Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab07"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (perbaikan link)
(telah disunting oleh obakasan)
 
Line 1: Line 1:
  +
'''Bab 7'''
Suzumiya Haruhi:Volume1 Chapter7
 
   
Seorang manusia buatan yang mengaku diciptakan oleh para alien, seorang gadis yang datang dari masa depan, dan seorang ksatria esper muda telah meyakinkanku dengan membuktikan identitas mereka padaku. Mereka mengitari Haruhi untuk tiga alasan yang berbeda. Sejujurnya, semua ini tidak terlalu buruk. Tidak, ini buruk. Karena ada satu hal yang tak kumengerti.
 
   
Kenapa aku?
 
   
Koizumi pernah mengatakan bahwa alasan para alien, penjelajah waktu, dan esper berkumpul di sekeliling Haruhi adalah karena ia menginginkannya.
 
   
Lalu, bagaimana denganku?
 
   
  +
Yang ngaku-ngaku dirinya android bikinan alien. Yang ngaku-ngaku dirinya [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Toki_o_Kakeru_Shoujo|gadis yang lompat melalui waktu]]. Yang ngaku-ngaku dirinya seregu pasukan esper. Ketiganya udah ngebuktiin identitas mereka ke gue, jadi gue boleh ngelepas 'ngaku-ngaku' dari embel-embel mereka. Mereka mengitari Haruhi buat tiga alasan yang berbeda. Jujur aja, semua ini ga terlalu jelek juga. Engga, ini ''emang'' jelek. Karena gue masih ga ngerti satu hal.
Kenapa aku terlibat dalam semua ini? Aku hanya seorang manusia biasa. Seratus persen normal. Aku tidak mempunyai masa lalu yang aneh, atau kekuatan yang kurahasiakan. Aku hanya seorang murid SMU yang sangat amat normal.
 
   
  +
Kenapa gue?
Siapa pula yang menulis cerita ini?
 
   
  +
Koizumi bilang kalo alasan para alien, penjelajah waktu, dan esper semuanya ngumpul di sekeliling Haruhi adalah karena ia pengen.
Atau seseorang telah meracuniku dan membuatku berhalusinasi tentang semua ini? Atau mungkin aku pernah terkena sambaran gelombang listrik yang beracun? Siapakah keparat yang membuatku terjerumus ke dalam kejadian-kejadian ini?
 
   
  +
Lantas, gue gimana?
Apakah itu kau, Haruhi?
 
   
  +
Kenapa gue kelibat dalam semua ini? Gue cuman manusia. Seratus persen normal. Gue ga tiba-tiba punya ingatan masa lalu yang aneh, atau kekuatan yang tak teromongkan. Cuman anak SMA yang amat sangat normal sekali!
Bercanda.
 
   
  +
Siapa sih yang nulis cerita ini ngomong-ngomong?
   
  +
Atau ada orang yang ngebius gue dan bikin gue berhalusinasi semua ini? Atau bahkan mungkin gue pernah kesambar gelombang listrik beracun? Siapa sih keparat yang bikin gue kejebak ke semua ini?
Aku tak benar-benar tahu segalanya.
 
   
  +
Elo ya, Haruhi?
   
Kenapa aku merasa terganggu? Sepertinya semua jawaban itu terdapat pada Haruhi. Dia yang seharusnya khawatir. Kenapa aku harus ikut berfrustasi untuknya? Ini semua tidak masuk akal! Sudah kuputuskan demikian! Jika semuanya memang seperti yang dikatakan oleh Nagato, Koizumi, dan Asahina-san, maka kalianl sendiriah yang harus memberitahu Haruhi! Apa pun yang akan terjadi pada dunia ini, itu semua tanggung jawabnya; Aku tak ada hubungannya sama sekali.
 
   
Tempatkanlah dia dalam komedi putar kalian! Lepaskan aku dari semua ini!
 
   
  +
Menjelang musim panas, aku berjalan menaiki lereng, menyeka keringatku dengan jaketku, sambil menarik dasiku dan melepaskan kancing ketiga dari bajuku. Pagi saja sudah begini panas, dan akan menjadi sepanas neraka siang nanti. Saat aku sedang menggertakkan gigiku sambil berjalan, seseorang menepuk pundakku. Saat aku berteriak "Jangan sentuh aku! Panas, tahu!" dan berbalik, wajah Taniguchi terlihat olehku.
 
  +
  +
Becanda.
  +
  +
  +
  +
  +
  +
Gue beneran ga tau apa-apa.
  +
  +
Kenapa gue digangguin ya? Kayaknya semua jawaban itu ada pada Haruhi. Dia yang seharusnya kuatir. Kenapa gue harus ikutan frustasi buat dia? Ini ga masuk akal! Udah gue putusin! Kalau sesuatunya kayak yang Nagato, Koizumi, dan Asahina-san bilang, maka kalian seharusnya ngasih tau Haruhi aja! Dunia mau jadi apa kek nantinya, itu tanggung jawabnya; ga ada hubungannya sama gue.
  +
  +
Taruh aja dia di komedi putar kalian! Keluarin gue dari semua ini!
  +
  +
Saat hari-hari menjelang musim panas, aku jalan berkeringat menaiki lereng, menyeka keringatku dengan jaketku, sambil menarik dasiku dan melepaskan kancing ketiga bajuku. Sudah sepanas ini di pagi hari, dan akan jadi sepanas neraka saat siang. Saat sedang kegertakkan gigiku dan menjalani lereng ke sekolah, seseorang menepuk pundakku. Saat aku membentak "Jangan pegang-pegang! Panas nih!" dan berbalik, wajah Taniguchi terlihat.
   
 
"Yo!"
 
"Yo!"
   
Taniguchi, berjalan di sampingku sekarang, juga berkeringat. "Benar-benar menjengkelkan, rambutku yang sudah tertata rapi hancur lebur oleh keringatku," Walaupun ia berkata seperti itu, wajahnya masih terlihat riang.
+
Taniguchi, berjalan bebarengan denganku sekarang, juga berkeringat. "Nyebelin banget, rambut ketata rapi gue ancur begini oleh semua keringat ini," Walau ia berkata begitu, ia masih kelihatan riang.
   
"Eh, Taniguchi," Aku cepat-cepat memotong saat Taniguchi membual tak jelas tentang anjingnya, "Aku masih anak SMU yang normal, kan?"
+
"Eh, Taniguchi," cepat-cepat kupotong saat Taniguchi terus membual tak jelas soal anjingnya lagi ngapain, "Gue anak SMA biasa, kan?"
   
 
"Apa?"
 
"Apa?"
   
Taiguchi tertawa seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu
+
Taiguchi tertawa seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu.
   
"Mungkin kau perlu mendefinisikan apa itu 'normal'. Kalau tidak begitu percakapan ini tak akan masuk akal."
+
"Loe mesti ngasih gue definisi 'normal' yang bener. Kalo loe pengen ngorek info dari gue."
   
  +
"Oh, haruskah?"
"Benarkah?"
 
   
  +
Menyesal aku tanya itu ke dia.
Aku menyesal menanyakan hal itu padanya.
 
   
"Hanya bercanda! Kau normal? Kurasa anak SMU normal tak akan mendorong seorang gadis ke dalam kelas yang kosong!"
+
"Omong kosong itu, bung! Yah, loe nanya gue apa loe normal? Menurut gue anak SMA normal ga bakalan ngedorong cewe ke lantai, di kelas kosong!"
   
Tentu saja, Taniguchi tak akan melupakan hal itu.
+
Tentu saja, Taniguchi takkan melupakan hal semacam itu.
   
  +
"Gue laki-laki juga. Gue ga suka nyari-nyari kesalahan orang, abisnya paling engga gue tau gimana ngejaga tingkah gue. Tapi antara loe dan gue -- tau lah maksud gue, pesolek?"
"Aku laki-laki juga, jadi aku tahu batas-batasku. Rahasiamu pasti aman denganku, kau tahu maksudku?"
 
   
  +
Sedikitpun engga.
Aku tak mengerti sama sekali.
 
   
"Sejak kapan kau dan dia berhubungan? Aku menilai Nagato Yuki termasuk perigkat A-!"
+
"Gimana caranya loe bergaul sama dia, hah? Sama Nagato Yuki, si cewek A- di daftar cewek cantik gue!"
   
  +
Nagato pantes dapat A- toh? Yah, bukan itu sih maksudnya.
Jadi, Nagato termasuk A- dalam peringkatnya. Aku mencoba menjelaskan pada Taniguchi,
 
   
  +
"Biar gue ceritain ke elo soal itu..."
"Itu karena..."
 
   
Kurasa pikiran Taniguchi sekarang dipenuhi nafsu dan khayalan yang tak nyata. Jadi, kuputuskan untuk memberinya penjelasan sebagai berikut.
+
Kuduga pikiran Taniguchi sekarang penuh akan hasrat dan fantasi tak nyata. Jadi, kuputuskan untuk menggunakan penjelasan berikut ini.
   
Nagato yang malang, adalah korban dari pekerjaan tak jelas Haruhi di ruang Klub Literatur. Ia sangat terganggu dan tak dapat menyelenggarakn aktifitas untuk klubnya sendiri, jadi ia datang padaku untuk meminta bantuan. Ia bertanya padaku, apakah ada cara untuk membuat Haruhi meninggalkan ruang Klub Literatur dan pindah ke tempat lain. Aku tergerak oleh ketulusan hatinya, jadi kuputskan untuk membantunya, dan berdiskusi dengannya di tempat yang tak akan dapat ditemukan oleh Haruhi. Saat kami sedang berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan di dalam kelas setelah kepergian Haruhi, Nagato pingsan akibat penyakit anemianya. Aku sempat menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai, dan kemudian kau tiba-tiba masuk. Tidak ada apa-apa!
+
Nagato yang malang itu korban dari kependudukan ga beralasannya si Haruhi di ruang Klub Sastra. Dia kesulitan banget ga bisa ngelakuin aktivitas di klubnya sendiri, jadi dia datang ke gue buat minta bantuan. Dia nanya ke gue kalo-kalo ada cara buat bikin Haruhi ninggalin ruang Klub Sastra dan pergi ke tempat lain. Gue tergugah sama kesungguhan hatinya, jadi gue putusin deh buat bantu tuh cewek malang, dan diskusiin itu bareng dia di tempat yang ga bakalan ketauan sama Haruhi. Pas kami lagi ngomongin soal apa yang musti dilakuin di ruangkelas abis Haruhi udah pergi, Nagato pingsan lantaran penyakit anemianya. Gue sempat nangkap dia sebelum jatuh ke lantai, terus loe datang deh nerobos masuk. Loe liat kan, abis loe tau yang sebenarnya, selalu jadi sepele.
   
"Ya benar!"
+
"Boong loe!"
   
