Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid3 Bab4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 4 : Keikhlasan Ksatria

Bagian 1

Begitu mereka semua berhasil menghabiskan Parfait Jumbo, hari telah petang.

Kamito, yang telah kembali dari kota akademi menunggu di auditorium seperti janjinya dengan Ellis tadi.

Tidak lama setelah itu Ellis datang berlari seperti kehabisan nafas.

"...Maaf, membuat mu menunggu"

"tidak selama itu"

Kamito membuat senyuman melihat Ellis masih mengambil nafas.

"Hey, Ellis, katakan jika aku salah, barusan kamu dari kota akademi kan?"

"K-kau melihat ku!"

Kuncir kuda Ellis mencuat.

"Ahh, kebetulan aja dari jendela restauran, sedang bertugas?"

"Eh, aku..sedang belanja beberapa barang"

"Ahem" wajah Ellis menjadi merah.

Terlintas tanda tanya di pikiran kamito tapi...tidak apa lah.

"Baiklah sejak kita akan belajar, perpustakaan atau-"

"Tidak...bukan perpustakaan"

Ellis menggelengkan kepalanya.

"Hn, bukan perpustakaan, kelas kosong-"

"-Kamar!"

"..huh?"

Kamito seolah tidak mempercayai telinganya.

"...kamar?"

"e...m-maksud ku kita...belajar di kamar ku"

Ellis mengatakannya dengan wajah memerah.

"..."

"..K-kau keberatan?"

"tidak, sebentar, untuk laki laki seperti ku masuk kamar perempuan"

"P-perempuan!...."

Dalam sekejap Ellis membuat wajah seperti menerima kejutan.

"Bu-bukannya kau sendiri sekamar dengan Claire Rouge dan Fianna?"

"I-itu karena keadaan memaksa"

Kamito menggaruk punggungnya ketika menjawab.

"A-atau kau tidak suka ke kamar perempuan seperti ku"

"Tidak!, enggak seperti itu kok"

Kamito segera menjawab melihat Ellis sedikit terluka.

"J-jadi..?"

"...ahh, baiklah, kita belajar di kamar mu"

Kamito masih belum bisa menerima Situasi hanya menurut mengagguk saja mengikuti ajakan Ellis.



Bagian 2

Sekarang Kamito berada di Asramah Weasel.

Kebalikan dari Asramah Raven dimana tempat berkumpulnya semua murid bermasalah, Asramah Weasel adalah tempatnya murid teladan.

Kamar Ellis berada di atas tangga lantai dua.

"Ini kamar ku, dan t-tentu saja ini pertama kalinya aku mengajak laki-laki ke dalam sini"

"..Jika kau seperti itu aku jadi semakin tegang"

Ellis membuka kamarnya dengan mantra yang di lafalkan dalam bahasa Roh.

Di saat memasuki ruangan kamarnya menjadi terang tersinari cahaya.

Interior bagian dalam tidak jauh berbeda dengan kamar claire, hanya kamar Ellis lebih rapih.

"Kamar mu rapih, sangat mencerminkan diri mu Ellis"

"Jika aku bersih-bersih, teman sekamar ku yang kelewat serius bisa marah"

"Teman sekamar yang lebih serius dari Ellis......"

Kamito tidak bisa bayangkan, jika Ellis saja seperti ini, bagaimana temannya?.

"Terus dimana dia sekarang?"

"Dia sedang keluar beberapa minggu ini setelah menerima tugas dari akademi, jika ia di sini sekarang, kau tidak akan bisa keluar hidup-hidup"

Ketika mengatakan sesuatu yang berbahaya, Ellis mengeluarkan bantal bersantai untuk Kamito.

"Silahkan, biasakan dirimu selagi aku menghidangkan cemilan dan Teh"

"Ah..maaf merepotkan"

Ellis segera menyiapkan air panas dan daun Teh hitam berserta cemilannya.

Meskipun ia seorang Ojou-sama dan juga bangsawan, Ellis sangat bisa di andalkan dalam hal Domestic, bisa di bilang sejak Keluarga Fahrengart berlatar belakang militer,ia telah menerima pelatihan sedari awal dengan sangat ketat.

"Ini lezat sekali, kau yang membuatnya Ellis?"

"B-bisa kau katakan seperti itu, ini seperti Hobi"

Ellis bersikap cangung dengan sedikit malu-malu.

Ini adalah Sponge cake yang di taburi bubuk daun teh hitam di atasnya. Rasanya sedang saja sejak tidak terlalu manis.

Kamito tau Ellis memang pandai memasak, tapi tidak mengira ia bisa membuat sesuatu yang seperti ini.

"Tunggu di sini sebentar, aku mau ambil sesuatu"

"Hn, ambil apa?"

Ketika Kamito terlihat ingin beranjak untuk mengikuti- Ellis menarik pedangnya.

Dengan nada yang aneh Ellis berkata.

"Aku mau bersiap"

"B-b-baiklah...."

Dengan pedang yang di acungkan ke lehernya Kamito mengaguk.

Ketika Ellis menghilang di balik pintu Kamito merasa lega mengeluarkan nafas.

Apa-apaan sih dia?...

Kamito meneguk teh yang di buat Ellis dan melihat sekitar interior ruangan.

