Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab06

From Baka-Tsuki
Revision as of 04:29, 28 August 2007 by Nandaka (talk | contribs) (correcting wordwrap)
Jump to navigation Jump to search

Sama seperti kemarin, hari ini aku menemukan lagi surat lain di kotak sepatuku. Ada apa dengan orang-orang sekarang mengirimkan surat melalui kotak sepatu?

Tetapi, kali ini ada perasaan yang berbeda. Suratnya tidak dilipat dan tanpa nama seperti waktu lalu. Pada belakang amplopnya, yang terlihat seperti salah satu amplop elegan yang didapat dari majalah komik perempuan untuk kuisioner atau sejenisnya, jelas-jelas tertulis sebuah nama. Kalau mataku tidak salah lihat, aku yakin nama siapa yang tertulis di atasnya.

Asahina Mikuru.

Aku langsung menyelipkan amplopnya ke dalam kantong jaketku, dan berlari ke dalam toilet laki-laki untuk membukanya. Di sana, pada selembar kertas dengan simbol senyum tersebar di permukaannya, tertulis kata-kata berikut.

Aku akan menunggumu di ruang klub pada saat istirahat makan siang.

Mikuru-chan

Setelah kejadian kemarin, seluruh cara pandangku terhadap kehidupan, dunia ini dan kenyataan itu sendiri berbalik somersault 360 derajat seperti sebuah akrobat.

Aku tidak ingin mengalami situasi yang mengancam nyawa seperti itu lagi.

Tetapi aku tidak bisa menolak hal ini. Lagi pula, adalah Asahina yang mengundangku kali ini! Walau aku tidak mempunyai bukti kalau surat ini ditulis oleh Asahina, aku tidak pernah meragukan keasliannya, karena dia terlihat seperti seseorang yang menyukai cara yang tidak langsung. Lagipula, bayangan dia menggenggam pena saat menulis pada selembar kertas yang imut dengan riang benar-benar cocok dengannya. Kalau saat makan siang, Nagato seharusnya ada di dalam ruang klub juga, jika ada sesuatu yang terjadi, kukira dia pasti datang menyelamatkan ku.

Tolong jangan bilang aku pengecut menyedihkan. Pada akhirnya aku hanyalah seorang murid SMU biasa.


Setelah jam pelajaran keempat, aku telah dikelilingi oleh: Taniguchi, yang menatapku dengan pandangan penuh arti; Kunikida, yang datang dengan kotak bekal makan siangnya, mencoba mengajakku untuk makan siang bersama; dan Haruhi, yang mengajakku untuk mendatangi ruang guru dengannya untuk menyelidiki kebenaran akan kepergian Asakura. Tanpa menyentuh kotak bekal makan siangku sama sekali, aku segera pergi menuju ruang klub.

Saat itu masih bulai Mei, tetapi matahari telah bersinar dengan kecerahan musim panas. Matahari terlihat seperti perapian extra besar, dengan riang meradiasikan energinya menuju bumi. Saat musim panas akhirnya tiba, Jepang menjadi sauna alami. Aku bisa merasakan keringatku mengalir ke pakaian dalamku dengan hanya berjalan beberapa langkah.

Dalam tiga menit, aku tiba di depan pintu ruang klub. Aku mengetuknya terlebih dahulu.

"Silahkan masuk."

Itu adalah suara Asahina, tidak kuragukan lagi. Baiklah, aku bisa rileks dan masuk!

Saat aku masuk, aku menyadari Nagato hilang, dan dengan keterkejutanku, begitu pula dengan Asahina.

Di depanku berdiri seorang gadis berambut panjang bersandar di pinggir jendela melihat ke lapangan sekolah. Dia mengenakan blus putih dan rok mini hitam, sedangkan kakinya mengenakan sepasang sandal untuk tamu sekolah.

Saat dia melihatku, dia berjalan ke arahku dengan gembira dan memegang tanganku.

"Kyon-kun... lama tidak bertemu."

Dia bukan Asahina, tetapi dia mirip sekali dengan Asahina, sangat mirip sampai orang lain bisa salah sangka kalau dia Asahina itu sendiri. Sejujurnya, bahkan aku juga berpikir kalau dia itu adalah Asahina.

