Fate/Prototype: Fragments of Sky Silver (Indonesia):Volume 1 Act 2

From Baka-Tsuki
Revision as of 09:56, 15 June 2021 by SmilyMADman (talk | contribs)
Jump to navigation Jump to search

Act 2

Seseorang yang terefleksi di mata sang gadis adalah



Bagian 1

Manaka: "Ini dia, selamat makan."

Kata gadis itu, dengan punggung yang terpapar oleh sinar pagi. Berdiri di jendela timur, sambil menunjukkan meja yang terdapat bermacam jenis makanan di atasnya, dengan suara yang lebih merdu daripada kicauan burung yang sedari tadi terus bernyanyi di luar rumah. Sambil dibarengi oleh gestur malu-malunya.

Adalah seorang gadis yang cantik.

Dengan rambut lembutnya yang seperti transparan. Dengan mata putih yang pucat. Dia terlihat begitu cantik di dalam gaun hijaunya. Sebuah kelopak bunga yang sedang mekar---Ya, benar, lelaki itu sedang mendeskripsikan sosok gadis itu di dalam pikirannya. Sebagai contohnya, jika lelaki itu adalah seorang ksatria elegan yang terbiasa menangani para wanita, maka dia akan membuat pujian mengenai kecantikan gadis itu, dalam waktu di mana dia dapat menyampaikan rasa terima kasihnya untuk bermacam jenis makanan yang disajikan untuknya. Tetapi sayangnya, dia tidak berpengalaman soal wanita.

Karena itu, dia hanya menatap gadis itu.

Saber: "Terima kasih."

Dia mengatakan itu. Sambil memasukkan perasaan berterima kasih di dalamnya.

Manaka: "Umm, yah..."

Walau menunjukkan sikap malu-malu, gadis itu memberikan senyuman.

Manaka: "Karena aku tidak tahu seleramu, jadi aku hanya membuat apa saja yang terpintas di pikiranku. Walaupun aku sudah membuat sedikit terlalu banyak, sih."
Saber: "Oh tidak kok. Aku sangat menghargai ini."
Manaka: "Kau tidak harus memaksakan diri untuk memakan semuanya. Makan yang kau suka saja..."

Suara yang malu-malu. Dan, tiba-tiba, berubah pelan. Itulah saat di mana tatapan yang tidak dapat dimengerti dari gadis itu, segera beralih dari dirinya ke arah meja.

Manaka: "Jika kau memakannya untuk diriku..."

Sebuah keceriaan yang dikatakan dapat membuat keringatan semua peri yang menari dan berjemur di matahari. Mekarnya bunga besar, yang basah oleh embun pagi. Masing-masing dari keindahannya menjadi gelap. Para peri bersembunyi, dan bunga yang mekar tersebut kembali menutup lagi.

Matanya bergetar. Ekspresi gadis itu berubah murung.

Saber: "Baiklah kalau begitu..."

Demi memberi hormat----

Di depan gunungan makanan yang diatur di atas meja, dia akhirnya bisa kembali ke dirinya yang semula. Dan di depan matanya, mungkin terlalu berlebihan untuk porsi makan orang normal. Hidangan telur. Bakon dengan telur, telur dadar, telur ceplok. Masing-masingnya cukup untuk porsi makan 6 orang!? Dan lebih dari itu, telur ceplok nya ditemani oleh roti panggang. Ini juga untuk porsi 6 orang. Salad. Terlihat indah dengan hijau, warna utamanya, juga setara dengan porsi 6 orang.

Hidangan daging. Sosisnya sendiri dipanggang bersama dengan jamur putih yang tebal, juga setara untuk porsi 6 orang. Lebih dari itu, ada satu buah kue pai, yang dibuat menggunakan jamur dengan daging dan usus sapi sebagai bahannya. Mungkin, itu baru saja dipanggang. Dan pemasaknya baru saja mengatakan padanya, kalau dia memotong kue painya jadi 6 potong, dan ternyata yang ada di depannya hanyalah potongan pertama.

