Difference between revisions of "Fate/Prototype: Fragments of Sky Silver (Indonesia):Volume 1 Act 4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 499: Line 499:
   
 
(Kutipan dari buku catatan tua)
 
(Kutipan dari buku catatan tua)
  +
  +
===Bagian 6===
  +
  +
11 Malam.
  +
Gedung tinggi di sudut jalan di Shinjuku Barat, Prefektur Shinjuku di Area Metropolitan Tokyo.
  +
  +
  +
Itu adalah tempat di mana semua macam pohon-pohon hijau tumbuh, dan di mana orang-orang dapat dilihat di samping pemandangan kota yang disebut sebagai pusat kota baru.
  +
  +
Taman Pusat Shinjuku.<br>
  +
Salah satu lingkungan kota hijau terbesar di Prefektur Shinjuku.
  +
  +
Jika ini siang hari, maka kita bisa melihat orang-orang kantor yang sedang bekerja di gedung tinggi, menghirup rokok tembakau di bayangan pohon selama waktu satu jam istirahat, tetapi, pada jam segini, jejak-jejak kehidupan itu hampir tiada.
  +
  +
Langka bagi tempat ini untuk benar-benar tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saat malam hari, biasanya ada orang-orang tunawisma yang tidur di sini, menahan kedinginan malam di bayangan gelap pohon.
  +
  +
Merekalah yang merupakan wujud dari tanda-tanda kecil kehidupan manusia itu. Tetapi, pada saat itu, tidak ada tanda-tanda siapapun di tempat itu.<br>
  +
Para tunawisma itu menghilnag.<br>
  +
Alasannya, aku tak akan mengatakannya di sini.<br>
  +
Tetapi, mereka menghilang.
  +
  +
Di tempat di mana biasanya mereka berada, hanya ada satu bayangan manusia.
  +
  +
Itu adalah sosok yang kurus.<br>
  +
Sosok yang sangat sesuai dengan kegelapan malam.<br>
  +
Itu, adalah sosok seorang wanita muda----<br>
  +
Itu adalah wanita dengan tubuh yang elegan.
  +
  +
Walau kepalanya ditutupi oleh penutup yang tebal dengan pakaian hitam yang membungkus tubuhnya, tapi benar-benar sangat sesuai dengan tampilannya dan dengan jelas menampilkan anggota badan yang berwarna cokelat gelap yang dapat diartikan sebagai seimbang.
  +
  +
Usianya, apakah setengah kedua dari masa remaja?
  +
  +
Jika seseorang melihatnya, maka mungkin orang itu akan terpaku pada tubuh wanita itu yang dipenuhi dengan kemudaan, tapi jika orang itu adalah seseorang yang berpengalaman dalam mencabut nyawa dengan pisau, maka orang itu mungkin akan memahami bahwa tubuhnya yang feminim itu sangatlah terlatih untuk pertarungan.
  +
  +
Wanita itu, adalah petarung. Lebih tepatnya, wanita itu adalah seseorang yang ahli mencabut nyawa di dalam kegelapan.
  +
  +
Sinar bulan menampakkan wajah wanita itu.<br>
  +
Topeng tengkorak terpasang pada wajahnya.
  +
  +
Mulai dari telinga hingga dagunya, ada kecantikan yang dapat diintip dari garis lehernya, tetapi, area yang dimulai dari mata hingga hidungnya tertutup oleh topeng tengkorak yang simbolis, membuat wajah aslinya sulit untuk diterka.
  +
  +
Wanita itu berjalan perlahan ke depan.
  +
  +
Sembari berjalan ke depan air mancur menakjubkan yang mengambil nama dari air terjun yang mengalir ke Danau Ontario, di tengah malam Taman Pusat Shinjuku, wanita itu merendahkan kepalanya.
  +
  +
'''Manaka:''' "Hihii. Kau tidak perlu terlihat ketakutan seperti itu."
  +
  +
Terdengar suara seseorang. Itu adalah suara yang datang dari bibir seorang gadis. Di depan wanita itu, adalah seorang gadis. Bahkan walau tidak ada siapapun di tempat itu beberapa detik lalu... tapi, ya, gadis itu muncul dari sebuah tempat yang '''seharusnya tak ada seseorangpun di sana.'''<br>
  +
Tanpa suara, tanpa ada indikasi.
  +
  +
Seolah-olah, waktu telah berhenti, seperti gadis itu telah '''bertransisi''' ke sini dengan menyobek tubuh dari tempat itu sendiri.
  +
  +
'''Manaka:''' "Jadi, bagaimana? Menurutku, kau menceritakan masalah yang lumayan besar."<br>
  +
'''???:''' "Benar."<br>
  +
'''Manaka:''' "Jadi, apa ada yang ingin kau katakan padaku?”<br>
  +
'''???:''' "Tidak. Uh, ya, ada."<br>
  +
'''Manaka:''' "Katakan."<br>
  +
'''???:''' "Segalanya adalah akibat dari kelemahanku, dan ketidakmampuanku. Tidak ada ampunan untuk hal itu.”
  +
  +
Tanpa menaikkan kepalanya, wanita itu mengatakan kata-kata itu pada sang gadis.
  +
  +
Wanita itu tidak bisa melihat kepada gadis itu, dengan punggungnya yang menghadap pada air mancur dan sinar bulan dari atas kepalanya. Tapi, itu adalah posisi yang dapat cukup dipahami sebagai, "Seseorang seperti diriku tak patut untuk melakukan itu."
  +
  +
Wanita itu menyerahkan segalanya untuk Masternya. Leher yang dia serahkan, adalah bentuk dari keinginannya untuk selalu menyerahkan nyawanya untukmu, sang gadis kecil.
  +
  +
'''???:''' "Kumohon, aku ingin engkau untuk mengambil kepalaku, sekarang juga, di tempat ini."<br>
  +
'''Manaka:''' "Hmmm?"<br>
  +
'''???:''' "Nona Manaka?"<br>
  +
'''Manaka:''' "Tidak apa-apa, aku sudah tahu sedari awal. "Posisi" yang Caster buat untuk kita benar-benar kuat. Untuk pergi ke rumah dari seorang Master, contohnya."
  +
  +
Gadis itu tersenyum lemah.
  +
  +
'''Manaka:''' "Itu akan sulit untukmu, bukan? Walau kamu manis, maju lewat depan akan sedikit sulit untukmu. Disamping itu..."
  +
  +
Gadis itu melanjutkan perkataannya sambil tersenyum. Senyum lemahnya, berubah menjadi senyum yang nyata. Dia dapat menebak alasan dari itu, tapi itu cukup mudah bagi wanita itu untuk memahaminya.
  +
  +
Lagipula, kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu saat mulai berkata "Disamping itu...," adalah topik gadis itu yang berusaha membuat Saber senang.<br>
  +
Wanita itu sudah tahu ''‘bahwa kedamaiannya, kebahagiaannya, dan penghiburannya bukanlah untuk diriku, tapi untuk lelaki itu.’''
  +
  +
''‘Aku tidak boleh cemburu atau iri.’''
  +
  +
Wanita itu, hanya menggerakkan telinganya pada kata-kata itu.
  +
  +
''‘Bahkan jika aku hanya mendengarkannya seperti ini, hanya dapat mendengarkan suaranya yang terdengar seperti pengantar pesan dari langit, sudah menjadi kehormatan bagiku.’''
  +
  +
'''Manaka:''' "... Dan kemudian. Aku membuatkan dirinya scone. Menurutku aku memasaknya dengan baik kali ini, dan dia memakannya dengan sangat banyak untuk diriku, tapi pikirannya mengenai rasa makanan sangatlah dingin dan kosong. "Ini enak." dan "Aku menyukainya," dia bilang, dan hanya itu-itu saja. Dan walaupun aku senang, sangat senang..."
  +
  +
Jin wanita pun tidak akan bisa menandingi kecantikan dari pipi gadis itu.
  +
  +
'''Manaka:''' "Menurutku tidak baik untuk menyebut semua yang dia katakan sebagai, "satu arah." Tentu saja, apapun yang dia katakan, aku akan senang."<br>
  +
'''???:''' "Ya."<br>
  +
'''Manaka:''' "Apa menurutmu aku dan dirinya akan bersama selama-lamanya mulai sekarang?"<br>
  +
'''???:''' "Ya."<br>
  +
'''Manaka:''' "Kalau begitu, menurutku perubahan akan menjadi ‘bumbu’ untuk menjaga kami agar tidak pernah bosan satu sama lain untuk selama-lamanya."
  +
  +
Aku yakin, wanita itu diam-diam berharap kalau itu juga dapat berlaku untuk dirinya.
  +
''‘Jika aku membuka mulutku, maka pasti pikiran seperti ini akan keluar begitu saja. Gadis itu memutar pikirannya dari bibirnya tanpa ragu-ragu, itu tidak lagi berbeda dari diriku sendiri karena aku terus menutup mulutku.’''
  +
  +
''‘Pada dasarnya, tidak ada perubahan.’''
  +
  +
''‘Siapapun rekanku, aku akan bermain peran sebagai boneka yang tidak memperdulikan siapapun rekannya.’''
  +
  +
''‘Walaupun, aku hanya berbicara tentang perasaanku sendiri. Walaupun begitu---’''
  +
  +
'''Manaka:''' "Ngomong-ngomong, apa kau punya cukup Magical Energy?"
  +
  +
Tiba-tiba, gadis itu bertanya. Seolah-olah dia bertanya, apakah anjing kurus dengan perut kosong itu kelaparan atau tidak.<br>
  +
Wanita itu membuka mulutnya. Tapi, daripada kata-kata, dia mengeluarkan benda yang diam-diam dia ambil.
  +
  +
Itu adalah lipstik.
  +
Sebuah '''lipstik merah pekat''', yang telah habis terpakai.

