Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab06

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:38, 11 November 2009 by Obakasan (talk | contribs) (perbaikan link)
Jump to navigation Jump to search

Sama seperti kemarin, hari ini aku menemukan lagi surat lain di kotak sepatuku. Ada apa dengan orang-orang sekarang mengirimkan surat melalui kotak sepatu?

Tetapi, kali ini ada perasaan yang berbeda. Suratnya tidak dilipat dan tanpa nama seperti waktu lalu. Pada belakang amplopnya, yang terlihat seperti salah satu amplop elegan yang didapat dari majalah komik perempuan untuk kuisioner atau sejenisnya, jelas-jelas tertulis sebuah nama. Kalau mataku tidak salah lihat, aku yakin nama siapa yang tertulis di atasnya.

Asahina Mikuru.

Aku langsung menyelipkan amplopnya ke dalam kantong jaketku, dan berlari ke dalam toilet laki-laki untuk membukanya. Di sana, pada selembar kertas dengan simbol senyum tersebar di permukaannya, tertulis kata-kata berikut.

Aku akan menunggumu di ruang klub pada saat istirahat makan siang.

Mikuru-chan

Setelah kejadian kemarin, seluruh cara pandangku terhadap kehidupan, dunia ini dan kenyataan itu sendiri berbalik somersault 360 derajat seperti sebuah akrobat.

Aku tidak ingin mengalami situasi yang mengancam nyawa seperti itu lagi.

Tetapi aku tidak bisa menolak hal ini. Lagi pula, adalah Asahina yang mengundangku kali ini! Walau aku tidak mempunyai bukti kalau surat ini ditulis oleh Asahina, aku tidak pernah meragukan keasliannya, karena dia terlihat seperti seseorang yang menyukai cara yang tidak langsung. Lagipula, bayangan dia menggenggam pena saat menulis pada selembar kertas yang imut dengan riang benar-benar cocok dengannya. Kalau saat makan siang, Nagato seharusnya ada di dalam ruang klub juga, jika ada sesuatu yang terjadi, kukira dia pasti datang menyelamatkan ku.

Tolong jangan bilang aku pengecut menyedihkan. Pada akhirnya aku hanyalah seorang murid SMU biasa.



Setelah jam pelajaran keempat, aku telah dikelilingi oleh: Taniguchi, yang menatapku dengan pandangan penuh arti; Kunikida, yang datang dengan kotak bekal makan siangnya, mencoba mengajakku untuk makan siang bersama; dan Haruhi, yang mengajakku untuk mendatangi ruang guru dengannya untuk menyelidiki kebenaran akan kepergian Asakura. Tanpa menyentuh kotak bekal makan siangku sama sekali, aku segera pergi menuju ruang klub.

Saat itu masih bulai Mei, tetapi matahari telah bersinar dengan kecerahan musim panas. Matahari terlihat seperti perapian extra besar, dengan riang meradiasikan energinya menuju bumi. Saat musim panas akhirnya tiba, Jepang menjadi sauna alami. Aku bisa merasakan keringatku mengalir ke pakaian dalamku dengan hanya berjalan beberapa langkah.

Dalam tiga menit, aku tiba di depan pintu ruang klub. Aku mengetuknya terlebih dahulu.

"Silahkan masuk."

Itu adalah suara Asahina, tidak kuragukan lagi. Baiklah, aku bisa rileks dan masuk!

Saat aku masuk, aku menyadari Nagato hilang, dan dengan keterkejutanku, begitu pula dengan Asahina.

Di depanku berdiri seorang gadis berambut panjang bersandar di pinggir jendela melihat ke lapangan sekolah. Dia mengenakan blus putih dan rok mini hitam, sedangkan kakinya mengenakan sepasang sandal untuk tamu sekolah.

Saat dia melihatku, dia berjalan ke arahku dengan gembira dan memegang tanganku.

"Kyon-kun... lama tidak bertemu."

Dia bukan Asahina, tetapi dia mirip sekali dengan Asahina, sangat mirip sampai orang lain bisa salah sangka kalau dia Asahina itu sendiri. Sejujurnya, bahkan aku juga berpikir kalau dia itu adalah Asahina.

Tetapi dia bukan Asahina. Asahina yang kukenali tidaklah setinggi itu, dan wajahnya belum tampak dewasa, dan juga kalau dadanya di bawah blusnya tidak mungkin bertambah sepertiga ukurannya dalam semalam.

Bagaimanapun aku melihatnya, aku yakin kalau orang di depanku, tersenyum sambil memegang tanganku, sudah berumur duapuluhan, memberikan perasaan yang berbeda dengan Asahina yang seperti murid SMP. Tapi mengapa dia sangat mirip dengan Asahina?

"Permisi..."

Aku tiba-tiba memikirkan alasan.

"Apakah anda... kakaknya Asahina?"

Dia terlihat terkejut sesaat, lalu tersenyum dan mengedipkan matanya, mengelengkan bahunya. Bahkan senyumannya juga sama.

"Hee hee, ini aku!" Bia berkata.

"Aku adalah Asahina Mikuru. Hanya saja, aku datang dari waktu yang lebih jauh... Aku selalu ingin bertemu dengan mu."

Aku pastilah terlihat sangat bodoh saat itu. Betul, aku bisa dengan mudah menerima perkataan Asahina kalau dia berasal dari masa depan. Melihat ke gadis cantik yang berdiri di depanku, aku sadar betapa cantiknya dia bertumbuh. Dan dia lebih tinggi, membuatnya lebih seksi. Aku tidak pernah berpikir kalau dia akan jadi sangat cantik.

"Oh, kamu masih belum percaya sama aku?"

Asahina yang berpakaian seperti sekretaris berkata nakal.

"Kalau begitu akan kutunjukan buktinya!"

Dia lalu mendadak mulai melepaskan kancing blusnya. Saat dia membuka kancing kedua, dia menampakkan dadanya dalam terkejutanku.

"Lihat, dapatkah kamu melihat tanda lahir seperti bintang? Ini bukan tempelan! Kamu ingin menyentuhnya?"

Di situ terdapat tanda lahir berbentuk seperti bintang di dada kirinya, sebuah tanda yang menonjol di kulit putihnya, pesona yang bersinar.

"Jadi sekarang kamu percaya?"

Bagaimana aku harus mengatakannya? Aku tidak ingat pernah melihatnya apakah Asahina memiliki tanda lahir di dadanya. Walau aku pernah dipaksa melihatnya berganti pakaian saat dia mengenakan kostum gadis kelinci beberapa waktu yang lalu, aku tidak berkonsentrasi sampai bisa menyadarinya di tempat yang kecil. Saat aku memikirkan semua yang di atas, Asahina yang menarik dan terlihat dewasa itu berkata,

"Ini aneh. Kalau kamu tidak mengatakan kepada ku kalau aku punya tanda lahir ini, aku sendiri tidak akan pernah menyadari sendiri."

Asahina mengelengkan kepalanya dengan bingung, dan tiba-tiba, seperti menyadari sesuatu, matanya terbelalak dan dia merona merah.

"Eh.... Oh tidak, aku baru saja... B...betul! Kita masih belum... Apa yang harus kulakukan?"

Asahina meletakan tangannya di wajahnya dan mengeleng panik, kancing lehernya masih terbuka.

"Aku salah..... M...maafkan aku! Tolong lupakan apa yang baru saja kukatakan!"

Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Oh dan, bisakah kamu mengancingkan kembali? Aku sudah tidak tahu lagi harus melihat kemana!

"Baiklah, saat ini aku percaya kamu. Sekarang aku bisa percaya apapun."

"Maafkan aku?"

"Ah tidak, aku hanya bicara sendiri."

Asahina yang entah berumur berapa masih memegang wajahnya yang memerah saat dia menyadari kemana aku melihat, dan segera mengancingkannya kembali. Setelah duduk dengan benar, dia berdehem kering dan berkata,

"Apakah kamu percaya kalau aku datang dari masa depan ke temporal plane (waktu) ini?"

"Tentu saja, Hmm, kalau begitu, artinya sekarang ada dua Asahina di dunia ini?"

"Yes, aku yang dari masa lampau... saat ini, dia sedang duduk bersama teman sekelasnya sambil makan siang di kelas."