Ada seragam terlipat rapi dan piyama diatas tempat tidur.

Ada teddy-bear cantik dan boneka kelinci mewah berbaris disamping mereka.

Mengejutkan, dia memiliki sisi kewanitaan..

Ketika memikirkan hal semacam itu, ia mengubah arah pandangannya, lalu—

Secara tidak langsung, pandangannya terhenti diatas meja tulis.

Sebuah bijih roh yang memancarkan cahaya redup, sudah berada di dekat meja.

Itu—

Kamito mendekat, dan mengambil bijih itu ke tangannya.

Didalam bijih roh transparan, berbagai bayangan muncul dan menghilang—.

“Bijih roh itu menyegel memori, huh?...”

Ini adalah suatu benda yang bisa mengurung kejadian didalam memori seseorang dengan memasang kekuatan suci kedalamnya.

Perempuan yang sama muncul berulang-ulang didalam bijih roh.

Rambut glamor nya berkibar dan dia memegang pedang setan hitam— penampilan seorang perempuan yang masih sangat muda.

“…Eh, bukankah itu aku tiga tahun yang lalu?!”

Kamito tidak sengaja berteriak.

Ya, orang yang tercermin disitu tidak salah lagi—

Penampilan dari Penari Pedang terkuat, Ren Ashbell.

Aku ingat, dia pernah bilang bahwa dia mengagumi Ren Ashbell…

Dia membuat desahan keras, lalu menaruh kembali bijih roh pengurung memori ke meja.

Jika Kamito tidak memastikan bahwa jati dirinya tidak diketahui Ellis—

Dia akan menghancurkan mimpi murni perempuan itu, yang mana ia tidak bisa memaksakannya.

…Hn?

Tiba-tiba, Kamito menyadari bahwa penampilan seorang gadis selain Ren Ashbell sedang diproyeksikan dalam bijih roh.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan bercahaya. Dia adalah seorang gadis cantik, yang memiliki tampilan seperti es dingin.

Orang yang berdiri malu-malu di samping gadis itu mungkin Ellis ketika ia masih muda—

Aku memiliki ingatan gadis ini di suatu tempat ...

Kamito meragukannya— pada saat itu.

“…M-Maaf, aku membuat mu menunggu.”

Dia mendengar suara Ellis yang seolah akan hilang kapan saja dari belakang karena terlalu tipis.

“Ellis?”

Kamito berbalik—

“…” Mulutnya ternganga.

Disana ada seorang maid.

“…?”

Setelah Kamito menggosok mata, ia membuka matanya lagi.

…Ya, itu adalah seorang maid.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi cocok dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan. Dan kemudian, dia memakai penutup kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Dia memakai seragam maid berwarna biru gelap rapi cocok dengan celemek putih, dan rok panjang yang indah dengan hiasan.

Dan kemudian, dia memakai penutup kepala, yang diletakkan di kepalanya.

Itu Ellis dalam pakaian maid lengkap.

“K-Kau, apa itu…”

Kamito menelan ludahnya, dan—

“A-Aku menjadi maid eksklusifmu dari sekarang… B-Bagaimana?”

Ellis, yang wajahnya berubah menjadi merah cerah, memegang ujung rok panjangnya dan membungkuk.

Di bagian bawah rok Ellis, Kamito melihat sekilas sebuah pengikat stoking hitam.

“Ap—"

Kamito terkejut dan menutupi matanya dengan kedua tangan dengan gugup.

“J-Jangan lihat-lihat… Ini memalukan.”

Wajah Ellis semakin memerah, dan dia mengusap lututnya dengan malu-malu.

Karena dia tidak mengenakan baju besi nya, payudara nya yang besar terlihat lebih bergoyang dari biasanya.

Kamito kehilangan kata-katanya—

Ellis berbisik dengan ekspresi yang tampaknya gelisah.

"S-Seperti yang kupikir, jenis pakaian ini... tidak cocok untukku?”

“Tidak… err, bukan itu.”

Kamito berkata sembari ia mengalihkan pandangan matanya.

…Atau lebih tepatnya, Ellis manis. Sangat manis.

Tidak, setiap saat Ellis memang manis tapi—

Kamito tidak berfikiran jika Ellis mengenakan seragam maid bisa membuatnya menarik.

Tapi, selain itu, Kamito sangat terkejut.

“…M-Mengapa seragam maid?”

“I-Ini adalah keikhlasan dariku…”

“Keikhlasan?”

Kamito bertanya kembali kepada Ellis yang sedang bergumam dengan malu.

Seragam maid adalah keikhlasan… Dia tidak mengerti maksudnya.

Ellis melipat tangannya dan melotot tajam kearah Kamito dengan mata cokelat kemerahannya.

“I-Ini tentang misi kemarin. Sebagai kebiasaan dari Ksatria Syphid, aku berfikir kalau aku harus berterima kasih untuk bantuanmu diwaktu itu… I-Ini hanya sebagai kebiasaan dari Ksatria Syphid!”

“Tidak, aku sudah katakan aku tidak butuh sesuatu seperti terima kasih. Itu wajar untuk membantu teman sendiri.”

Kamito mengatakannya—

“Kalau begitu, aku tidak bisa tenang. Ap-Apa yang harus kulakukan agar kau menerima terima kasihku… Aku sudah khawatir diminggu ini.”