Bubur susunya juga untuk porsi 6 orang. Menu yang memiliki fillet kod dan kentang goreng, juga termasuk di dalam bubur tersebut. Makanan penutupnya adalah buah plum yang disajikan dengan irisan buah persik. Dan untuk krim dan sconenya akan dihidangkan setelah makan, dengan jumlah banyak yang tertata di alas kue. Dan seluruhnya, adalah makanan yang asing bagi lelaki tersebut. Itu semua hanya menu yang nama-namanya baru saja diajarkan padanya dengan gambar pendamping.

Saber: "Tidak masalah kalau jumlahnya segini banyak."
Manaka: "Tapi---"
Saber: "Makanan dihidangkan pada para kesatria sebagai pendukung untuk menuju medan perang. Walaupun ini sangat banyak, ini tidak masalah untukku."

Sambil mengatakan itu, lelaki itu tersenyum. Walau itu hanya ekspresi wajah yang dia buat untuk menghibur gadis itu, pada kenyataannya, jika jumlahnya segini banyak, maka itu bukanlah argumen yang mustahil. Masih ada kejujuran di dalam kata-katanya.

Dan sekarang mereka akan pergi ke medan perang, seorang kesatria pastinya membutuhkan tenaga. Daging, kentang, dan alkohol, dan tidak pernah ada ketetapan untuk para kesatria yang telah mengokohkan keberaniannya hanya bisa memakan itu-itu saja. Tapi tentu saja, ada yang namanya batasan dalam segala hal. Seluruh kesatria yang berkumpul di Meja Bundar yang terpintas di pikirannya tak akan membatasi diri mereka untuk mengangguk pada kata-kata itu.

Setidaknya, dia dapat memikirkan ini tanpa harus membuat bingung dirinya sendiri.

Saber: "Aku tidak bohong."

Dia mempertaruhkan pedang dan harga dirinya di dalamnya. Dia tak akan pernah, membiarkan dirinya berbohong.

Saber: "Aku akan memakan semuanya, Manaka."

Manaka Sajyou---
Itulah nama gadis itu.

Setelah beberapa waktu, sarapan pun dimulai. Dia memasukkan makanan ke dalam mulutnya, dan saat setengah dari seluruh makanannya menghilang, gadis itu akhirnya kembali ceria seperti semula. Setiap kali lelaki itu mengatakan "Enak," gadis itu akan ceria persis di depan matanya. Kehadiran para peri dan bunga akhirnya kembali lagi. Dan senyum pun terpasang di wajah mereka.

Pada gadis itu, dan termasuk juga lelaki itu.

Manaka: "Kalau begitu."

Kata gadis itu, dengan senyum besar di wajahnya. Jika bunga dapat mengucapkan bahasa manusia, maka mungkin seperti itulah suaranya. Itulah suara yang didengar lelaki tersebut. Mungkin saja, nyanyian para perempuan yang tinggal di Avalon[1] terdengar seperti ini.

Manaka: "Coba kau cicip ikan goreng krim asam itu, aku sangat percaya diri pada makanan itu. Lagi pula, Ayaka yang biasanya pilih-pilih, sampai mengatakan kalau ini enak. Jadi ini pastinya berbeda dari yang lain, kan?"
Saber: "Ya, ini memiliki rasa yang menakjubkan."
Manaka: "Fufu, jika kau sangat menyukainya, maka aku sangat senang."

Gadis itu kelihatan benar-benar gembira.

Manaka: "Pada pagi ini, umm, aku mencoba untuk membuat sarapan ala Inggris abad 19 hingga 20. Jadi, kurasa apa yang sebenarnya kupertanyakan adalah, apakah rasanya sudah seperti di tanah airmu?"
Saber: "Ya, ini enak."
Manaka: "Benarkah?"
Saber: "Ya."
Manaka: "Benar-benar enak?"
Saber: "Ya, My Lady. Masakanmu benar-benar luar biasa enak."

Lelaki itu mengulang-ulang kata-kata itu. Dan sang gadis, membuat senyumnya semakin dalam.

V1Act2-1.jpg

Manaka: "Aku senang sekali ----"

Gadis itu memiringkan kepalanya, rambutnya terayun-ayun. Lelaki itu juga tersenyum melihatnya. Ngomong-ngomong soal kata "Inggris," dia tidak merasakan itu seperti sesuatu yang melekat padanya. Tetapi, perasaan dari gadis itu berhasil tersampaikan padanya.