"Apakah Asahina itu tahu kamu di sini?"

"Tidak, lagi pula, dia adalah masa laluku."

Begitu rupanya.

"Karena aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu, aku memohon kepada atasan untuk memperbolehkan datang ke waktu ini. Oh ya, sebelumnya aku minta Nagato-san supaya meninggalkan kita sejenak."

Kalau itu Nagato, kukira dia bahkan tidak akan bergerak saat melihat Asahina yang ini.

"... Apa kamu tahu siapa Nagato-san sebenarnya?"

"Maafkan aku, tetapi itu informasi rahasia. Oh, Aku baru sadar aku sudah lama tidak mengatakannya."

"Aku baru saja mendengarnya beberapa hari yang lalu."

"Kamu benar." Asahina berkata sambil mengetuk kepalanya dan mengeluarkan lidahnya. Ini benar-benar seperti apa yang dilakukan Asahina.

Tetapi tiba-tiba dia mulai terlihat serius.

"Aku tidak bisa tinggal di sini terlalu lama, jadi aku langsung saja ke intinya."

Langsung katakan saja apa yang ingin kamu katakan!

"Apakah kamu pernah mendengar tentang Putri Salju?"

Aku melihat ke arah Asahina yang sedikit lebih tinggi. Pupil hitamnya terlihat sedikit sendu.

"Mmn, yaa..."

"Bagaimanapun situasi rumit yang akan kamu hadapi dari sekarang, kuharap kamu mengingat cerita ini."

"Maksudmu cerita yang ada tujuh kurcaci, penyihir licik dan apel beracun?"

"Ya, cerita Putri Salju."

"Aku sudah mengalami situasi rumit kemarin."

"Tidak... Ini lebih serius dari itu. Aku tidak bisa mengatakan detilnya, tapi yang bisa kukatakan hanyalah Suzumiya Haruhi juga akan berada bersamamu."

Haruhi? Juga bersamaku? Maksudmu kami berdua akan terlibat dalam sesuatu yang menyusahkan? Kapan? Di mana?

"...Mungkin Suzumiya-san tidak menganggapnya menyusahkan.. tapi untukmu dan kami semua, ini masalah yang rumit."

"Kamu tidak bisa mengatakan detilnya... kan?"

"Maafkan aku, aku hanya bisa memberikan petunjuk saja. Itu sudah semua yang bisa kulakukan."

Asahina dewasa meminta maaf sampai dia hampir menangis. Ya, itu adalah ekspresi yang biasa ditampilkan Asahina.

"Maksudmu cerita Putri Salju?"

"Ya."

"Akan kuingat."

Setelah melihatku mengangguk, Asahina berkata kalau dia masih ada waktu sedikit, jadi dia mengelilingi ruang klub dengan nostalgia, mengelus dengan lembut kostum maid yang tergantung di lemari baju.

"Aku dulu biasanya sering memakainya. Sekarang aku pastilah tidak akan berani mengenakannya."

"Sepertinya kamu sedang cosplay sebagai gadis kantoran sekarang."

"Hee hee, karena aku tidak bisa masuk dengan seragamku, aku harus berpakaian sebagai guru."

Beberapa orang memang dilahirkan untuk mengenakan kostum.

"Ngomong-ngomong soal yang mana, kostum apa lagi yang Haruhi buat kamu pakai?"

"Aku tidak mau mengatakannya, itu terlalu memalukan. Lagipula, kamu nanti juga tahu sendiri, bukan?"

Asahina berjalan dengan sendalnya dan mendekati menuju wajahku. Aku menyadari kalau matanya tidak biasa basah, dan wajah terlihat sedikit merah.

"Kalau begitu aku jalan sekarang!"

Asahina melihat ke arah ku, ingin melanjutkan tapi memutuskan untuk berhenti. Melihatnya gemetaran dan terlihat seperti ingin sesuatu, mungkin aku harus memberinya ciuman. Saat aku akan memeluknya, dia mundur.

Asahina berputar ringan dan berkata,

"Akhirnya, Aku punya satu permintaan lagi. Tolong jangan terlalu dekat denganku."

Dia berkata dengan mengeluh lemah.

Aku langsung berteriak ke Asahina, yang sedang berlari ke pintu, "Aku punya pertanyaan untukmu!"

Asahina berhenti tepat saat mau membuka pintunya.

"Asahina-san, sebenarnya kamu umur berapa?

Asahina berputar dan mengoyangkan rambutnya, lalu memberikan senyuman yang menggoda, "Informasi rahasia~."



Pintu ditutup begitu saja. Aku tidak dapat melakukan apapun bahkan bila sudah diberi kesempatan.

Wow, aku susah percaya kalau Asahina-san akan terlihat sangat hot ketika sudah tumbuh. Lalu aku tiba-tiba berpikir tentang hal pertama yang dikatakannya. "Kyon-kun......sudah lama." Berarti satu hal yang pasti: Asahina-san tidak bertemu denganku dalam waktu yang lama.

"Ya, itu masuk akal."

Asahina-san dari masa depan mungkin sudah kembali ke tidak-begitu-jauh masa depannya, dan kemudian menghabiskan beberapa tahun di sana, hingga akhirnya bertemu kembali denganku di waktu ini.

Berapa lama waktu yang sudah berlalu baginya? Dari bagaimana dia sudah tumbuh, aku bisa bilang mungkin lima tahun.....atau bahkan tiga! Para wanita banyak berubah ketika mereka lulus dari SMA. Dulu sepupuku seperti itu. Ketika dia di SMA, dia selalu orang yang pendiam, siswi bersinar yang tidak menarik perhatian. Lalu ketika dia masuk universitas, dia bermetarmofosis dari seekor ulat yang jelek menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Namun sejak pertumbuhannya, aku bahkan lebih dipusingkan oleh umur Asahina-san yang sebenarnya; aku sama sekali tidak berpikir dia 17 tahun sama sekali!

Aduh, aku lapar, kupikir aku akan pulang.

"......"

Sesaat kemudian, Nagato Yuki masuk dengan wajah dinginnya seperti biasa, tapi saat dia tidak memakai kacamata hari ini, tatapannya yang kosong mengarah kepadaku.

"Hei, apa kamu melihat seseorang yang terlihat seperti Asahina-san lewat barusan?" Kataku setengah bercanda.

"Aku telah melihat klon perbedaan temporal Asahina Mikuru pagi ini."

Nagato duduk dengan tenang di kursinya lalu meletakkan bukunya di meja dan membukanya.

"Dia tidak ada lagi sekarang dan sudah pergi dari waktu ini."

"Bisakah kau berjalan menembus waktu juga? Dengan Data Entity sesuatu itu?"

"Aku tidak bisa. Tetapi, perpindahan temporal tidaklah sesulit yang dibayangkan orang; itu hanya saja manusia belum memahami prinsip dasarnya. Waktu itu seperti ruang; bergerak menembusnya sangatlah mudah."

"Lalu bisa kau beritahu aku bagaimana?"

"Itu adalah konsep yang tidak bisa dibawakan dalam kata-kata, jadi kamu tidak akan mengerti walau aku menjelaskannya."

"Benar begitu?"

"Ya."

"Sepertinya aku kalah, donk."

"Ya, kamu kalah."

Percuma mencoba bicara dengan karakter yang sangat kaku, jadi aku memutuskan untuk kembali ke kelas. Mungkin aku masih punya waktu untuk makan siang.

"Nagato-san, terima kasih untuk kemarin."

Ekspresi kakunya bergerak sedikit.

"Tidak perlu berterima kasih kepadaku. Tindakan Asakura Ryoko adalah tanggung jawabku; Aku telah ceroboh dengan pengawasanku."

Belahan rambutnya berayun lembut

Apakah dia berusaha untuk membungkuk dan minta maaf kepada ku?

"Kamu benar-benar terlihat lebih imut tanpa kacamata."

Dia tidak membalas.

Aku tadinya ingin segera berlari langsung ke kelas untuk makan siang, tapi di sana Haruhi telah menungguku di pintu, dan rencanaku untuk makan siang segera terbuang keluar jendela. Mungkinkah ini nasib? Sepertinya aku telah mencapai titik dimana aku bisa melihat semua karma.