Revision as of 04:45, 4 August 2021

Act 4

Strategi kehidupan tak pernah muncul dari kegelapan



Bagian 1

Kyoko: "Hei hei, kau tahu? Tentang rumor itu?"
Nao: "Aku tahu aku tahu, tentang itu kan? Miss Mary..."
Kyoko: "Ya, benar. Miss Mary."
Nao: "Aku juga mendengarnya dari tempat bimbelku. Rumor itu bahkan sudah menyebar hingga ke sekolah lain."
Kyoko: "Di Tokyo, kan? Ya, sepertinya rumor Miss Mary hanya ada di Tokyo."
Nao: "Apa itu benar?"
Kyoko: "Itu benar, lagipula semua itu terjadi di Tokyo."
Nao: "Tapi, aku belum pernah melihatnya di TV."
Kyoko: "Aku yakin pasti nanti akan muncul di TV."

‘Apa yang mereka perbincangkan? Sebuah rumor. Yang hanya terjadi di Tokyo. Mary. Miss Mary?’

Bagi Ayaka Sajyou, itu adalah sebuah topik yang dia tidak tahu.
Sambil mengunyah roti yang dia pegang dengan kedua tangannya, dia samar-samar menguping pembicaraan di antara dua teman kelasnya yang duduk bersama dan berada persis di barisan mejanya.

‘Menu hari ini adalah roti gulung, rebusan yang berwarna gelap, dan salad sayuran segar.’

‘Roti gulung yang seperti biasanya. Rasa yang seperti biasanya.’

‘Walaupun aku sebenarnya suka roti goreng, aku tidak terlalu berpikir kalau ini tidak memuaskan karena ini bukanlah menu setiap hari. Aku hanya, ah, berpikir, kalau ini sangat disayangkan. Tapi, hari ini lumayan enak karena ditemani selai jeruk.’

Menyobek plastik kecil yang membungkusnya, aku mendorong roti yang ada di dalamnya dan mengunyahnya.

‘Aku lebih suka selai jeruk daripada margarin. Aku suka yang manis-manis.’

Kugigit, dan kukunyah.

‘Rasanya selalu berbeda karena selai jeruknya yang manis-asam. Aku tidak membencinya. Ini termasuk ke dalam kelompok makanan favoritku.’

