Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid4 Epilog

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:07, 26 September 2009 by Obakasan (talk | contribs) (perbaikan link)
Jump to navigation Jump to search

Epilog



Aku mulai merenung tentang apa yang harus kulakukan sekarang.

Upacara akhir semester sudah berakhir, dan aku mengambil rapot semesterku dari Okabe-sensei, dengan demikian kehidupan SMA-ku tahun ini mau menghadapi akhir.

Hari ini tanggal 24 Desember.

Kelas 1-9 dan murid-muridnya yang menhilang sudah dihidupkan kembali, termasuk Koizumi, yang tidak terlalu banyak muncul di cerita ini. Asakura sudah menghilang dari Kelas 1-5 semenjak setengah tahun lalu; Taniguchi melanjutkan pusing kepalanya soal sedang jatuh cinta; bangku dibelakangku sekali lagi diisi oleh Haruhi; dan tidak ada wabah flu di kelas. Ketika aku melihat Nagato di aula, dia tidak mengenakan kacamata. Setelah upacara akhir semester, aku tak sengaja bertemu dengan pasangan kakak-beradik Asahina-san dan Tsuruya-san, yang melambai dan menyambutku bersamaan. Aku juga mengkonfirmasi sesuatu sewaktu jalan ke sekolah pagi ini - Sekolah Kouyouen sekarang sudah dipulihkan jadi sekolah swasta bergengsi khusus wanita untuk anak orang kaya dan terkenal.

Dunia sudah dipulihkan ke bentuk semula.

Namun, pilihan untuk menjaga dunia ini masih ada denganku. Aku masih harus kembali dengan Nagato dan Asahina-san - kembali ke dini hari tanggal 18 Desember. Kalau tidak, dunia tidak akan pernah dipulihkan. Hanya dengan kembali pemulihan bisa terlaksana. Masalahnya aku masih belum memutuskan kapan sebaiknya aku kembali. Aku belum menjelaskan semuanya ke Asahina-san. Dia mungkin sudah mendengarnya dari diri dewasanya. Aku melihatnya beberapa hari ini, tapi aku tidak menyebutkan tentang itu satu katapun kepadanya.

"Sial!"

Setelah mengerang tak berarti, aku keluar dari koridor menuju komplek ruang klub.

Seperti mobil balap, aku harus mengikuti kaidah kencana yang mengharuskan balik lagi ke garis start. Tidak penting apakan aku ketinggalan dua atau tiga putaran, lagipula bukan aku yang memutuskan begitu. Jalan dan pemandangan putaran pertama dan terakhir sama, namun mereka membawa arti yang berbeda. Yang perlu kulakukan adalah berhati-hati supaya tidak tereliminasi, dan dengan selamat mencapai garis finish sehingga bendera kotak-kotak hitam-putih bisa dilambaikan.

......Lupain ajalah, ga ada gunanya juga bilang begitu.

Tiada gunanya membenarkan tindakanku karena akulah yang memberi keputusan untuk kembali kesini. Berbeda dengan amukan tak berdasar Haruhi, keputusan ini adalah keinginanku sendiri, jadinya aku memilih untuk diputar tak berarti kesana-sini.

Kalau begitu, seseorang perlu membawa tanggung jawab itu dan mengawasi sampai akhir.

Seseorang itu bukan Nagato, bukan Haruhi pula, tapi diriku sendiri.

"Emang udah seharusnya......"

Aku mulai kehilangan realitas dan membuat pose keren. Tidak masalah kalau ada seseorang yang melihatku, karena tidak ada orang yang pengen liat juga. Sewaktu aku berpikir seperti itu, aku bertukar pandang dengan seorang gadis SMA tak kukenal yang sedang lewat. Dengan cepat dia memalingkan pandangannya dan lari tergesa-gesa. Aku berucap pelan ke punggungnya sebuah salam yang mungkin dia tidak dengar,

"Merry Christmas."

Kalau ini episode terakhir opera sabun, kristal salju putih berkilau akan mulai berjatuhan, dan si protagonis akan menangkap salah satu kristal di telapak tangannya dan berseru, "Ah!" Atau sesuatu kayak gitu. Sepertinya tidak akan ada harapan untuk White Christmas tahun ini. Cuaca hari ini memang mengejutkan, sebetulnya hari ini cerah.

Sebagai hasilnya, aku jadi pemain utama. Penonton sudah menghilang ke sudut terjauh galaksi sekarang, dan jadi peninggalan kuno masa lalu.

"Jadi, sekarang ngapain?"