Menunggu tak sabaran di koridor, Haruhi berteriak dengan nada kesal.

"Kemana kau kabur? Kupikir kau bakal balik segera, aku bahkan belum sempat makan karena aku menunggumu kelamaan!"

Dia tidak terdengar marah sama sekali, tapi dia terdengar seperti teman perempuan masa kecil yang cemberut karena berusaha menyembunyikan rasa malunya.

"Jangan cuman berdiri seperti idiot! Ikut aku!"

Haruhi menggenggam lenganku dengan erat dan menarikku ke tangga yang gelap.

Aku benar-benar kelaparan nih!

"Aku baru saja bertanya ke Okabe di ruang guru. Para guru hanya tahu kalau Asakura pindah sekolah pagi ini. Saat subuh, seseorang mengaku sebagai ayah Asakura menelepon, katanya mereka harus pindah karena keadaan darurat. Dan kamu tahu kemana mereka pindah? Kanada! Mana mungkin ini bisa terjadi? Ini terlalu mencurigakan!"

"Oh ya?"

"Setelah itu, aku mengaku sebagai teman baiknya Asakura dan ingin bertanya kepada guru bagaimana cara menghubunginya di Kanada."

Tolong deh, kamu bahkan sangat jarang sekali berbicara kepadanya waktu dia masih ada.

"Dan kamu tahu apa kata gurunya? Mereka tidak tahu. Umumnya kalau seseorang akan pindah, bukankah mereka akan meninggalkan cara menghubunginya? Ada sesuatu yang mencurigakan di sini"

"Ngga, ngga ada!"

"Jadi aku menanyakan alamat lama Asakura Ryouko sebelum dia pindah. Aku bakal kesana dan melihatnya setelah sekolah. Mungkin kita bisa menemukan sesuatu di sana."

Cewek ini tidak pernah mendengar apa kata orang, seperti biasa.

Lupakan saja, aku nggak bakal menghentikannya. Pada akhirnya, yang membuang waktunya hanya Haruhi, bukan aku.

"Kamu juga ikut."

"Kenapa!?"

Haruhi mengangkat bahunya, dan seperti naga menghirup dalam sebelum menyemburkan nafas apinya, dia berteriak dengan volume yang seluruh sekolah bisa mendengarnya,

"KARENA KAMU ADALAH ANGGOTA BRIGADE SOS!!!"



Memenuhi dengan perintah Haruhi, aku mundur dengan panik. Aku pergi ke ruang klub untuk memberitahukan Nagato tentang ini kareba baik aku dan Haruhi tidak menghadiri kegiatan klub hari ini, dan memintanya untuk memberitahukan kepada Asahina-san dan Koizumi kalau mereka datang. Tapi aku tidak tahu apakah alien pendiam ini akan membuat hal semakin rumit, jadi untuk amannya, aku mengambil bolpen dan menulis di belakang selebaran Brigade SOS.

"Tidak ada aktivitas hari ini untuk Brigade SOS. - Haruhi"

dan menempelkan catatan itu ke pintu.

Menyingkirkan Koizumi sejenak, setidaknya Asahina bisa aman untuk berganti ke kostum maidnya.

Terima kasih untuk semua ini, bel sekolah untuk jam kelima berdering sebelum aku sempat makan sesuatu. Jadi sampai sebelum istirahat berikutnya aku baru bisa makan.



Aku pasti berbohong kalau aku berkata aku tidak pernah ingin berjalan berdampingan dengan perempuan setelah pulang sekolah seperti pada drama idola itu. Tapi walau mimpi ini telah menjadi kenyataan, aku jauh dari bahagia. Hanya apa yang akan terjadi?

"Apa kamu baru saja berkata sesuatu?"

Haruhi bertanya sambil berjalan di sisi kiriku, melangkah lebar sambil membawa selembar kertas notes. Aku otomatis mengartikan pertanyaannya sebagai "Kamu punya masalah?"

"Nggak, ngga ada apa-apa sama sekali."

Kami berjalan menuruni bukit dan menyelusuri jalur kereta. Sedikit agak jauh dari Stasiun Koyouen.

Kupikir kami sudah agak dekat dengan rumahnya Nagato, tapi aku tidak pernah terpikir kalau Haruhi juga berjalan menuju tempat itu juga. Lalu kami sampai di blok apartemen baru yang familiar.

"Asakura sepertinya tinggal di kamar 505."

"Nggak aneh."

"Apa maksudmu 'nggak aneh'?"

"Nggak, nggak apa-apa. Oh ya, gimana caranya masuk? Lihat, sampai gerbangnya juga dikunci."

Aku menunjuk ke keypad nomor di sebelah intercom dan berkata,

"Kamu butuh kode yang benar untuk membuka pintunya. Kamu tahu kodenya?"

"Nggak, kita perlu bertahan dalam perpanjangan pertempuran seperti situasi ini."

Apa yang kamu tunggu sebenarnya? Saat aku berpikir berapa lama yang diperlukan, kami tidak menunggu lama. Pada saat ini perempuan separuh baya membuka pintunya dari dalam, sepertinya akan pergi membeli berberapa barang belanjaan. Dia melihat kita sejenak dengan tatapan curiga dan lalu berjalan menjauh. Haruhi segera menahan gerbangnya sebelum pintunya menutup.

Ini tidak terlihat bijaksana sama sekali.

"Ayo cepat!"

Jadi aku telah ditarik seperti itu ke ruang masuk, dan segera menaiki elevator, yang kebetulan berhenti di lantai dasar. Adalah etiket dasar untuk melihat dengan tenang ke angka lantai saat menaiki sebuah elevator.....

"Asakura itu......"

Tapi sepertinya Haruhi tidak mengetahui keberadaan etiket.

"......Ada banyak hal mencurigakan tentangnya. Dia sepertinya juga tidak pernah mengikuti SMP.."

Ya, tentu saja.

"Aku telah melakukan penyelidikan dan menemukan kalau dia pindah ke SMA Utara dari kota lain. Ini terlalu mencurigakan! SMA Utara bukan sekolah yang terkenal atau yang lainnya, hanya SMA lokal biasa. Kenapa dia harus berusaha keras untuk datang ke kota lain untuk datang ke sekolah ini?"

"Tau deh."

"Tapi dia tinggal dekat sekolah, dan di apartemen yang dibayar tunai bukan sewa. Harganya tentu sangatlah mahal sekali. Apakah dia selalu berpergian dengan kereta untuk ke SMP-nya di luar kota selama ini?"

"Sudah kubilang aku nggak tau."

"Sepertinya kita perlu cari tahu kapan Asakura mulai tinggal di sini."

Elevatornya berhenti di lantai lima. Kita diam-diam berdiri dan mencari pintu dengan nomor 505. Papan nama di pintunya telah dilepas, menunjukan kalau apartemennya telah kosong. Haruhi memutar gagangnya, tetapi seperti yang diperkirakan, pintunya terkunci.

Haruhi menyilankan lengannya, berpikir bagaimana caranya masuk kedalam apartemennya untuk menyelidikinya, saat aku berdiri berusaha keras untuk tidak menguap. Ini benar-benar membuang waktuku.

"Ayo cari penjaga kuncinya!"

"Kupikir dia nggak bakal meminjamkan kuncinya."

"Bukan, aku berpikir untuk menanyakan kapan Asakura mulai tinggal di sini."

"Lupain aja, ayo pulang! Apa yang bisa kita lakukan walau kita tahu?"

"Nggak."

Kami menuju elevator dan kembali ke lantai dasar, dan menuju ke ruang penjaga kunci di depan pintu masuk. Sepertinya tidak ada seseorang pun di belakang panel kaca, tapi saat kami menekan bel di sebelahnya, seorang tua kecil dengan rambut putih muncul perlahan.

Haruhi mulau menghujani orangtua itu dengan berbagai pertanyaan bahkan sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu.

"Permisi, kami teman dari Asakura-san. Dia tiba-tiba berkata kalau dia akan pindah tanpa meninggalkan alamat barunya, dan kami tidak tahu bagaimana cara menghubunginnya. Apakah kami bisa bertanya kalau anda mengetahui kemana dia pindah? Dan, bisakah kami tahu kapan Asakura-san mulai tinggal di sini?"