“… Kenapa keluarnya adalah seragam maid?”

“Umm, aku meminta saran kepada teman setimku Rakka dan Rieshia, mereka berkata kepadaku kalau yang terbaik adalah kalau aku memakai pakaian ini untuk menunjukkan keikhlasanku padamu. Bagaimanapun juga, kau orang gila, yang bisa gelisah dengan melihat penampilan ini. Diawal, aku juga punya masalah dengan ini, tapi aku mengabdikan seluruh badan dan jiwa untuk menunjukkan terima kasihku karena berhutang budi sebagai anggota dari keluarga Fahrengart ku."

“Mengapa mereka berdua, mengajarkan sesuatu yang tidak berharga…”

Wajah Kamito tersentak… Singkatnya, Ellis sudah tertipu oleh mereka berdua.

“Ellis, jangan salah paham. Aku bukan orang gila yang tertarik dengan seragam maid.”

Kamito berusaha menyelesaikan kesalahpahaman, tapi—

“… A-Apa? Artinya—“

Sepertinya Ellis mengartikannya dengan arti yang berbeda.

“… Melakukan itu, maksudmu itu?

“Huh?”

“Y-Yang kau maksud menyuruhku memakai pakaian yang lebih seksi, kan?”

“Apa yang kau katakan!”

“Kuu, dasar raja mesum sialan…!”

“Sebutan raja mesum sudah dipakai oleh penduduk kota!?”

“Aku tidak akan menyerah untuk melakukan permintaan yang lancang!”

Ellis mengeluarkan pedang dari pinggangnya dan dengan cepat menusuknya ke belakang leher Kamito.

Itu terlihat kalau dia tidak akan kehilangan kemampuannya sebagai ksatria walaupun dia menjadi maid… itu sudah jelas.

“A-Aku mengerti , itu sangat cocok bagimu, seragam maid yang terbaik, seragam maid horayy!”

“… Hmm, itu sudah cukup.”

Saat Ellis menusukkan lagi ujung dari pedangnya sebelum mengenai belakang lehernya—

“Ayo, Kamito, kau bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau mau!”

“Kau adalah maid cantik yang sombong… Kalau begitu, Ellis, apa yang kau bisa?”

“Aku spesialis dalam menusukkan tombak.”

“Maid macam apa kau…?”

“Aku juga bisa menggunakan satu pedang, tapi kahlianku adalah menggunakan tombak.”

Dengan bangga Ellis membusungkan dadanya.

“Apa kau tidak punya kemampuan selain kemampuan berbahaya?”

“Memasak mungkin spesialisku.”

“Ahh, aku tahu. Jadi, bisakah aku membuat sebuah permintaan?”

“Tentu saja. Apa yang kau mau?”

“Mari kita lihat. Aku punya makan malam nanti, jadi aku mau makanan ringan dan bisa digenggam.”

“Aku mengerti. Terus terang, aku sudah berfikir apa yang terjadi jika kau mengatakan body sushi[1], tapi—“

“… Mengapa kau.”

Kamito menggeram dengan tatapan tajam—

Tiba-tiba, ia mencoba bertanya sebuah pendapat yang datang dari pikirannya.

“Ngomong-ngomong, maksudnya kau akan melakukannya asalkan aku memintannya?”

“K-Kau, kurang ajar!”

Disaat yang bersamaan, pedang tersembunyi, yang tadi Ellis longgarkan, dikencangkan lagi di bawah rambut Kamito.


“… B-Bagaimana rasanya, Tuan?”

Hanya seperti itu—

Itu berakhir dengan Ellis menyiapkan makanan untuk Kamito.

Seperti yang diharapkan dari yang telah dilatih demi pria yang akan menikah dengannya di masa depan, dari memasak makanan, keahliannya sangat baik. ... Dia adalah jenis orang yang sebagai incaran seorang laki-laki yang ingin ojou-sama kucing liar tertentu untuk mengikutinya.

Bagaimanapun—

“Tolong, jangan panggil aku seperti itu.”

Kamito mengeluh dengan ekspresi datar.

“Um, meskipun begitu, mereka berdua berkata bahwa ini cara resmi untuk memanggil.”

“Bukan, kau sudah tertipu, kau tahu?”

Kamito menggerutu sambil mengunyah sepotongan daging keju seukuran mulut.

Adonannya renyah yang menggunakan tepung terigu kelas satu. Keju kelas tertinggi, yang ditempatkan di antara daging, rasanya lezat dan seperti meleleh di atas lidahnya.

“... Lezat. Lezat secara umum.”

“Mm, itu normal?...”

Ellis cemberut, terlihat sedang frustasi.

“Aku memujimu. Ini susah untuk membuat sesuatu yang normal dan lezat secara umum.”

“A-Apa iya...!”

Ellis tersipu malu dengan mengencangkan dadanya.

“Ellis akan menjadi pengantin yang baik.”

“...! Ap-Apa yang kau katakan!”

-*Bishuu!”

Dia menusukkan garpu ke daging keju sebelum Kamito.

“Ke-Kenapa begitu!”

“Hmm, ini karena kau mengatakan sesuatu yang aneh!”

Ellis melotot kearah Kamito.