Kyoko: "Namanya, kau pernah mendengarnya?"
Nao: "Namanya..."
Kyoko: "Nama asli Miss Mary. Hmm, daripada nama Miss Mary, mungkin itu adalah nama dari rumornya?"
Nao: "Aku sama sekali tak tahu. Apa ya?"
Kyoko: "Aku pernah dengar kalau dia akan memanggil seseorang saat jam 11 malam."
Nao: "Lalu?"
Kyoko: "Kemudian, orang yang dipanggilnya pasti akan meninggal."
Nao: "Ya."
Kyoko: "Begitulah rumornya, Death Mary akan datang untuk membunuhmu saat jam 11 malam."

C4-1.jpg

Jam 11 malam. Death Mary.

Sepertinya aku telah mendengarkan sebuah cerita yang berbahaya.

Ayaka: Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

Dua orang itu, selalu punya bahan perbincangan setiap jam makan siang. Yang bernama Kyoko selalu les di bimbel dekat stasiun 3 kali seminggu, dan yang bernama Nao suka menonton TV.

Karena aku tak pernah bermain bersama mereka, jadi aku tak tahu apa saja maksud perbincangan mereka. Selain itu, aku juga tidak berpikir kalau mereka berbohong. Mereka berdua kelihatan sedang membicarakan sebuah rumor.

Karena aku sudah sering menguping pembicaraan orang, jadi aku mencoba untuk mendengarkan mereka, sambil memasukkan gigitan besar roti ke mulutku, 'Hamu,' dan kukunyah. Apakah aku dapat mengerti pembicaraan mereka sekarang?

Aku tidak bisa mendengarkan mereka dengan baik, karena aku lebih fokus mengeluarkan selai jeruk dari tempatnya.

Jam 11 malam. Death Mary.

Kurasa aku akan mendekati mereka dan mendengarkannya lagi dengan lebih teliti. Tapi tentu saja, aku tak akan menanya secara langsung.

Lagian, bahkan jika aku membuka mulutku dan mengatakan sesuatu, aku tidak terlalu banyak nonton TV, aku juga tidak les ke bimbel, dan aku jarang membeli Girls Manga Magazine per bulan, jadi aku memiliki perasaan yang samar daripada biasanya, kalau aku mungkin tak akan bisa bercampur baur dengan baik dengan gosip-gosip para anak SD yang seumuran denganku.

Jadi, aku hanya akan memakan makananku. Nyam nyam. Tapi, aku akan dapat dengan mudah menangkap informasi dengan mengkonsentrasikan telingaku.

Ayaka: Nnh

Itu, adalah rumor. Tentang seorang wanita asing yang memanggil orang dengan lembut.

Ayaka: Seorang wanita...

Di saat malam. Wanita itu akan muncul di tengah jalan pada tengah malam.

Ayaka: Di waktu malam?

Itu, adalah kematian. Wanita itu akan memberikan kematian fatal, sesuai dengan namanya.

Ayaka: ...Mati. Apa wanita itu membunuh mereka?

Seperti yang kuduga, ini cerita yang berbahaya.

Sebuah rumor.

Teman dari teman, atau, teman dari temannya Papa, atau, seseorang yang bekerja untuk temannya teman Papa, atau semacam itu. Cerita aneh yang mereka dapatkan seperti seolah-olah sudah melihatnya sendiri, dari seseorang yang bahkan mungkin tidak melihat atau mengetahuinya secara langsung, seperti itu.

Aku telah mendengar hal semacam ini sebelumnya. Aku bisa mengingatnya.

Contohnya, bukankan ada rumor tentnag anjing dengan wajah manusia yang populer di tahun sebelumnya saat semester dua? Itu adalah cerita yang mirip seperti itu. Rumor yang gelap, dibisikkan di antara anak-anak. Cerita hantu sekolah? Atau, salah satu dari tujuh keajaiban sekolah?

‘Aku penasaran apakah ini sama seperti itu,’ pikir Ayaka.

Seperti jumlah anak tangga yang lebih banyak saat naik daripada saat turun, atau boneka anatomi di ruangan Sains yang bisa berjalan sendiri, atau potret dari musisi di ruangan musik yang matanya bergerak, atau gadis yang tinggal di toilet, hal-hal semacam itu. Jika tidak ada hubungannya dengan sekolah, maka ada wanita bermulut lebar, cermin yang berubah menjadi ungu, benang putih yang keluar dari daun telinga, tisu merah dan tisu biru, dan banyak lagi---

Ayaka: Hanya ada penurunan

Menurutku itu seperti nekromansi ecek-ecek, di mana kamu meletakkan koin 5 yen di atas lembaran kertas yang bertuliskan suku kata Jepang sehingga terlihat seperti papan Ouija.

Saat mereka mengundangku untuk melakukan itu di saat sebuah waktu makan siang saat Musim Semi: "Ayaka, ayo ikutan juga." Aku melihati teman-temanku, menebak-nebak apakah mereka keturunan dari keluarga Magus, tapi ternyata tidak ada sama sekali. Itu hanyalah permainan anak kecil biasa.

Seperti, siapakah yang kita sukai?

Orang yang tidak kita sukai, hal yang tidak kita sukai, hal yang kita takuti, mereka menanyakan hal semacam itu. Tanpa ada semacam sihir, seseorang yang di kelompok itu yang meletakkan koin 5 yen lah yang menggerakkannya. Kalau kupikir-pikir, dua teman di depanku lah yang mengundangku saat itu.

Dua sekawan yang suka bergosip.
Dua sekawan, yang sangat penakut.

Nao: "Mereka semua mati..."
Kyoko: "Benar. Siapapun yang bertemu dengan wanita itu, tak akan bisa diselamatkan."
Nao: "Ya ampun, aku takut."

Lihat.
Dia mengatakan kalau dia takut.

Kyoko: "Aku juga dengar kalau orang yang melihat cermin juga mati. Aku penasaran, apakah mereka mati karena menyentuhnya, ya...?"
Nao: "Eh, benarkah?"
Kyoko: "Ya, itu benar. Lagipula, aku dengar ada banyak juga polisi yang mati."
Nao: "Itu mengerikan..."

Menurutku itu aneh.

Isi dari rumor itu, adalah tentang hal-hal yang mengerikan dan berbahaya. Orang asing bernama "Miss Mary" memanggil lelaki dewasa yang sedang pulang ke rumah dari pekerjaan tengah malamnya dan memasuki hotel bersamanya. Keesokan paginya, sosok wanita bernama Mary itu akan menghilang dengan sebuah kalimat: ‘Selamat datang di dunia kematian!’ yang tertulis di cermin dalam bahasa Inggris dengan menggunakan lipstik merah. Dengan tanda kecupan bibir merah, di samping tanda seru.