Saat aku sedang terkagum-kagum bagaimana Haruhi sebenarnya bisa menggunakan bahasa sopan yang normal, orang tua itu sepertinya agak kesulitan mendengar karena dia selalu membalas dengan, "Apa?", "Coba ulangi?", dan seterusnya. Walau begitu, Haruhi masih bisa mengetahui dari orang tua itu kalau dia juga terkejut karena Asakura tiba-tiba pindah. (Aku bahkan tidak melihat tukang pindahan datag, tapi semua perabotan di dalam telah hilang. Itu masih membuatku merinding) Dan kalau Asakura pindah ke sini tiga tahun yang lalu. (Aku ingat seorang gadis cantik memberikankun oleh-oleh hari itu!) Dan juga, daripada dibayar dengan mencicil, apartemennya sepertinya telah dibayar dalam sekali bayar dengan tunai. (Kupikir mereka pasti sangat kaya!) Wow! Kamu bisa jadi detektif kalau begini terus!

Orang tua itu sepertinya senang bisa bicara dengan gadis muda seperti Haruhi.

"Kalau dipikir lagim walau aku sering melihat gadis cantik itu, tapi aku tidak pernah ingat menemui orang tuanya."

"Aku ingat gadis kecil itu dipanggil Ryouko. Sungguh nama yang elegan untuk seorang gadis."

"Aku berharap dia paling tidak berkata selamat tinggal..... Sungguh sangat disayangkan. Oh ya, kamu cukup cantik juga!"

Ketika orang tua itu mulai berbicara hal yang sama, Haruhi memutuskan kalau dia sudah tidak bisa lagi memperoleh data lagi darinya, jadi dia memutuskan untuk menunduk dengan sopan dan berkata, "Terima kasih banyak untuk bantuannya."

Lalu dia memaksaku untuk segera pergi. Ini tidak perlu paksaan sama sekali, karena aku sudah siap untuk mengikutnya dan meninggalkan blok apartemen ini.

"Hei, nak, gadis itu akan tumbuh menjadi wanita cantik, pastikan kamu nggak pernah melepaskannya dari genggamanmu!"

Orang tua itu jelas-jelas berkata nonsens. Yang kutakutkan adalah reaksi mengerikan apa yang akan dimiliki Haruhi, apabila dia mendengarnya. Tapi dia tetap diam melangkah maju, dan aku tetap diam juga. Beberapa langkah dari ruang masuk, kami bertemu dengan Nagato, membawa tasnya dan beberapa kantung plastik belanjaan. Untuk Nagato, yang sering di dalam ruang klub, membaca bukunya sampai sekolah tutup, untuk di ada sini, artinya dia juga pulang sekolah setelah aku.

"Ah! Mungkinkah kamu juga tinggal di sini? Sungguh suatu kebetulan!"

Nagato mengangguk dengan wajah putih pucatnya. Tolong deh, mana mungkin ini kebetulan?

"Apa kamu dengar sesuatu tentang Asakura?"

Dia menggelengkan kepalanya.

"Oh begitu. Kalau kamu dengan sesuatu tentang Asakura, ingat untuk memberitahukanku."

Dia mengganggukan kepalanya.

Aku memperhatikan beberapa makanan kaleng dan sayuran di dalam kantung plastilnya dan berpikir, jadi dia bisa makan juga!

"Apa yang terjadi dengan kacamatamu?"

Nagato tidak menjawab langsung pertanyaannya tapi hanya menatapku diam ke arahku. Aku panik sedikit ditatapnya seperti itu, saat Haruhi, tidak mengharapkan dia menjawab sama sekali, hanya mengangkat sedikit bahunya dan berjalan menjauh tanpa membalikkan kepalanya. Aku mengangkat tanganku dan melambaikan sampai jumpa ke Nagato.

Saat kami berjalan melampauinya, Nagato membisikan, "Hati-hati."

Hati-hati dengan apa kali ini? Saat aku hendak berbalik dan bertanya kepadanya, Nagato sudah terlanjur masuk ke dalam blok apartemen.



Aku mengikuti Haruhi, yang berjalan tanpa tujuan sepanjang jalur kereta api, tertinggal dua sampai tiga langkah di belakangnya. Kami akan semakin jauh dari rumah kalau terus begini, jadi aku bertanya kemana kita akan pergi?

"Nggak ada tujuan khusus." Jawabnya.

Aku melihat ke arah belakang kepala Haruhi dan berkata, "Jadi aku bisa pulang sekarang?"

Pada saat ini, Haruhi berhenti berjalan, terlihat bagaikan dia akan jatuh ke depan. Lalu dia melihatku dengan wajah sepucat Nagato.

"Apa kamu pernah merasa kalau kamu hanyalah sebuah paku kecil di bumi ini?"

Lanjutnya, "Aku pernah, dan aku tidak akan pernah melupakannya."

Haruhi berdiri di atas rel kereta api, maaf, jalur kereta, dan mulai berkata.

"Ketika aku masih kelas enam, aku pergi bersama keluargaku untuk melihat pertandingan baseball. Aku nggak terlalu tertarik dengan baseball, tapi saat aku pergi ke sana, aku terkejut, karena di mana saja aku melihat selalu saja ada orang di sekeliling. Orang-orang di seberang stadion hanya sekecil sebuah bulir beras saja, dalam gerakan konstan. Kupikir seluruh negri telah berkumpul di sini. Jadi aku bertanya ke ayahku berapa orang yang ada di stadion. Ayahku berkata kalau pernuh, kira-kira lima puluh ribu?"

"Setelah pertandingan, jalanan penuh dengan orang. Melihat semua ini, aku terkejut. Ada banyak orang di sini, tapi mereka hanya sebagian kecil dari seluruh negri. Aku membaca di kelas geografi kalau Jepang punya populasi seratusan juta, jadi aku pulang ke rumah dan menghitungnya dengan kalkulator, dan aku menemukan kalau lima puluh ribu itu hanya seperduaribu dari total populasi. Pada saat, aku terkejut lagi. Aku hanyalah bagian kecil dari sedemikian banyak orang di stadion, dan orang-orang sebanyak itu hanyalah satu per dua ribu dari seluruh negri."

"Sebelumnya, aku selalu merasa kalau diriku itu spesial. Aku bahagia dengan keluargaku, dan aku merasa kalau aku sekelas dengan orang-orang yang paling menarik di seluruh dunia. Namun dari saat itu, aku merasa kalau sebenarnya tidak begitu. Pengalamanku di sekolah yang kupikir adalah yang paling menyenangkan di seluruh dunia, ternyata ada di setiap sekolah. Untuk seluruh negri, ini tidaklah spesial. Ketika aku menyadarinya, seluruh dunia disekitarku kehilangan warnanya. Aku menggosok gigiku dan tidur, lalu bangun dan sarapan. Kamu bisa melihatnya di mana saja."

"Aku menemukan kalau ini sangatlah membosankan saat aku menyadari semua ini hanyalah bagian dari kehidupan orang biasa. Kupikir karena sangat banyak orang di dunia ini, pastilah ada seseorang yang hidup dengan kehidupan yang lain daripada biasanya, yang sangat menarik. Tapi kenapa orang itu bukan aku?"

"Sebelum aku lulus dari SD, aku memikirkan semua ini. Jadi saat aku memasuki SMP, aku memutuskan untuk mengubah diriku. Aku ingin agar seluruh dunia tahu, aku bukanlah gadis yang hanya duduk dan menunggu. Aku percaya aku berusaha sekuatku, tapi semuanya sama seperti biasa. Dan kini aku sudah SMA, masih berharap agar sesuatu ada yang berubah."

Ketika dia selesai, dia memberikan ekspresi menyesal telah mengatakan semua itu, dan melihat langit dengan kesal.

Haruhi mengatakan semuanya tanpa henti, bagaikan memberi pidato pada saat debat. Ketika dia selesai, dia memberikan ekspresi menyesal telah mengatakan semua itu, dan melihat langit dengan kesal. Sebuah kereta melewati kami dengan cepat. Terima kasih dengan semua suara berisik, aku punya waktu untuk berpikir apakah aku harus lanjut bertanya atau harus menemukan sesuatu yang filosofis untuk menyenangkan Haruhi.

