Difference between revisions of "Zero no Tsukaima Registration versi Indonesia"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
Line 38: Line 38:
 
::*Bab 5 -
 
::*Bab 5 -
 
::*Bab 6 -
 
::*Bab 6 -
::*Bab 7 -
+
::*Bab 7 - [[User:obakasan|obakasan]]
 
::*Bab 8 -
 
::*Bab 8 -
 
::*Bab 9 -
 
::*Bab 9 -

Revision as of 06:55, 31 January 2010


Kalau bergabung, tuliskan nama kalian di Bab yang kalian inginkan.

  • Untuk menterjemahkan novel ini, kamu tak perlu melakukannya seperti "Aku harus menyelesaikannya sampai habis!". Banyak pilihan diberikan untuk para penerjemah.

Volume 1 - Familiarnya si Zero / ゼロの使い魔 (Full Text)

  • Insert & Back Cover -

Kerajaan Sihir

Gandlafr

Volume 2 - Albion si Negeri Angin / 風のアルビオン (Full Text)

Volume 3 - Buku Doa Sang Founder / 始祖の祈祷書 (Full Text)

  • Bab 1 - I'll take it. Signed: Shadow_Glory
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 - obakasan - Selesai
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 - obakasan
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -

Volume 4 - Saksi Janji Sang Arwah Air / 誓約の水精霊 (Full Text)

  • Pengantar -
  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Penutup -

Volume 5 - Hari Libur Tristania / トリスタニアの休日 (Full Text)

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -

Volume 6 - Batu Ruby Penebus Kesalahan / 贖罪の炎赤石 (Full Text)

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -

Volume 7 - Pantekosta Perak / 銀の降臨祭 (Full Text)

  • Bab 1 -Seorang gadis muda dengan rambut sewarna buah peach sedang berbaring horizontal di atas ranjang, dengan mantel tipis membungkus disekitar tubuh telanjangnya.

Dia adalah seorang yang mereka sebut "Louise of the Void", selain itu dikenal juga sebagai Louise Françoise; hanya sedikit penjabat tinggi dari prajurit kerajaan yang mengetahui rahasia ini.

Sekarang adalah akhir dari tahun, minggu kedua di bulan Wynn. Sesuai musim Helkeginia, ini sama dengan musim dingin… masih tidak terhitung sangat dingin di dalam tenda. Musim dingin harus menunggu sampai dengan kedatangan tahun baru. Dikarenakan hal ini juga dia bisa mengenakan pakaian yang sangat sexy tanpa takut terkena flu.

Di atas ranjang sederhana, terdiri dari selembar kain dikenakan diatas jerami, Louise menggigit jari kelingkingnya, dan merajuk kesal. Postur tubuhnya ini memiliki keimutan yang luar biasa dalamnya. Warna peach di wajah seperti boneka porselen miliknya, muncul karena ketidakpuasan. Louise duduk tegak, dan memeluk lututnya.

Posisi tubuhnya ini memiliki kecantikan seperti seorang dewi. Dengan perasaannya yang segera terbaca di wajahnya, Louise tidak bisa menyembunyikan seluruh kegelisahan di hatinya. Kegelisahan ini menyebabkan beberapa perubahan mendadak di aura gadis Louise, menambahkan beberapa lapis wangi yang disebut "Sexy".

Kedua tangan Louise acuh-tak-acuh menyentuh kedua kaki langsing di dalam mantelnya.

Jari-jarinya menyentuh kedua ibu jari kaki, lalu beralih ke kedua lututnya.

Tanpa disadari, Louise membuat gerakan yang menggoda: mantel di tubuhnya tertarik perlahan keatas, menampilkan kaki dan paha langsing yang sexy. Semua ini dilakukan tanpa disadari.

Di bawah mantel ada kulit telanjang, kulit telanjang seorang gadis muda yang sekarang penuhi pesona, sangat menggairahkan.

Bisa dikatakan, dia tidak mengenakan apapun. Kenapa? Karena Louise anya mengenakan piyama ketika dia tidur; jadi disebabkan dia lupa membawa piyamanya, dia harus menggantikannya dengan mantel dan jika dia mengenakan pakaian dalam, dia tidak bisa tidur lelap.

Walau pose sexy dan manis dari Louise menyebarkan pesona tidak tertahankan… Sayangnya orang lain yang juga ada di dalam tenda tidak memperhatikan itu.