Tetapi dia bukan Asahina. Asahina yang kukenali tidaklah setinggi itu, dan wajahnya belum tampak dewasa, dan juga kalau dadanya di bawah blusnya tidak mungkin bertambah sepertiga ukurannya dalam semalam.

Bagaimanapun aku melihatnya, aku yakin kalau orang di depanku, tersenyum sambil memegang tanganku, sudah berumur duapuluhan, memberikan perasaan yang berbeda dengan Asahina yang seperti murid SMP. Tapi mengapa dia sangat mirip dengan Asahina?

"Permisi..."

Aku tiba-tiba memikirkan alasan.

"Apakah anda... kakaknya Asahina?"

Dia terlihat terkejut sesaat, lalu tersenyum dan mengedipkan matanya, mengelengkan bahunya. Bahkan senyumannya juga sama.

"Hee hee, ini aku!" Bia berkata.

"Aku adalah Asahina Mikuru. Hanya saja, aku datang dari waktu yang lebih jauh... Aku selalu ingin bertemu dengan mu."

Aku pastilah terlihat sangat bodoh saat itu. Betul, aku bisa dengan mudah menerima perkataan Asahina kalau dia berasal dari masa depan. Melihat ke gadis cantik yang berdiri di depanku, aku sadar betapa cantiknya dia bertumbuh. Dan dia lebih tinggi, membuatnya lebih seksi. Aku tidak pernah berpikir kalau dia akan jadi sangat cantik.

"Oh, kamu masih belum percaya sama aku?"

Asahina yang berpakaian seperti sekretaris berkata nakal.

"Kalau begitu akan kutunjukan buktinya!"

Dia lalu mendadak mulai melepaskan kancing blusnya. Saat dia membuka kancing kedua, dia menampakkan dadanya dalam terkejutanku.

"Lihat, dapatkah kamu melihat tanda lahir seperti bintang? Ini bukan tempelan! Kamu ingin menyentuhnya?"

Di situ terdapat tanda lahir berbentuk seperti bintang di dada kirinya, sebuah tanda yang menonjol di kulit putihnya, pesona yang bersinar.

"Jadi sekarang kamu percaya?"

Bagaimana aku harus mengatakannya? Aku tidak ingat pernah melihatnya apakah Asahina memiliki tanda lahir di dadanya. Walau aku pernah dipaksa melihatnya berganti pakaian saat dia mengenakan kostum gadis kelinci beberapa waktu yang lalu, aku tidak berkonsentrasi sampai bisa menyadarinya di tempat yang kecil. Saat aku memikirkan semua yang di atas, Asahina yang menarik dan terlihat dewasa itu berkata,

"Ini aneh. Kalau kamu tidak mengatakan kepada ku kalau aku punya tanda lahir ini, aku sendiri tidak akan pernah menyadari sendiri."

Asahina mengelengkan kepalanya dengan bingung, dan tiba-tiba, seperti menyadari sesuatu, matanya terbelalak dan dia merona merah.

"Eh.... Oh tidak, aku baru saja... B...betul! Kita masih belum... Apa yang harus kulakukan?"

Asahina meletakan tangannya di wajahnya dan mengeleng panik, kancing lehernya masih terbuka.

"Aku salah..... M...maafkan aku! Tolong lupakan apa yang baru saja kukatakan!"

Lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Oh dan, bisakah kamu mengancingkan kembali? Aku sudah tidak tahu lagi harus melihat kemana!

"Baiklah, saat ini aku percaya kamu. Sekarang aku bisa percaya apapun."

"Maafkan aku?"

"Ah tidak, aku hanya bicara sendiri."

Asahina yang entah berumur berapa masih memegang wajahnya yang memerah saat dia menyadari kemana aku melihat, dan segera mengancingkannya kembali. Setelah duduk dengan benar, dia berdehem kering dan berkata,

"Apakah kamu percaya kalau aku datang dari masa depan ke temporal plane (waktu) ini?"

"Tentu saja, Hmm, kalau begitu, artinya sekarang ada dua Asahina di dunia ini?"

"Yes, aku yang dari masa lampau... saat ini, dia sedang duduk bersama teman sekelasnya sambil makan siang di kelas."

"Apakah Asahina itu tahu kamu di sini?"

"Tidak, lagi pula, dia adalah masa laluku."

Begitu rupanya.