Aku melihat keretanya meninggalkan suara dengan efek Doppler dan berkata, "Oh begitu?"

Aku merasa tidak enak hanya bisa membalas dengan jawaban sederhana.

Haruhi menggunakan tangannya untuk menahan rambutnya, yang tertiup angin dari kereta yang lewat, dan berkata, "Ayo!"

Setelah itu, dia berjalan mengarah ke arah kami datang. Walau kupikir aku bisa sampai rumah lebih cepat kalau mengikuti arah yang dituju Haruhi, tapi bagaikan punggungnya mengatakan dalam diam padaku "Jangan ikuti aku!", jadi aku berdiam di mana aku berdiri dan melihat Haruhi pergi sampai dia tidak terlihat dalam pandanganku.

Sebenarnya apa yang telah kulakukan selama ini?



Ketika aku sampai di rumah, aku menemukan Koizumi sudah menunggu di depan pintu.

"Hai."

Senyumnya terlihat sedikit palsu, seperti berusaha menyapa teman lama. Dia melambaikan tangannya dengan hangat, mengenakan seragamnya dan membawa tasnya, sepertinya dia baru saja pulang dari sekolah.

"Aku ingin menepati janji yang telah kubuat kepadamu sebelumnya. Oleh karena itu aku telah menunggumu. Aku tidak menyangka kau akan kembali cepat sekali!"

Koizumi melanjutkan dengan senyumnya-yang-tak-pernah-berhenti.

"Bisa aku menggangumu sebentar? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Berhubungan dengan Suzumiya?"

"Ini berhubungan dengan Suzumiya-san."

Aku membuka pintunya dan meletakan tasku di samping ruang masuk. Lalu setelah memberitahukan adikku, yang baru saja keluar, kalau aku akan sedikit terlambat malam ini, aku kembali menuju Koizumi.

Beberapa menit kemudian, kami pergi dengan kendaraan.


Koizumi memberhentikan taksi yang berhenti di depan rumahku, lalu kami pergi menyusuri jalan utama menuju timur. Koizumi memberitahukan supirnya untuk pergi ke kota besar di luar prefektur. Seharusnya bisa lebih murah kalau naik kereta tapi karena Koizumi yang membayar, aku tidak terlalu peduli.

"Lalu, janji apa yang kamu bilang akan ditepati?"

"Bukannya kamu ingin melihat bukti dari kekuatan esperku? Sekarang saat, karena itu aku ingin kamu datang!"

"Apa perlu pergi sejauh ini?"

"Ya. Aku hanya bisa menggunakan kekuatanku pada tempat dan kondisi tertentu. Tempat yang akan tuju memenuhi syarat itu."

"Kamu masih percaya kalau Haruhi itu Dewa?"

Koizumi, duduk bersamaku di belakang, menatapku dari samping.

"Pernahkan kamu mendengar tentang prinsip antropis?"

"Nggak pernah mendengarnya."

Koizumi mendesah dan tersenyum kembali.

"Pada dasarnya, teori ini adalah 'jika sesuatu harus ada untuk kita, sebagai manusia, maka itu benar karena kita ada."

Aku ngga ngerti.

"Alam semesta ini ada hanya karena kita ada di sana untuk mengamatinya. Dengan kata lain, makhluk hidup intelejen yang dikenal sebagai manusia mempelajari keberadaan alam semesta melalui mengamati bagaimana alam semesta ini terbentuk melalui penemuan hukum-hukum fisika. Jika manusia tidak berevolusi sampai ke tingkatan sekarang, maka pengamatan tidak mungkin dilakukan, dan mereka tidak akan pernah mempelajari keberadaan alam semesta."

"Artinya walau alam semesta ada atau tidak, bagi manusia yang belum sepenuhnya berevolusi, hal ini tidak ada bedanya. Hal ini dikarenakan keberadaan kita, manusia yang berevolusi-penuh, maka keberadaan alam semesta itu diterima luas. Ini adalah metode berpikir dari sudut pandang manusia."

"Cara berpikir yang aneh! Maksudku, alam semesta ada tanpa peduli keberadaan manusia."

"Kamu benar. Oleh karena itu prisip antropis tidak sepenuhnya ilmiah, hanya cara berpikir secara filosofi. Akan tetapi, sesuatu yang menarik muncul dari teori ini."

Taksi tersebut berhenti di lampu merah. Pengemudinya terus menatap ke depan, dan tidak pernah menengok ke belakang.

"Lalu mengapa alam semesta ini datang dengan keadaan yang cocok untuk ditinggali manusia? Perubahan kecil di dalam konstanta gravitasi bisa berarti sebuah alam semesta yang sangat berbeda dari yang kita tempati sekarang. Kumpulan peraturan lainya seperti Konstanta Planck atau rasio massa molekul atom terlihat seperti didesain secara khusus sehingga manusia bisa hidup di alam semesta ini. Bukankan ini menakjubkan?"

Aku merasakan punggungku gatal. Ini karena hal-hal yang dikatakan Koizumi seperti selebaran yang isinya melebih-lebihkan yang dibagikan oleh agama baru dibentuk yang dasar pendiriannya berdasarkan teori ilmiah.

"Tenang! Aku tidak percaya dengan keberadaan sebuah tuhan yang maha kuasa, atau pencipta utama yang menciptakan manusia. Banyak rekan-rekanku yang berpikir sama denganku. Tapi hanya satu yang menggangu kami."

Diganggu oleh apa?

"Hal kami lakukan. Apa mereka badut bodoh berdiri dengan tangan di pinggir tebing?"

Ekspresi yang ada di wajahku pasti sangatlah aneh, kalau tidak Koizumi tidak akan tertawa begitu keras seperti ayam betina berkokok.

"Aku tadi bercanda!"

"Aku benar-benar nggak mengerti apaan yang kamu katakan."

Aku benar-benar ingin mengatakannya kepada dia, Aku nggak punya waktu bermain joke konyol denganmu. Bisakah kamu membiarkan aku turun? Pak supir, maukah kamu berbalik? Kalau bisa, aku lebih memilih yang kedua.

"Aku hanya menggunakan prinsip antropis sebagai perbandingan. Kita belum sama sekali menyentuh subjek tentang Suzumiya-san."

Ini sangatlah aneh! Mengapa kamu, Nagato, dan Asahina semuanya sangat mengagumi Haruhi?

"Aku percaya kalau dia orang yang sangat karismatik. Mari kita kesampingkan hal itu sebentar, apakah kamu masih ingat kalau aku pernah berkata kalau dunia ini mungkin saja telah diciptakan oleh Suzumiya-san?"

Aku tidak suka dengan apa yang dikatakannya, tapi aku ingat dia pernah mengatakannya.

"Dia punya kemampuan mewujudkan mimpi."

Bisakah kamu tidak cepat memutuskan?

"Aku tidak bisa berpikir seperti itu, karena sekarang dunia sedang menuju ke arah keinginan Suzumiya-san."

Bagaimana itu bisa mungkin?

"Suzumiya-san selalu percaya kalau alien itu ada, oleh karena itu Nagato Yuki ada. Mirip dengan itu, dia ingin bertemu penjelajah waktu, jadilah Asahina Mikuru juga muncul. Dan aku berada di depannya karena alasan yang sama juga."

"Dan bagaimana kamu tahu itu?"

"Itu semenjak tiga tahun yang lalu..."

Tiga tahun yang lalu lagi! Aku muak mendengarnya lagi!

"Suatu hari, aku tiba-tiba tersadar kalau aku punya kekuatan khusus, dan untuk alasan tertentu, aku mengerti sepenuhnya bagaimana cara menggunakan kekuatan ini. Dan pada waktu yang sama, aku juga mengetahui ada orang lain yang kekuatannya tersadarkan dan kekuatan ini diberikan oleh Suzumiya Haruhi. Aku tidak bisa ke detailnya, jadi semua yang bisa kukatakan adalah aku tahu hal-hal ini meskipun aku tidak bisa menjelaskannya."

"Baiklah, walau aku percaya kamu punya kekuatan itu, aku masih nggak bisa percaya kalau Haruhi punya kekuatan seperti itu."