Di belakang mantel yang membungkus Louise, ada lambang bunga Lily dari Negara Tristain. Mantel ini berbeda dari yang dikenakan di akademi. Lambangnya, digunakan untuk membedakan antara teman dan musuh, jelas-jelas menunjukan wilayah ini adalah medan perang.

Seorang pejabat wanita di bawah perintah langsung Yang Mulia Ratu, Louise tempatkan di tenda personalnya sendiri. Di pangkalan militer Rosais, bangunan yang menyerupai pondokan sangat langka, jadi tenda-tenda dibangun di dimana-mana. Perlakuan ini sama seperti seorang jendral, tapi disebabkan sihir elemen 'Void' legendaries milik Louise dianggap sebagai senjata disaat-saat terakhir, ini bisa dianggap normal.

Di dalam tenda, diterangi oleh lampu sihir, ada sebuah ranjang sederhana terbuat dari selembar kain menutupi tumpukan jerami, sebuah meja makan lipat, sebuah lemari untuk pakaian dan aksesoris dan sebuah bel untuk memanggil prajurit pendamping. Di medan perang, benda-benda seperti itu berada di dalam tenda bisa dianggap "kemewahan".

Di pojok tenda, Saito menatap kedepan dengan pandangan kosong, merasa depresi.

"Hey, Saito."

Tidak ada balasan.

Loise berdiri, dan memanggilnya lagi.

"Hey, Aku akan segera tidur. Kemarilah, cepat."

Walau wajah Louise merah saat memanggilnya, masih tidak ada jawaban.

"Ini sudah lebih dari jam 10. Kita harus bangun cepat besok pagi untuk inspeksi garis depan. Sebaiknya kamu segera tidur sekarang."

Walau begitu, masih tidak ada jawaban dari Saito.

Familiar dari Louise ini, Yang datang dari dunia yang berbeda, sekarang duduk bersila di lantai, wajahnya penuh depresi. Dia sudah seperti ini sejak seminggu lalu. Ketika Louise mengingat kembali perang yang menyebabkan depresi Saito, dia merasa sepi di dalam hatinya.

Seminggu lalu, pasukan gabungan Tristain dan Germania berhasil menguasai kota pangkalan Albion ini. Begitu kekuatan utama pasukan utama Albion di pancing ke kota pangkalan utara dari Dartanes, hanya ada sekitar 500 pasukan bertahan di Rosais. Pasukan yang mendarat, berjumlah 60.000, dengan mudah mengalahkan pasukan bertahan dan membangun pertahanan di Rosais.

Dengan memancing musuh, sihir Void Louise menunjukkan kehebatannya. Mantra Void "Ilusi", adalah sebuah mantra yang dapat membuat ilusi besar.

Louise menggunakan mantra "Ilusi" untuk membuat ilusi pasukan gabungan mendarat Dartanes, menyebabkan kekuatan pasukan musuh yang menuju Rosais terpaksa kembali.

Tapi… agar Louise dan yang lainnya bisa tiba di Dartanes, beberapa pengorbanan harus diberikan. Itu adalah Divisi ke-2 Pasukan Kesatria Naga, Bagian dari "Varsenda", kapal utama ekpedisi Albion.

Dikarenakan oleh perjanjian dengan pasukan musuh, maka 'Zero Fighter' tumpangan Louise dan Saito bisa dengan sukses lepas dari kejaran Kesatria Naga musuh.

Harga dari keberhasilan perang ini… adalah musnahnya Divisi ke-2 Pasukan Kesatria Naga. Walau kesatria naga sangat mahal, dibandingkan dengan kemungkinan kerugian ketika mendarat di wilayah musuh, pengorbanan ini bisa dibilang murah. Pejabat yang memimpin bahkan diberikan penghargaan untuk kenyataan ini! Ini juga, bisa juga merupakan sesuatu yang membahagiakan.

Masalahnya adalah, untuk mereka yang menjadi bagian dari peperangan itu, dan menyaksikan kehancuran pasukan dengan mata kepalanya sendiri, memiliki perasaan yang jauh berbeda.

Louise memandangi Saito, dan melipat bibirnya.

Tentu saja, hal yang menyedihkan telah terjadi, tapi…

Selama perang untuk mendarat, ada beberapa pengorbanan lainnya. Perang pasti membawa kematian bersamanya. Jika setiap yang gugur di sesali, tidak akan ada habisnya.

Di Helkeginia, perang terjadi hampir setiap tahun.