  +
Dia sepak penjelasannya. Sialan! Gue pikir itu cerita sempurna dibumbuin kebenaran.
Ia bahkan menendangku setelah mengatakan itu. Sialan! Mengarang cerita yang sangat sempurna seperti itu memakan banyak waktu! Aku tak percaya aku tak dapat membohonginya!
 
   
"Andaikan aku percaya semua kebohongan ini; Aku masih tak menganggapmu normal. Sebenarnya kau bisa mendapatkan Nagato Yuki yang nyaris tak pernah bergaul untuk meminta pertolongan padamu, dan itu benar-benar luar biasa."
+
"Misalnya gue percaya sama bualan itu, gue pikir loe masih ga normal. Loe beneran berhasil bikin Nagato Yuki yang nyaris ga bergaul itu minta tolong ke elo, dan itu mantap banget tuh."
   
"Tolonglah, apa Nagato benar-benar setenar itu?"
+
Oh, plis dong ah. Berapa lama emangnya Nagato setenar itu?
   
"Lagipula kau adalah anak buah Suzumiya. Jika kau adalah anak SMU yang normal, maka aku senormal kutu."
+
"Lagian, loe anteknya Suzumiya. Kalo loe anak SMA biasa, kalo gitu gue senormal proletar."
   
Maka bertanyalah aku, "Taniguchi, apakah kau punya kekuatan super?"
+
Maka aku bertanya, "Hei, Taniguchi. Loe punya kekuatan psikis?"
   
 
"Ap-?"
 
"Ap-?"
   
Wajahnya yang sudah terlihat bodoh bertambah bodoh satu derajat lagi. Ia terlihat seperti ''nanpa'', yang mana gadis-gadis muda harus berhati-hati padanya.
+
Paras yang sudah bodoh di wajahnya naik satu tingkat. Ia terlihat seperti [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Nanpa|nanpa]], tipe yang harus diwaspadai cewek-cewek sekolah.
   
Ia berkata, "Jadi begitu, jadi kau tidak kebal terhadap racun Suzumiya... Walaupun kita tidak menghabiskan banyak waktu bersama, kau benar-benar orang yang baik. Jadi cobalah untuk tidak dekat-dekat denganku; Aku tak ingin terinfeksi virus Suzumiya juga."
+
Katanya, "Gitu toh, jadi bahkan elo pun ngeceburin diri ke racun Suzumiya... Walau baru sebentar bersama, loe benar-benar temen yang baik. Tolong jangan dekat-dekat gue; jadi loe ga ngasih gue 'penyakit Suzumiya'."
   
Kupukul Taniguchi dengan lembut, membuatnya tertawa terbahak-bahak. Ha, jika bocah ini adalah seorang esper, maka sejak hari ini, aku adalah Sekjen PBB.
+
Kuberi Taniguchi pukulan ringan, dan dia meledak tertawa terbahak-bahak. Ha, kalo bocah ini esper, gue Sekjen PBB.
   
   
Saat aku mencapai anak tangga terakhir menuju pintu gerbang sekolah, aku merasa perlu berterimakasih pada Taniguchi untuk bercakap-cakap denganku, yang membuat panas ini terasa sedikit lebih sejuk setelah berbicara dengannya.
 
   
Pada suhu yang panas ini, bahkan Haruhi hanya dapat tergeletak kelelahan di mejanya, terlihat begitu menderita di bukit dari kejauhan.
 
   
"Kyon, aku kepanasan!"
 
   
  +
Saat kucapai tangga menuju gerbang sekolah, aku semacam bersyukur ke Taniguchi karena mengobrol denganku, karena panasnya telah mendingin setelah berbicara dengannya.
Begitukah? Begitu pula denganku.
 
   
  +
Di cuaca panas begini, bahkan Haruhi pun hanya bisa tergeletak kelelahan di mejanya, terlihat nestapa di bukit dari kejauhan.
"Kipasi aku dengan bukumu."
 
   
  +
"Kyon, aku mau mendidih nih!"
"Daripada mengipasi orang lain, mending aku mengipasi diriku sendiri. Aku tak punya cukup tenaga di pagi hari untuk membantumu."
 
   
  +
Mungkin begitu. Gue juga sama.
Haruhi masih tergeletak dengan malas di mejanya, tanpa aura angkuh dan cerewetnya.
 
   
  +
"Kipasin aku pake bukumu."
"Apa yang harus dipakai Mikuru-chan selanjutnya?"
 
   
  +
"Mendingan gue ngipasin diri sendiri daripada orang lain. Gue ga punya energi cukup pagi ini buat bantu elo."
Setelah kostum gadis kelinci dan pelayan... tunggu, akankah ada kostum lain?!
 
   
  +
Haruhi tetap tergeletak malas di meja, tanpa aura angkuh dan orator yang biasanya.
"Telinga kucingkah? Atau seragam suster? Mungkinkah ia harus memakai pakaian ratu kali ini?"
 
   
  +
"Menurut kamu Mikuru-chan selanjutnnya pake apa ya?"
Gambaran tentang Asahina-san bermunculan di pikiranku: saat wajahnya memerah dengan tubuh kecilnya menggeliat dan dipaksa untuk memakai semua kostum-kostum itu. Aku mulai sedikit pusing. Ah, dia memang sangat lucu.
 
   
  +
Abis kostum bunny girl dan maid berarti... bentar, bakalan ada kostum lain!?
Sepertinya Haruhi menebak apa yang baru saja kupikirkan dan cemberut padaku. Ia kemudian menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya dengan lembut.
 
   
  +
"Apa telinga kucing ya? Atau suster? Mungkin dia harus berdandan jadi ratu kali ini?"
"Kau seperti orang bodoh," putus Haruhi.
 
   
  +
Gambar-gambar Asahina-san melintas di benakku: yang wajahnya tersipu hebat dengan sosok mungilnya menggeliat dan dipaksa untuk memakai semua macam kostum-kostum itu. Aku mulai pening. Ah, dia emang terlalu manis.
Hey, bukankah kau sendiri yang mengangkat pembicaraan ini? Tapi mungkin ia benar, jadi tak ada gunanya berdebat dengannya.
 
   
  +
Sepertinya Haruhi menebak apa yang kupikirkan dan mengeryit padaku. Ia kemudian mengibas ringan rambutnya ke belakang telinganya.
Saat mengipasi leher seragamnya dengan sebuah buku, ia mengomel, "Aku bosan!"
 
   
  +
"Wajahmu keliatan goblok," nilai Haruhi sendiri.
Mulut Haruhi benar-benar seperti heno-ji. Ia terlihat seperti karakter dalam sebuah komik.
 
   
  +
Woi, bukannya elo yang ngangkat topiknya? Tapi mungkin ia benar, jadi tak ada gunanya berdebat dengannya.
   
  +
Sambil mengipasi leher seragamnya dengan buku, ia menyembur, "Bosan banget nih!"
Bahkan di bawah radiasi intensif cahaya matahari, kami akhirnya dapat bertahan dari jam pelajaran olahraga siang yang bagai neraka. Setelah kelas berakhir, semua orang mengutuk "Okabe sialan! Menyuruh kita berlari maraton untuk dua jam penuh!", sambil melepas seragam olahraga kami, yang telah menjadi lembaran-lembaran pakaian basah, pada ruang kelas jam keenam, sebelum kembali ke ruang kelas jam kelima.
 
   
  +
Mulut Haruhi sempurna seperti [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Heno-ji|heno-ji]]. Ia terlihat seperti karakter komik.
Sebagian besar dari para wanita sudah berganti pakaian, tapi karena pada jam terakhir diadakan absensi, ada beberapa gadis yang mengikuti klub olahraga yang masih mengenakan seragam olahraga untuk kegiatan ekstra kurikuler. Yang membuatku bingung adalah Haruhi, yang tidak terdaftar dalam klub olahraga apa pun, juga mengenakan seragam olahraga.
 
   
"Panas sekali!"
 
   
Betul, itulah alasannya.
 
   
  +
"Memangnya kenapa? Aku masih harus berganti pakaian saat memasuki ruangan klub! Lagipula aku bertugas piket minggu ini, dan aku dapat bergerak lebih bebas dengan baju ini."
 
  +
  +
Bahkan dibawah radiasi kuat sinar matahari, kami berhasil bertahan di jam pelajaran olahraga siang yang bagai neraka. Setelah pelajaran, semua orang mengutuk "Sial tuh Okabe! Nyuruh kita lari maraton dua jam penuh!", sambil melepas seragam olahraga kami, yang telah jadi lembaran-lembaran kain basah, di ruang Kelas 1-6, sebelum kembali ke ruang Kelas 1-5.
  +
  +
Sebagian besar cewek sudah ganti baju, tapi karena jam terakhir itu absensi, ada beberapa yang ikut klub olahraga yang masih pakai seragam olahraganya untuk kegiatan ekstrakurikuler mereka. Yang membuatku bingung adalah kenapa Haruhi, yang tak berhubungan dengan klub olahraga apapun, juga pakai seragam olahraga.
  +
  +
"Terlalu panas!"
  +
  +
Betul, itu alasannya.
  +
  +
"Emangnya napa? Aku masih harus ganti baju pas ke ruangklub! Apalagi aku piket minggu ini, dan aku gerak lebih bebas dengan ini."
   
 
Haruhi memegang dagunya dengan tangannya dan memandang awan mendung yang berkumpul di luar sana.
 
Haruhi memegang dagunya dengan tangannya dan memandang awan mendung yang berkumpul di luar sana.
   
"Itu bukan ide yang buruk."
+
"Bukan ide jelek."
  +
  +
Pake seragam olahraga buat tema cosplay berikutnya bukan ide buruk! Apa? 'Cosplay' bukan kata yang tepat? Gue ga tau dia pengen ngapain, tapi sekarang ini dia sedang berusaha bercosplay jadi cewe SMA!
  +
  +
"Kamu nih mikir apaan sih?"
  +
  +
Tebakan akurat Haruhi bikin aku berpikir apa dia bisa baca pikiran.
   
  +
"Sebelum aku tiba di ruang klub, aku larang kamu ngelakuin hal-hal yang ga senonoh ke Mikuru-chan."
Memakai seragam olahraga untuk tema ''cosplay'' berikutnya bukan ide yang buruk! Apa? '''Cosplay''' bukan kata yang tepat? Aku tak tahu apa yang direncanakannya, tapi sekarang ia sedang berusaha bercosplay sebagai seorang gadis SMU!
 
   
  +
''Berarti gue bisa ngelakuin hal senonoh dong abis loe datang?''
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
 
   
  +
Kusimpan pikiran itu untuk diriku sendiri dan kuangkat kasar lenganku seperti kriminal yang ditodong pistol oleh sheriff di film-film Barat.
Tebakan Haruhi yang akurat membuatku berpikiran ia dapat membaca pikiran.
 
   
"Sebelum aku tiba di ruang klub, aku melarangmu melakukan hal-hal yang tidak senonoh pada Mikuru-chan."
 