Lelaki itu mati di atas kasur. Penyebabnya tidak diketahui. Walaupun dia tidak terluka, apa menurutmu penyebab dia meninggal? Aku juga mendengar, kalau ini sudah menjadi berita.

Yang menjadi target hanyalah laki-laki dewasa. Tak ada satupun perempuan yang menjadi korbannya. Dan kalau berdasarkan cerita dari teman sekelasku yang les di bimbel, teman Ayahnya yang berada di kota sebelah juga dibunuh dengan cara yang sama. Atau,

Ayaka: Itu sama sekali bukan cerita hantu sekolah.

Cerita hantu sekolah, atau lebih tepatnya, cerita hantu dewasa. Cerita hantu tentang seorang Ayah yang pulang ke rumah dengan berjalan melewati jalan pada tengah malam.
Jika dibandingkan dengan cerita anjing berwajah manusia, aku merasakan ada keaslian dan kenyataan pada cerita ini. Tapi, pada waktu yang sama tahun lalu, aku tidak merasa kalau aku takut.

Menurutku itu menyeramkan, walaupun jika kukatakan kalau aku takut karena aku tak tahu sama sekali apa yang "Miss Mary" pikirkan, atau apa yang dia lakukan sedari awal, maka mungkin aku tak akan takut, tapi tetap saja, aku sama sekali belum pernah merasa takut sebelumnya, jadi...

Itu karena Ayaka, sudah tahu.

Jika itu adalah gosip yang telah berubah menjadi Misteri, maka itu mungkin memiliki kekuatan. Sesuatu yang hanya sekedar jadi rumor diantara anak-anak, tidak cukup untuk jadi seperti itu.

‘Setidaknya, Papa tidak akan mengatakan kalau anjing berwajah manusia yang misterius itu sungguh beneran ada. Disamping itu----’

Ayaka: Papaku baik-baik saja.

Aku berpikir, sambil meneguk susu. Lagipula, hanya ada sedikit yang berani untuk pergi dan pulang saat tengah malam, dengan banyaknya orang yang sudah berada di rumah. Dan bahkan jika pembunuh itu memang ada, itu tidak akan menghentikan rumor misterius tentang "Miss Mary" yang telah disebutkan, yang telah dibisikkan di antara anak SD.

Aku tak bisa apa-apa soal itu.
Dan itulah mengapa aku tidak takut.
Sama seperti tahun lalu.
Walaupun aku tidak bisa mengatakan ini pada teman kelasku.

----Itu karena, Papa adalah seorang magus.
----Itu karena, Papa adalah orang yang berurusan dengan Misteri sungguhan.

Itu semacam cerita hantu. Itulah mengapa, aku tidak akan kalah pada gosip, juga pada Phantasmal Species sungguhan.

Ayaka: "Ya."

Bergumam kecil.
Ayaka mengambil gigitan lain pada roti yang digenggamnya.

Bagian 2

Makhluk binatang yang diimajinasikan.
Keberadaan yang diceritakan di dalam legenda kuno.,br> Kami memberikan nama "Phantasmal Species" untuk menandakan mereka.

Tidak setara dengan bentuk kehidupan yang sudah diketahui, makhluk ini yang telah merubah keberadaan mereka menjadi sebuah Misteri itu sendiri, telah dibagi dalam beberapa tingkatan, yaitu Divine Beasts, Phantasmal Beasts, dan Monstrous Beasts.

Magus juga memungkinkan untuk mengendalikan mereka, tapi jika masih di dalam tingkat Monstrous Beast.
Ada juga contoh di mana bagian dari mayat mereka yang bisa dimanfaatkan menjadi Mystic Code untuk Magus.
Jika sudah sampai melampaui tingkat Phantasmal Beasts, maka keduanya memungkinkan.

Pertama, seseorang tak akan dapat melihat mereka di era modern.
Servant, dapat dengan mudah mematahkan aturan itu.
Karena mereka telah jauh melampaui Misteri-Misteri magis.

Mereka dapat menguasai ilusi yang diimpikan orang-orang.
Dengan kata lain, mereka, dalam waktu, dapat mengendalikan dan memiliki bahkan yang mencapai pada tingkatan Phantasmal Beasts.
Dalam Perang Cawan Suci, kami, dapat menggunakan Misteri-Misteri mitologis dengan melalui Servant.

Karena itu, kau tak boleh melupakan mimpimu.
Rahasiakan.
Sembunyikan.

Menyingkapkan Misteri adalah hal yang tabu bagi Magus.
Perang Cawan Suci, harus dilaksanakan di dalam kegelapan.

(Kutipan dari buku catatan tua)

Bagian 3

Setelah itu, sepulang sekolah----

Matahari sudah benar-benar terbenam saat aku pulang ke rumah.
Ini sudah pasti adalah salahnya musim, kenapa matahari terbenam begitu cepat.

Bisa dibuktikan lewat napas yang kukeluarkan yang berubah putih, sama seperti tadi pagi.
Aku bisa dengan jelas melihatnya dengan mataku.
Ini sedikit dingin.

Ayaka meniupkan "Haa" ke kedua tangannya.

Jika tahu kalau seperti ini, maka lebih baik jika aku membawa sarung tangan.

Ayaka: "Dingin."

Aku berhenti di gerbang depan.
Saat aku melihat dari sini, rumahku terlihat seperti rumah besar.

Teman sekelas yang tinggal dekat sini menyebutnya "mansion" dan walaupun kata-kata itu tidak terbersit dalam pikiranku saat melihat rumahku, aku berpikir apakah itu sedikit besar di dalam daripada di luar, hanya tentang ukurannya saja.

Bahkan, tak peduli bagaimana struktur di dalamnya, aku tak merasakan kalau menyebutnya mansion itu berlebihan, karena aku sangat tahu tentang semuanya kecuali ruangan yang tak bisa kumasuki.

Yang sedikit lebih besar, adalah rumahku.