Baru sekarang ini aku sadar. Aku benar-benar tidak tahu ingin melakukan apa. Tidak diragukan lagi, aku memang seharusnya disini. Aku menyadarinya sudah lama. Dari hari ketika Haruhi menyeretku ke ruang Klub Sastra dan aku mendengarkan deklarasinya soal penguasaan tempat itu, aku sudah jadi bagian gerombolan ini.

Seperti anggota lain Brigade SOS, aku akan tetap berdiri dengan aktif menjaga dunia ini. Tidak ada seorangpun yang memaksaku melakukan ini, aku mengacungkan tangan dengan kemauanku sendiri.

Kalau begitu, hanya ada satu hal yang perlu kulakukan.

Lebih gampang berdiri setelah jatuh ke suatu benda daripada jatuh rata ke tanah, walau dua-duanya jatuh. Biarkan aku mengatakannya dengan cara lain, aku harus kembali dan mengangkat diriku yang lain yang sedang jatuh. Dari jalan keluarnya, bisa dibilang ini untuk kebaikan diriku sendiri.

Aku menaiki tangga sambil fokus ke aktivitas hari ini yang akan kulakukan. Haruhi dan Asahina-san bertanggungjawab membeli bahan makanan. Aku diampuni dari siksaan menjadi gerobak belanja manusia, terimakasih kepada rawat inap. Kukira ini bukan karena Haruhi seorang pengampun, sebaliknya, dia mungkin merahasiakan menu makanannya sampai saat terakhir, dimana dia akan mengejutkan semua orang - itulah yang kupikirkan omong-omong. Mungkin bahkan dia memakai pengalamannya dari pulau terpencil untuk mengadakan "Hotpot dalam Pesta Natal Kelam" yang murah meriah.

Aku menduga-duga apa bahan makanannya. Karena Haruhi kokinya, dia mungkin lebih suka dengan sesuatu yang menstimulasi dan menggairahkan. Siapa tahu, dia akhirnya bikin hotpot coba-coba, tak pernah dilihat dalam sejarah kuliner manusia. Tetap saja, apapun yang dimasak di hotpot, mestinya bisa dimakan setelah dimasak. Bahkan Haruhi ga bakalan jadi bodoh banget untuk masukin sesuatu yang ga bisa dicerna ke dalam panci. Walau beda masalahnya sih kalo dia punya perut monster. Haruhi mungkin eksentrik, tapi gue yakin perutnya masih terbuat dari bahan yang sama dengan manusia normal, ya ga? Hal yang di luar standar manusia mungkin hanya otaknya itu.

Akan tetapi, sebelum ikutan pesta hotpot, aku masih harus pakai kostum rusa dan melakukan pertunjukan yang menhibur. Kamu ga akan bisa membayangkan bagaimana rasanya berpikir apa ketangkasan yang harus dimasukan.

"Yare yare,"

Desahan depresi yang baru saja kusegel bulan lalu, sekali lagi keluar dari mulutku. Nah jangan pilih-pilih dunk! Emang kedengerannya sama, tapi apa yang gue bilang mungkin punya arti beda kalo loe tafsirin itu dengan cara yang beda.

Aku memberi alasan untukku karena menggunakan kembali ungkapan ini, sambil mencatat apa yang harus dilakukan dalam peristiwa yang sudah ditentukan sebelumnya ke dalam jurnal di kepalaku.

Peristiwa yang sudah ditentukan sebelumnya adalah sesuatu yang harus kulakukan kalau aku ingin terus tinggal di dunia ini.


Gue harus cari waktu deket-deket masa depan buat balik dan memulihkan dunia.


Sewaktu aku mendekati ruang klub, aku bisa mencium bau makanan masuk ke hidungku. Itu aja cukup untuk membuatku kenyang. Darimana ya rasa kepuasan ini berasal? Gue seharusnya kembali buat ngeberesin kekacauan bentar lagi, namun gue udah ngerasa puas bahkan sebelum beraksi. Nah bukannya gue terlalu gampang dipuasin!?


Ah yah, ga jelek juga. Sebelum itu,


Masih ada waktu. Orang yang bakal mimpin operasi adalah gue di masa depan, walau itu bukan gue dari masa depan yang jauh-jauh amat, juga bukan gue yang bentar lagi.

Aku menggenggam pegangan pintu ruang Klub Sastra dan menanyakan sebuah pertanyaan kepada dunia,

Hei, bisa ga loe nunggu bentar lagi? Sebelum gue balik dan mulihin elo, bisa ga nunggu bentar lagi aja?


Paling engga......


Sampai gue mencicipi hotpot Haruhi. Seharusnya ga terlalu telat buat pergi, kan?


Back to Bab 6 Return to Halaman Utama Forward to Catatan Penulis