"Begitu juga aku. Gadis sekolahan biasa punya kemampuan mengubah dunia --maaf, kukira lebih tepat kemampuan membuat dunia, huh? Hal yang mengerikan adalah dia tahu kalau dunia ini membosankan."

"Kenapa memangnya?"

"Bukankah aku sudah bilang sebelumnya? Kalau dia bisa membuat dunia semaunya, maka sudah sewajarnya kalau dia juga bisa membuat dunia ini hilang tanpa jejak dan menyusunnya kembali sesuai keinginannya. Lalu, secara harafiah, dunia ini akan menemui akhirnya. Kita tidak bisa menentukan apakah teori ini benar atau tidak; siapa tahu, dunia yang kita anggap unik ini telah diciptakan ulang berkali-kali sebelumnya."

Aku telah berlebihan menggunakan kata "mustahil" begitu banyak sampai aku perlu sebuah tesaurus.

"Kalau begitu, mengapa kamu tidak mengatakan kepada Haruhi siapa kamu itu sebenarnya? Biarkan dia tahu kalau esper itu benar-benar ada. Kalau dia tahu, kukira dia akan senang sekali. Bahkan mungkin, dia tidak akan berusaha untuk menghancurkan dunia ini!"

"Maka itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Jika Suzumiya-san mempercayai keberadaan esper adalah hal yang biasa, maka seluruh dunia akan menjadi seperti itu. Semua hukum fisika akan terdistorsi: Konstanta Molekular, Hukum kedua Termodinamik, dan sisanya alam semesta akan turun menjadi kacau."

"Ada hal yang belum kumengerti." Aku melanjutkan, "Aku ingat kamu pernah berkata kalau itu adalah keinginan Haruhi untuk bertemu alien, penjelajah waktu, dan esper yang menyebabkan kamu, Nagato-san, dan Asahina-san untuk muncul di hadapannya?"

"Ya."

"Jika itu benar, mengapa Haruhi belum menyadarinya juga? Dan sebaliknya, mengapa hanya kamu dan aku yang tahu semuanya. Bukannya ini agak aneh?"

"Kamu menemukannya tidak konsisten? Sebenarnya tidak; Ketidak konsistenan sebenarnya ada di dalam hati Suzumiya-san."

Bisakah kamu mengatakan hal yang bisa kumengerti, tolong ya!?

"Dengan kata lain, dia memang mengharapkan keberadaan alien, penjelajah waktu, dan esper. Akan tetapi, kesadarannya mengatakan kepadanya kalau hal tersebut tidak ada, dan ini menyebabkan perbedaan kognitif. Walau dia terlihat eksentrik dalam perilaku dan perkataan, pemikirannya masih tidak berbeda dengan orang biasa. Antusiasmenya yang seperti badai sudah perlahan menjadi tenang dalam beberapa bulan terakhir, dan kami senang melihatnya stabil, tetapi perubahan seperti tornado telah terjadi tiba-tiba."

"Dan mengapa itu terjadi?"

"Itu semua karena kamu."

Koizumi mengangkat bibirnya,

"Kalau kamu tidak memberikan Suzumiya-san beberapa ide konyol, kami masih tetap mengamatinya dari balik layar sekarang."

"Memangya apa yang kulakukan!?"

"Kamu yang membuat dia membentuk klub aneh itu. Semuanya karena percakapannya denganmu, dia mendapatkan ide untuk membentuk klub untuk mengumpulkan semua karakter misterius. Jadi kamu harus bertanggung jawab penuh atas hal ini. Oleh karena kamu, maka tiga kelompok yang paling memperhatikan Suzumiya Haruhi sekarang berkumpul bersama."

"....Itu tuduhan yang tidak benar!" Aku mempertahankan diriku dengan tidak meyakinkan.

Koizumi hanya tersenyum dan melanjutkan, "Tetapi itu bukan hanya itu saja alasannya."

Dia berhenti bicara setelah itu. Saat aku ingin mengatakan sesuatu, supirnya berkata, "Kita sudah sampai."

Mobil ini berhenti dan pintunya terbuka. Aku melangkah ke jalan yang ramai bersama Koizumi. Walau supirnya lalu pergi tanpa menagih ongkos, aku tidak terkejut sama sekali.

Jika orang-orang di daerah ini ingin pergi berbelanja, di sinilah tempatnya. Ini adalah tempat tipikal kota besar lokal dengan perempatan kereta api, dan juga berbagai departemen store dan arsitektur kompleks. Matahari tenggelam memandikan jalanan yang ramai dengan pejalan kaki dengan warna terang. Saat lampu di perempatan di depan berubah menjadi hijau, jalanan menjadi penuh dengan lautan orang dalam sekejap. Kita terpisah sejenak oleh ombak ini setelah kita turun di pingir jalan.

"Apa yang ingin kamu perlihatkan dengan membawaku ke sini?"

Berjalan perlahan di zebra cross, Koizumi melihat ke depan dan berkata, "Masih ada waktu untuk mengubah pikiranmu."

"Aku sudah terlanjur di sini, jadi hentikan basa-basinya."

Berjalan di sampingku, Koizumi tiba-tiba menggenggam tanganku. Hei, apa yang kamu lakukan!? Itu menjijikan.

"Permisi, tapi bisakah kamu memejamkan matamu sejenak? Ini tidak akan lama."

Aku menghindar untuk menghindari pejalan kaki menabrakku. Lampu hijaunya mulai berkedip-kedip.

Baiklah! Jadi aku menuruti untuk memejamkan mataku. Aku masih bisa mendengar banyak langkah kaki di jalanan, mesin kendaraan menderum, obrolan tanpa henti, dan berbagai macam suara.

Di bawah bimbingan Koizumi, aku berjalan satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan berhenti.

"Kamu bisa membuka matamu sekarang."

Aku perlahan membuka mataku.

Seluruh dunia jatuh dalam warna abu-abu.



Sungguh sangat gelap. Aku tidak bisa menahan diri untuk mendongak ke arah langit. Matahari yang bersinar oranye tidak bisa ditemukan di mana pun, dan langitnya tertutup oleh awan abu-abu mendung. Apakah itu benar-benar awan? Horizon gelap tanpa celah tertarik tanpa akhir ke seluruh arah. Yang menahan dunia ini dari kegelapan total hanyalah sinar yang terkadang menembus masuk, menggantikan matahari cerah itu, menghasilkan pendaran lemah di langit abu-abu.

Di sana tidak ada orang sama sekali.

Selain Koizumi dan aku, berdiri di tengah perempatan, gerombolan riuh orang yang sebelumnya ada di sini sekarang hilang tanpa jejak. Di kegelapan luas, hanya lampu lalu lintas yang berkedip, berubah menjadi merah, sedangkan yang lain menjadi hijau, tapi di sana tidak ada sebuah kendaraan satu pun di jalan. Sungguh sangat tenang sampai seseorang bisa berpikir kalau bumi telah berhenti bergerak juga.

"Sekarang kita berada di sebuah celah antara garis putus antar-dimensi; ini adalah Kenyataan Tertutup, sebuah tempat yang terputus sama sekali dari dunia kita tinggal."

Suara Koizumi menjadi sangat jelas di keheningan.

"Tengah-tengah perempatan ini terletak tepat di samping "Dinding" dari Kenyataan Tertutup. Lihat, seperti ini."

Lengan Koizumi yang diluruskan berhenti di tengah-tengah udara, bagaikan tertahan oleh sesuatu. Aku berusaha untuk melakukan yang sama dan meluruskan lenganku ke arah situ; rasanya seperti menyentuh cucian sayuran dingin. Tanganku menekan permukaan dari dinding elastis, tapi aku tidak bisa meneruskan lebih dari sepuluh sentimeter.

"Kenyaataan Tertutup ini memiliki radius lima kilometer. Biasanya mustahil untuk masuk dengan cara fisik biasa. Salah satu kemampuanku adalah untuk memasuki ruang seperti ini."

Seperti batang bambu tegak, tidak sepercik sinar pun terlihat dari bangunan sekitar. Toko-toko di sekitar kompleks belanja semuanya gelap di dalam, hanya lambu jalan berkedip lemah.