Guruku berkata saat berkunjung, kalau ini adalah rumah bergaya barat. Di balik gerbang, aku bisa melihat pohon-pohon di halaman depan dan beranda rumah yang bergaya arsitektur barat.

Gerbang...

Walaupun tidak dikunci dengan kunci, aku tak bisa masuk hanya dengan mendorongnya dengan normal dengan tanganku. Papa berkata kalau dia meluaskan medan pembatas, dan dia juga memberitahu alasannya. Itu adalah karena sesuatu seperti berpartisipasi dalam "ritual sihir" raksasa.

Menurutku, aku tak masalah untuk pergi ke sekolah, kau mengatakan kalau aku harus, walaupun kau memperingatiku dengan keras untuk berhati-hati saat aku masuk dan keluar rumah.

Aku mengikuti langkah-langkah seperti yang diberitahukan padaku.

Setelah memeriksa kalau tidak ada orang di sekitar, aku mengucapkan beberapa kata-kata. Setelah itu, aku menyusuri bentuk alur yang diajarkan dengan jariku pada rangkaian metal, dekat dengan pegangan gerbang.
Walaupun kemampuanku masih kurang, kukeluarkan energi sihirku.

Ya, aku tak bisa melakukannya dengan baik sama sekali.
Jika aku bisa, maka ini tidak akan memakan waktu 5 menit untuk melakukan sesuatu yang harusnya dapat diselesaikan dalam hitungan detik.

Ayaka: "Bisa tidak ya aku lakukan dengan lebih cepat daripada kemarin..."

Aku bergumam, sambil mendorong gerbang.
Gerbang yang padat seperti dinding batu, terbuka dengan lembut untukku tanpa hambatan.
Di baliknya, adalah rumah yang seperti biasanya.
Lalu kututup gerbang.

Ayaka: "Aku pulang."

Aku bergumam, dengan pelan.

Jika sekitaran waktu ini, maka Papa dan Onee-chan tidak ada di ruang tamu, dan biasanya, melakukan sesuatu di ruangan yang tak bisa kumasuki atau di ruangan yang tak boleh kumasuki, jadi aku tahu kalau tidak ada artinya dalam mengucapkan itu, karena tidak akan ada seseorang yang menampakkan wajah mereka atau bahkan memanggilku.

Tapi, untuk sekarang.
Akan kukatakan.
Itu adalah kebiasaan sehari-hari.
Aku akan mengatakan, "Aku pulang," saat aku sampai di rumah.
Dan seseorang mengatakan, "Selamat datang kembali," saat aku sampai di rumah.

Ayaka: "Selamat datang kembali."

Karena tidak ada siapa-siapa, aku hanya akan mengatakannya pada diriku sendiri lagi untuk hari ini juga.
Kulanjutkan berjalan hingga halaman depan, dan kubuka pintu depan---

Ayaka: "Huh?"

‘Bau apa ini, enak sekali.’

Tiba-tiba, aku mengingat pagi hari dari beberapa hari yang lalu, dan pikiranku dengan rileksnya berpikir, ‘tidak mungkin....’

‘Bau wangi dari tepung terigu, sama seperti yang aku cium kemarin, jadi kalau aku pergi ke dapur, maka mungkin aku bisa bertemu dengan Onee-chan.’

Seseorang yang tak bisa aku temui pagi ini.
Ya, pada pagi ini, aku sendirian saat sarapan, dan sendirian lagi dalam melakukan kegiatan sehari-hariku.

Saat aku keluar dari lorong pintu masuk sambil merangkul tas ranselku, aku berjalan menuju dapur.
Saat aku berjalan, ada---

Manaka: "Oh, selamat datang, Ayaka."

Suara yang indah.
Wajah yang cantik.

Walaupun saat ini senja.

Bahkan walaupun hari sudah gelap, tapi ia berkilau gemilang...
Kakakku, Manaka onee-chan, tersenyum dalam pakaian apronnya.

Bagian 4

Ayaka: "Onee-chan, apa yang sedang onee-chan buat?"
Manaka: "Fufu. Menurut kamu apa?"
Ayaka: "Menurutku itu kue. Karena baunya enak."
Manaka: "Oh, hampir benar. Tapi ya, kurasa kamu setengah benar..."

Saat kakak mengatakan itu, sosok tersenyumnya saaanngaatt cantik.
Manaka onee-chan.

Sama seperti yang kulihat di pagi itu, beberapa hari yang lalu, dengan sosoknya yang seperti seorang putri di kastil, mengenakan apron, menari-nari dan berputar kesana-kemari.

‘Seperti film anime yang Bunda suka dan yang harus ditunjukkan pada Papa, waktu yang sudah berlalu sangat lama. Tentang seorang putri yang menari sambil bernyanyi.’

‘Gadis yang cantik. Rasanya seperti, aku sedang berada di dalam film itu.’

‘Mataku bukanlah mataku, tentunya, mataku adalah semacam kamera yang memproyeksikan film.’
‘Memproyeksikan onee-chan.’

Saat aku memikirkan itu, pikiranku benar-benar melayang kemana-mana.

Manaka: "Ada apa, Ayaka? Matamu terbuka lebar sekali. Mulutmu juga." Ayaka: "Eh?"

C4-2.jpg

Jari-jemari putihnya, berada dalam jarak yang bisa dan tidak bisa aku sentuh. Tapi, aku tidak bisa menyentuhnya. Lagian aku berada di pinggir.

Ayaka: "Itu karena onee-chan sangat cantik. Seperti seorang puteri."
Manaka: "Benarkah?"
Ayaka: "Ya."

Aku benar-benar... ...berpikir seperti itu.

Manaka: "Apakah kakak terlihat seperti seorang tuan puteri Britania bagimu?"
Ayaka: "Britania?"
Manaka: "Fufu. Ya, tapi jika aku memang terlihat seperti itu bagimu, maka kakak sangat senang."

Onee-chan tersenyum, sama seperti pada pagi hari itu.

‘Onee-chan berkilau. Dia bersinar kilau gemilang. Hari sudah malam, tidak ada matahari terbit, dan bahkan walaupun matahari sudah terbenam... Onee-chan berputar-putar di dapur, sambil memasak dengan penuh bahagia dalam pakaian apronnya.’

‘Dia bersinar.’