Itu sudah cukup. Dan makanan tersebut memang sangat enak.

Makanan yang dia tahu adalah makanan yang sulit dalam pembuatannya; bermacam-macam dalam langkah pembuatannya. Mungkin, mereka mengalami kemunduran budaya selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun, dan mungkin mencampurkannya dengan budaya dari negara asing. Dia dapat merasakan perbedaan zaman, di dalam makanan yang dia telan. Lelaki itu seolah-olah merindukan sesuatu di dalamnya, tapi walau begitu, dia benar-benar berterima kasih.

Gadis itu tidak tahu, apa yang diinginkan lelaki itu, apa yang dia rasakan, apa yang dipikirkannya tentang semua ini, ataupun kebenaran. Tapi, lelaki itu menerima kemurnian itu. Tanpa mengungkapkannya, bahkan sedikit pun dari kegugupan dalam menghadapi pertempuran, dia hanya bertukar senyum pada sang gadis, yang berbicara padanya dengan ekspresi polos yang sesuai untuk gadis seumurannya.

Kemudian---

Manaka: "Hei, Saber..."
Saber: "Ya, apa?"

Gadis itu memanggil namanya. Maka Saber, melihat balik pada gadis itu.

Manaka: Aku, pada pagi ini, mengerti akan satu hal. Um yah... mungkn aku sudah mengetahuinya sedari awal, tapi..."

Gadis itu mengangguk-angguk "Ya."

Manaka: "Kau tahu, pada intinya itu sama saja seperti memasak."

Sebelum lelaki itu dapat menanyakan "Maksudnya ‘itu’?", kata-kata itu bergema. Dari bibirnya yang seperti bunga yang mekar. Dengan pelan, tanpa mengubah nada suaranya. Dalam cara yang benar-benar biasa dan natural. Seperti contohnya, seperti cangkir yang sudah sewajarnya isinya tumpah saat cangkir tersebut dibalik.

Manaka: "---yaitu bagaimana cara kita melakukan apapun hal di Holy Grail War.”

Bagian 2

Holy Grail War, adalah sebuah konflik.

Bahkan untuk orang sepertiku, konflik yang seperti ini tak akan pernah menjadi subyek untuk diskusi.
Pada dasarnya, jalan yang benar bagi Magus adalah untuk memberikan segenap hidupnya untuk menjadi pelajar seumur hidupnya yang dapat melampaui generasi mereka.
Bahkan jika sebuah konflik terjadi di antara masyarakat dan seorang individu yang sedang dalam proses melindungi garis keturunan keluarga dan penelitiannya, adalah mustahil untuk menghentikannya menjadi subyek dari konflik itu sendiri.

Tetapi bagaimanapun, ada pengecualian.
Holy Grail War.
Sebenarnya, itu untuk alasan sederhana yang jelas.
Holy Grail hanya bisa mengabulkan satu saja keinginan.
Keinginan dari ketujuh "Master" ----Magus yang berpartisipasi di dalam Holy Grail War.

Karena itu, enam dari mereka harus dihabisi.

Jadi, persiapkan dirimu, karena ini adalah dasar yang tak bisa dilepaskan dari konflik itu.

(Kutipan dari buku catatan tua)

Bagian 3

Manaka: "Aku memahami bahwa baik itu memasak, dan Holy Grail War, adalah sama seperti hal-hal yang lain."

Lanjut gadis itu. Dengan riang ----Sambil terus menunjukkan kecantikan sebuah kelopak bunga yang sedang mekar, tanpa berkurang sedikitpun.

Manaka: "Jika itu membutuhkan waktu, maka lebih baik gunakan untuk kepala dan pikirkan supaya tidak menghabisi waktu. Walaupun membutuhkan waktu untuk makanan rebusan untuk mendidih dalam waktu lama, bukankah itu akan lebih sederhana dan cepat selesai jika menggunakan pressure cooker (panci bertekanan)? Atau bahkan pengaduk listrik, atau bahkan oven microwave? Aku bukanlah orang bodoh."

"Ping," gadis itu menaikkan jari telunjuknya. Sikapnya, seperti anak kecil yang menyadari sesuatu. Tidak. Mungkin saja memang begitu. Bahkan kepada gadis muda di depan lelaki itu, gadis itu mungkin baru saja mendapatkan ide bagus. Lelaki itu bisa memahami hal itu.