   
Apa itu artinya aku dapat melakukan hal itu setelah kau datang?
 
   
Kusimpan pikiran itu untuk diriku sendiri dan kuangkat bahuku dengan kasar seperti seorang kriminal yang sedang diancam pistol oleh seorang sheriff di Film-film Barat.
 
   
   
Seperti biasa, aku mengetuk pintu terlebih dahulu, dan menunggu tanggapan sebelum masuk. Seperti sebuah boneka yang duduk di atas kursi, seorang pelayan manis menyapaku dengan senyuman yang menyilaukan, seperti bunga matahari yang menyapa matahari. Ah, aku merasa hangat!
+
Seperti biasa, kuketuk dulu, dan menunggu balasan sebelum masuk. Seperti boneka yang duduk di kursi, maid manis menyambutku dengan senyum paling cemerlang, seperti bunga matahari menyambut matahari. Ah, gue ngerasa begitu hangat!
   
Nagato duduk di sebelah meja sambil membaca buku, seperti setangkai Camellia yang merekah di musim semi. Argh, majas apa yang sedang kugunakan?
+
Nagato duduk dekat meja sambil baca buku, seperti setangkai [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Kamelia|Kamelia]] mekar di musim semi. Argh, gue bikin majas apaan sih?
   
"Akan kubuatkan secangkir teh"
+
"Saya buatin teh."
   
Dengan memakai bandonya, Asahina-san melangkah ke sisi meja yang berkarat dan menempatkan daun teh ke dalam cangkir dengan hati-hati.
+
Memakai bandonya, Asahina-san melangkah ke sisi meja karatan dan dengan hati-hati memasukkan daun teh ke teko teh.
   
Aku duduk di kursi komandan, dengan gembira mengamati Asahina yang menyibukkan dirinya, saat aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu.
+
Aku duduk di kursi komandan, asyik mengamati Asahina-san yang menyibukkan diri, ketika tiba-tiba kupikirkan sesuatu.
   
Aku cepat-cepat menyalakan komputer dan menunggu harddisknya bekerja. Saat layarnya terlihat, aku membuka sebuah file dan memasukkan password "MIKURU". Seperti yang sudah kuduga, kecepatan proses model terbaru dari Klub Komputer ini mengagumkan. Dalam sekejap, gambar-gambar Asahina-san dengan kostum pelayan muncul di layar monitor.
+
Cepat-cepat kunyalakan komputer dan menunggu hardisknya booting. Segera setelah layarnya muncul, kubuka sebuah file dan memasukkan password "MIKURU". Sudah diduga, kecepatan prosesnya luar biasa di model terbarunya Kelompok Riset Komputer. Dalam sekejap, gambar-gambar Asahina-san berkostum maid muncul di layar monitor.
   
Setelah aku yakin Asahina-san sedang sibuk menyiapkan teh, aku memperbesar salah satu dari gambar-gambar itu lagi dan lagi.
+
Setelah kupastikan Asahina-san sibuk merebus teh, kuperbesar salah satu gambar lagi dan lagi.
   
Gambar itu diambil saat Asahina-san dipaksa berpose seksi oleh Haruhi. Belahannya yang menggairahkan dapat terlihat, dan terdapat tanda hitam kecil pada dada kirinya yang memikat. Kusorot tanda itu dan kuperbesar lagi; gambarnya kini menjadi sedikit kabur, tapi meyakinkan, ada tanda lahir berbentuk bintang.
+
Gambar itu dari waktu Asahina-san dipaksa berpose seksi oleh Haruhi. Belahannya yang menggiurkan dapat terlihat, dan pada payudara kirinya yang memikat ada tanda hitam kecil. Kusorot tanda tersebut dan kuperbesar lagi; gambarnya sedikit kabur, tapi cukup pasti, disana ada tahi lalat berbentuk bintang.
   
 
"Jadi ini ya."
 
"Jadi ini ya."
   
"Apa kau menemukan sesuatu?"
+
"Kamu nemu sesuatu?"
   
Sebelum Asahina-san menempatkan cangkir teh di atas meja, aku dengan cepat menutup semua file gambar. Aku cukup teliti saat menghadapi hal-hal seperti ini. Tentu saja, saat Asahina-san tiba di sisiku, ia takkan menemukan apa pun pada layar.
+
Sebelum Asahina-san menaruh cangkir teh di meja, dengan cepat kututup semua file gambar. Aku cukup teliti ketika menghadapi hal beginian. Tentu saja, disaat Asahina-san datang ke sebelahku, ia takkan menemukan apa pun pada layar.
   
"Huh, apa ini? Ada apa di dalam file "MIKURU" ini?"
+
"Hah, apa nih? 'MIKURU' file ini isinya apa?"
   
Oh tidak! Aku terlalu ceroboh!
+
Oh tidak! Gue terlalu ceroboh!
   
"Kenapa di file ini tertulis namaku? Apa isinya? Aku ingin melihatnya, ayolah! Aku ingin melihatnya!"
+
"Kenapa file itu pake namaku? Apa isinya? Saya lihat ya, ayo dong! Saya lihat ya!"
   
"Er, apa yang ada di dalamnya... huh? Kupikir tak ada apa-apa. Ya, benar, tak ada apa-apa di dalamnya."
+
"Ehm, isinya apa... ya? Apa ya? Kayaknya ga ada apa-apa deh. Iya, itu dia, ga ada apa-apa kok di dalam."
   
  +
"Kayaknya engga deh!"
"Pembohong!"
 
   
Dengan riang, Asahina-san menempatkan lengannya dan bersandar padaku saat ia berusaha menggenggam mouse yang ada di tangan kananku. Tidak, Jose! Kugenggam mouse itu erat-erat, menolak untuk melepaskannya. Asahina-san kemudian menopangkan tubuhnya yang lembut padaku, mencoba menggapai bahuku. Aku dapat mencium baunya yang harum dari wajahku.
+
Dengan riang Asahina-san merentangkan lengannya dan bersandar padaku saat ia berusaha menangkap mouse dari tangan kananku. Nehi kuchi kuchi hotahe! Kugenggam erat mouse itu jadi dia takkan mengambilnya. Asahina-san kemudian menggantungkan tubuh lembutnya padaku, berusaha merayapi bahuku. Dapat kucium bau manisnya dekat dari wajahku.
   
"Asahina-san, tolong lepaskan aku..."
+
"Asahina-san, tolong lepasin aku..."
   
"Ayolah, sedikit saja!"
+
"Ayo dong, ngintip aja kok!"
   
Asahina-san, yang masih menempatkan tangan kirinya pada bahuku saat menggapai mouse, kini sepenuhnya menimpaku; Aku merasa situasi ini menjadi semakin buruk.
+
Asahina-san, yang menempatkan tangan kirinya di bahuku sambil menggapai mouse dengan tangan kananku, kini sepenuhnya pada diriku; kurasa situasinya berubah dari buruk jadi lebih buruk.
   
Tawanya yang lembut terdengar olehku. Tak dapat menahan godaan ini, aku melepaskan genggamanku, dan dalam saat-saat seperti ini...
+
Tawa manisnya meresap masuk dalam kupingku. Tak kuasa menahan godaan seperti itu, kulepaskan genggamanku, dan disaat ini...
   
  +
"Kalian berdua ngapain?"
"Apa yang kalian lakukan?"
 
   
Kami terbekukan oleh suara digin yang bersuhu minus 273 derajat Celcius. Haruhi, dengan memakai seragam olahraga dan membawa tasnya, menunjukkan ekspresi menyeramkan seperti ia baru saja menyaksikan ayahnya memperkosa seorang gadis tak berdosa.
+
Tiba-tiba, kami jadi beku oleh suara dingin, bersuhu [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Nol_Mutlak|minus 273 derajat Celcius]]. Haruhi, memakai seragam olahraga dan membawa tasnya, punya ekspresi menyeramkan seolah-olah ia baru saja menyaksikan ayahnya melecehkan gadis tak berdosa.
   
Detik selanjutnya, Asahina-san yang terpaku mulai bergerak. Ia dengan kikuknya turun dari punggungku, mundur perlahan, kemudian duduk perlahan di atas kursi seperti robot ASIMO yang baterainya hampir habis. Wajah pucatnya sekarang terlihat ingin menangis.
+
Detik selanjutnya, Asahina-san yang terpaku mulai bergerak. Dengan kikuknya turun dari punggungku, mundur perlahan, kemudian duduk perlahan di kursi seperti robot [http://world.honda.com/ASIMO/ ASIMO] yang baterainya hampir habis. Wajah pucatnya sekarang hampir menangis.
   
Haruhi berseru "humph", dan melangkah ke dekat meja menatapku.
+
Haruhi berseru "huh", dan melangkah lebar ke meja melirik sekilas ke padaku.
   
"Jadi, kau tertarik pada kostum pelayan?"
+
"Jadi, kamu punya fetish maid toh?"
   
  +
"Maksud loe apa?"
"Apa yang kau maksud?"
 
   
"Kami akan berganti pakaian."
+
"Aku mau ganti baju."
   
Lakukanlah! Aku hanya akan meminum teh buatan Asahina-san dengan tenang.
+
Terserah loe. Gue cuman bakalan nyeruput teh buatan Asahina-san dengan tenang kok.
   
  +
"Bukannya aku bilang aku mau ganti baju?"
"Bukankah kubilang kami akan berganti pakaian?"
 
   
Jadi?
+
Jadi apa?
   
"JADI KELUARLAH!!!"
+
"KELUAR!!!"
   
Aku ditendangnya keras-keras dan jatuh di koridor, dengan pintu di belakangku ditutup dengan kencang.
+
Dilemparnya aku keluar ke koridor, dan pintu dibanting di belakangku.
   
  +
"Itu maksudnya apaan tuh!?"
"Untuk apa ia melakukan itu!?"
 
   
Bahkan aku tidak punya waktu untuk menaruh cangkirku. Aku menyeka tumpahan teh pada bajuku dengan jari-jariku dan bersandar pada pintu.
+
Bahkan aku tak sempat menaruh cangkirku. Dengan tanganku, kuseka tumpahan teh di jasku, dan lalu bersandar di pintu.
   
Ini aneh. Ada sesuatu yang tidak benar.
+
Perasaan aneh apa ini. Kayaknya ada yang ga biasanya deh.
   
"Ah, itu benar!"
+
"Oh, tau gue!"
   
Biasanya Haruhi berganti pakaian secara terbuka di dalam kelas, tapi sekarang ia baru saja menyingkirkanku keluar ruangan.
+
Biasanya si Haruhi buka-bukaan ganti baju di ruangkelas, tapi sekarang dia baru aja nyingkirin gue keluar ruangan.
   