‘Tapi, dia dengan sempurna menggerakkan tangannya, sangat cepat, sangat lihai...’

‘Onee-chan benar-benar sangat pandai.’

‘Dia tidak menggenggam pisau dapur hari ini, tetapi, dia membawa berbagai macam benda di tangannya.’

‘Apa ya yang sedang dibuat onee-chan?’

‘Kalau disebut sebagai kue adalah setengah benar, maka setengah lainnya apa?’

Saat aku ingin mengucapkan itu, aku menyadari penampilanku. Lagi, aku membawa tas ransel di punggungku, sebagai tambahan, aku juga belum mencuci tangan. Jadi, aku segera lari ke kamar mandi, lalu kuletakkan bangku kakiku, dan kucuci tanganku dengan air dingin, dan membasuh mulutku juga.

Kuletakkan tasku di lorong.
Lalu, pergi lagi ke dapur---

Ayaka: "Onee-chan, umm..."

Aku sedikit ragu untuk menanyakan "Ada yang bisa kubantu?", aku berhenti di pintu dapur yang tadi kumasuki tanpa ragu.

Tidak seperti onee-chan yang bisa melakukan apapun, aku tahu kalau soal sihir, belajar, menjadi pekerja rumah tangga--- atau apapun itu, tingkatanku berada jauh di bawah onee-chan. Jadi, akan lebih baik bagi Manaka onee-chan untuk melakukannya sendirian daripada aku membantunya.
Aku yakin itu benar.

Nyam Nyam.

Saat aku melakukannya, Onee-chan terus melihat tanganku, dan mengucapkan sebuah kata.

Manaka: "Bantu. Maukah kau membantuku?"

Itu adalah suara yang lembut, Walau aku tak tahu sama sekali bagaimana wajah onee-chan sekarang, karena aku tidak bisa melihatnya dari sini. Aku berpikir dengan yakin, ‘Dia sedang tersenyum.’ Tentunya, dia akan memberikanku wajah yang sama seperti sebelumnya.

Aku sering membayangkan wajah tersenyum onee-chan yang sudah lama tidak kulihat, seperti ini, tapi aku sama sekali tak tahu hingga pagi itu bagaimana rupa senyumannya.

Aku memberikan anggukan besar dan mengucapkan "Yep!"

Manaka: "Oke kalau begitu, mungkin kamu bisa ambilkan botol di lemari sebelah sana?"
Ayaka: "U, umm."
Manaka: "Baking Powder, ya~"
Ayaka: "Ahh, oh. Dapat, Onee-chan!"

Manaka: "Dan sekarang, tolong keluarkan telur dari kulkas, ya~ Oh, pilih yang paling besar, ambil dua."
Ayaka: "Y, ya."
Manaka: "Hihii. Sepertinya tidak pecah. Sekarang, bisa kamu tata di atas meja di sana, kita..."

‘Mungkinkah?’
‘Ya, bahkan jika bukan, mungkin itu memang benar.’
‘Itu bukan hanya sekedar mengeluarkan piring, ini adalah pertama kalinya, hari ini, kalau aku sedang membantu Onee-chan yang sedang memasak.’

Walaupun Papa berkata padaku, "Jangan sentuh oven sendirian," itu beda lagi ceritanya kalau aku sedang bersama onee-chan, tapi, tetap saja tidak ada banyak kesempatan untukku melakukan itu.

‘I----Ini pertama kalinya aku membantu onee-chan. Aku merasa gugup. Lagipula, onee-chan tidak benar-benar membutuhkan bantuanku, jadi...’

Ayaka: "U, umm, telur, apa, berapa yang dibutuhkan..."
Manaka: "Dua. Tidak usah khawatir, kita masih punya beberapa sisa telur, jadi, kalau pecah ya pecah, jadi tidak apa-apa!"

Ayaka: "I-Iya."
Manaka: "Lagian, kakak sudah menyiapkan banyak sekali bahan-bahan, termasuk telur."
Ayaka: "Ya..."

Manaka: "Hihii. Suaramu, bergetar. Apa kamu tidak suka membawa telur, Ayaka?"
Ayaka: "Ti-Tidak, uh..."

Aku sangat lamban.
Aku melakukannya, dengan sangat lamban.
Tapi, hanya dengan melihat padanya, Manaka onee-chan tidak terlihat marah padaku.
Aku tahu aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku masih bisa mendengarnya tertawa.

Ayaka: "Ini. Ini telurnya."
Manaka: "Terima kasih. Kamu telah memastikan untuk membawanya dengan baik. Hebat!"
Ayaka: "T, tidak. Enggak kok."

Untuk mendapatkan pujian seperti itu dengan hanya membawakan telur, entah kenapa, aku merasa sedikit menyedihkan. Dengan sendirinya aku melihat ke bawah.

Ayaka: "Sekarang sisanya adalah..."
Manaka: "Ngomong-ngomong, kamu suka telur mata sapi, Ayaka?"
Ayaka: "Um, y, ya."
Manaka: "Telur mata sapi? Atau telur dadar lipat?"
Ayaka: "Aku lebih suka mata sapi..."

Tiba-tiba, itu keluar dari mulutku.

‘Kebohongan----’

‘Tidak’
‘Itu bukan benar-benar, sebuah kebohongan.’
‘Itu bukanlah sesuatu untuk dibohongi.’

‘Yang lebih aku suka adalah telur dadar lipat, tapi, aku lebih suka telur mata sapi yang Papa dan onee-chan buatkan untukku, dan karena aku tidak berpikir kalau aku tidak menyukainya, itu tidaklah bohong.’

‘Aku tidak membenci keduanya.’
‘Aku menyukai dua-duanya.’

‘Tapi, ini sekarang hanyalah pembicaraan, tentang diriku yang tidak layak mengatakan apakah aku suka atau tidak.’

Manaka: "Kali ini, aku juga akan membuat dadar lipat. Sepertinya, orang Inggris lebih menyukainya. Aku pernah membuatnya sebelumnya, tapi kakak akan coba cicip dulu, karena menurut kakak rasanya masih belum cukup enak."
Ayaka: "O, oke."
Manaka: "Kamu juga cicipin, ya."
Ayaka: "Ya."
Manaka: "Hihii. Ini sangat enak."