Kepolosan dari gadis itu. Kesucian dari gadis itu.

Makanan pagi hari ini, dan Holy Grail War, baginya secara kasar adalah sama. Apakah itu karena pola pikir kekanakan yang datang dari pengalamannya yang belum cukup, atau itu hanya bentuk dari kepolosannya yang tidak dapat memahami kebrutalan Holy Grail War? Atau, apakah karunia alami yang luar biasa dari gadis itu yang membuat lelaki itu berpikir seperti itu? Mungkin saja, itu karena bakat gadis itu. Lagipula, gadis itu terpilih menjadi Master di umurnya yang masih muda.

Manaka: "Di samping itu, yang manapun itu, persiapan adalah penting, kan? Kurasa itu juga penting, untuk membuat persiapan dalam mencapai tujuan kita."

Gadis itu terus melanjutkan perkataannya. Sambil menerima tatapan dari lelaki itu.

Manaka: "Karena kita tidak tahu seberapa kuat Servant yang lain, kurasa, akan lebih efisien jika menargetkan Masternya dahulu. Atau mungkin, daripada menargetkan Masternya, jika mereka memiliki titik kelemahan yang rendah dalam kekuatan, maka lebih efisien kalau kita menargetkan yang itu saja."

Gadis itu terus melanjutkan perkataannya. Titik kelemahan----jika itu adalah Magus biasa, maka itu pasti adalah garis keturunan keluarganya. Keluarga mereka. Anak-anak mereka.

Manaka: "Jadi, haruskah kita culik anak mereka? Atau... membunuhnya?"

Sedari tadi, lelaki itu hanya diam. Dan sekarang, dia tidak punya pilihan selain membuka mulutnya. Tetapi, itu bukan untuk memberikan saran taktik atau strategi untuk Magus yang merupakan Masternya. Itu hanya----

Saber: "Manaka."

Dia tidak bisa menahannya lagi. Untuk gadis itu, untuk terbiasa dengan hal itu tanpa pretensi apapun.

Untuk Holy Grail War... Untuk membunuh satu sama lain...

Untuk mengalahkan seluruh keenam Master dan Servant, lelaki itu telah berpikir kalau mereka tak akan berencana memilih pilihan itu. Itu adalah, sesuatu yang wajar bagi Magus untuk bertahan hidup di dalam Holy Grail War. Terlepas dari bagaimana mereka meremehkan hal itu, untuk mereka yang mengikutinya, ini bukan apa-apa selain sebuah konflik yang mereka pertaruhkan dengan nyawa mereka. Demi harapan mereka, Magus bersama dengan Servantnya, akan mengabdikan segalanya untuk mencapai kemenangan.

Tapi, walau begitu ---

Saber: "Keberanian dibutuhkan, untuk menantang seseorang bertarung."

Berdiri dari kursinya, berdiri di dekat jendela yang sedikit terpisah dari meja, lelaki itu mengucapkan perkataannya. Itu bukanlah niatnya untuk berceramah tentang kekesatriaan. Itu, mungkin, bukanlah sesuatu yang dapat dipahami sendiri oleh gadis dari masa modern.

Saber: "Mungkin, kau sudah mengerti dengan hal itu."

Dia tidak bisa membuat kata-kata yang kasar. Karena Masternya, tidak lain adalah gadis ini.

Saber: "Tapi, aku tidak bisa membiarkan seseorang yang tidak ada sangkut-pautnya dengan Perang ini ikut terlibat. Mereka masih muda, dan lebih dari itu, mereka tidak punya kekuatan.

Lelaki itu berkata pelan pada kepolosan yang ada di depan matanya. Tidak diragukan lagi, itu seolah-olah dia memberikan perintah pada gadis muda itu. Jadi setidaknya, gadis yang manis ini, tak akan memilih langkah seorang pembunuh yang haus darah.
Tetapi, bagaimanapun----

Manaka: “Tapi ini demi dirimu, Saber."