Sepertinya ia mulai berubah. Mungkin ia mencapai suatu usia dimana ia merasa malu melakukan hal-hal seperti itu? Karena orang-orang di kelas kelima akan selalu keluar kelas saat bel jam olahraga berbunyi, dan tak ada yang benar-benar memperhatikan ia berganti pakaian. Oh ya, orang yang membiasakan kaum pria untuk keluar kelas sebelum jam olahraga berlangsung, Asakura, tak lagi bersama kami.
+
Kayaknya dia mulai berubah. Barangkali dia mencapai usia dimana dia jadi malu dengan hal-hal begituan? Karena anak-anak Kelas 1-5 bakalan buru-buru keluar kelas pas bel jam olahraga berbunyi, ga ada yang benar-benar nyadar dia udah berubah. Oh iya, orang yang ngebiasain para cowo buru-buru keluar kelas sebelum pelajaran olahraga, Asakura, ga bareng kita lagi.
   
Aku duduk di luar pintu untuk sesaat. Suara pakaian-pakaian yang berkelebat sudah berhenti, tapi aku belum mendengar seseorang memanggilku masuk. Maka duduklah aku dan menunggu selama sepuluh menit penuh.
+
Kududuk di luar pintu beberapa saat. Suara baju-baju berkelebat sudah berhenti, tapi aku masih belum dengar ada orang memanggilku masuk. dan jadinya duduklah aku dan menunggu selama sepuluh menit penuh.
   
"Masuklah..."
+
"Silahkan masuk..."
   
Suara kecil Asahina-san terdengar dari balik pintu. Saat pelayan yang tak bercela itu membukakan pintu untukku, di balik bahunya kulihat Haruhi duduk dengan murung di depan meja dengan sepasang kaki putihnya di atas meja. Ia memakai sepasang telinga kelinci pada kepalanya dengan memakai pakaian gadis kelinci yang nostalgis itu. Mungkin ia tak merasa terganggu karena ia tak memakai manset atau dasi. Ia bahkan tak memakai stoking.
+
Suara kecil Asahina-san datang dari balik pintu. Saat maid tak bercela itu membukakan pintu untukku, di balik bahunya kulihat Haruhi duduk murung di meja dengan sepasang kaki putihnya di atas meja. Ia memakai sepasang telinga kelinci panjang di atas kepalanya sementara memakai setelan bunny girl yang penuh kenangan itu. Mungkin ia tak mau repot karena ia tak memakai manset atau dasi. Ia bahkan tak pakai stoking.
   
"Walaupun lengan dan punggungku terasa lumayan dingin, kostum ini sebetulnya lumayan ketat."
+
"Lengan dan punggungku sih seger, tapi kostum ini ga bikin badanku bernafas."
   
Setelah mengatakan itu, Haruhi mengambil cangkirnya dan meminum tehnya dengan nikmat, sementara Nagato meneruskan membaca bukunya.
+
Dengan bilang begitu, Haruhi mengambil cangkirnya dan meminum tehnya seakan-akan dia menikmatinya, sementara Nagato terus membaca bukunya.
   
Dikelilingi seorang pelayan dan seorang gadis kelinci, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi. Jika kubawa dua gadis ini keluar untuk menarik pelanggan, pasti aku akan mendapat keuntungan. Saat aku sedang memikirkan hal ini...
+
Dikelilingi maid dan bunny girl, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi. Kalo gue bawa nih dua cewek keluar buat narik pelanggan, pasti gue bakalan dapet banyak duit. Saat sedang kupikirkan hal ini...
   
"Whoa, apa ini?"
+
"Huah, ada apakah ini?"
   
Koizumi tiba-tiba mengeluarkan bunyi-bunyian aneh saat menyapa semua orang dengan senyumnya.
+
Koizumi tiba-tiba mengeluarkan bunyi aneh saat menyapa semuanya dengan senyumnya.
   
"Apakah ada pesta kostum hari ini? Maafkan aku yang tidak memakai kostum hari ini."
+
"Apakah ada pesta kostum hari ini? Maafkan saya yang tak memakainya hari ini."
   
  +
Stop omongan nyebelin itu -- bikin ceritanya jadi makin rumit aja.
Diamlah, kau tak ingin membuat masalah ini semakin rumit.
 
   
"Mikuru-chan, duduklah di sini."
+
"Mikuru-chan, duduk disini."
   
Jari telunjuk Haruhi mengacung pada seubah kursi di hadapannya. Asahina-san menurut, duduk di depannya, terlihat ngeri akan Haruhi yang mengerikan. Aku berpikir apa yang akan dilakukan Haruhi, hanya untuk melihatnya membuat poni ekor kuda dari rambut Asahina-san yang cokelat dan keriting.
+
Haruhi menunjuk kursi di depannya. Asahina-san duduk dengan punggungnya mengarah Haruhi. Dia gemetaran dan terlihat ketakutan. Aku berpikir apa yang Haruhi akan lakukan, hanya untuk melihatnya mengepang rambut coklat Asahina-san jadi tiga.
   
Sepintas terlihat seperti seorang kakak yang sedang merapikan rambut adiknya. Tapi karena Asahina-san begitu terpaku dan ekspresi Haruhi begitu kosong, membuat adegan yang seharusnya hangat itu menjadi sangat kaku. Sepertinya Haruhi hanya mencoba membuat poni ekor kuda untuk pelayan Asahina-san, itu saja.
+
Sepintas, kelihatannya seperti adegan yang mengharukan, seorang kakak yang sedang merapikan rambut adiknya. Namun, ekspresi Asahina-san kaku ketakutan sementara Haruhi memakai wajah merajuk, membuat yang seharusnya adegan mengharukan itu jadi amat canggung. Kuduga Haruhi hanya ingin melihat maid berkepang tiga saja.
   
Aku menatap Koizumi, yang selalu tersenyum setiap waktu sambil melihat adegan ini, dan akhirnya mengatakan,
+
Aku menoleh ke Koizumi, yang tersenyum sepanjang waktu saat melihat pemandangan ini, dan bertanya,
   
"Mau bermain Othello?"
+
"Mau main Othello?"
   
  +
"Dengan senang hati. Saya belum main itu sudah lama."
"Tentu saja, aku sudah lama tak bermain itu."
 
   
Saat hitam dan putih bertarung memperebutkan papan permainan, (Aku tak pernah tahu kalau Koizumi, yang dapat berubah menjadi bola bercahaya, begitu mudah kalah dalam permainan papan) Haruhi menguncir rambut Asahina-san, lalu melepasnya lagi, kemudian membuat dua ekor kuda, dan sanggul...
+
Saat hitam dan putih berjuang akan supremasi papan, (aku tak pernah tahu kalau Koizumi, yang bisa berubah jadi bola berpendar, begitu buruk dalam permainan papan) Haruhi mengikat kuncir kuda dengan rambut Asahina-san, lalu melonggarkannya, kemudian buat dua kuncir kuda, dan sanggul...
   
(Setiap kali Asahina-san tersentuh oleh tangan Haruhi, ia akan menggigil sepenuhnya) sedangkan Nagato terus mengasyikkan dirinya dengan membaca buku.
+
(Setiap kali Haruhi menyentuh Asahina-san, ia akan menggigil sepenuhnya) sedangkan Nagato terus memanjakan dirinya dengan bukunya.
   
  +
Bagiku, jadi makin sulit untuk mengerti apa maksud kumpul-kumpul ini.
Aku menjadi semakin bingung apa sebenarnya tujuan perkumpulan ini!
 
   
   
Benar saja, hari itu kami melakukan aktifitas SOS Brigade dengan damai. Tak ada satu pun yang berhubungan dengan alien dari dimensi lain, para penjelajah waktu dari masa depan, raksasa-raksasa biru, atau bola-bola merah yang bercahaya pada saat itu. Tak ada seorang pun yang ingin melakukan sesuatu yang spesial, ataupun tahu apa yang harus diperbuat. Kami hanya memperbolehkan diri kami menunggangi aliran waktu, menjalani kehidupan SMU kami dengan bermalas-malasan. Semuanya terasa sangat amat normal.
 
   
Walaupun aku pernah merasa tak puas dengan kehidupan normal, aku selalu berkata pada diriku sendiri "Mengapa kau begitu memikirkannya? Kau punya banyak waktu." Kemudian aku akan sekali lagi mengharapkan hari esok.
 
   
Walaupun begitu, aku merasa sedikit senang. Aku datang tanpa tujuan di ruangan klub ini dan melihat Asahina-san bekerja dengan giat seperti pelayan sungguhan, Nagato duduk seperti patung Buddha, Koizumi dengan senyuman manisnya, dan Haruhi dengan ayunan suasana hatinya. Semua ini memberikan aura kenormalan yang lengkap, dan semua ini menjadi bagian dari kehidupan SMUku yang memuaskan di luar dugaanku. Walaupun aku sudah menjalani kenyataan seorang teman sekelas yang mencoba membunuhku dan melihat monster ganas muncul di dunia yang serba abu-abu, aku masih tidak yakin itu semua bukan khayalan dari imajinasiku, hasil dari hipnotis, ataupun halusinasi.
 
   
  +
Benar saja, hari itu kami melakukan aktifitas Brigade SOS dengan damai. Tiada yang berhubungan dengan alien dari dimensi lain, para penjelajah waktu dari masa depan, raksasa-raksasa biru, atau bola-bola merah bercahaya terjadi pada saat itu. Tak seorangpun ingin berbuat apapun yang spesial, juga tak seorangpun tahu apa yang seharusnya diperbuat. Kami hanya merelakan diri kami menunggangi aliran waktu, menghidupi kehidupan SMA kami dengan bermalas-malasan. Semuanya tampak benar-benar normal.
Aku masih merasa terganggu saat Haruhi menggeretku memasuki klubnya, tapi dari sudut yang lebih dalam, hanya karena dialah aku dapat bergaul dengan damai bersama orang-orang menarik seperti mereka. Menyingkirkan pertanyaan "Kenapa aku?", mungkin suatu hari kelak akan ada manusia normal lainnya yang ingin bergabung dengan klub ini.
 
   
  +
Walaupun aku merasa tak puas dengan kehidupan normal seperti itu, aku selalu bilang pada diriku sendiri "Kenapa dipikirin terus? Loe punya banyak waktu kok." Dan kemudian aku akan sekali lagi mengharapkan hari esok.
Ya, aku telah memikirkan masalah ini cukup lama sekarang.
 
   
  +
Walau begitu, aku lumayan bahagia. Aku datang tanpa tujuan ke ruangklub ini dan menonton Asahina-san sibuk bekerja seperti maid sungguhan, Nagato duduk seperti patung Budha, Koizumi dengan senyum cemerlangnya, dan Haruhi dengan ayunan suasana hatinya. Semua ini menebar aura kenormalan yang komplit, namun semua ini telah jadi bagian dari kehidupan SMAku yang herannya memuaskan. Walau aku sudah mengalami pengalaman surreal soal teman sekelas yang berusaha membunuhku dan melihat monster ganas muncul di dunia kelabu, aku tidak yakin itu semua bukan khayalan dari imajinasiku, hasil hipnotis, ataupun semacam halusinasi.
Seseorang akan memberitahukanku tentang ini, kan?
 
