Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 1 Prolog

From Baka-Tsuki
Revision as of 23:47, 17 February 2015 by Hikari1189 (talk | contribs) (Created page with "==Prolog== ===Bagian 1=== Awal musim panas. Sakamaki Izayoi sedang menikmati wangi manis dari awal musim panas di tepi sungai. Mengagumi matahari, dia bergumam pada diriny...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Prolog

Bagian 1

Awal musim panas.

Sakamaki Izayoi sedang menikmati wangi manis dari awal musim panas di tepi sungai. Mengagumi matahari, dia bergumam pada dirinya sendiri “Ah, ada bercak hitam. Mungkin matahari benar-benar memasuki periode es.”

Moto-nya adalah “Langit tidak menciptakan manusia lain di atas dirinya” dan dia sepertinya lebih suka pemanasan global daripada pendinginan global.

Dia tidak ada keinginan untuk pergi ke sekolah, jadi sebagai gantinya dia mencoba memikirkan cara untuk bermain-main di tepi sungai sambil masih mengenakan seragam sekolah, tapi tidak sedikit pun dia berpikir akan memalukan jika dilihat oleh orang asing. Dan jika dia dilihat oleh seseorang yang dia kenal, mereka pastinya hanya akan berakhir dengan menunjuknya di belakang setelahnya.

“Pasti akan ada sesuatu yang menarik yang akan terjadi.”

Melepaskan headphones-nya, dia mendengar suara sekumpulan anak berandal berkerumun dengan mengenakan jas panjang dengan tulisan ”Semangat Bertarung” di atasnya. Di tengah-tengah, ada seorang anak laki-laki yang dihajar oleh mereka, dan dipaksa untuk berlutut dan memohon maaf.

“Hei, ini hebat, orang ini benar-benar menangis. Menjijikkan, ayo lempar dia ke sungai untuk membersihkannya.”

“Ayo buat melompat dengan telanjang pantat, dengan kedua tangan dan kakinya terikat!”

“Hiii…!”

Anak laki-laki itu gemetar dalam posisi berjongkok. Sakamaki Izayoi perlahan bangkit duduk dan mulai berbicara pada kumpulan itu yang masih menendangi dan memukuli anak laki-laki itu beberapa meter jauhnya.

“Aaah, aku bosan. Benar-benar bosan. Seandainya aku bisa menjual rasa bosanku, aku yakin aku mendapatkan uang banyak. Hei, orang-orang bodoh yang terlihat konyol di situ, bagaimana jika kalian memberiku hiburan dan aku akan menghadiahi kalian liburan panjang di rumah sakit.”

“Ayolah, cepat lepaskan bajumu dan melompat ke sungai sekarang!”

“Ayo setidaknya ikat kedua tangannya. Selama kakinya bebas, dia tidak akan mati.”

“Tolong aku…….. Tolong aku…….. Tolong aku……..”

Tidak ada reaksi pada perkataan Sakamaki Izayoi. Itu sudah jelas.

Dia tidak berteriak pada mereka, dan hanya bicara seakan ada seseorang tepat di sisinya. Tidak mungkin suaranya dapat sampai pada mereka; perkataannya hanya terbawa angin sebagai gantinya. Karena pukulah yang diterimanya, wajah anak laki-laki itu sangat tidak enak dilihat. Dia ditutupi lumpur, air mata, dan ingus.

"................"

Sakamaki Izayoi bangkit berdiri tanpa berkata apapun.

Dia mengambil beberapa batu seukuran telapak tangan dari tanah, dan mulai melemparkan kepada mereka sambil berseru, “Biarkan aku bersenang-senang juga!”

Dampak serangan dari batu itu melanda seluruh tepi sungai. Tak ada seorangpun yang berbicara. Tidak diperlukan penjelasan

“Argh!”

“I-itu Sakamaki Izayoi! Semuanya, kabur!”

“To-tolong…”

“Aku akan terus melemparkannya!”

Batu-batu tersebut terus melayang, diikuti dengan gema tawa, dan meninggalkan kawah akibat serangan, seperti bekas bom. Baik para berandal maupun yang dikerjai melarikan diri, ketakutan.