Lalu—

“… Buka mulutmu.”

“Huh?”

Kamito bertanya balik—

-*Bishuu, bishuu!*

Tusukan berkecepatan dewa terlepas sekali lagi.

“Owa!?”

“Jangan menghindar! Aku mencoba menyuapimu—“

“Mencoba menyuapiku… Kenapa!?”

“Aku mendengar jika itu adalah tugas seorang maid. Ayo, cepat… bilang ‘Ahh’!”

Ellis menusukkan garpu dengan kecepatan dewa, sebelum mengenai Kamito.

Ellis pernah berkata jika menusuk adalah keahliannya, seperti dugaan, bahkan untuk Kamito, itu membutuhkan semua keberuntungannya untuk menghindar.

… Eh, latihan macam apa ini?!

“Ini berbahaya, kau hampir menusuk mataku!”

“Hmm, itu karena kau menghindar. Jangan menghindar!”

—*Hamuu*.

Akhirnya, garpu itu didorong kemulut Kamito.

-*Mogumogumogu*.

“B-Bagaimana?”

“… Enak.”

Kamito menjawab dengan jujur—

“B-Baiklah, satu suapan lagi…”

Lalu dia menggerakkan garpu dengan lembut kemulut Kamito.

-*Hamuu*.

“B-Bagaimana dengan yang ini?”

“… Ahh, enak.”

Kamito mengangguk sekali lagi, Ellis tertawa ringan seperti sedang senang.

... Hmm. Ini, sedikit memalukan.



Bagian 3

Setelah ia selesai memakan masakan Ellis, hari sudah gelap.

Sekarang adalah saat dia membuat makan malam untuk Claire dan lainnya, yang sudah menunggu di asrama.

Ketika Kamito memberitahukan kepada Ellis tentang hal itu… Dia membuat wajah sedikit kecewa.

Setelah membantu Ellis membereskan meja, Kamito dan Ellis yang sudah berganti seragam, keluar dari asrama.

Saat Ellis melepaskan seragam maidnya, dia tiba-tiba terlihat malu dengan tindakannya tadi, jadi ketika dia berjalan di jalan setapak yang bersinar karena sinar bulan, dia memeluk kepalanya kebawah sepanjang waktu.

… Sama sepertinya, Kamito juga malu.

“Aku minta maaf karena terlalu lama tinggal. Masakanmu enak.”

“Iya, aku senang karena bisa menyampaikan terima kasihku seluruhnya. Karena mungkin hari ini adalah kesempatan terakhir aku bisa mengajakmu ke kamarku.”

“Apa yang kau maksud?”

“Itu tentang teman sekamar yang pernah kukatakan. Dia akan menyelesaikan misinya dan kembali sesegera mungkin.”

“Apa teman sekamarmu menakutkan?”

Setelah mengatakannya, ekspresi Ellis agak murung.

“Velsaria Eva Fahrengart— Dia adalah kakak tiriku, sejak dua tahun lalu. Dia juga kapten utama Ksatria Sylphid.”

“Velsaria…”

Kamito terkejut. Nama itu, jika tidak salah, apa yang Claire sudah katakan—

“Pengontrak roh terkuat di akademi… Apa dia kakakmu, Ellis!?”

“Ya, tapi kami tidak berhubungan darah. Dulu dia juga calon sebagai dua belas pemimpin ksatria, tapi— setelah kalah dari Ren Ashbell di pertandingan pertama Blade Dance tiga tahun lalu, semuanya pun lenyap.”

“…!?”

“Ada apa? Kau tahu tentang kakak ku?”

“… T-Tidak, tidak tahu.”

Kamito menggoyangkan kepalanya kebingungan.

… Aku tahu, tidak aneh kalau aku ingat sudah pernah mendengar nama itu sebelumnya.

—Dia mengingat-ingat. Dia adalah lawan pertama di pertandingan pertama dari Blade Dance tiga tahun lalu.

Dia adalah perempuan dengan wajah dingin yang cantik dan rambut pirang yang indah.

“… Kakakku seperti orang itu, seorang yang mewakili gambar dari ksatria yang kuanggap ideal.”

Ellis menghembuskan nafas putih sambil dia bergumam.

“Walaupun begitu, sekarang orang itu—“

Bergumam seperti bicara sendiri— Ellis menghentikan langkahnya.

Kamito memandang jauh, dan jendela kamar Claire sudah menyala.

“Ellis, terima kasih untuk hari ini. Jadi, sampai jumpa besok.”

“Ah-Ahh, tunggu—“

Kamito melambaikan tanganya dan berjalan benuju asrama.

Pada saat itu, ketika dia baru berjalan beberapa saat menuju bangunan asrama.

“…Ka-Kamito!”

Ellis memanggil Kamito dari belakang agar berhenti.

Itu tidak seperti suara dinginnya yang biasa, melainkan seperti teriakan memaksa.

“…” Ellis?”

Kamito berbalik—

“Ah…”

Ellis melebarkan matanya dan terkejut.

Kenapa dia menunjukkan ekspresi itu— bagaikan dia tidak mengerti mengapa dia memanggil Kamito.

“Ada apa?”

“Tidak, err…”

“Um?”

Kamito menjadi risau dan mendekat—

“…!”

