Difference between revisions of "Hakomari (Indonesia):Jilid 1 Ke-3087 kali"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "Aku suka sekali umaibo. Tapi Aku tidak terlalu menyukai umaibo yang rasanya teriyaki burger. Aku berada di taman yang berada di depan rumahnya. Kami saling berhadapan di depan a...")
 
Line 120: Line 120:
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
|-
| Back to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume1 3087th time|3087th time]]
+
| Back to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume1 27754th time|27754th time]]
 
| Return to [[Utsuro no Hako to Zero no Maria Bahasa Indonesia|Main Page]]
 
| Return to [[Utsuro no Hako to Zero no Maria Bahasa Indonesia|Main Page]]
 
| Forward to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume1 27754th time (2)|27754th time (2)]]
 
| Forward to [[Utsuro no Hako Bahasa Indonesia:Volume1 27754th time (2)|27754th time (2)]]

Revision as of 16:31, 22 May 2011

Aku suka sekali umaibo. Tapi Aku tidak terlalu menyukai umaibo yang rasanya teriyaki burger.

Aku berada di taman yang berada di depan rumahnya. Kami saling berhadapan di depan air mancur saat Aku sedang mengunyah umaibo yang kudapat darinya.

"...Bagaimana?"

"..Mm, err, ini bukan rasa yang kubenci, tapi..."

"..Aku tidak bertanya tentang... Umaibonya."

Aku tahu itu. Tapi, bagaimana Aku harus menjawabnya?

"...Jadi, apakah kau mau pacaran denganku?"

Aku tidak bisa tenang di situasi seperti ini.

Tapi, teman sekelasku yang saat ini berada di depanku pun hampir sama gelisahnya denganku. Setidaknya, Aku tidak pernah melihatnya seperti itu.

Mungkin itu karena maskara baru yang dia bilang padaku pagi hari ini, tapi matanya terlihat lebih besar dari biasanya. Dan mata itu melihat lurus kearahku.... Tidak mungkin Aku bisa tenang dihadapan pandangan seperti itu.

Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, tapi Aku tetap tidak bisa terus diam, jadi Aku membuka mulutku.

"Jadi... Apa kau menyukaiku?"

Wajah dihadapanku sangat merah karena tersipu-sipu.

"...Mung..kin."

"Mungkin?"

Tanpa sengaja Aku balik bertanya.

"...I-itu agak jahat kalau kau menanyakan pertanyaan seperti itu. Kau tahu jawabanku, kan?...Atau kau mau aku menyatakannya?"

"Ah...!"

Akhirnya Aku menyadari betapa tidak sensitifnya Aku dan menundukkan kepalaku karena malu.

"Ma...af."

Aku tanpa sadar meminta maaf. Dia melihatku dengan mata menengadah dan bergumam.

"...Aku suka padamu."

Lalu dia mendekat dan menyatakannya lagi di depan wajahku.

"...Aku suka padamu."

Aku mengalihkan pandanganku karena wajahnya yang cantik itu berada tepat di depan wajahku. Jantungku berdetak sangat keras-hanya karena melihatnya seperti itu.

Aku pikir dia itu cantik.

Kepribadiannya cerah dan selalu ada orang disekitarnya.

Aku juga tahu kalau banyak pria yang menyatakan cinta padanya dan berakhir ditolak olehnya.

Pasti akan menyenangkan berpacaran dengannya.

Tapi--

"Maaf."

Tapi Aku menjawabnya seperti itu. Begitu jelasnya sehingga Aku sendiri pun terkejut.

Aku tahu apa yang kukatakan barusan itu merugikan. Tapi Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Aku berpacaran dengannya. Ini terlalu tidak nyata.

Harapannya menghilang dari matanya dan segera berganti dengan air mata. Meski Aku tahu ini adalah kesalahanku, Aku tidak bisa melihat kearahnya.

Aku tidak bisa mengatakan apapun. Karena Aku yakin Aku hanya akan mengatakan maaf saat Aku mulai berbicara.

"...Kau agak ragu-ragu, ya kan?"

Aku mengangguk mendengar pertanyaannya.

"...Hey... Kau suka umaibo, kan?"

Kata-kata yang tidak ada hubungannya. Aku mengangguk lagi mendengarnya.

"...Ya."

"Rasa apa yang paling kau sukai?"

"Err... mungkin jagung bakar."

Aku tidak tahu kenapa dia menanyakan hal ini. Tapi Aku menjawabnya dengan kaku.

"Oh, begitu. U-huh, u-huh..."

Dia mengangguk kembali.

"Ahahaha... jadi, aku gagal."

Kata-kata yang dia ucapkan, Aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya Aku sudah sering mendengarnya.

"Hey, misalkan aku mendekatimu dengan cara yang berbeda, apakah mungkin kau akan menerimanya?"

Dia berkata demikian sambil melihat ke arahku.

Aku tidak tahu. Mungkin saja Aku akan menerimanya. Tidak, itu tidak benar-- Aku tahu,

Aku pasti akan menolaknya.

Buktinya Aku telah memberikan jawaban yang sama berulang kali. Kecuali kondisinya berubah atau dirikulah yang berubah.

Tapi selama hari ini masih 'hari ini', Aku tidak bisa membayangkan kalau Aku pacaran dengannya. Jadi, selama hari ini masih 'hari ini', tidak mungkin Aku menerima pernyataan cintanya.

"Wajahmu mengatakan kalau kau tidak tahu."

Aku tidak bisa menjawab apapun.

Tapi dia menganggapnya sebagai 'ya' dan akhirnya tersenyum.

"Ahh, baiklah. Jadi aku hanya perlu terus menyatakan cinta hingga berhasil, kan?"

Itu mungkin ide yang bagus. Dengan begitu Aku bisa sedikit bertanggungjawab karena menolak perasaannya.

Tapi--tetap saja hal itu baru akan berlaku setelah 'hari ini' berakhir.


Back to 27754th time Return to Main Page Forward to 27754th time (2)