Senyuman gadis itu, tak goyah. Bahkan membuat lelaki itu tak bisa mengeluarkan kata-kata protes pada gadis tersebut, karena pada gadis itu terpasang senyum yang tak berubah, yang tidak ada bedanya dengan bunga yang basah oleh embun pagi, yang berayun-ayun di angin dingin. Mata berkilau gadis itu, menatap balik pada lelaki itu.

Saber: "Demi..."
Manaka: "Itu benar, kau tidak boleh terluka. Dalam pertarunganmu dengan Servant lain, dirimu yang merupakan rank tertinggi pasti tak akan kalah, tapi jika kau terluka di saat pertarungan, maka aku..."

Saat mengatakan itu, gadis itu menempatkan tangannya pada dadanya. Dada dari gaun hijaunya. Ujung jarinya yang cantik, dengan lembut membuka kancing--------

Manaka: "Aku tak akan kuat melihatnya. Di samping itu..."

V1Act2-2.jpg

Gadis itu mengekspos area dada dari gaunnya. Kulitnya yang seputih salju, dan pola hitam yang menempel di situ pun terlihat. Seraphim, Master Degree yang berbentuk tujuh bulu tunggal.

Manaka: "Ini, aku tak ingin menggunakan ini padamu. Tak akan."

Kata-kata yang singkat. Lelaki itu bisa sedikit merasakan, makna dari perkataan tersebut.

Di saat pertarungan dengan para Servant, lelaki itu tak bisa membantah, bahwa pasti akan datang situasi di mana dia akan terpaksa untuk menggunakan Magical Energy raksasa yang terdapat pada Master Degree. Jadi, gadis tersebut menghindari hal itu?

Gadis itu akhirnya mengubah ekspresinya, kepada lelaki yang menanyainya "Kenapa?" dengan tatapannya.

---Pipinya, walau sedikit kemerahan, terlihat sedih.
---Seperti seorang wanita, yang sedang menyatakan cintanya.

Manaka: "Karena, inilah yang mengikatku dengan dirimu."

---Aku tidak ingin menghabiskan ini.
---Karena untuk sekarang, hanya inilah, yang mengikat diriku dengan dirimu.

Ya, gadis itu berbisik-----

Bagian 4

Master Degree.
Sebuah hierarki malaikat.

Itu adalah sebuah kunci, yang mengendalikan kekuatan besar yang mana dapat menyingkirkan seluruh rintangan.
Di dalam Holy Grail War, tujuh magus diberikan senjata yang tak tertandingi.

Tujuh class dari tujuh Heroic Spirit.
Satu class dari Spirit untuk setiap magus yang telah memperoleh gelar malaikat.
Kami menyebut mereka sebagai "Servant".

Sebuah keberadaan yang melampaui Misteri-Misteri magis.
Ilusi terkuat yang diimpikan oleh manusia.
Bahkan senjata-senjata modern yang dapat membakar kota menjadi abu, tak bisa dibandingkan dengan mereka.

Pada dasarnya, mereka diyakini tidak dapat dijadikan sebagai Familiar Misteri untuk level Magus, mereka mengukirkan nama mereka pada sejarah, mereka adalah inkarnasi dari pahlawan-pahlawan besar yang telah membentuk legenda mereka sendiri.
Sebagai keberadaan terkuat yang tiada bandingan, mereka menjadi mungkin untuk dipanggil dan dimanifestasikan untuk pertama kali oleh kekuatan sihir yang melimpah dari Holy Grail.

Heroic Spirit sangatlah kuat, dan luar biasa.
Mereka mendapatkan rupa manusia, tapi mereka pada dasarnya bukanlah manusia.
Karena itu, Master Degree diukir pada tubuh Magus.

Sebuah fragmen dari kekuatan Holy Grail, dengan Master Degree mereka bisa mengendalikan bahkan Heroic Spirit yang melampaui Magecraft itu sendiri.

Master Degree memiliki total 3 ukiran,
Dengan kata lain, dapat memerintahkan Heroic Spirit sebanyak tiga kali, atau juga untuk memperkuat mereka.

Tanpa dengan Master Degree, Holy Grail War tidak akan pernah ada.

(Kutipan dari buku catatan tua)

Bagian 5

Saber: "Efisien," ya.

Lagi, lelaki itu mengatakan lagi kata-kata tersebut. Ingatannya akurat. Kemarin, dia telah mengukir pada pikirannya, informasi tentang Master-Master lain yang sudah diperkirakan pada saat ini, berdasarkan dari yang dia dengar dari gadis itu dan ayahnya.