Ellis— ketika dia bertekad untuk sesuatu yang penting— dia menarik nafas yang dalam.

“Sebenarnya aku ingin meminta pertolongan kepadamu, tapi…”

“Pertolongan?”

Kamito mengerutkan keningnya dan bertanya balik.

Yang ia pikirkan adalah— kejadian sebelum dia menerima misi di Kota Pertambangan dua minggu yang lalu.

Ellis mencoba untuk mengajak Kamito masuk kedalam timnya.

Kamito, yang sudah bertim dengan Claire, menolaknya, tapi sekarang kedua temannya menjadi tidak bisa mengikuti pertarungan, dia mungkin mencoba untuk mengajaknya sekali lagi.

Ketika Kamito menggaruk kepalanya karena gelisah, dia menggelengkan kepalanya.

“Ellis, maaf, tapi aku tidak bisa ikut di…”

“B-Bukan soal itu!”

Wajah Ellis memerah ketika dia berteriak… Sepertinya Kamito salah mengartikannya.

“Lalu…”

“Kamito, err… Maukah kau bergabung dengan Ksatria Sylphid?”

“Ksatria?”

Dengan spontan Kamito bertanya balik tentang kata yang tak terduga tersebut.

Ksatria Sylphid— Organisasi elit sekolah yang melindungi kepentingan publik dan moral di akademi.

Aku bergabung… Apa yang dia maksud?

Ellis menatap Kamito dengan kikuk.

“Err… Itu hanya sampai teman ku kembali, aku ingin kau membantu Ksatria.”

Kamito teringat sesuatu yang dia katakana kepada Ellis pada pelajaran tambahan pagi hari ini.

Sebagai hasil dari serangan di hari kemarin, termasuk dua teman setim Ellis, tujuh ksatria terpaksa menarik mereka dari keanggotaan Ksatria Sylphid, karena kehilangan tiga anggotanya, sekarang keadaanya tidak bekerja dengan normal.

Memang, karena seorang kenalannya dan juga seorang yang memiliki kemampuan sebagai kontraktor roh seperti Ellis, Kamito bisa mamahami alasan perempuan itu mengajaknya.

“Tentu saja aku mengatakannya tidak gratis. Sebagai seorang Ksatria, kau harus membayar sebagian gajimu.”

“… Kenapa harus? Jika kau menarik anggota baru, bukankah tidak akan ada perempuan yang tertarik?”

“Kita menarik anggota baru, tapi praktis tidak ada yang mendaftar. Kita sudah mengumpulkan orang selama periode kedatangan murid baru, tapi— walaupun begitu, lebih dari separuhnya langsung mengundurkan diri.”

“Begitukah…”

Sepertinya mereka berfikir kalau pekerjaan Ksatria Sylphid itu sangat berat. Sebagai yang paling mendapatkan banyak bahaya dan pelindung publik dan moral akademi, kadang ada kejadian di mana mereka mendapatkan permusuhan dari murid akademi yang lainnya.

“Lebih-lebih, karena serangan di hari kemarin, kepercayaan terhadap Ksatria semakin berkurang. Walaupun kami mampu menyelamatkan semua korban, tetap saja, kami tidak mampu menangkap penyerangnya.”

Ellis menggigit bibirnya seperti terganggu.

“Aku yang digunakan untuk misi penangkapan Jio Inzagi menggunakan rencana yang berbeda dengan Ksatria, tapi—hasilnya kami kesulitan. Jika kau tidak menolong kami diwaktu itu, mungkin kami sudah musnah.”

Pupil coklat kemerahannya menjadi basah dan agak gemetar.

Tidak diragukan, Ellis bertahan dari semua kritik kepada Ksatria selama ini.

Pastinya, dia menahan itu sendirian tanpa seseorang pun yang bisa ia pintai nasihat.

… Aku mengerti. Dia tidak percaya diri. Pasti dia tidak bisa membantu, tapi malah menjadi takut ketika dia tidak percaya diri.

Itu adalah tanggung jawab dan tekanan berat yang datang karena posisinya sebagai kapten.

Dia berjuang keras demi melaksanakan permintaan dari akademi dan bahkan, mungkin dia menjadi memiliki musuh.

Dia sudah menahan kritik itu dengan menunjukkan kemampuannya lebih jauh.

Bagaimanapun, sekarang dia pasti terpukul.

Tapi, teman setimnya dan teman-temannya selalu mencoba menyemangati dia.

Rakka and Reishia sekarang tidak ada.

… Dia juga perempuan, yang akan berumur enam belas tahun.

Dengan melindungi nama Ksatria di bahunya, berapa banyak tekanan berat yang ia tanggung di bahu gadis ramping itu —

“… Sebenarnya aku takut.”

Dia melihat kebawah ketika mengatakannya.

“Apakah aku sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai Ksatria? Apa aku menyalahgunakan kewenangan Ksatria dan hanya menindas orang-orang yang harusnya aku lindungi, dengan kekuatan?”

Rambut ekor kudanya yang berwarna biru itu bergoyang akibat angin sepoi-sepoi.

Itu seperti memperlihatkan isi hati Ellis.

“Aku akan membantu” — Ellis tidak mengatakannya.

Kalimat itu pasti menjadi kalimat kebanggaannya yang terakhir.