Dan hanya agar jelas, Sakamaki Izayoi tidak melempar batu-batu itu untuk menyelamatkan anak laki-laki tersebut.

“Hancurkan yang kuat, hancurkan yang lemah” juga adalah salah satu moto-nya.

“Haha! Menyedihkan, menyedihkan! Apakah ‘Semangat Bertarung’ hanya ada di jasmu?”

Sakamaki Izayoi memegangi perutnya dan tertawa sambil melihat mereka melarikan diri. Dia terus tertawa berguling-guling dan menghentak-hentakkan kakinya ke atas tanah.

Satu-satunya suara yang ada di area tersebut adalah suara tawanya. Tidak ada seorang pun di sekitar, dan begitulah ketika Izayoi berhenti tertawa area tersebut menjadi sunyi.

Tidak ada tanda seorangpun di dekat tepi sungai. Anak laki-laki dan perempuan seusianya mungkin sedang makan siang di sekolah saat ini.

Sakamaki Izayoi berdiri diam.

“………Bosan.”

Dia berkata, mengekspresikan perasaan terdalamnya. Dia hanya merasa pemandangan dari para berandalan dan anak laki-laki yang melarikan diri itu ironis; dia tidak mendapat kesenangan yang sebenarnya dari hal itu. Dia tertawa terbahak-bahak, tapi itu hanya pertunjukkan. Itu jauh dari kata senang. Sakamaki Izayoi membiarkan perasaannya yang hampa pergi dengan helaan napas dalam, dan membalik punggungnya menghadap sungai.

“……Hm?”

Wuussh. Pada saat yang sama dia mulai bergerak, sebuah hembusan angin menyamping mulai bertiup. Sebuah surat tersegel menari di udara dan – setelah mengikuti arah yang tidak alami – mengirim dirinya k etas Izayoi, seperti seutas benang yang melewati lubang jarum.

“…Apa-apaan itu?”

Dia mengambil surat misterius itu.

Di bagian nama penerimanya tertulisa rapi di amplopnya: “Kepada Sakamaki Izayoi-dono.”


Bagian 2

Kebun terdengar bising oleh suara kerik jangkrik.

“Sudah cukup. Diam!” Kudou Asuka berseru ke kebun.

Dan tiba-tiba ada kesunyian.

Keributan kerik jangkrik-jangkrik itu berhenti pada saat yang sama, seakan mereka telah berlatih sebelumnya. Kelihatannya perkataan dari Nona keluarga Kudou lebih penting bagi mereka daripada kegiatan ramah tamah mereka.

Tanpa merasa ini aneh, dia terus melangkah sombong melewati koridor mansion yang terawat dengan baik itu dengan langkah cepat. Dia berpikir mengapa, sekalipun tempat ini dimiliki oleh salah satu dari lima konglomerat di Jepang, tempat ini tidak memiliki pendingin udara di lorongnya.

Dia bergegas ke kamarnya, menyeka keringat yang berkilauan dari rambutnya. Dia memastikan kunci pintu dan kemudian melemparkan dirinya ke ranjang yang menyebabkan berguncang sesaat. Tapi kelihatannya dia tidak puas hanya dengan begitu, dan dia melambungkan diri sekali lagi.

“Jadi keluargaku sedang mengadakan pertemuan untuk melengserkan konglomerat tersebut? Aku tidak mengira bahwa mereka akan memanggilku ke sudut terjauh Jepang untuk alasan seperti itu.”

Untuk mengakhiri pertemuan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, dia dipaksa menghadap sang Kepala keluarga. Sang Kepala keluarga telah dirawat di atas tempat tidur, tapi keputusannya masih ditakuti dan dihormati dimana-mana.

Dia tidak dapat berkata apa-apa ketika keluarganya datang memohon kepadanya, “Tolong, lakukan sesuatu padanya!”, meminta pada seorang gadis, yang baru menginjak usia 15 tahun, untuk menyelesaikan situasi tersebut.

Kudou Asuka yang masih terkejut pergi ke mansion sang Kepala keluarga dan hanya mengatakan satu kalimat singkat padanya.