Saat onee-chan mengatakan itu, Onee-chan menunjukkan wajah tersenyumnya lagi.

‘Benar-benar senyuman yang cantik.’
‘Bersinar kilau, seperti bunga yang lebih cantik daripada bermacam-macam bunga apapun yang bermekaran di Taman.’
‘Onee-chan bukanlah peri khayalan, tapi lebih seperti peri yang manis dan terhormat seperti yang ada di buku bergambar.’
‘Disamping itu, aku tahu, dia seperti seorang tuan puteri di kastil.’

Manaka: "Hihii."

‘Huh?’
‘Onee-chan, dia sama seperti pagi itu, tapi aku merasa ada yang berbeda.’
‘Tapi tidak, perasaan yang terlihat sangat senang---’ ‘Kira-kira, apa ada sesuatu yang baik yang terjadi padanya?’

Menurutku begitu.
Sambil memiringkan leherku, perlahan aku mencoba melihat wajah onee-chan di atasku.
Dan segera itu pula, onee-chan menatap balik dengan tatapan "huh?"

Manaka: "Ada apa?"
Ayaka: "Ah, u, umm, itu..."

Aku benar-benar terlalu buru-buru. Sampai-sampai onee-chan menyadariku. Pikiranku lepas, aku terburu-buru, dan sekarang aku jadi tak peduli dalam membantunya. "Apa ada sesuatu yang baik yang terjadi pada onee-chan?," butuh seberapa lama bagiku untuk mengucapkan itu saja?

Manaka: "Oh, apakah kakak terlihat seperti itu?"
Ayaka: "Yep."
Manaka: "Tidak ada yang spesial, juga tidak terlalu hal yang baik, sih, walau..."

Sambil menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya dengan "hmm." Bahkan gestur itu pun terlihat sangat cantik dan luar biasa.

Manaka: "Begini, ada hewan yang lucu yang sedang melekat padaku."
Ayaka: "Hewan?"
Manaka: "Ya. Hewan."

Mengatakan itu, onee-chan tersenyum.
Tanpa melihat diriku.

Dia melirik ke sebuah arah, sementara aku...
Entah kenapa---merasakan ini, sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, aku merasa bulu kudukku merinding hebat melihat itu.
Aku, menjatuhkan benda yang aku pegang dengan tanganku.
Dan telurnya, pecah.

Bagian 5

Servant.
Heroic Spirit yang bermanifestasi.

Saber.
Berserker.
Archer.
Lancer.
Rider.
Caster.
Assassin.

Ilusi yang paling terkuat yang telah dibagi ke dalam tujuh class oleh Holy Grail.
Mereka sangat kuat.
Seperti yang disebutkan di atas.

Mereka bisa mematahkan besi, memporak-porandakan bumi, dan bahkan memotong langit.
Mereka yang telah dibangun dengan tubuh sementara oleh sihir, bukanlah makhluk hidup yang biasa.
Bahkan jika mereka memiliki penampilan seperti manusia, mereka bukanlah manusia.

Menyembunyikan kekuatan destruktif dan kegigihan yang jauh melampaui manusia, atau bahkan makhluk lain, mereka bermanifestasi seperti yang terdapat di legenda.

Tapi, mereka juga bukanlah sebuah keberadaan yang maha kuasa.

Mereka yang menjadi sebuah eksistensi lewat Magical Energy dan berjalan dengan Magical Energy yang sama, mereka diizinkan untuk mendapatkan wujud untuk pertama kali dengan Magical Energy yang disediakan oleh Magus yang merupakan Master mereka.
Lebih tepatnya, jumlah kecil dari Magical Energy yang diambil dari manusia level magus bukanlah makanan mereka, jadi jangan sampai kamu salah paham.

Mereka tidak dapat eksis tanpa Magical Energy.
Dengan kata lain, mereka tidak dapat eksis tanpa seorang Master.
Walaupun ada pengecualian, yaitu---

(Kutipan dari buku catatan tua)

Bagian 6

11 Malam. Gedung tinggi di sudut jalan di Shinjuku Barat, Prefektur Shinjuku di Area Metropolitan Tokyo.


Itu adalah tempat di mana semua macam pohon-pohon hijau tumbuh, dan di mana orang-orang dapat dilihat di samping pemandangan kota yang disebut sebagai pusat kota baru.

Taman Pusat Shinjuku.
Salah satu lingkungan kota hijau terbesar di Prefektur Shinjuku.

Jika ini siang hari, maka kita bisa melihat orang-orang kantor yang sedang bekerja di gedung tinggi, menghirup rokok tembakau di bayangan pohon selama waktu satu jam istirahat, tetapi, pada jam segini, jejak-jejak kehidupan itu hampir tiada.

Langka bagi tempat ini untuk benar-benar tidak ada tanda-tanda kehidupan. Saat malam hari, biasanya ada orang-orang tunawisma yang tidur di sini, menahan kedinginan malam di bayangan gelap pohon.

Merekalah yang merupakan wujud dari tanda-tanda kecil kehidupan manusia itu. Tetapi, pada saat itu, tidak ada tanda-tanda siapapun di tempat itu.
Para tunawisma itu menghilnag.
Alasannya, aku tak akan mengatakannya di sini.
Tetapi, mereka menghilang.

Di tempat di mana biasanya mereka berada, hanya ada satu bayangan manusia.

Itu adalah sosok yang kurus.
Sosok yang sangat sesuai dengan kegelapan malam.
Itu, adalah sosok seorang wanita muda----
Itu adalah wanita dengan tubuh yang elegan.

Walau kepalanya ditutupi oleh penutup yang tebal dengan pakaian hitam yang membungkus tubuhnya, tapi benar-benar sangat sesuai dengan tampilannya dan dengan jelas menampilkan anggota badan yang berwarna cokelat gelap yang dapat diartikan sebagai seimbang.

Usianya, apakah setengah kedua dari masa remaja?

Jika seseorang melihatnya, maka mungkin orang itu akan terpaku pada tubuh wanita itu yang dipenuhi dengan kemudaan, tapi jika orang itu adalah seseorang yang berpengalaman dalam mencabut nyawa dengan pisau, maka orang itu mungkin akan memahami bahwa tubuhnya yang feminim itu sangatlah terlatih untuk pertarungan.