Kamito—

“… Baiklah. Itu hanya sampai mereka berdua kembali, kan?”

“A-Apa itu benar? … Benar?”

Ellis membuka mata coklat kemerahannya.

“Ahh.”

Dengan tegas Kamito menganggukan kepalanya.

Sejujurnya, dia tidak berfikir jika dia akan cocok untuk hal-hal seperti Ksatria yang menjaga moral publik. Selain itu, jika dipertimbangkan dengan Blade Dance yang akan diselenggarakan beberapa minggu lagi, seharusnya dia tidak menggunakan waktunya untuk hal semacam itu.

Namun, setelah melihat Ellis yang berubah menjadi keadaan dimana dia bisa hancur kapan saja—

“… Te-Terima kasih. Kazehaya Kamito.”

Ellis tertunduk dengan ekspresi seperti dia akan menangis kapan saja.

Kamito membuat senyuman pahit kepada Ellis, yang berhati-hati walaupun pada saat seperti itu.

“Ahh, iya… Aku punya permintaan.”

“Apa itu?”

“Err, tentang gaji yang kau sebutkan tadi, apakah ada uang mukanya?”


Bagian 4

Setelah berpisah dengan Ellis, Kamito kembali ke kamar—

Claire memakai sebuah celemek lucu dan ia berdiri di dapur seperti di pagi hari.

Ada bau manis tapi sedikit terbakar. Kamito mendengar suara dari sesuatu yang mendidih.

Dengan langkah tanpa suara, Kamito menghampiri Claire dari belakang.

“Hn, kau membuat coklat lagi?”

“Fuaa, Ka-Kamito!?”

-*Pyon*, rambut merah Claire yang dikuncir ganda mencuat.

“Bo-Bodoh, jangan mengagetkanku! Aku akan mengubahmu menjadi abu!”

Wajah Claire berubah menjadi merah cerah, dan *Pishi* *Pishi* dia mengayunkan cambuknya. Kamito menghindarinya dengan kewalahan.

“… Astaga, kemana saja kau? Pelajaran tambahanmu seharusnya sudah berakhir sejak tadi, kan?”

“Kenapa? Kau sudah lapar?”

“Bu-Bukan itu masalahnya, kau adalah budak rohku. Jadi, tanpa izin dari majikanmu, kau tidak boleh berkeliaran sesukamu.”

“… Apakah aku anjing?”

Kamiti menghembuskan nafas dengan kecewa.

“Aku pergi ke tempat Ellis, dan lalu aku makan sedikit disana.”

-*Pishi*— Claire membatu.

“… Mengapa… begitu?”

“Ahh, itu seperti ungkapan terima kasih karena telah membantunya pada hari itu. Dia orang yang teliti.”

Seperti yang sudah diperkirakan, Kamito menyembunyikan hal tentang seragam maid demi kehormatan Ellis—

“A-Aku mengerti, kau diperlakukan dengan baik… iya kan?

Wajah Claire berkedut.

“Aku juga ikut membantu, tetapi… dia hanya mengundang kau.”

“Bukannya kau mendapatkan sekotak kue dari Ksatria? Yang berisi berbagai macam kue macaroni. Jika aku tidak salah, kau memakan semuanya sendiri.”

“Ku-Kue itu enak… Eh, itu bukan masalahnya, apa yang kau maksud dengan pergi ke tempat Ellis? Ja-Jangan bilang, kau pergi ke kamarnya?”

“Ya, kamar Ellis benar-benar rapi. Kau harusnya mencontohnya—“

“A-Aku tidak percaya…!”

Bahu ramping Claire bergetar.

Dia menggigit erat bibirnya yang berwarna bunga sakura. Perlahan air mata muncul dari mata merah delimanya.

“… Claire?”

“K-Kau telah tergoda dengan hal-hal seperti payudara Ellis dan akhirnya menjadi anjing Ksatria, kan?”

“Tidak, payudara apa….? Yah, sebenarnya, aku diundang untuk bergabung dengan Ksatria.”

“—Huh?”

Kali ini— Claire benar-benar kaku.

“Ap-Apa…? Apa maksudmu?

“Hn, sekarang, Ksatria tampaknya sedang kekurangan orang. Jadi, aku dimintai untuk membantu mereka.”

“Pasti, kau menolaknya? Iya, kan?”

Claire memegang erat lengan Kamito, dan menatapnya dengan ekspresi serius.

Kamito menggaruk-garuk kepalanya—

“Tidak, aku memutuskan untuk membantu mereka. Aku memiliki beberapa kewajiban kepada Ellis.”

“…?!”

Walaupun Claire tetap memegang lengan Kamito, ia terkejut dan matanya melebar.

Sebenarnya Kamito punya alasan lain untuk menerimanya, tapi—

Itu memalukan untuk memberitahu Claire sekarang.

“Aku minta maaf karena memutuskan tanpa izin darimu. Tapi itu tidak terlalu jadi masalah, kan?”

“Tidak mungkin tidak!!! Kau tau kalau aku sedang bermusuhan dengan Ksatria, kan!!!”

“Itu karena kau membuat masalah—"

Kemudian, Kamito menyadari.

Ujung jari Claire memegang lengannya dengan sedikit gemetar.