"Di mana tempat ini?"

Bukan, pertanyaannya seharusnya adalah "Dimensi apa ini?"

"Akan kujelaskan sambil berjalan," Kata Koizumi santai,

"Aku juga tidak terlalu yakin dengan detailnya, tapi dimensi ini terletak tidak jauh dari dimensi kita...... Anggap saja begini, sebuah garis putus antar-dimensi tiba-tiba muncul di sebelah sana, dan kita masuk melalui celahnya. Pada saat ini, dunia luar masih berjalan dengan kehidupan sehari-harinya. Mustahil manusia untuk masuk ke dunia ini secara tidak sengaja."

Kita melewati jalanan. Koizumi berjalan ke arah yang sudah ditetapkannya.

"Bayangkan sebuah dimensi seperti mangkuk terbalik, berbentuk telur, dan tempat ini adalah dalamannya."

Kita memasuki komplek apartemen bertingkat, tapi tidak seorang pun yang terlihat, bahkan tidak setitik debu pun.

"Kenyataan Tertutup terjadi secara acak. Terkadang muncul sekali setiap dua hari, dan terkadang mucul sekali setiap beberapa bulan. Tapi, satu hal yang pasti..."

Kami menaiki tangga walau di dalamnya gelap. Kalau aku tidak mengikuti Koizumi dengan dekat, aku sudah terpeleset.

"Saat Suzumiya-san dalam keadaan tidak stabil mentalnya, ruang ini akan muncul."

Kami sampai di atap dari blok apartemen.

"Saat sebuah Kenyataan Tertutup muncul, aku bisa merasakannya; begitu juga teman-temanku. Bagaimana kita tahu itu? Sejujurnya, kami juga tidak tahu bagaimana. Pada intinya, kami hanya tahu kapan dan di mana Kenyataan Tertutup akan muncul, dan bagaimana cara menembusnya. Aku tidak bisa mengatakan perasaan ini dalam kata-kata."

Aku memegang pagar atap dan melihat ke arah langit; tidak ada angin yang terasa.

"Kamu membawaku ke sini untuk melihat ini? Hampir tidak ada seorang pun di sini!"

"Belum, hal yang sesungguhnya baru setelah ini. Sudah akan dimulai."

Berhentilah bercanda! Tapi Koizumi pura-pula tidak menyadarai ekspresi ketidaknyamananku.

"Kemampuanku hanyalah untuk mendeteksi Kenyataan Tertutup dan menembusnya. Sejujurnya, aku bahkan bisa merasakan keadaan pikiran Suzumiya-san. Dunia ini seperti bisul yang terbentuk dari getaran keadaan emosi Suzumiya-san yang tidak stabil, dan aku adalah obat yang dirancang untuk menyembuhkan bisulnya."

"Perbandinganmu sulit dimengerti."

"Orang sering bilang begitu. Tapi, kamu lumayan hebat! Kamu tidak terlihat terkejut dengan pemandangan semua hal ini."

Pada saat ini, bayangan dari Asakura menghilang tanpa jejak dan versi dewasa dari Asahina terlintas di pikiranku: Aku sudah banyak mengalami pengalaman seperti ini.

Tiba-tiba Koizumi mengangkat kepalanya dan menatap jauh.

"Sepertinya sudah dimulai. Berbalik dan lihat lah di belakangmu."

Aku melakukannya, dan - aku melihatnya.

Berdiri di antara gedung-gedung tinggi di kejauhan ada raksasa biru yang bersinar.


Raksasa itu lebih tinggi sekepala dibandingkan dengan gedung 30 lantai. Figur langsing berwarna biru tua sepertinya mengandung sejenis material yang memungkinkannya untuk bersinar dari dalam. Karena terlalu gelap, aku tudak bisa melihat bentuknya, selain mata dan mulutnya, yang terlihat agak gelap, wajahnya tidak memiliki bentuk lain.

Apaan itu?

Raksasa itu perlahan mengangkat tangannya dan lalu mengayunkannya seperti kampak.

Gedung di sampingnya hancur terbelah; dan bagaikan dalam gerak lambat, beton, kabel, dan serpihan dengan suara yang membuat tuli, jatuh ke permukaan tanah.

"Kami percaya ini adalah manefistasi dari kefrustasian Suzumiya-san. Setiap kali permasalahan di dalamnya mencapai batas terntentu, raksasa ini akan muncul dan menghancurkan semua di sekitarnya untuk meredakan tekanannya, tapi kami tidak bisa memperbolehkan benda ini untuk sampai ke kenyataan kita, atau mereka akan menyebabkan kehancuran besar. Itulah mengapa Kenyataan Tertutup dibuat, jadi itu bisa melepaskan kehancurannya di dalam. Apakah ini masuk akal?"

Setiap kali raksasa bersinar biru mengayunkan tangannya, gedungnya terbelah dua dan rubuh. Raksasa itu kemudian melanjutkan ke depan, menginjak runtuhannya. Yang mengejutkan, aku hanya bisa mendengar suara gedung rubuh, tapi tidak suara langkah kaki raksasa itu.

"Menurut hukum fisika, mustahil raksasa itu bisa berdiri karena beratnya. Tapi dia bisa bergerak bebas seperti dalam kondisi tanpa berat. Walau menghancurkan sebuah gedung melibatkan perubahan dalam struktur molekulnya, tapi peraturan tersebut sepertinya tidak berlaku untuknya. Bahkan tentara tidak bisa menghentikan mereka."

"Jadi kita hanya akan membiarkan semaunya?"

"Tidak, dan oleh karena itu aku ada. Coba lihat ke sana."

Koizumi menunjuk ke arah raksasa itu. Aku melihat ke arah yang ditunjukan dan menyadari ada beberapa titik merah menyala yang sebelumnya tidak ada, sekarang terbang di sekitar raksasa itu. Dibandingkan dengan raksasa itu, titik merah itu seperti biji wijen. Total ada lima buah, tapi karena mereka terbang dengan sangat cepat, mataku tidak bisa mengikutinya. Seperti satelit, titik merah itu mengorbin di sekitar raksasa itu bagai mencoba untuk menghentikan raksasa itu melangkah lebih jauh lagi.

"Mereka adalah rekanku, yang seperti aku, juga memperoleh kekuatannya dari Suzumiya-san, satria yang bertugas untuk memburu raksasa ini."

Titik merah itu dengan ahli menghindari serangan tangan raksasa itu sambil mengubah jalur terbannya dengan lancar dan menyerak badan raksasa itu. Badan raksasa itu sepertinya terbuat dari gas karena titik merah itu terbang menembusnya dengan mudah.

Akan tetapi, raksasa terlihat tidak menyadari serangan titik merah iu dan mengangkan tangannya untuk menghancurkan bangunan lainnya.

Bagaimanapun titik merah itu menyerang, raksasa itu terlihat tidak berhenti. Sinar merah seperti laser sekarang menembus badan raksasa itu tanpa berhenti, tapi karena aku terlalu jauh, aku tidak bisa memperkirakan kerusakan yang telah diterimanya. Satu hal yang pasti: sinar merah itu tidak membuat lubang apapun di badan raksasa itu.

"Benar, kupikir aku harus bergabung dengan mereka sekarang."

Badan Koizumi mulai bersinar merah, dan kemudian, badannya yang bersinar telah tertutup bulatan menyala merah. Didepanku bukan lagi manusia, tetapi bola besar menyala.

Ini semakin tidak masuk akal.

Bagaikan memberi tanda, bulatan menyala itu mulai melayang dan terbang langsung menujut raksasa itu dengan kecepatan luar biasa.

Karena bulatan merah itu tidak pernah berhenti terbang, aku tidak bisa memperkirakan berapa totalnya, tapi kurasa tidak lebih dari sepuluh, termasuk Koizumi. Mereka dengan berani terbang ke badan raksasa itu, tapi yang bisa mereka lakukan hanyalah terbang menembusnya. Raksasa itu hanya sedikit, kalau bisa, terluka. Akan tetapi saat aku berpikir begitu, salah satu bola merah itu mendekati pergelangan raksasa itu dan melingkarinya.

