kelas. Melihat wajahnya Aku yakin kalau itu adalah dia, tetapi Aku tidak bisa mempercayainya,


Dia--Aya Otonashi?


Mustahil. Karena Otonashi-san tidak mungkin menyerah.


Ya, bahkan meski dia mengetahui kalau orang yang dicurigainya selama lebih dari 20.000 kali 'pindah sekolah' bukanlah pelakunya dan apa yang dia lakukan selama ini sia-sia; tidak mungkin dia menyerah. Tidak mungkin! Tidak mungkin dia akan menyerah!


Itu--tidak seperti dia.


Jumlah teman sekelas kami sudah berkurang hingga setengahnya karena mereka sudah 'ditolak'. Meski begitu, mereka tetap bertanya tentang dia. Dia menjawab semua pertanyaan mereka dengan ringkas dan simpel, tetapi sopan. Dia tidak lagi cuek seperti sebelumnya.


Hampir seperti murid pindahan sungguhan.


Kejadian ini tidak mungkin terjadi. Jadi, ini pasti palsu. Ini pasti sebuah kebohongan. Ya, pasti bohong. Semuanya bohong. Kalau begitu... Apakah Aya Otonashi juga sebuah kebohongan?


--tidak akan,


--tidak akan,


"Tidak akan kubiarkan!"


Meski semua orang membiarkannya, Aku tidak akan membiarkannya!


Aku tidak akan membiarkan Aya Otonashi menjadi palsu.



Back to 27753th time (2) Return to Main Page Forward to 3087th time