“… Aku mengerti, kau berada disisi Ellis lagi.”

Dengan tenang Claire bergumam.

“Tidak, itu bukan soal aku berada disisinya atau tidak—“

“… Kau berkata begitu, dan tetapi.”

“Eh?”

“Terlepas dari yang kau katakan —Aku akan menjadi roh terkontrak mu.

Claire mengangkat wajahnya, dan air mata meluap dari matanya.

“K-Kau…”

“Sudah cukup!! Keluar—“

-*Don*—Claire mendorong Kamito pergi.

“Hey, Claire…”

“Cepat pergi! A-Aku benci orang sepertimu, aku sangat benci kau!”

Sebuah bola api panas keluar dari telapak tangan Claire.

“Owa!”

Sebuah ledakan besar bergema, dan sebuah lubang yang sangat besar terbuka, tepat dibelakang Kamito.

“He-Hei, tunggu, kenapa kau marah?”

“Diam, bodoh! Keluar——!“

Kali ini, Claire mulai membacakan sebuah sihir roh kelas terkuat, sehingga Kamito kabur dengan susah payah.

Jika Claire sudah serius, dia mampu menghembuskan asrama ini hingga sangat jauh.

Setelah berlari keluar dari asrama dan berlindung, Kamito mendesah.

“A-Apa yang sedang ia coba lakukan…”

Mengapa Claire marah?... Itu sulit dipahami.

… Apakah dia tidak senang jika aku bergabungdengan Ksatria?

Ia menatap jendela kamar yang berada dilantai dua, tapi dia tidak melihat Claire disana.

Tak lama kemudian, tirai jendela itu ditutup.

… Ahh, jika dia menjadi seperti itu, dia tidak akan mau mendengarkan.

Claire Rouge. Dia adalah seorang perempuan yang hampir seperti api yang menyala-nyala.

Yah, bagaimana pun, hal itu sangat cocok dengannya.

Kamito mengambil nafas dalam-dalam sekali lagi.

Dia meninggalkan Asrama Gagak dengan langkah yang berat.



Bagian 5

Setelah mengusir Kamito—

“Aku benci orang itu, aku benci orang itu… Aku sangat benci dia!”

Claire jatuh ke tempat tidur.

Ia memegang erat spreinya, dan menekan bantal lembutnya ke pipinya.

Scarlet muncul dan tampaknya khawatir, tapi Claire menjauh tanpa sepatah kata pun. Dia tidak mau roh kontraknya, yang sudah bersamanya selama ini semenjak dia kecil, melihatnya menangis sekarang.

“Apa… Aku terlihat seperti orang bodoh.”

Selama beberapa hari, ia sudah berlatih untuk membuat coklat sepanjang waktu.

I-Itu jelas bukan kewajibanku. Coklat yang akan aku berikan kepadanya jelas bukan kewajibanku.

Latihan itu membuahkan hasil, karena secara bertahap dia mampu membuat coklat dengan baik.

Meskipun ia berhenti membuat arang dalam jumlah besar, seharusnya di cukup baik untuk dipuji.

Sebenarnya, pada besok pagi, dia berencana untuk memberikan Kamito coklat yang ia buat sebaik-baiknya.

“Kau melakukannya dengan baik.” … Dia ingin dipuji.

Namun, dia…

Claire mengerang, dan memukul bantalnya. *Posu posu*.

… Makanan yang Ellis buat pastinya lebih enak dibandingkan hal-hal seperti coklatku.

Itu menjengkelkan. Pikirannya campur aduk, dan walaupun ia tidak tahu apa yang membuat ia jengkel, tapi hal itu menjengkelkan.

“… Aku seperti orang yang menjijikan.”

Dia mengerti. Dia tidak memiliki perasaan buruk kepada Kamito. Sungguh, tidak salah lagi kalau Kamito hanya ingin membantu Ellis dan memutuskan untuk begabung dengan Ksatria.

Kamito adalah orang yang seperti itu.

Bahkan Claire tidak membenci Ellis. Tentu saja, mereka tidak berhubungan baik, tapi dia mengakui kalau dia adalah kontraktor roh yang beruntung.

Namun, hal itu membuatnya sangat marah untuk beberapa alasan.

...Kenapa?

Dia tahu alasannya.

Dia berfikir jika dia adalah orang yang lebih spesial bagi Kamito.

Setelah semuanya, Kamito mengatakan kalau dia akan menjadi roh terkontrakku.

Ia tekan lembut bibirnya dengan ujung jarinya, pipinya memanas dengan cepat.

Disamping itu, Ka-Kami bahkan… berciuman.

Itu menjadi perasaan yang menyakitkan seperti dadanya sesak.

...Tapi, itu salah.

Hal ini tidak berarti kalau hanya Claire yang sangat spesial.

Selama ada perempuan yang bermasalah, Kamito akan membantu mereka, tak peduli siapa mereka.

Ini karena aku adalah saudara perempuan Ratu Bencana—

Kamito hanya berfikir kalau keadaan Claire sangat menyedihkan, dan hanya bersimpati kepadanya.

Setelah memikirkannya, Claire menjadi sangat kesepian.

Kamito pasti tidak mengerti mengapa Claire marah.

Claire juga tidak terlalu mengerti dia berperasaan seperti ini.