“Berhenti mengeluh dan bekerjasamalah dalam pelengseran konglomerat!”

“Mengerti.”

Dia menyetujuinya tanpa satu keluhan pun. Itu bahkan tidak memakan waktu 10 detik. Bahkan tidak lagi bisa dikatakan sebagai pertemuan pada saat ini.

Tanpa menunggu apa yang sebenarnya akan terjadi sebagai hasilnya, dia segera berbalik dan meninggalkan mansion. Bahkan keluarganya yang mengharapkan hasil seperti ini, mau tidak mau meragukan mata dan telinga mereka.

Seperti yang para keluarga dapat katakan, segala yang Nona keluarga Kudou katakan akan pasti terjadi. Bukannya karena ada hal seperti hukum atau aturan mengenai itu – apapun yang dia katakan akan terjadi, begitu saja. Mereka mengatakannya itu adalah sugesti yang kuat, hipnotis, atau bahkan cuci otak, tapi dia tidak setuju dengan semuanya itu. Dia hanya mengatakan apa yang dia pikirkan.

Tidak ada seorang pun yang dapat melawan alur sosial saat ini, jadi tidak ada pilihan kecuali melengserkan sang konglomerat. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan pemikiran ini.

“…Menggelikan, bahkan melawan Kakek itu, ini semua dilakukan. Ini menggelikan, sangat.”

Dia mencengkeram kain seprainya dengan erat, berbaring menelungkup. Itu benar-benar mengganggunya. Hubungan dimana jawaban yang kau dengar hanyalah “Ya” itu kosong dan tanpa isi. Lebih mudahnya, dia hanya dapat membangun hubungan tak berarti, dan Kudou Asuka lelah dengan hubungan tanpa makna itu.

“…Panasnya. Apa-apaan kelembapan ini?”

Gaun ini adalah yang masalah terbesar dari semuanya, apakah sebaiknya aku biarkan saja pita rambutnya dan mengganti sisanya?

Mata Asuka mengelilingi kamar, tiba-tiba terpaku pada amplop tersegel mencurigakan yang berada di meja.

Yang tertulis pada amplop tersebu: “Kepada Kudou Asuka-dono.”

“……?”

Asuka memiringkan kepalanya.

Dia segera menatap ke semua jalan masuk yang mungkin, ke pintu, jendela, dan rute pelarian rahasia, tapi mereka semua terkunci dan tidak ada dari mereka yang menunjukkan tanda-tanda dimasuki. Pada saat itu,seseorang mengetuk pintu, dan suara seorang pelayan terdengar.

“Nona Asuka, saya membawakan minuman-“

“Kau di situ, apakah seseorang memasuki kamarku ketika aku pergi?”

“? Hanya Nona yang memiliki kunci ke ruangan ini, dengan begitu tidak ada seorang pun yang dapat masuk.”

“Ya…itu benar. Baiklah. Kau bisa pergi sekarang.”

Sang pelayan membungkuk sopan dan kemudian meninggalkan kamar. Kudou Asuka memeriksa kembali semua jalan masuk yang mungkin, tapi tidak satu dari mereka terlihat pernah digunakan. Yang berarti itu merupakan hal yang mustahil untuk meninggalkan amplop tersebut di kamar ini.

“…Fufu. Aku tidak tahu siapa kau, tapi sebuah ‘surat di ruangan tertutup’ alih-alih ‘pembunuhan di ruang tertutup’… Aku suka gayamu.”

Dia bahkan lupa pada hawa panas yang menyengat, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, sebuah senyuman muncul di wajahnya. Dia dengan riang membuka segel pada amplop tersebut.


Bagian 3

Hujan musim gugur telah berhenti dan daun momiji telah mulai berjatuhan. Kasukabe Yō sedang bersiap ke kamarnya untuk melihat-lihat sebelum daun-daun yang berjatuhan kehilangan warnanya. Dia sedang bersiap mengenakan kimononya, ketika seekor kucing calico lari ke kakinya.

“”Se-sesuatu yang aneh terjadi, Nona Yō! Sebuah surat dialamatkan padamu jatuh dari langit!””

“…Dari langit?”