Untuk Louise, walau kematian merupakan sesuatu yang membuat sedih, ini juga merupakan sesuatu yang dekat padanya.

Louise berdiri. Di bawah lampu redup dari lampu sihir, ruangan agak gelap. Dalam keadaan itu, walaupun mantel tidak bisa menutupi beberapa bagian, tubuhnya tetap tidak bisa terlihat.

Louise melipat kedua tangan di depan tubuhnya, seperti memeluk tubuhnya sendiri, menggenggam keliman mantel erat-erat. Dia berjalan ke arah Saito, yang memeluk lututnya sambil duduk, dan berkata, "Jangan bersedih, yach."

"Emm," gumam Saito seadanya.

"Tapi, aku tidak bisa. Bagaimanapun, itu terjadi di depan mataku. Walau itu untuk keberhasilan misi, masih saja…"

Saito benar-benar jatuh kehilangan semangat. Ketika itulah Louise mengingat: remaja-remaja itu juga seusia Saito.

Saito… dia pasti membayangkan dirinya seperti mereka. Anak lelaki berhati lembut dari dunia lain ini, dengan misteri yang ada di dalam pikirannya, pasti sedang tersiksa oleh bayangannya sendiri.

Seperti cara Saito menghiburnya dulu, Louise merasa kali ini, adalah gilirannya untuk menghiburnya. Tapi, dia tidak tahu bagaimana cara untuk melakukannya.

Loise berjongkok, dan duduk saling memunggungi dengan Saito.

Pic : 180px-ZnT07-017.jpg

Itu… walau mungkin kamu mengatakan aku kejam mengatakan ini… dibandingkan kematian sebuah pasukan, apa yang membuatku lebih sedih adalah saat melihatmu terlihat sangat depresi. Walau aku seharusnya tidak berpikir seperti ini, kenyataan adalah kenyataan. Bagaimanapun, mungkin karena… kamu adalah familiar-ku dan berada di sisiku, aku merasa sangat sedih.

Saito perlahan membalikkan kepalanya, dan memandangi Louise dalam diam.

"Kematian menyebabkan orang bersedih… Tapi itu adalah gugur dengan agung di medan perang…untuk kehormatan. Mereka gugur untuk kemenangan besar. Mereka tidak akan senang jika kamu menangisi kematian mereka…"

"Kamu menerima apa yang kamu katakan… tentang ini?"

Dia merasa ada sesuatu yang keliru ketika Louise mulai berbicara seperti ini.

"Tentu saja tidak, tapi kita harus. Sekarang kita dalam perang."

Tangan kanan Louise melepas keliman yang di genggamnya, dan dengan lembut mengelus dahi Saito, dimana sekarang dia sudah berpaling. Jari-jarinya mengusap bekas air mata yang sudah mongering di pipinya.

Saito menggeleng-gelengkan kepalanya, dan menangis.

"Aku… Aku bahkan tidak tahu nama-nama mereka."

Dibandingkan mengatakannya sakit yang tidak tertahankan, lebih ke tidak mau memaafkan.

Mati demi misi, mati untuk kehormatan.

Dia tidak bisa membayangkan hal ini sama sekali.

Apakah Louise mengerti ini?

Dia mengingat surat dari Colbert. Sang guru menuliskan: jangan sampai terbiasa saling membunuh satu dengan yang lain. Jangan terbiasa dengan kematian.

Dia bertanya-tanya saat itu, "Bagaimana bisa seseorang terbiasa akan hal itu?"

Sambil Louise lihat wajah kehilangan harapan Saito, dia merasa bersalah. Hal yang baru saja dia katakan bukan kebohongan. Walau dia merasa sedih untuk pemuda-pemuda yang mengorbankan diri mereka itu, mereka sudah gugur untuk kemenangan Negara mereka.

Louise, yang besar dari menerima pendidikan bangsawan, dan Saito, yang tumbuh di Jepang di Bumi yang damai: ada pembatas yang jelas diantara mereka.

Louise merasa sedih melihat wajah menangis Saito. Dibandingkan menangisi yang mati, dia memiliki keinginan yang lebih besar untuk menyembuhkan kesedihan yang masih hidup. Jika air mata Saito adalah bentuk kelembutan, lalu mungkin ini bisa dikatakan tipe lain dari kelembutan.

Louise berpikir,

Apa yang seseorang harus lakukan di saat seperti ini? Bagaimana seseorang menghibur seorang anak lelaki yang bersedih?