Wanita itu, adalah petarung. Lebih tepatnya, wanita itu adalah seseorang yang ahli mencabut nyawa di dalam kegelapan.

Sinar bulan menampakkan wajah wanita itu.
Topeng tengkorak terpasang pada wajahnya.

Mulai dari telinga hingga dagunya, ada kecantikan yang dapat diintip dari garis lehernya, tetapi, area yang dimulai dari mata hingga hidungnya tertutup oleh topeng tengkorak yang simbolis, membuat wajah aslinya sulit untuk diterka.

Wanita itu berjalan perlahan ke depan.

Sembari berjalan ke depan air mancur menakjubkan yang mengambil nama dari air terjun yang mengalir ke Danau Ontario, di tengah malam Taman Pusat Shinjuku, wanita itu merendahkan kepalanya.

Manaka: "Hihii. Kau tidak perlu terlihat ketakutan seperti itu."

Terdengar suara seseorang. Itu adalah suara yang datang dari bibir seorang gadis. Di depan wanita itu, adalah seorang gadis. Bahkan walau tidak ada siapapun di tempat itu beberapa detik lalu... tapi, ya, gadis itu muncul dari sebuah tempat yang seharusnya tak ada seseorangpun di sana.
Tanpa suara, tanpa ada indikasi.

Seolah-olah, waktu telah berhenti, seperti gadis itu telah bertransisi ke sini dengan menyobek tubuh dari tempat itu sendiri.

Manaka: "Jadi, bagaimana? Menurutku, kau menceritakan masalah yang lumayan besar."
???: "Benar."
Manaka: "Jadi, apa ada yang ingin kau katakan padaku?”
???: "Tidak. Uh, ya, ada."
Manaka: "Katakan."
???: "Segalanya adalah akibat dari kelemahanku, dan ketidakmampuanku. Tidak ada ampunan untuk hal itu.”

Tanpa menaikkan kepalanya, wanita itu mengatakan kata-kata itu pada sang gadis.

Wanita itu tidak bisa melihat kepada gadis itu, dengan punggungnya yang menghadap pada air mancur dan sinar bulan dari atas kepalanya. Tapi, itu adalah posisi yang dapat cukup dipahami sebagai, "Seseorang seperti diriku tak patut untuk melakukan itu."

Wanita itu menyerahkan segalanya untuk Masternya. Leher yang dia serahkan, adalah bentuk dari keinginannya untuk selalu menyerahkan nyawanya untukmu, sang gadis kecil.

???: "Kumohon, aku ingin engkau untuk mengambil kepalaku, sekarang juga, di tempat ini."
Manaka: "Hmmm?"
???: "Nona Manaka?"
Manaka: "Tidak apa-apa, aku sudah tahu sedari awal. "Posisi" yang Caster buat untuk kita benar-benar kuat. Untuk pergi ke rumah dari seorang Master, contohnya."

Gadis itu tersenyum lemah.

Manaka: "Itu akan sulit untukmu, bukan? Walau kamu manis, maju lewat depan akan sedikit sulit untukmu. Disamping itu..."

Gadis itu melanjutkan perkataannya sambil tersenyum. Senyum lemahnya, berubah menjadi senyum yang nyata. Dia dapat menebak alasan dari itu, tapi itu cukup mudah bagi wanita itu untuk memahaminya.

Lagipula, kata-kata yang keluar dari bibir gadis itu saat mulai berkata "Disamping itu...," adalah topik gadis itu yang berusaha membuat Saber senang.
Wanita itu sudah tahu ‘bahwa kedamaiannya, kebahagiaannya, dan penghiburannya bukanlah untuk diriku, tapi untuk lelaki itu.’

‘Aku tidak boleh cemburu atau iri.’

Wanita itu, hanya menggerakkan telinganya pada kata-kata itu.

‘Bahkan jika aku hanya mendengarkannya seperti ini, hanya dapat mendengarkan suaranya yang terdengar seperti pengantar pesan dari langit, sudah menjadi kehormatan bagiku.’

Manaka: "... Dan kemudian. Aku membuatkan dirinya scone. Menurutku aku memasaknya dengan baik kali ini, dan dia memakannya dengan sangat banyak untuk diriku, tapi pikirannya mengenai rasa makanan sangatlah dingin dan kosong. "Ini enak." dan "Aku menyukainya," dia bilang, dan hanya itu-itu saja. Dan walaupun aku senang, sangat senang..."

Jin wanita pun tidak akan bisa menandingi kecantikan dari pipi gadis itu.

Manaka: "Menurutku tidak baik untuk menyebut semua yang dia katakan sebagai, "satu arah." Tentu saja, apapun yang dia katakan, aku akan senang."
???: "Ya."
Manaka: "Apa menurutmu aku dan dirinya akan bersama selama-lamanya mulai sekarang?"
???: "Ya."
Manaka: "Kalau begitu, menurutku perubahan akan menjadi ‘bumbu’ untuk menjaga kami agar tidak pernah bosan satu sama lain untuk selama-lamanya."

Aku yakin, wanita itu diam-diam berharap kalau itu juga dapat berlaku untuk dirinya. ‘Jika aku membuka mulutku, maka pasti pikiran seperti ini akan keluar begitu saja. Gadis itu memutar pikirannya dari bibirnya tanpa ragu-ragu, itu tidak lagi berbeda dari diriku sendiri karena aku terus menutup mulutku.’

‘Pada dasarnya, tidak ada perubahan.’

‘Siapapun rekanku, aku akan bermain peran sebagai boneka yang tidak memperdulikan siapapun rekannya.’

‘Walaupun, aku hanya berbicara tentang perasaanku sendiri. Walaupun begitu---’

Manaka: "Ngomong-ngomong, apa kau punya cukup Magical Energy?"

Tiba-tiba, gadis itu bertanya. Seolah-olah dia bertanya, apakah anjing kurus dengan perut kosong itu kelaparan atau tidak.
Wanita itu membuka mulutnya. Tapi, daripada kata-kata, dia mengeluarkan benda yang diam-diam dia ambil.

Itu adalah lipstik. Sebuah lipstik merah pekat, yang telah habis terpakai.