   
  +
Aku masih merasa agak kesal ke Haruhi karena menyeretku ke klubnya, tapi dari perspektif yang lebih dalam, hanya karena dialah aku bisa bergaul damai dengan orang-orang yang begitu menarik. Mengenyampingkan pertanyaan "Kenapa gue?", mungkin kelak disuatu hari akan ada manusia normal lain sepertiku yang ingin gabung dengan klub ini.
Masih juga ada seseorang yang belum pernah memikirkan hal ini.
 
   
  +
Ya, telah kupikirkan masalah ini sudah agak lama sekarang.
Benar, seseorang itu adalah Suzumiya Haruhi.
 
   
  +
Semua orang juga akan memikirkan ini, kan?
Malam itu, setelah makan malam dan mandi, dan menyelesaikan revisiku untuk pelajaran Bahasa Inggris besok, aku melihat jam dan sadar bahwa sekarang sudah waktunya tidur. Aku berbaring di atas kasurku dan membuka buku bersampul tebal yang ditempatkan Nagato pada tanganku dulu. Kupikir sedikit membaca takkan menyakitkan, jadi kubaca beberapa halaman pertama. Ternyata ceritanya menarik, jadi kuteruskan halaman demi halaman. Kau benar-benar harus mencoba membaca untuk mengetahui sebagaimana nikmatnya membaca buku. Membaca sama sekali tidak seburuk itu!
 
   
  +
Namun, masih ada juga orang yang belum pernah memikirkan ini.
Merasa mustahil untuk menyelesaikan buku setebal itu dalam semalam, kutaruh buku itu setelah membaca monolog yang begitu panjang oleh seorang protagonisnya. Rasa mengantuk menghantuiku, dan setelah menempatkan pembatas buku dengan tulisan Nagato pada buku itu, kumatikan lampu dan merangkak ke dalam selimutku. Dalam beberapa menit, aku sudah di alam mimpi.
 
   
  +
Itu benar, orang itu adalah Suzumiya Haruhi.
   
   
Kau tahu kenapa manusia bermimpi? Mimpi terbagi menjadi Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM), dan keduanya bergantian secara periodik. NREM terjadi beberapa menit saat seseorang mulai tertidur, dengan otak yang biasanya dalam kondisi stabil dalam tingkatan ini. Tingkatan saat kesadaran tubuh hilang, dengan otak menjadi sangat aktif disebut REM, dan mimpi akan terjadi dalam tingkatan ini. Saat pagi hari, frekuensi REM akan meningkat, yang artinya hampir semua orang akan bermimpi sampai mereka terbangun. Aku bermimpi setiap malam, tapi karena biasanya aku bangun terlambat setiap hari, aku jadi tergesa-gesa berangkat ke sekolah sehingga biasanya aku melupakan mimpiku semalam. Namun terkadang aku tiba-tiba teringat mimpi yang telah lama terlupakan bertahun-tahun yang lalu. Struktur memori manusia memang luar biasa.
 
   
Baiklah, cukup sekian percakapan lepas ini. Aku tak mempedulikannya sama sekali.
 
   
  +
Aku merasa seseorang menampar wajahku. Pergilah! Aku lelah! Jangan ganggu mimpiku!
 
  +
Malam itu, setelah makan malam dan mandi, dan menyelesaikan perbaikan untuk pelajaran Bahasa Inggris besok, kulihat jam dan menemukan bahwa sudah waktunya tidur. Aku berbaring di kasurku dan membuka buku tebal hardcover yang Nagato jejali ke lenganku. Kupikir baca cepat takkan menyakitkan, jadi dengan santai kubaca beberapa halaman pertama. Ceritanya herannya menarik, jadi kuteruskan halaman demi halaman. Kau benar-benar harus membacanya untuk memahami betapa nikmatnya buku itu. Baca itu ga jelek juga kok!
  +
  +
Namun, mustahil menyelesaikan buku setebal itu dalam semalam, jadi kutaruh buku itu setelah membaca monolog yang amat panjang oleh salah satu protagonisnya. Rasa kantuk mengalahkanku, dan setelah menempatkan pembatas buku dengan tulisan Nagato ke dalam buku itu, kumatikan lampu dan merangkak dalam selimutku. Dalam beberapa menit, aku sudah di alam mimpi.
  +
  +
  +
  +
  +
  +
Kau tahu bagaimana manusia bermimpi? Tidur itu dibagi jadi dua tipe, dan keduanya dikategorikan sebagai tidur REM (Rapid Eye Movement) dan tidur non-REM. Keduanya bergantian secara periodik. Tidur non-REM terjadi beberapa jam pertama setelah seseorang tertidur, dengan otak yang biasanya dalam kondisi seperti stasis. Tidur REM berkenaan dengan kondisi yang tubuh itu tak sadar sedangkan otak jadi sedikit aktif, dan mimpi akan terjadi dalam tahap ini. Di pagi hari, frekuensi keadaan REM akan meningkat, artinya hampir semua orang akan bermimpi sampai tepat disaat mereka bangun. Aku sendiri bermimpi setiap malam, tapi karena aku biasanya bangun telat, aku begitu tergesa-gesa berangkat ke sekolah sehingga biasanya aku lupa mimpiku semalam. Namun, terkadang aku tiba-tiba ingat mimpi yang telah lama terlupakan bertahun-tahun yang lalu. Benar-benar luar biasa bagaimana memori manusia itu disusun.
  +
  +
Baiklah, cukup sekian obrolan santai. Sebenarnya, aku samasekali tak peduli.
  +
  +
Aku merasa seseorang menampar wajahku. Pergi sana! Gue capek! Jangan ganggu mimpi gue!
   
 
"......Kyon."
 
"......Kyon."
   
Jam wekerku belum berbunyi. Kalaupun sudah, aku pasti sudah mematikannya dengan segera, dan masih ada beberapa waktu sebelum ibuku mengutus adikku untuk menarikku turun dari ranjang.
+
Jam weker gue belum bunyi juga. Kalaupun udah, gue pasti udah langsung matiin itu, dan masih ada waktu sebelum ibu ngirim adik gue buat nyeret gue keluar ranjang.
   
  +
"Bangun napa sih."
"Bangunlah."
 
   
Tidak! Aku ingin tidur lebih lama lagi. Aku tak punya waktu untuk mimpi-mimpi yang aneh.
+
Engga! Gue pengen tidur lebih lama lagi. Gue ga punya waktu buat mimpi-mimpi yang aneh.
   
"Kubilang bangun! Tak Dapatkah kau mendengarku?"
+
"Kubilang bangun! Kamu bisa denger aku ga sih?"
   
Tangan-tangan yang melingkari leherku kini tak berhenti menggeleng-gelengkan kepalaku. Akhirnya kubuka mataku saat aku merasa kepala bagian belakangku membentur lantai yang keras.
+
Tangan-tangan yang melingkari leherku kini tak henti-hentinya menggoncang-goncangkanku. Akhirnya kubuka mataku saat aku merasa belakang kepalaku membentur lantai yang keras.
   
 
Lantai yang keras?
 
Lantai yang keras?
   
Aku duduk, terlihat bingung. Haruhi melihatku dan mundur untuk menghindari kepala kami berbenturan satu sama lain.
+
Aku duduk tegak, melihat bingung. Haruhi menatapku dan mundur untuk menghindari kepala kami berbenturan satu sama lain.
   
"Akhirnya kau bangun?"
+
"Kamu bangun sekarang?"
   
Berlutut di sampingku adalah Haruhi dengan seragam pelautnya. Wajah putihnya menunjukkan ekspresi gelisah.
+
Berlutut di sampingku adalah Haruhi dengan seragam sailornya. Wajah putihnya menunjukkan ekspresi gelisah.
   
"Kau tahu di mana ini?"
+
"Kau tahu dimana ini?"
   
Tentu saja aku tahu; kita ada di SMU Utara, sekolah kita, dan sekarang kita ada di tangga menuju locker sepatu dekat gerbang sekolah. Tidak ada lampu yang menyala, dan sekolah saat malam terlihat kelabu......
+
Tentu aja gue tau; kita di SMA North, sekolah kita, dan sekarang ini kita ada di tangga depan loker sepatu dekat gerbang sekolah. Ga ada lampu yang nyala, dan sekolah pas malam keliatan kelabu di depan kita......
   
Tidak, ada sesuatu yang tidak benar.
+
Engga, ada yang salah.
   
Tidak ada langit malam di atas.
+
Tiada langit malam diatas.
   
Hanya horizon kelabu yang lebar. Langit yang monoton. Tidak ada bulan ataupun bintang, tak satupun awan. Hanya langit se-abu-abu dinding beton.
+
Hanya ufuk lebar kelabu. Langit monoton. Tiada bulan ataupun bintang, bahkan tiada satu awan pun. Hanya langit sekelabu dinding beton.
   
Dunia yang terselubung dalam kesepian dan kegelapan.
+
Dunia terselubung dalam kesunyian dan kegelapan.
   
  +
Ini Dimensi Tertutup.
Ini adalah Kenyataan Terkurung.
 
   
Aku perlahan bangkit. Aku terkejut karena aku tak memakai pakaian piyamaku, tapi seragam sekolahku.
+
Aku perlahan bangkit. Aku heran aku tak pakai piyama, tapi seragam sekolahku.
   
"Saat aku bangun, tiba-tiba aku sudah di sini, dan kau di sisiku. Apa yang terjadi di sini? Kenapa kita di sekolah?"
+
"Pas aku bangun, aku sudah disini, terus kau di sebelahku. Ada apa ya disini? Kenapa kita di sekolah?"
   
Haruhi bertanya dalam suara lembut yang abnormal. Aku tak langsung menjawabnya, tapi menggapai tanganku untuk merasakannya. Dari rasa sakit dari cubitan di punggung tanganku, hingga pakaian yang melingkupi tubuhku, tak terasa seperti mimpi. Aku menarik dua lembar rambutku. Aku benar-benar merasa sakit.
+
Tanya Haruhi dalam suara lembut yang abnormal. Aku tak langsung menjawabnya, malahan merentang lenganku untuk merasakan. Dari rasa sakit cubitan di punggung tanganku, hingga merasakan pakaian di tubuhku, tak terasa seperti mimpi. Kutarik dua lembar rambutku. Kudapati rasanya sakit sekali.
   
"Haruhi, apa hanya ada kita berdua di sini?"
+
"Haruhi, apa cuman kita berdua aja disini?"
   
"Ya, aku seharusnya tertidur di balik selimutku. Kenapa kita ada di sini? Dan langitnya terlihat aneh......"
+
"Ya, aku seharusnya tidur di balik selimutku. Kenapa kita muncul disini? Dan langitnya keliatan aneh......"
   