Dan…

Jika pelayan itu, apa yang akan dia lakukan? Dia menggunakan sedikit bagian dari imaginasinya.

Dia akan…menggunakan kehangatan dari tubuhnya! Itu semua apa yang rakyat biasa pikirkan.

Di kereta pikiran yang bermunculan, dia tiba-tiba menjadi marah.

Hal…hal semacam itu…Aku juga bisa melakukannya!

Mengingat ketika dia mendorongnya ke lantai, dan menciumnya beberapa kali di leher, Wajah Louise menjadi mereka seketika.

Waktu itu dia menjadi bernafsu tiba-tiba (Dilihat dari pandangan Louise), Louise masih tidak bisa memaafkan Saito untuk yang telah dia lakukan, tentu tidak akan.

Dia mengatakan sesuatu tentang menyukainya; tentu dia mengatakan itu dengan melakukan hal semacam itu di pikirannya. Begitu pikirannya terfokus tentang ini, letupan kemarahan meledak dari dalam dirinya. Setelah itu, dia jadi tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Walau dia terpengaruhi oleh suasana waktu itu, dia sebenarnya menurunkan tangan yang sudah diangkat untuk menamparnya.

Itu artinya…itu bisa dikatakan…

Tapi, di balik pikirannya, Louise mengeleng-gelengkan kepalanya secepat-cepatnya.

Itu bukan berarti aku sudah menerimanya. Karena dia ingin melakukannya dengan memilih jalan tersulit; dia melakukannya secara tidak sadar. Itu pasti! Secara tidak sadar!

Walau Louise tidak tahu apa arti sebenarnya dari "secara tidak sadar", dia memeluk Saito seerat-eratnya, wajahnya merah padam. Memeluk seekor familiar adalah sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan, disebabkan oleh perbedaan status diantara mereka berdua. Ya… membiarkan dia duduk di samping meja makan bisa dikatakan bentuk dari kasihan. Tapi, memeluknya seperti ini bukan bagian dari kasihan.

Louise mengelengkan kepala. Dia berpikir, "Apa yang kulakukan?" Hal yang luar biasa adalah detak jantungnya yang semakin cepat. Detak jantnngnya berpacu seakan melunturkan atmosfir kejam medan perang.

Meski dengan semua ini, Saito masih depresi.

Apa masih belum cukup? Apa sekedar memeluknya erat-erat masih belum cukup?

Berharap dia akan menjadi lebih baik bukan berarti dia menyukainya atau apapun. Tapi, jika familiar tetap seperti ini, ini akan mempengaruhi misi yang akan datang.

Louise bermaksud untuk mencoba sebisanya meniru Siesta. Dia berusaha keras, walau harus mengesampingkan kehormatan kebangsawanannya. Walau dia tidak memiliki perasaan tertentu untuk familiar ini, dia tidak ingin kalah dalam peperangan, apapun caranya. Tapi tidak ada gerakan di pandangan mata Saito.

Dia mengingat apa yang sedang dia kenakan saat ini. Di balik mantel adalah kulit telanjang.

Tanpa pakaian dalam.

Louise menarik nafas panjang. Hanya sedikit saja. Jika melakukan ini bisa sedikit menghibur Saito, tidakkah ini layak dicoba?

Tidak mungkin Louise!

Bagaimana bisa kamu memperlihatkan tubuhmu ketika kamu masih belum menikah?

Jika kamu memperlakukannya selayaknya familiar, itu boleh saja. Tapi apa yang kamu lakukan sekarang?

Jika dia melihatnya, pasti akan terjadi masalah!

Kamu harus menikahinya, itu peraturannya.

Aku ingin menikah?

Menikahi siapa?

Familiar ini?

Tidak mungkin! Mustahil! Dia rakyat biasa dari dunia lain!

Otaknya mulai terpanggang, seperti hendak meledak. Saito menatap Louise yang merasa kesusahan saat ini, matanya tidak menunjukan emosi.

Hiks… sekarang Louisepun merasa sedih, dia benar-benar ingin menyembuhkan luka Saito.

Benarkah Saito menyukaiku… memikirkan ini, walau dia sudah mengatakan dia menyukaiku… tapi itu untuk mengambil keuntungan dariku… Tapi apa tubuhku memiliki pesona seperti itu… Aaaahhhh! Ini membuat frustasi!!