"Karena aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu, aku memohon kepada atasan untuk memperbolehkan datang ke waktu ini. Oh ya, sebelumnya aku minta Nagato-san supaya meninggalkan kita sejenak."

Kalau itu Nagato, kukira dia bahkan tidak akan bergerak saat melihat Asahina yang ini.

"... Apa kamu tahu siapa Nagato-san sebenarnya?"

"Maafkan aku, tetapi itu informasi rahasia. Oh, Aku baru sadar aku sudah lama tidak mengatakannya."

"Aku baru saja mendengarnya beberapa hari yang lalu."

"Kamu benar." Asahina berkata sambil mengetuk kepalanya dan mengeluarkan lidahnya. Ini benar-benar seperti apa yang dilakukan Asahina.

Tetapi tiba-tiba dia mulai terlihat serius.

"Aku tidak bisa tinggal di sini terlalu lama, jadi aku langsung saja ke intinya."

Langsung katakan saja apa yang ingin kamu katakan!

"Apakah kamu pernah mendengar tentang Putri Salju?"

Aku melihat ke arah Asahina yang sedikit lebih tinggi. Pupil hitamnya terlihat sedikit sendu.

"Mmn, yaa..."

"Bagaimanapun situasi rumit yang akan kamu hadapi dari sekarang, kuharap kamu mengingat cerita ini."

"Maksudmu cerita yang ada tujuh kurcaci, penyihir licik dan apel beracun?"

"Ya, cerita Putri Salju."

"Aku sudah mengalami situasi rumit kemarin."

"Tidak... Ini lebih serius dari itu. Aku tidak bisa mengatakan detilnya, tapi yang bisa kukatakan hanyalah Suzumiya Haruhi juga akan berada bersamamu."

Haruhi? Juga bersamaku? Maksudmu kami berdua akan terlibat dalam sesuatu yang menyusahkan? Kapan? Di mana?

"...Mungkin Suzumiya-san tidak menganggapnya menyusahkan.. tapi untukmu dan kami semua, ini masalah yang rumit."

"Kamu tidak bisa mengatakan detilnya... kan?"

"Maafkan aku, aku hanya bisa memberikan petunjuk saja. Itu sudah semua yang bisa kulakukan."

Asahina dewasa meminta maaf sampai dia hampir menangis. Ya, itu adalah ekspresi yang biasa ditampilkan Asahina.

"Maksudmu cerita Putri Salju?"

"Ya."

"Akan kuingat."

Setelah melihatku mengangguk, Asahina berkata kalau dia masih ada waktu sedikit, jadi dia mengelilingi ruang klub dengan nostalgia, mengelus dengan lembut kostum maid yang tergantung di lemari baju.

"Aku dulu biasanya sering memakainya. Sekarang aku pastilah tidak akan berani mengenakannya."

"Sepertinya kamu sedang cosplay sebagai gadis kantoran sekarang."

"Hee hee, karena aku tidak bisa masuk dengan seragamku, aku harus berpakaian sebagai guru."

Beberapa orang memang dilahirkan untuk mengenakan kostum.

"Ngomong-ngomong soal yang mana, kostum apa lagi yang Haruhi buat kamu pakai?"

"Aku tidak mau mengatakannya, itu terlalu memalukan. Lagipula, kamu nanti juga tahu sendiri, bukan?"

Asahina berjalan dengan sendalnya dan mendekati menuju wajahku. Aku menyadari kalau matanya tidak biasa basah, dan wajah terlihat sedikit merah.

"Kalau begitu aku jalan sekarang!"

Asahina melihat ke arah ku, ingin melanjutkan tapi memutuskan untuk berhenti. Melihatnya gemetaran dan terlihat seperti ingin sesuatu, mungkin aku harus memberinya ciuman. Saat aku akan memeluknya, dia mundur.

Asahina berputar ringan dan berkata,

"Akhirnya, Aku punya satu permintaan lagi. Tolong jangan terlalu dekat denganku."

Dia berkata dengan mengeluh lemah.

Aku langsung berteriak ke Asahina, yang sedang berlari ke pintu, "Aku punya pertanyaan untukmu!"

Asahina berhenti tepat saat mau membuka pintunya.

"Asahina-san, sebenarnya kamu umur berapa?

Asahina berputar dan mengoyangkan rambutnya, lalu memberikan senyuman yang menggoda, "Informasi rahasia~."