"Apa kau melihat Koizumi?"
+
"Udah ngeliat Koizumi?"
   
"Tidak......kenapa kau menyebutnya?"
+
"Belum......kenapa kau nyebut dia?"
   
"Tak ada apa-apa, hanya bertanya."
+
"Ga papa, nanya doang."
   
Jika Kenyataan Terkurung ini diciptakan oleh sebuah gempa di batas dimensi atau faktor luar, pasti ada raksasa bercahaya dan Koizumi ada di sini juga.
+
Kalo Dimensi Tertutup ini dibikin oleh gempa di batas dimensi atau oleh faktor eksternal, seharusnya ada raksasa bercahaya dan Koizumi ada disini juga.
   
"Daripada itu, ayo kita tinggalkan sekolah sekarang! Mungkin kita akan menemukan seseorang."
+
"Ngomong-ngomong, kita tinggalin sekolah sekarang! Mungkin kita bakalan ketemu sama orang."
   
"Bagaimana bisa kau tidak khawatir sedikit pun?"
+
"Kok bisa kamu ga keliatan kuatir samasekali?"
   
Aku sudah pasti khawatir, terutama saat melihat kau di sini juga. Bukankah ini tempat bermain untuk raksasa-raksasa yang kau ciptakan? Atau aku terlalu sensitif dan hanya bermimpi tentang semua ini? Berdua bersama Haruhi di kenyataan yang kosong......jika Sigmund Freud di sini, dia pasti bisa menganalisis hal ini untukku!
+
Pastinya gue kuatir, apalagi ngeliat loe disini juga. Bukannya ini tempat main raksasa-raksasa yang loe bikin? Ato gue yang oversensitif dan cuman ngimpiin semua ini? Duaan bareng Haruhi di Dimensi kosong......kalo [http://id.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud Sigmund Freud] ada disini, dia pasti nganalisis ini buat gue!
   
Aku masih berada di kejauhan dari Haruhi saat kami berjalan ke gerbang sekolah, saat kami terbendung oleh tembok yang tak terlihat. Aku masih ingat rasa elastis dari tembok ini. Tembok ini dapat didorong sedikit, namun segera setelah itu, tembok lain yang lebih keras akan membendung segala usaha untuk masuk lebih dalam.
+
Aku tetap menjauh dari Haruhi saat kami berjalan menuju gerbang sekolah, ketika kami terhalang oleh tembok tak kasat mata. Aku masih ingat rasa elastis tembok ini. Bisa didorong sedikit ke dalam, tapi segera setelah itu, tembok lain yang lebih keras akan membendung segala usaha untuk menembus lebih dalam.
   
 
"......Apa ini?"
 
"......Apa ini?"
   
Haruhi menggapaikan tangannya dan mencoba mendorong tembok yang tak terlihat, sambil bertanya dengan mata yang terbuka lebar. Aku berjalan sepanjang lapangan dan menjejak tembok itu.
+
Haruhi menggapai dan mencoba mendorong tembok tak kasat mata ini, sambil bertanya dengan mata terbelalak. Aku berjalan sepanjang lapangan lari dan menelusuri tembok.
   
Sepertinya kami terjebak di dalam sekolah.
+
Sepertinya kami terjebak dalam sekolah.
   
"Tampaknya tak ada jalan untuk keluar dari sekolah."
+
"Kayaknya ga ada jalan buat keluar sekolah."
   
Aku tidak dapat merasakan hembusan angin. Rasanya seperti udara telah berhenti bergerak.
+
Aku tak dapat merasakan angin. Seolah-olah bahkan udara pun telah berhenti mengalir.
   
"Ayo kita coba gerbang belakang!"
+
"Kita coba gerbang belakang yuk!"
   
"Oh ya, apakah ada cara untuk mengontak seseorang? Ayo kita cari telepon. Aku tidak membawa handphone-ku."
+
"Oh ya, apa ada cara buat ngontak seseorang? Kita cari telepon. Aku ga bawa HPku."
   
Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang dibicarakan Koizumi, maka mencari telepon pun akan sia-sia. Walaupun begitu, kami masih memutuskan untuk memasuki bangunan sekolah untuk mencarinya. Seharusnya ada telepon di ruangan staff.
+
Kalau ini Dimensi Tertutup yang Koizumi bilang padaku, maka mencari telepon akan sia-sia. Walau begitu, kami masih memutuskan untuk masuk ke gedung sekolah untuk mencarinya. Seharusnya ada telepon di ruangan guru.
   
Sekolah ini terlihat mengerikan dalam kegelapan dengan semua lampunya dimatikan. Kami melewati locker sepatu dan dengan tenang memasuki bangunan sekolah. Sepanjang jalan, kami menyalakan lampu lantai satu, dan lampu langit-langit menyala sekali. Walaupun cahaya-cahaya buatan itu dingin, lampu-lampu ini cukup untuk mendatangkan sedikit perasaan lega untukku dan Haruhi.
+
Sekolah kelihatan seram di kegelapan dengan semua penerangan dimatikan. Kami melewati loker sepatu dan dengan diam memasuki gedung sekolah. Sepanjang jalan, kami menyalakan lampu lantai satu, dan lampu langit-langit langsung menyala. Walaupun lampu-lampu itu adalah penerangan buatan yang dingin, lampu-lampu itu cukup untuk mengeluarkan desahan lega dariku dan Haruhi.
   
Setelah yakin tidak ada seorang pun di dalam kelas pada lantai itu, kami menuju ke ruangan staff. Biasanya, ruangan staff terkunci, jadi aku mengambil pemadam api terdekat, menghancurkan jendelanya, dan masuk melalui jendela itu.
+
Setelah memastikan tak ada seorang pun di ruangkelas di lantai itu, kami menuju ruangan guru. Biasanya, ruangan guru terkunci, jadi kuambil pemadam api terdekat, memecahkan jendelanya, dan masuk melaluinya.
   
"......Tampaknya tidak bekerja."
+
"......Kayaknya ga jalan."
   
Haruhi menggenggam telepon pada telinganya, namun tak dapat mendengar apa pun. Ia mencoba menghubungi beberapa nomor, namun tak ada hasilnya.
+
Haruhi memegang telepon pada telinganya, namun tak dapat mendengar apapun. Ia coba menghubungi beberapa nomor, namun tiada hasil.
   
Kami keluar dari ruangan itu, menyalakan semua lampu sepanjang jalan, dan menaiki tangga, atas saran Haruhi untuk kembali ke ruang kelas kami. Karena letak kelas kelima berada di lantai atas, mungkin kita dapat menemukan sesuatu dengan melihat ke bawah dari atas.
+
Kami tinggalkan ruang guru, menyalakan semua lampu di sepanjang jalan, dan naik tangga, karena Haruhi menyarankan kami kembali ke ruang kelas kami. Karena letak Kelas 1-5 ada di lantai atas, mungkin kami bisa dapat sesuatu dengan melihat ke bawah dari atas.
   
Haruhi masih menggenggam jaketku saat kami berjalan melalui koridor. Jangan bergantung padaku; aku tak punya kekuatan supranatural sama sekali. Jika kau setakut itu, genggamlah lenganku! Itu terlihat lebih alami!
+
Haruhi tetap memegang jaketku saat kami berjalan menyusuri koridor. Jangan ngandelin gue; gue ga punya kekuatan supranatural samasekali. Kalo loe setakut itu, gaet lengan gue! Keliatan lebih alami tau!
   
  +
"Brengsek."
"Bodoh!"
 
   
Haruhi cemberut padaku, tapi jari-jarinya tak pernah melepaskan jaketku.
+
Haruhi mengernyit padaku, tapi jari-jarinya tak pernah melepas jaketku.
   
Tak ada yang berubah di kelas kelima; tepat seperti tadi saat kami meninggalkan sekolah.
+
Tiada yang berubah di Kelas 1-5; sama seperti saat kami tinggalkan sehabis sekolah.
   
 
"......Kyon, lihat......"
 
"......Kyon, lihat......"
   
Haruhi terdiam setelah berjalan melewati jendela. Aku berjalan ke sampingnya dan melihat situasinya.
+
Haruhi terdiam setelah berjalan menuju jendela. Aku berjalan ke sampingnya dan melihat situasinya.
   
Semua di sekitar kami adalah dunia abu-abu. Melihat ke bawah dari lantai empat, aku bahkan dapat melihat garis di seberang daratan. Kegelapan adalah pemandangan yang didapat, tanpa satu cahaya pun. Benar-benar seperti akhir dari dunia.
+
Di sekeliling kami adalah dunia abu-abu gelap. Melihat ke bawah dari lantai empat di puncak bukit, aku bahkan bisa lihat cakrawala jauh dari tepi pantai. Semuanya gelap dalam panorama, bahkan tanpa satu pun lampu menyala. Rasanya seperti kiamat.
   
 
"Tempat apa ini......"
 
"Tempat apa ini......"
   
Apa yang terjadi bukanlah sejumlah populasi yang hilang, namun sebaliknya, kami yang menghilang. Sepertinya kami terjebak dalam Kenyataan Terkurung ini secara tak sengaja.
+
Bukan seluruh penduduknya menghilang, tapi sebaliknya, kamilah yang menghilang. Tampaknya kami terantuk ke Dimensi Tertutup ini secara tak sengaja.
   
"Ini terasa aneh."
+
"Rasanya aneh."
   
Haruhi menyentuh bahunya sambil menggumam.
+
Haruhi menyentuh bahunya dan bergumam.
   
   
   
Tak tahu ke mana lagi kami harus pergi, kami kembali ke ruangan klub tempat kami menghabiskan siang hari tadi. Karena aku telah mencuri kunci-kunci dari ruangan staff, kami dapat membuka pintu klub dan masuk.
 
   
Kami berdua bernafas lega setibanya kembali di ruangan yang tak asing lagi.
 
   
  +
Karena kami tak tahu kemana lagi harus pergi, kami kembali ke ruangklub tempat kami baru saja menghabiskan sore tadi. Karena aku telah mencuri kuncinya dari ruang guru, kami dapat membuka pintunya dan masuk.
Kami menyalakan radio, tapi tak dapat mendengar statik apa pun. Ruangan klub ini begitu tenang hingga suara menuangkan teh pun dapat terdengar. Aku tak begitu berniat mengganti daun teh, jadi kubuat teh menggunakan daun teh yang sudah terpakai dan tak berasa. Haruhi duduk di sampingku, memperhatikan dunia abu-abu di luar sana.
 