Kebingungan Louise semakin menjadi-jadi; otaknya benar-benar akan segera meledak. Begitu dia melepaskan genggaman dari mantelnya…

Sekedar kelembutan untuk yang berduka, dan sekedar kelembutan untuk menghibur yang masih hidup, akan segera diberikan…

Whoosh!

Sebuah terpaan angin keras menerpa tenda.

"Apa…apa yang terjadi?"

"Apa?!"

Saito dan Louise berteriak bersamaan.

Sepertinya ada sesuatu yang mendarat di samping tenda.

Saat diperhatikan, itu adalah seekor naga angin.

Di punggungnya, orang bisa melihat bayangan dari kesatria naga.

"Mu…Musuh! Musuh datang!"

Saito cepat-cepat mengambil pedangnya. Di waktu itu juga, seorang lelaki terlihat dari punggung naga, dan berkata pada Saito dengan suara pelan, "Oh, kamu…"

Begitu melihat wajahnya, Mata Saito hampir meloncat keluar dari lubangnya; dia terkejut.

"Aaahhh!"

Lelaki yang duduk di naga adalah kesatria naga yang mereka pikir sudah binasa.

Mulut Saito terbuka lebar. Dia bertanya dengan pelan,

"Ba…bagaimana bisa?"

"…ceritanya panjang."

Jawaban itu datang dari kesatria naga chuby. Kesatria naga yang lainnya menundukan kepalanya, seperti malu.

"Kita bicarakan nanti. Sungguh…sungguh maaf sudah menggangu kalian berdua…" kata kapten kesatria malu-malu.

Louise, dengan hanya selembar mantel membungkusnya, tidak sadar sudah bersandar pada Saito.

Louise segera menendang Saito menjauh, dan berteriak,

"Ka-ka-kami tidak melakukan apapun!"

Mungkin, ini adalah keajaiban yang disebabkan perbedaan kehangatan dari dua tipe kelembutan.

Para kesatria naga, yang dikira telah meninggal, berdiri dihadapan mereka, tidak kurang seorangpun.

Selain naga yang mereka tunggangi, para kesatria kehilangan naga tunggangannya… Tapi bagaimanapun, seluruh anggotanya kembali dengan selamat.

"Kalian…Bagaimana bisa…"

"Tidak… Yah… sebenarnya, kamu juga tidak yakin."

Melihat kedatangan tiba-tiba para kesatria, pejabat senior di tenda pusat komando kesatria naga, mata mereka hampir melompat keluar dari lubangnya.

Dari hari mereka dimusnahkan, sudah seminggu berlalu.

Terlebih lagi, ini adalah wilayah musuh – tanah Albion. Kemungkinan selamat mereka sudah ditulis sebagai 'tidak bisa diharapkan'.

Count Kirnumel, Pemimpin dari divisi ke-2 Regu Kesatria Naga, bertanggung jawab atas tiga pasukan kesatria naga, adalah yang pertama kali membuka tangan lebar-lebar dan menyambut kembalinya para pejuang, yang selamat dengan ajaib.

"Jangan dipikirkan! Bagaimanapun juga, kembali dengan selamat merupakan sesuatu yang patut disenangi! Ini sungguh luar biasa! Selamat dengan ajaib, kataku!"

Segera, tepuk tangan dan sorakan terdengar dari dalam tenda.

Berdiri di samping Saito dan Louise, orang yang membawa semuanya kesini, seorang kesatria muda dengan ekspresi malu-malu berkata dengan suara keras, jelas,

"Sebenarnya, saya sendiri sulit mempercayaainya… bahkan luka di tubuh kami sembuh sepenuhnya!"

Seorang kesatria memperhatikan mereka yang selamat dengan seksama, dan berseru,

"Kamu benar!"

"Apa musuh yang merawat kalian?"

"Saya… tidak tahu. Bagaimanapun juga, saya akan menceritakan pengalaman pribadi pengalaman di medan perang."

Sebagai pemimpin, kesatria muda mulai menceritakan laporannya pada mereka yang ada di tenda.

Pasukan divisi ke-2 kesatria naga dikepung oleh lebih dari seratur penunggang musuh… satu demi satu, penunggang jatuh oleh serangan sihir musuh.

Hampir setiap kesatria dan naga tunggangan terluka parah, dan kehilangan kesadaran saat mereka terbanting ke tanah.

"Jadi, apa yang terjadi begitu kalian sadar kembali?"

"Waktu itu, saya sudah menunggang punggung naga, bersama yang lain, menuju Rosais. Begitu tiba disini kami baru sadar kalau seminggu sudah berlalu."