Sebagai informasi untukmu, kucing itu adalah kucing biasa. Yang special dalam hal ini bukanlah kucingnya, tetapi Kasukabe Yō. Kucing tersebut mendorong surat tersebut ke tangannya sambil mencoba memanjat ke pundaknya.

“”Jangan salah paham, Nona! Aku sama sekali tidak bercanda! Surat ini benar-benar jatuh dari langit!””

Kucing tersebut terdengar seperti sedang membuat alasan, jadi dia dengan lembut menepuk-nepuk kepala kucing itu dan mengangkatnya sambil menunjukkan senyum tipis.

“Aku percaya padamu. Kau mengatakan yang sebenarnya.” Dia tersenyum dengan lembut.

Nada suaranya tenang dan menenangkan. Kucing tersebut tenang untuk sesaat, tapi kemudian menjadi sangat tertarik dengan isi dari amplop tersebut, jadi dia mulai melihat dengan tatapan memohon padanya.

“Nona, tolong bukalah, aku akan kehilangan seluruh buluku karena antisipasi.”

“Setelah aku kembali.”

Kasukabe Yō kemudian menurunkan kucing dan surat itu lalu melanjutkan mengenakan kimononya. Tapi si kucing yang penasaran itu tidak bisa membiarkannya. Sekali lagi dia mencoba memanjat dengan cakar terbuka berkata, “”Nona~! Ayo membacanya sekarang~! Jangan repot dengan kimono ini sekarang, setelah ini-“”

Ripp! Suara tidak menyenangkan dari kain yang tercabik dapat terdengar. Dia melihat ke bawah takut dengan apa yang akan dia lihat, dan kenyataannya satu sisi kimononya terdapat sobekan panjang.

“……………….”

“No-nona......!”

Kasukabe Yō hanya berdiri di sana dengan sedih. Itu adalah kimono merah berlengan panjang, dengan daun-daun momiji sebagai coraknya. Ini adalah salah satu favoritnya. Kimono ini pakaian musiman, jadi jika dia tidak bisa memakainya saat ini, dia tidak dapat melakukannya hingga tahun depan. Dari cabikan yang terlihat, akan waktu lama untuk memperbaikinya.

……Ini benar-benar disayangkan. Dia tidak tahu bagaimana mengekspresikannya.

“”No-Nona…Aku tadi hanya-Aku hanya…!””

“Tidak apa-apa, jangan khawatir. Mau bagaimana lagi.” Dia menghela napas dan tersenyum sedikit getir pada kucing calico itu.

Kasukabe Yō kemudian berganti ke pakaian normalnya, sehelai jaket tanpa lengan dan celana pendek. Kemudian dia melepas jepit rambutnya, dan membuka segel surat yang dibawa kucing calico.

“”Apa itu?””

“………”

Setelah membuat segel surat tersebut yang jatuh dari langit, dia menatap pada surat itu untuk waktu yang lama. Kucing yang penasaran itu memanjat bahunya dan mulai membaca isinya.


Bagian 4

“”Wahai anak-anak dengan kemampuan mengagumkan dan penuh tekanan, aku memanggil kalian! Jika kalian berusaha menguji Gift kalian, maka tinggalkanlah teman-teman kalian, harta benda kalian, dunia kalian, dan datanglah ke “Little Garden” kami.””


Bagian 5

“A-apa?”

“Kya-!”

Pemandangan berubah di depan mata mereka tanpa transisi apapun. Tiba-tiba, mereka menemukan diri mereka 4.000 meter di udara. Bahkan ketika menderita karena tekanan akibat jatuh, mereka memiliki pemikiran yang sama tentang situasi tersebut dan mengatakan hal yang sama.

“Di mana ini?!”

Pemandangan yang sepenuhnya asing terbentang di hadapan mereka. Di horizon, sebuah air terjun curam dapat terlihat menunjukkan akhir dunia yang terjal. Di bawah mereka terdapat sebuah kota yang tertutup seluruhnya, begitu besar hingga membingungkan pengukuran mereka.

Dunia di hadapan mereka adalah dunia yang sepenuhnya berbeda.



Back to Illustrasi Return to Halaman Utama Forward to Bab 1