   
  +
Kami berdua bernafas lega kembali ke ruangan tak asing, yang diterangi dengan baik.
"Kau ingin teh"
 
   
  +
Kami nyalakan radio, tapi kami bahkan tak bisa mendengar suara kresek apapun. Ruangklub begitu sunyi sampai-sampai hanya suaraku menuang teh pun bisa terdengar. Aku tak begitu tertarik mengganti daun teh, jadi aku bikin teh dengan daun teh yang sudah terlalu terpakai dan tak berasa. Haruhi berdiri di sampingku memandang jelas dunia kelabu di luar sana.
"Tidak."
 
   
  +
"Loe mau teh"
Kuambil cangkirku, menarik kursi, lalu duduk. Kuserutup tehku. Huh, teh yang dibuat Asahina-san jauh lebih baik daripada ini.
 
   
  +
"Engga."
"Apa yang terjadi di sini?! Aku tak mengerti! Tempat apa ini? Mengapa aku di sini?"
 
   
  +
Kuambil cangkirku, menarik keluar kursi, dan duduk. Kuseruput tehku. Haah, teh yang dibuat Asahina-san jauh lebih baik daripada ini.
Haruhi berdiri di sisi jendela dan melihat keluar; bayang-bayangnya terlihat begitu lemah.
 
   
  +
"Emangnya disini ada apaan sih?! Aku ga ngerti! Ini tempat apaan? Kenapa aku disini?"
"Dan mengapa aku bersamamu, bukan orang lain?"
 
   
  +
Haruhi berdiri dekat jendela dan menghadap keluar; bayangannya kelihatan begitu lemah.
"Mana aku tahu!?"
 
   
  +
"Dan kenapa aku sama kamu, dari semua orang?"
Haruhi mengibaskan rambutnya dan cemberut melihat tanggapanku.
 
   
  +
"Menegetehe!?"
"Aku akan keluar untuk melihat-lihat." Katanya sambil meninggalkan ruangan. Tepat saat aku akan berdiri......
 
   
  +
Haruhi mengibas rambutnya dan mengernyit akan tanggapanku.
"Kau di sini saja, aku akan kembali lagi."
 
   
  +
"Aku keluar mau lihat-lihat." Katanya dan lanjut meninggalkan ruangan. Tepat saat aku mau berdiri juga......
Ia segera meninggalkan ruangan setelah mengatakan itu. Benar-benar seperti sikap Haruhi! Saat mendengar langkah energik Haruhi menghilang dan meneguk teh hangatku, benda itu muncul.
 
   
  +
"Kau disini aja, aku balik bentar lagi."
Bola cahaya merah yang bersinar. Awalnya sebesar bola tennis, kemudian bola itu membesar, bercahaya seperti kunang-kunang sebelum akhirnya membentuk wujud yang mirip manusia.
 
   
  +
Ia segera meninggalkan ruangan setelah bilang begitu. Haruhi banget yang kayak begituan! Sambil mendengar langkah enerjik Haruhi menghilang dan menyeruput teh hangat tak berasaku, benda itu muncul.
"Koizumi, itukah kau?"
 
   
  +
Sebuah bola kecil merah yang bersinar. Awalnya sebesar bola pingpong, kemudian bola itu tumbuh besar, bersinar seperti kunang-kunang sebelum akhirnya mengambil bentuk manusia.
Di hadapanku berdiri bentuk manusia yang bersinar, tapi aku tak dapat melihat penampilan Koizumi sepenuhnya, termasuk mata, hidung, dan mulut.
 
   
  +
"Koizumi, itu elo ya?"
"Hai." Suara yang santai terdengar dari obyek bersinar itu.
 
   
  +
Di hadapanku ada bentuk manusia yang bersinar, tapi aku tak dapat melihat penampilan Koizumi dengan jelas, termasuk mata, hidung, dan mulutnya.
"Cukup lama juga kau muncul! Kupikir kau akan muncul dalam wujud manusiamu....."
 
   
  +
"Halo, yang disana." Suara santai datang dari dalam obyek bersinar itu.
"Hal-hal menjadi semakin rumit, jadi akan membutuhkan cukup waktu untuk menjelaskannya. Aku akan jujur; ini adalah kejadian yang tidak normal!" Cahaya merah itu sedikit berkedip. "Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang normal, aku dapat masuk dengan mudah, tapi tidak kali ini. Aku harus muncul dalam wujud tak sempurnaku. Kekuatan kami menghilang perlahan-lahan, bahkan saat kita berbicara."
 
   
  +
"Loe telat banget sih! Gue pikir loe bakalan muncul di wujud manusia loe....."
"Apa yang terjadi? Apakah hanya aku dan Haruhi yang berada di sini?"
 
  +
  +
"Saya tahu. Itulah yang akan saya jelaskan padamu juga. Ada alasan tepat kenapa saya begitu tertunda. Sejujurnya; Ini darurat!" Cahaya merah itu sedikit gemetar. "Jika ini adalah Dimensi Tertutup biasa, saya dapat masuk dengan mudah, tapi tidak kali ini. Saya harus muncul dalam wujud tak sempurna ini, dan karena saya butuh beberapa bantuan dari rekan-rekan saya sebelum saya akhirnya bisa masuk sini, saya bahkan tak bisa tetap di keadaan ini lama-lama. Kekuatan kami menghilang perlahan-lahan, bahkan saat kita berbicara."
  +
  +
"Emangnya ada apaan sih? Apa cuman gue dan Haruhi aja disini?"
   
 
"Ya," jawab Koizumi.
 
"Ya," jawab Koizumi.
   
"Ini artinya apa yang kami takutkan akhirnya terjadi. Suzumiya-san sudah bosan dengan kenyataan ini, dan ia memutuskan untuk menciptakan kenyataan yang baru."
+
"Berarti apa yang kami takutkan akhirnya terjadi. Suzumiya-san sudah bosan akan realitas ini, dan ia putuskan untuk menciptakan yang baru."
   
 
"......"
 
"......"
   
"Para petinggi kami sekarang sedang panik. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi pada sebuah dunia jika tuhannya telah menghilang. Walaupun ada kemungkinan dunia itu tetap dapat bertahan selama Suzumiya-san memutuskan untuk memberinya belas kasihan, ada juga kemungkinan dunia ini akan lenyap seketika."
+
"Para atasan kami sekarang panik total. Tak ada seorangpun yang tahu apa jadinya dunia ketika tuhannya menghilang. Walau ada kemungkinan dunia akan bertahan selama Suzumiya-san memutuskan untuk mengampuninya, ada juga kemungkinan akan lenyap seketika."
   
"Apa yang ingin kau sampaikan......?"
+
"Loe pengen bilang apa......?"
   
"Sederhananya," cahaya merah itu kini berkedip-kedip seperti api, "Kau dan Suzumiya-san telah menghilang dari dunia kami. Dunia ini bukan Kenyataan Terkurung tapi kenyataan baru yang diciptakan oleh Suzumiya-san. Kenyataan Terkurung yang kita lihat sebelumnya kemungkinan hanya latihan sebelum ia memutuskan untuk benar-benar menciptakan ulang dunia ini."
+
"Sederhananya," cahaya merah itu kini meliuk seperti api, "Anda dan Suzumiya-san kini telah menghilang dari dunia kita. Dunia ini bukan Dimensi Tertutup tapi sebaliknya dimensi jenis baru yang diciptakan oleh Suzumiya-san. Dimensi-Dimensi Tertutup yang kita lihat sebelumnya barangkali hanya latihan sebelum ia putuskan untuk benar-benar menciptakan ulang dunia ini."
   
Lelucon yang menarik, tapi aku tak tahu bagaimana mestinya aku tertawa sekarang. Ha ha ha.
+
Lelucon yang menarik, tapi gue ga tahu gimana caranya gue ketawa sekarang. Ha ha ha.
   
"Aku tak bergurau. Dunia ini mungkin yang paling mendekati dunia yang diinginkan Suzumiya-san. Kami masih tak yakin dunia apa yang ia inginkan, tapi kita akan tahu jawabannya segera."
+
"Saya tidak bergurau. Dunia ini mungkin dunia yang paling mendekati yang Suzumiya-san inginkan. Kami masih tak yakin dunia apa yang ia ingini, tapi kita seharusnya dapat jawabannya segera."
   
"Mari kita singkirkan masalah itu dulu, masalah sebenarnya adalah mengapa aku di sini?"
+
"Mari kita kesampingkan masalah itu dulu, masalah sebenarnya adalah kenapa gue disini?"
   
"Kau benar-benar tak mengerti? Kau adalah orang yang terpilih oleh Suzumiya-san. Kaulah satu-satunya manusia dari dunia kami yang diinginkan Suzumiya untuk bersamanya. Kukira kau sudah mengerti hal itu sekarang." Cahaya di sekeliling Koizumi sekarang meredup seperti senter yang kehabisan baterai, terang cahayanya menghilang dengan jelas. "Aku hampir mencapai batasku sekarang. Dalam kondisi seperti ini, aku tak akan dapat melihatmu lagi; di sisi lain, aku sedikit teringankan karena aku tak lagi harus memburu Avatar-avatar itu lagi."
+
"Anda betulan tidak tahu? Anda adalah orang yang dipilih oleh Suzumiya-san. Andalah satu-satunya orang di dunia kita yang Suzumiya-san inginkan bersama. Saya kira anda telah menemukan hal itu sekarang." Cahaya di sekeliling Koizumi sekarang berkelip redup seperti senter kehabisan baterai, kecerahannya jelas-jelas melemah. "Saya mau mencapai batasku sekarang. Jika begini terus, saya takkan pernah bisa melihatmu lagi; di sisi lain tapinya, saya agak lega karena saya tak lagi harus memburu para Avatar itu lagi."
   
"Haruskah aku hidup sendirian dengan Haruhi di dunia yang kelabu ini?"
+
"Apa harus gue hidup sendirian bareng Haruhi di dunia kelabu begini?"
   
"Di dunia ini, kalian seperti Adam dan Hawa. Bekerja keraslah dalam mempopulasikan dunia lagi, dan semua akan baik-baik saja."
+
"Kalian berdua seperti Adam dan Hawa. Bila kalian punya bayi-bayi untuk mempopulasi ulang dunia, akan baik-baik saja, bukan?"
   
"......Aku begitu ingin memukul wajahmu sekarang."
+
"......Diem ato gue tonjok loe."
   
"Hanya bercanda! Sekarang kondisi terkurung ini mungkin hanya sementara, tapi sesegera mungkin ini akan menjadi mirip dengan dunia yang kau kenal. Walaupun dunia ini akan menjadi benar-benar berbeda dari dunia tempat kita berasal. Mulai sekarang, dunia ini akan dianggap sebagai dunia yang sebenarnya, sementara kenyataan yang sebelumnya akan dianggap Kenyataan Terkurung. Mengenai apa perbedaan antara dua dunia ini, sayangnya kami tidak tahu. Jika aku cukup beruntung untuk terlahir kembali di dunia yang baru, aku bergantung padamu untuk menunjukkanku alam sekitar."
+
"Hanya bercanda! Sekarang kondisi tertutup ini mungkin hanya sementara, tapi sesegera mungkin akan menjadi mirip dengan dunia yang anda kenal. Namun, dunia ini akan benar-benar berbeda dari dunia tempat kita berasal. Adapun sekarang, dunia ini bisa dianggap sebagai dunia nyata, sementara realitas asli seharusnya dianggap Dimensi Tertutup. Soal apa perbedaan antara dua dunia ini, sayangnya kami tidak tahu. Bila saya cukup beruntung untuk terlahir kembali di realitas baru, saya mengandalkan anda untuk mengantar saya melihat-lihat."
   