"Kalian mengatakan kalau kalian semua tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi ketika kalian tertembak jatuh sampai hari ini?"

Para kesatria saling bertukar pandangan satu dengan yang lain dengan gelisah.

"Ya, Pak. Sama sekali kosong."

"Hey… Jangan katakan kalian semua kehilangan seluruh ingatan seminggu penuh?"

"Itu yang sebenarnya terjadi."

Para kesatria mengangguk dengan malu.

"Naga tunggangan yang tersisa… Milik siapa?" tanya salah satu pejabat menginginkan penjelasan.

Seorang kesatria mengangkat tangannya, berkata, "Itu Beyael saya." Dia adalah salah satu dari si kembar. Kirnumel memusatkan perhatiannya pada sang pemuda.

"Seperti apa situasi saat itu?"

"Ketika kami dikepung, saya sudah terluka sebelum tunggangan saya; bahu saya terkena peluru sihir. Bayael mungkin ingin menolong saya melarikan diri. Jadi, dia berpura-pura terluka, dan terbang rendah.

Ada gelitik rasa malu dalam suaranya, dikarenakan kenyataan bahwa kesatria yang lain tetap bertarung walaupun mereka dan naga tunggangan mereka menderita terluka.

"Karena kamu tidak bisa bertarung lagi, sudah wajar jika meninggalkan medan perang. Tidak ada yang patut dimalui."

Begitu mendengar kata-kata dari pemimpinnya, sang pemuda segera merasa lega.

"Terima kasih."

Kirnumel menyentuh kumisnya. Sudah tentu, ini sesuatu yang patut dirayakan untuk menerima kembali para kesatria yang selamat tidak kurang apapun… tapi, terlalu banyak keanehan, dan mereka memancing kecurigaan.

Siapa yang sudah menyelamatkan para kesatria naga yang sekarat terluka parah, menyembuhkan mereka, dan membiarkan mereka menunggangi satu-satunya naga angin yang selamat kembali ke Rosais?

Musuh sudah pasti melakukan pencarian pada para penunggang yang tertembak jatuh. Tapi, mereka lolos dari pencarian, dan kembali dengan utuh.

Ini bisa saja jebakan.

Kirnumel memerintahkan para kesatria berdiri berjejer, dan membiarkan bawahannya menggunakan sihir untuk memeriksa secara detail setiap pemuda yang selamat. Dia merasa bisa saja musuh menggunakan sihir untuk memanipulasi mereka.

Tapi, tidak ada masalah dengan hasil pemeriksaan. Para pemuda tidak menunjukan jejak manipulasi pada mereka, dan karena tidak ada lagi yang ditanyakan pada mereka, Kirnumel meminta mereka untuk beristirahat.

"Karena nagamu selamat, kamu berada di bawah perintah divisi pertama. Sedangkan untuk yang lainnya, karena kalian tidak memiliki naga, apa boleh buat."

Kirnumel memusatkan perhatiannya pada Louise, yang sampai sekarang diam berdiri disamping, seperti dia merupakan orang luar. Walau jati dirinya tidak diketahui, atasannya mengatakan bahwa pejabat wanita ini dikirim oleh Putri, dan mengetahui cara menggunakan sesuatu yang tidak diketahui tapi merupakan sihir spesial.

Perlakukan dia dengan penuh hormat – perintah itu sudah di kirim oleh atasan di pusat komando ke seluruh pasukan.

"Sampai naga pengganti datang, kalian semua menjadi pengawal nona Vallière. Bubar!"

Setelah meninggalkan tenda pusat komando batalyon, kapten chuby dari pasukan divisi ke-2 kesatria naga segera menunduk pada Saito.

"Sekarang kami berada di bawah perintahmu, mohon bimbingannya."

Saito menggunakan tangannya untuk menggosok kelopak matanya, sambil memeluk sang kapten.

"Kupikir kalian telah mati."

"Tidak… ketika kuingat, aku masih melupakan sesuatu, jadi aku tidak mungkin mati dengan mudah."

"Melupakan sesuatu?"

Tanya Saito, ekspresi terkejut terpampang di wajahnya.

Sang kesatria chuby tersenyum,

"Aku lupa mengenalkan diriku. Aku Rene Vonke, kesatria naga dari Tristain. Senang bertemu denganmu."

Saito juga memperkenalkan dirinya.

"Aku Hiraga Saito."