Perasaanya saat ini hamper seperti api membara di perapian.

… Ini bukanlah api Claire Rouge.

Pada waktu bersamaan, ada suara pintu kamar yang terbuka.

“Kamito!?”

Dengan penuh semangat Claire menaikan wajahnya dari bantalnya, tapi—

Satu-satunya, yang berada disana, adalah Fianna dengan ekspresi kebingungan.

Ekspresinya terlihat seperti dia habis kembali dari tugas berbelanja untuk makan malam.

Claire menutupi wajahnya dengan bantalnya dengan gugup. Dia tidak mau Fianna melihat wajahnya berurai air mata.

Fianna melihat keadaan Claire—dan entah mengapa dia telihat sudah menebak situasinya.

“Ehh, kau bertengkar dengan Kamito?”

“… Pergi.”

Claire berkata sambil menjaga wajahnya tertutupi bantal.

Fianna mendesah, lalu dia duduk di kasur dan menaruh tangannya diatas kepala Claire.

“Aku bilang tinggalkan aku sendiri, kan.”

“Kau benar-benar anak kecil. Jauh berbeda dari Rubia-sama.”

“Bagaimanapun, aku berbeda dengan Nee-sama.”

Balas Claire kesal.

“Hei, Claire, mengapa kau tidak sedikit lebih jujur?”

“A-Aku minta maaf kalau aku tidak jujur… Bagaimanapun, bahkan payudaraku kecil.”

“Huh? Tidak ada yang berkata tentang payudara, kau tahu?”

Pada saat Fianna dengan lembut mengusap kepala Claire seperti kucing, dia mendesah.

“Apa yang bisa kita lakukan untuk makan malam?”



Bagian 6

Pada saat itu juga— Ellis sedang berguling-guling di atas kasurnya dengan menderita.

“…, A-Aku memakai pakaian yang memalukan.”

Ellis melempar seragam maid yang tadi ia pakai, dan tersipu malu. Bahkan walaupun demi membayar hutang budinya, ini, ini sangat berlebihan, bukan?

“Ta-Tapi…”

Ellis memegang erat seragam maid—

“Kamito bilang kalau ini cocok dengan ku…”

Mengingat hal itu, pipinya tanpa sadar lebih tenang.

Ellis membuka matanya dengan kaget, dan menampar pipinya dengan kedua tangan.

“A-Aku Kapten! Jika aku tidak tegas, aku tidak bisa menjadi contoh untuk semuanya!”

Seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart tidak boleh menunjukkan kelemahannya.

Ellis selalu melakukannya.

Namun—

Aku menunjukkan kelemahanku kepadanya…

Bahkan dia tidak pernah menunjukkan sisinya, sisi yang takut dengan ketidak amanan, di depan teman-teman yang ia percayai.

Sejujurnya, dia tidak berniat mengundang Kamito ke Ksatria— sampai saat itu.

Namun, ketika dia melihat punggung Kamito hendak pergi, tanpa sadar dia memanggilnya.

…Aku heran kenapa? Aku juga tidak mengerti.

Pada awalnya, dia berfikir kalau hal seperti kontraktor roh laki-laki adalah musuh, yang akan mengganggu moral publik akademi.

Sejak kapan dia, sangat aneh, dan mulai peduli tentang Kamito?

Ketika dia berfikir tentang Kazehaya Kamito, dadanya sesak dan sakit untuk beberapa alasan.

Perasaan tersebut adalah yang pertama bagi Ellis, yang dibesarkan sebagai seorang Ksatria.

Kebetulan, ia melirik ke atas meja.

Sebuah coklat yang dibungkus rapi berada disana.

Besok adalah Festival Suci Varentia.

Hari untuk memberikan coklat kepada lawan jenis yang diadakan di suatu tempat dengan satu maksud—

…I-Ini adalah hadiah untuk mendaftar ke Ksatria. Tentu saja, tidak ada maksud lain, selain itu.

Ellis tiba-tiba mengerang.

Jika itu yang terjadi, dia seharusnya tidak menjadi tegang. Tapi, detak jantungnya tidak akan berhenti untuk beberapa alasan.

…Ka-Kapan waktu yang baik untuk memberikannya?

Setelah semuanya, untuk pertama kalinya dia melakukan hal semacam itu, jadi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

“…Di-Dia tidak akan berfikir kalau aku adalah perempuan aneh, kan?”

“—Apa yang aneh, Ellis?”

Tiba-tiba, suara seperti udara dingin yang membeku terdengar.

“…!?”

Sebelum dia tahu itu, pintu kamar terbuka—

Dan, disana— dia berdiri.

Dia memiliki rambut pirang mengkilap dan mata biru es yang bulat sempurna.

“Ah, Aneue…!”

“Wajah pengecut apa yang kau buat? Tapi kau menyebut dirimu seorang Ksatria dari keluarga Fahrengart?”

Dia adalah kontraktor roh tekuat di akademi— Velsaria Eva Fahrengart.


Back to Bab 3 Return to Halaman Utama Forward to Bab 5
  1. Nyotaimori (Dalam kanji: 女体盛り, "Persembahan tubuh wanita"),sering diistilahkan sebagai "body sushi", adalah latihan menghidangkan sushi dari balik tubuh wanita