Selanjutnya, tangan raksasa itu terpotong. Tangan tanpa tuan jatuh ke tanah dan mengeluarkan sinar mosaik, menjadi transparan, dan kemudian terurai seperti salju mencair di bawah matahari. Kukira asap biru yang keluar dari pergelangannya yang terputus adalah darahnya. Kejadian di depan benar-benar hal dari fantasi.

Titik-titik merah itu sepertinya sudah menganti cara menyerang raksasa itu. Mereka mendekati raksasa itu seperti segerombolan kutu mengepung seekor anjign. Sinar merah memotong wajah raksasa itu, dan kepalanya jatuh ke bawah; setelah itu, bahunya juga turut jatuh, diikuti dengan bagian atas badannya, meninggalkan bentuk yang aneh. Bagian yang jatuh mulai mengeluarkan sinar mosaik, lalu terurai dan menghilang.

Karena raksasa itu berdiri di atas tanah tanpa halangan di sekitarnya, aku bisa melihat seluruh prosesnya dari awal sampai akhir. Ketika bagian atas raksasa itu jatuh, bagian badannya yang tersisa mulai terurai, akhirnya mencair menjadi serpihan yang lebih kecil dari debu dan tersebar diantara reruntuhan.

Ketika titik merah yang melayang di atas telah yakin pekerjaannya telah selesai, mereka mulai terbang ke berbagai arah. Sebagia besar dari mereka langsung menghilang; hanya satu yang terbang ke arahku, akhirnya mendarat di atap dari kompleks apartemen. Bulatan merah itu perlahan kehilangan sinarnya, dan akhirnya Koizumi berdiri di depanku, mengoyangkan rambutnya berlebihan dengan senyumnya yang seperti biasa.

"Maafkan aku telah membuatmu menunggu."

Dia terdengar sangat tenang, dan dia tidak terdengar kecapaian sama sekali.

"Akhirnya, aku ingin memperlihatkan kamu sesuatu yang menarik."

Koizumi menunjuk ke arah langit. Aku setengah curiga mengangkat kepalaku, dan diantara langit abu-abu yang suram, aku melihatnya!

Tepat di atas raksasa itu muncul pertama kali ada retakan, seperti sebuah burung yang menetas berusaha memecahkan cangkangnya. Retakan itu mulai menyebar dengan cepat seperti sarang laba-laba.

"Mengikuti kehancuran makhluk biru itu, Kenyataan Tertutup juga akan hancur. Ini seperti pertunjukan sulap!"

Pada saat Koizumi menyelesaikan penjelasannya, retakan besar sekarang telah melingkupi dunia ini, seperti terlingkupi dalam jaring metalik. Batas jaring itu mulai merapat sampai mereka menjadi sekecil garis hitam melengkung. Dan, lalu pada saat ini, krak!

Sebenarnya aku tidak mendengar suara apapun. Itu hanyalah otakku berusaha mensimulasikan suara retakan gelas. Sebuah sinar menembus salah satu titik di langit, dan kemudian menyebar ke segala arah di dalam bulatan. Aku merasakan sinar jatuh ke bawah. Bukan, itu bukan kata yang tepat: ini lebih terasa seperti pembukaan atap di stadion Tokyo Dome, semuanya dalam beberapa detik. Hanya bedanya kalau atap ini menutupi semua gedung di bawahnya.

Sebuah suara berisik mulai terdengar di gendang telingaku, dan aku insting menutup telingaku. Tapi itu karena aku telah berada di dunia tanpa suara untuk beberapa waktu dan tidak bisa beradaptasi dengan cepat. Ketika aku mendengarnya dengan hati-hati, itu adalah suara berisik biasanya yang ada di jalan.

Dunia kembali ke keadaan aslinya.

Tidak ada bangunan runtuh, tidak ada langit abu-abu, dan tidak ada bulatan menyala merah yang terbang di udara. Jalanan penuh dengan kendaraan dan orang-orang. Sinar oranye yang biasanyanya bisa terlihat di antara celah bangunan. Dunia terlihat bersyukur dengan menerima kehangatan itu dan meninggalkan bayangan panjang.

Angin berhembus perlahan.


"Sekarang, apakah sudah jelas?"

Koizumi menanyakanku saat kami menaiki taksi, yang sepertinya berhenti secara ajaib di depan kami setelah kami meninggalkan blok apartemen. Ketika kulihat, aku menyadari kalau supirnya sama seperti yang sebelumnya.

"Aku masih tidak paham." Jawabku jujur.

"Aku tahu kamu pasti berkata begitu." Koizumi tertawa, "Makhluk biru itu, kami menyebutnya Avatar, tapi, seperti yang telah kukatakan kepadamu sebelumnya, mereka sangat terkait dengan keadaan mental Suzumiya-san. Kami juga sama, tentunya. Saat Kenyataan Tertutup terbentuk, saat para Avatar mulai memulai gerakannya, kami akan bisa menggunakan kekuatan kami. Kami hanya bisa menggunakan kekuatan itu di dalam Kenyataan Tertutup; saat ini, aku tidak punya kekuatan apa-apa."

Aku diam-diam melirik ke punggung supirnya.

"Aku tidak tahu mengapa hanya kami saja yang punya kekuatan seperti itu, tapi kupikir ini tidak ada kaitannya dengan identitas kami. Ini seperti memenangkan lotere: walau kemungkinannya kecil, pasti ada seseorang yang menang. Aku kebetulan salah satunya yang kena peluru nyasar."

"Sungguh sial aku ini!" Koizumi tersenyum paksa. Aku tetap diam karena tidak tahu apa yang sebaiknya kukatakan.

"Kami tidak bisa membiarkan para Avatar bergerak bebas. Kenapa begitu? Karena semakin banyak kerusakan yang ditimbulkannya, semakin besar bulatan dari Kenyataan Tertutup bertumbuh. Yang barusan kamu lihat tadi itu hanya yang kecil saja. Kalau kami biarkan tanpa pengawasan, mereka akan bertumbuh sampai menutupi seluruh negeri, bahkan seluruh dunia, dan pada akhirnya, dunia abu-abu alternatif itu akan benar-benar menggantikan dunia yang kita tinggali ini."

Akhirnya aku membuka mulutku.

"Mengapa kamu tahu banyak?"

"Sudah kubilang, aku hanya tahu, ini tidak bisa dijelaskan. Semuanya yang tergabung dalam 'Organisasi' juga sama. Pada suatu hari mereka tiba-tiba tahu semuanya tentang Suzumiya-san dan bagaimana dia bisa mempengaruhi dunia ini, dan juga karena menyadari kalau sekarang mereka memiliki kekuatan supernatural, mereka tidak bisa membiarkan Kenyataan Tertutup ini berlanjut tanpa perhatian. Ketika orang biasa mengetahui hal seperti ini, biasanya mereka ingin tahu apakah mereka bisa memberikan bantuan. Jika kita tidak melakukan apapun, dunia yang kita tahu pasti akan hancur."

"Dan itu akan merepotkan." Koizumi jatuh terdiam setelah menggumamkan kata-kata tersebut.

Sebelum aku sampai ke rumah, kami hanya diam melihat pemandangan di luar jendela.

Mobilnya berhenti, dan saat aku melangkah keluar, dia berbicara lagi,

"Tolong beri perhatian dengan aksi Suzumiya-san. Keadaan mental yang seharusnya stabil sekarang mulai menampakkan tanda-tanda perubahan drastis. Ini sudah cukup lama sejak sesuatu yang seperti sekarang terjadi."

Walau aku mengamatinya, dia akan tetap menjadi seperti itu, bukan?

"Sejujurnya, aku juga tidak tahu. Tapi kupikir ini adalah ide bagus untuk menyerahkan semuanya ke kamu, karena beberapa rekanku cenderung berpikir dalam cara yang terlalu rumit."

Sebelum aku bisa menjawab, Koizumi menarik kepalanya kedalam pintu yang terbuka dan menutupnya. Saat aku melihat taksi misterius yang melegenda berjalan ke kejauhan, aku tiba-tiba merasa sangat bodoh, jadi aku mulai melangkah kembali ke rumah. --Nandaka 13:30, 1 July 2008 (PDT)


Back to Bab 5 Return to Halaman Utama Forward to Bab 7