"Nama yang aneh yang kamu miliki," kata Rene, sambil tertawa.

Saito, yang terlihat seperti akan menangis, tertawa dan berkata, "Jadi, ayo kita minum sepuasnya malam ini, untuk merayakan kalian semua telah pulang dengan selamat."


Saito dan temannya berada di tenda Louise, dan pestapun dimulai di sana. Mungkin, mereka yang selamat hanya senang tetap hidup, dan minum dan minum. Dan tidak lama kemudian, mereka mabuk.

Tanpa mereka sadari, hanya ada dua orang tidak mabuk yang ada, Saito dan Rene.

Disebabkan oleh kepakan naga angin di dekat tenda tadi, atapnya menjadi sobek. Dari celah, seseorang bisa melihat bintang dan bulan. Angin malam yang dingin masuk ke dalam tenda. Saito menggigil.

"Tapi, aku tidak menyangka kamu menjadi sangat depresi. Tidak… maaf sudah membuatmu khawatir…" kata Rene benar-benar menyesali.

"Karena kalian familiar-ku bersedih sepanjang hari. Ini sangat, sangat buruk!"

Begitu, Louise mencaci mereka. Mendengar perkatan Louise, mereka berkata, "Kamu aneh kawan!" lalu, mereka semua tertawa keras. Saito tidak mengerti mengapa mereka tertawa.

Louise, setelah berteriak-teriak cukup lama, sekarang tertidur di pangkuan Saito, mungkin disebabkan kelelahan berteriak.

"Apa sangat aneh aku menjadi depresi?"

Mendengar perkataan Saito, Rene menyengir,

"Tidakkah itu tidak ada akhirnya?"

"Tidak ada akhirnya? Apa maksudmu?

Saito mengulang jawaban dari pertanyaannya. Rene minum seteguk penuh wine anggur dari botol, pipi chubynya sekarang merah oleh wine. Dia menjawab dengan serius,

"Tidakkah kita sedang dalam peperangan? Jika kamu menangisi setiap orang tak dikenal, tidakkah tidak ada akhirnya?"

"Kita bukan orang yang saling tak mengenal; aku berbincang-bincang dengan kalian sebelumnya. Jika seseorang mati karena melindungimu, kamu pasti merasa sedih! Kalian yang memiliki pemikiran aneh!"

Saito meneguk seteguk penuh wine, Rene yang terlihat serius, berkata,

"Kami tidak menjadi umpan untuk kalian berdua. Kami melindungi rencana perang, dan itu kehormatan kami."

"Apa maksudmu?"

"Waktu itu, kami menerima perintah untuk mengawal kalian ke Dartanes dengan cara apapun. Meyakinkan keberhasilan perang ini berarti melindungi seluruh pasukan kerajaan, sama dengan sumpah setia pada Yang Mulia. Selama kesetiaan kami pada Yang Mulia diakui, martabat klan kami akan meningkat. Walaupun aku mati, kejayaan akan terus berlangsung."

"Ini gila."

"Hey, jangan berkata yang tidak masuk akal seperti itu! Mungkin kamu seorang rakyat biasa. Itu sebabnya kamu tak mengetahuinya, tapi untuk bangsawan, yang disebut "kehormatan" adalah sesuatu yang lebih penting dari nyawa."

"Geez. Syukurlah, aku bukan bangsawan."

"Betul. Dibandingkan lahir di keluarga bangsawan rendah, lebih menyenangkan menjadi rakyat biasa!"

"Bangsawan rendah?"

"Itu benar. Tidak seperti Count dan Earl, untuk setiap generasi kami bertahan hidup dari gaji kecil yang menyedihkan. Tidak memiliki kekayaan artinya tidak memiliki hiasan indah, dan tidak memiliki kebanggaan. Jika kami ingin lolos dari itu, cara satu-satunya adalah bekerja keras di medan perang, dan mendapatkan pengakuan dari atasan. Jika keberhasilan di peperangan diakui, dia akan dianugrahi `fiefdom` sebagai penghargaan. Jadi, semua orang menggila untuk mempertaruhkan nyawanya. Mereka tidak memiliki waktu untuk khawatir terhadap bahaya kematian. Huu…"

Saito menutup matanya dan berpikir sejenak.

Tapi, jika kamu mati, tidakkah semuanya berakhir? Kenapa kalian para bangsawan mengeluarkan kata seperti 'mati' dan 'kehormatan' secara wajar? Apa kalian idiot?"