Keluarga magus Reiroukan.

Putri keluarga Reiroukan, yang mana ayahnya saat ini dianggap sebagai salah satu Master, dikatakan bahwa hampir seumuran dengan Manaka. Dan dia juga merupakan kenalannya. Lebih dari itu, gadis itu juga mengatakan kalau putri keluarga Reiroukan sudah seperti teman.

Mengatur informasi-informasi dalam ingatannya, lelaki itu berhati-hati dalam memilih kata-katanya. Sebagai pribadi, dia telah mengikuti jalan kejujuran. Sebagai pribadi, dia harus menunjukkan rakyatnya jalan kepada utopianya.

Saber: "Kau bilang ‘menargetkan anak dari Master tersebut.’ Aku tidak ingin kau melakukan sesuatu seperti membunuh temanmu dengan tanganmu sendiri."
Manaka: "Kau terlalu lembut, Saber."
Saber: "Manaka."
Manaka: "Tapi, aku tidak apa-apa. Kau tak perlu mengkhawatirkanku."
Saber: "Semua orang bisa membuat kesalahan. Tetapi, kau itu bijak. Bahkan jika kau tidak memilih membuat kesalahan, maka kau dengan pastinya akan bisa mewujudkan harapanmu dengan memenangkan Holy Grail."
Manaka: "Yep."

Mengangguk---Gadis itu masih tetap tersenyum padanya.

Manaka: "Jika itu demi dirimu, aku akan melakukan apapun."

Perkataannya tidak dapat mencapainya. Tidak akan mencapai gadis itu. Walau gadis itu harusnya bisa mendengar kata-kata protes darinya, tapi sebuah pemahaman tak akan terjalin. Kenapa begitu? Lelaki itu tahu tentang ketidaksabaran yang ada di dalam hatinya. Kerena itu, dia langsung melompat ke kesimpulan. Kata-kata singkat yang baru saja dikatakannya.
Dengan kata lain---

Saber: "Membunuh orang, bukanlah hal yang baik. Manaka."
Manaka: "Kenapa?"

Suaranya, perkataannya. Mengoyak hati lelaki itu dengan keras. Layaknya sebuah ayunan palu perang raksasa, taring-taring dan cakar-cakar dari seekor naga yang mengamuk di bumi dan mengoyak langit, itu akan membuat seseorang berpikir kalau itu tak akan sampai segitunya, dan hal tersebut, adalah pedang yang dibawa oleh kata-kata dan ekspresi. Tapi, lebih dari apapun---Sang gadis itu sendiri, tak bisa merasakan dan menyadari perkataannya sebagai pedang yang menusuk ke dalam dada sang lelaki. Tetapi, lelaki itu masih belum menyerah.

Sesaat yang lalu, gadis itu berbicara dengan senangnya. Tentang masakan. Tentang adik kecilnya.

Jika memang begitu.
Maka masih ada harapan.

Saber: "Sebagai contohnya"

Ia menenun kata-katanya. Lagi. Masih belum menyerah.

Saber: "Pagi yang aku habiskan bersamamu, dengan keluargamu. Ayah dan adik kecilmu. Itu hal yang sama. Tentunya, juga untuk Master dari keluarga Reiroukan-----"
Manaka: "Kenapa kau mengatakan hal seperti itu?"

---Senyumannya.

Manaka: "Aku telah memutuskan, untuk memberikan Holy Grail padamu."

---Mata berserinya.

Manaka: "Aku akan mengabulkan permohonanmu. Supaya kau bisa menyelamatkan Tanah Britania."

---Didampingi oleh kecantikannya.

Manaka: "Jika demi hal itu,"

---Sebuah bunga, bunga yang sedang mekar dengan brilian.

V1Act2-3.jpg

Manaka: "Maka, aku bisa melakukan apapun, aku akan melakukan apapun untukmu."

---Sang gadis.
---Sang gadis itu hanya tersenyum, dengan lembut, kepadanya.








Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Avalon, pulau dan rumah para peri (Fairy).
Bagian Sebelumnya Kembali ke Halaman Utama Bagian Selanjutnya|-