Tidak ada jawaban. Setelah diperhatikan, ternyata Rene sudah tertidur.

"ZZzzz…."

"Apa yang…Dia tertidur setelah mengatakan bagiannya."

Sungguh, mereka yang dipanggil "bangsawan" adalah kumpulan orang keras kepala. Louise juga seperti itu. Dia mengatakannya sendiri bahwa "Aku pasti akan membantumu menemukan jalan pulang." Tapi, begitu perang dimulai, seluruh perhatiannya terpusat padanya.

Dia jadi mengikuti Louise sampai kemari; apa dia sudah tidak waras?

… untuk apa aku bertarung seperti ini, bahkan mempertaruhkan nyawaku?

Beberapa alasan muncul di pikirannya.

Dia ingin mengulurkan tangannya untuk Henrietta yang patut dikasiani.

Dia ingin melindungi kampung halaman Siesta, untuk gadis yang selalu merawatnya.

Tapi, yang alasan yang paling utama dari semuanya… adalah karena dia mengkhawatirkan Louise.

Mungkin itu…pikirnya, sambil memandangi gadis muda dengan rambut berwarna peach, yang tidur dipangkuannya. Terus terang, ini dikarenakan dia mencintainya. Itu kenapa dia selalu khawatir.

Louise sangat manis, dan dia selalu ingin merasakannya. Tapi, dia harus menahan dirinya sekarang, sebab semua orang ada di sini.

Ah, tapi akankah perasaan ini terbalaskan?

Apapun hasil akhir hubungan ini, mungkin hanya dewa yang tahu. Dewa dari bumi… atau dewa dari dunia yang berbeda ini… siapa yang bisa dia harapkan menjawabannya?

Memikirkan ini, Saito segera mengelengkan kepalanya.

Aku bodoh… kenapa aku memikirkan pertanyaan konyol ini?

Saat itu juga dia mengingat apa yang baru saja Louise katakan.

Kematian menyebabkan orang bersedih… Tapi itu adalah gugur dengan agung di medan perang…untuk kehormatan. Mereka gugur untuk kemenangan besar. Mereka tidak akan senang jika kamu menangisi kematian mereka…

Dia memiliki rasa tidak senang yang besar terhadap ini. Terasa tidak wajar.

Diwaktu yang sama, dia merasa kalau Louise, yang tidur di pangkuannya, semakin menjauh darinya. Dia berada di hadapanku… kenapa aku memiliki perasaan ini?! Dia tidak menemukan alasan dari semuanya.

Huu…ayo tidur… pikir Saito, tetap membiarkan Louise menggunakan pangkuannya sebagai bantal sambil berbaring agar tidur.

Selama itu, sinar bulan dari dua bulan menyinarinya, seperti menghiburnya dari masalah-masalahnya…

  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -
  • Penutup -

Volume 8 - Rayuan Musik Nostalgia / 望郷の小夜曲 (Full Text)

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -
  • Penutup -

Volume 9 - Pesta Dansa Bulan Kembar / 双月の舞踏会 (Full Text)

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Penutup -

Volume 10 - Pahlawan Ivaldi / イーヴァルディの勇者

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -
  • Penutup -

Volume 11 - Sebuah Duet Ingatan / 追憶の二重奏

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -
  • Penutup -

Volume 12 - Hari Libur Peri Kecil / 妖精達の休日

  • Pembuka -

Murid Baru dari Negeri Putih (Albion)

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -

Serang, Kesatuan Satria Arwah Air!

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -

Hak Untuk Menggunakan Saito Selama Satu Hari

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -

Volume 13 - Pintu Dunia si Negeri Suci / 聖国の世界扉

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Penutup -

Volume 14 - Orang Suci Aquileia / 水都市の聖女

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Penutup -

Volume 15 - Labirin Oblivion / 忘却の夢迷宮

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Penutup -

Volume 16 - Waktu Teh Des Ornières / ド・オルニエールの安穏

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -
  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab 7 -
  • Bab 8 -
  • Bab 9 -
  • Bab 10 -
  • Penutup -

Side Story Volume 1 - Petualangan Tabitha / タバサの冒険

  • Bab 1 -
  • Bab 2 -
  • Bab 3 -
  • Bab 4 -

Side Story Volume 2 - Petualangan Tabitha / タバサの冒険2

  • Bab 5 -
  • Bab 6 -
  • Bab Tambahan -
  • Bab 7 -
  • bab 8 -