Saat ini, obyek berbentuk manusia Koizumi mulai berpencar kemudian, seperti bintang yang kehabisan bahan bakarnya, mengecil ke ukuran bola tenis meja.
+
Saat ini, obyek bersinar berbentuk manusia Koizumi mulai perlahan meluruh dan kemudian, seperti bintang kehabisan bahan bakarnya, kini menyusut ke aslinya ke ukuran bola pingpong.
   
"Apakah mungkin kami dapat kembali ke dunia yang lama?"
+
"Mustahil ya kami kembali ke dunia asli?"
   
"Selama Suzumiya-san menginginkannya, kemungkinan selalu ada. Aku hanya mengenalmu dalam waktu yang cukup singkat; sayang sekali, tapi aku benar-benar menikmati waktuku bersama SOS Brigade......Ah, ya, hampir saja aku lupa, aku harus mengantarkan pesan dari Asahina Mikuru dan Nagato Yuki untukmu."
+
"Selama Suzumiya-san mengharapkannya, mungkin masih bisa. Saya hanya mengenalmu dalam waktu singkat; sungguh disayangkan, tapi saya benar-benar menikmati waktu saya bersama Brigade SOS......Oh, iya, hampir saja saya lupa, saya harus menyampaikan pesan dari Asahina Mikuru dan Nagato Yuki untukmu."
   
Sebelum Koizumi menghilang sepenuhnya, ia meninggalkan pesan ini.
+
Dan Koizumi meninggalkan pesan ini sebelum dia benar-benar menghilang:
   
"Asahina Mikuru memintaku untuk mewakilinya meminta maaf : ia bilang, 'maaf, ini semua salahku.' Juga, Nagato Yuki memberitahumu untuk 'menghidupkan komputer.'"
+
"Asahina Mikuru memintaku untuk mewakilinya meminta maaf: ia bilang, 'maaf, ini semua salahku.' Juga, Nagato Yuki menyuruhmu untuk 'ingat hidupkan komputer.'"
   
Setelah pesan itu, ia menghilang seperti api lilin yang tertiup angin.
+
Setelah pesan itu, dia menghilang seperti api lilin tertiup angin.
   
Aku tak tahu mengapa Asahina-san harus meminta maaf padaku. Apakah ia telah berbuat salah padaku? Tapi kuputuskan untuk tidak memikirkannya sekarang; lebih baik, aku mengikuti permintaan Nagato dan menghidupkan komputer. Setelah harddisknya mengeluarkan suara beep, logo OS harusnya muncul di layar monitor......Ini aneh, mengapa tak ada apa pun yang muncul? Layar OS yang harusnya muncul setelah beberapa detik tidak muncul; layar terlihat hitam pekat dengan hanya kursor pengetik putih berkedip di pojok kiri atas layar monitor. Lalu, kursor itu mulai bergerak tanpa suara, dan kata-kata dingin pun muncul.
+
Ga tau gue kenapa Asahina-san harus minta maaf ke gue. Apa dia bikin kesalahan ke gue? Tapi kuputuskan untuk tak memikirkannya sekarang; malahan, kuikuti permintaan Nagato dan menghidupkan komputer. Setelah hardisknya mengeluarkan suara bip, logo OS harusnya muncul di layar monitor......Aneh, kenapa ga muncul apa-apa? Layar OS yang harusnya muncul setelah beberapa detik engga muncul; layar terlihat hitam pekat dengan hanya kursor ketik putih berkedip di pojok kiri atas layar monitor. Lalu, kursor tersebut mulai bergerak tanpa suara, dan sebaris kata-kata dingin pun muncul.
   
YUKI.N > Dapatkah kau membaca ini?
 
   
   
  +
YUKI.N > Kau baca ini?
Aku terdiam selama beberapa waktu, kemudian aku menarik keyboard di hadapanku mendekat dan mulai mengetik.
 
   
'Ya.'
 
   
YUKI.N > Sekarang aku belum kehilangan kontak sepenuhnya dengan dunia yang kau tempati.
 
Tapi hanya masalah waktu sebelum hubungan ini terputus dengan segera.
 
Jika hal itu benar, ini akan menjadi percakapan kita yang terakhir.
 
   
  +
Aku terpaku sesaat, kemudian kutarik keyboard mendekat dan mulai mengetik.
'Apa yang harus kulakukan?'
 
   
  +
'Yup.'
YUKI.N > Aku juga tidak tahu. Semburan data yang tak normal sudah hilang sepenuhnya di sini.
 
Integrated Data Sentient Entity sangat kecewa dengan hal ini,
 
karena mereka akan kehilangan kemungkinan untuk berevolusi.
 
   
  +
YUKI.N > Sekarang saya belum sepenuhnya kehilangan kontak dengan dunia kau berada. <br/>Tapi hanya masalah waktu, karena diskoneksi harusnya terjadi dengan sangat segera. <br/>Bila begitu, ini akan jadi percakapan kita yang terakhir.
'Apa yang kau maksud dengan kemungkinan untuk berevolusi? Bagaimana Haruhi berevolusi?'
 
   
  +
'Aku harus ngapain?'
YUKI.N > Menjadi sangat sentient berarti dapat memproses data dengan cepat dan akurat.
 
Bentuk kehidupan organik sentient dibatasi oleh aliran-aliran data yang sangat tidak akurat dan tercampur-aduk
 
ditimbulkan dari tubuh fisik mereka, dan tidak mampu memproses data dengan cepat dan akurat.
 
Jadi setelah berevolusi ke suatu tingkatan lain, bentuk kehidupan organik akan berhenti berevolusi.
 
   
  +
YUKI.N > Saya juga tidak tahu. Semburan data abnormal sudah sepenuhnya hilang disini. <br/>Entitas Gabungan Benak Data sangat kecewa dengan ini, karena mereka akan kehilangan <br/>kemungkinan berevolusi.
'Apakah mungkin untuk berevolusi walaupun tanpa tubuh fisik?'
 
   
  +
'Maksudmu apa soal kemungkinan berevolusi? Emangnya gimana Haruhi berevolusi?'
YUKI.N > Integrated Data Sentient Entity juga diciptakan dari data.
 
mereka juga percaya kalau kemampuan mereka untuk memproses data akan bertambah sampai tak terhingga
 
hingga alam semesta menjadikan dirinya terlalu panas. Tapi mereka salah.
 
Seperti alam semesta yang mempunyai tepi, evolusi mereka juga mempunyai batas,
 
setidaknya para sentient entity bergantung pada data untuk bertahan hidup.
 
   
  +
YUKI.N > Menjadi amat berakal berarti dapat memproses data dengan cepat dan akurat. <br/>Makhluk organik berakal dibatasi oleh aliran-aliran data yang terlampau tidak akurat dan tercampur-aduk <br/>disebabkan oleh tubuh fisik mereka, dan tak bisa memproses data dengan cepat dan akurat. <br/>Jadi setelah berevolusi sampai ke tingkatan tertentu, makhluk organik akan berhenti berevolusi.
'Bagaimana dengan Suzumiya?'
 
   
  +
'Apa mungkin berevolusi bahkan tanpa tubuh fisik?'
YUKI.N > Suzumiya Haruhi mempunyai kemampuan untuk menciptakan data dengan jumlah besar dari nol.
 
Itu adalah kemampuan yang tak dimiliki oleh Data Sentient Entity.
 
Ia dapat melepaskan data yang tak akan dapat diproses oleh seorang manusia,
 
bentuk kehidupan organik biasa, dalam sepanjang hidupnya. Integrated Data Sentient Entity percaya
 
jika kemampuan untuk menciptakan data ini dianalisis, mereka akan dapat
 
menemukan cara untuk berevolusi secara otomatis.
 
   
  +
YUKI.N > Entitas Gabungan Benak Data juga tercipta dari data. <br/>Mereka tadinya juga percaya bahwa kemampuan mereka memproses data akan meningkat tak terhingga <br/>sampai alam semesta menjadikan dirinya terlalu panas. Tapi mereka salah. <br/>Sama seperti alam semesta yang punya tepi, evolusi mereka juga punya batas, <br/>setidaknya para entitas benak bergantung pada data untuk bertahan hidup.
Kursornya berkedip sebentar. Mungkin Nagato ragu-ragu dalam memilih kata-kata. Detik berikutnya, kata-kata itu mengalir seperti air.
 
   
  +
'Kalau Suzumiya?'
YUKI.N > Aku mempertaruhkan semuanya padamu.
 
   
  +
YUKI.N > Suzumiya Haruhi memiliki kemampuan untuk menciptakan sejumlah besar data dari ketiadaan. <br/>Kemampuan yang tak Entitas Benak Data miliki. <br/>Ia dapat melepas data yang takkan pernah dapat diproses oleh manusia, <br/>makhluk biasa, di sepanjang hidupnya. Entitas Gabungan Benak Data percaya <br/>jika kemampuan menciptakan data ini dianalisis, mereka akan dapat <br/>menemukan cara bagaimana berevolusi otomatis.
'Mempertaruhkan apa?'
 
   
  +
Kursornya berkedip sesaat. Barangkali Nagato ragu memilih kata-kata untuk digunakan. Detik berikutnya, kata-kata mengalir seperti air.
YUKI.N > Kuharap kalian berdua dapat kembali ke dunia ini.
 
Suzumiya Haruhi adalah target penelitian yang penting,
 
harta karun yang penting yang mungkin hanya muncul sekali di alam semesta ini.
 
Selain itu, aku sendiri berharap kau dapat kembali.
 
   
  +
YUKI.N > Kupertaruhkan semuanya padamu.
Warna huruf-huruf itu mulai memudar bersama dengan daya listrik yang makin melemah. Kursor itu kembali mengetik beberapa kata.
 
 
YUKI.N > Mari kita ke perpustakaan lagi lain kali.
 
   
  +
'Mempertaruhkan aku buat apa?'
Huruf-huruf itu mulai menggelap; bahkan mengatur warna terang layar tak membantu. Akhirnya, Nagato mengetik dua kata ini.
 
   
  +
YUKI.N > Kuharap kalian berdua dapat kembali ke dunia ini. <br/>Suzumiya Haruhi adalah target observasi penting, <br/>harta karun penting yang mungkin hanya muncul sekali di alam semesta ini. <br/>Selain itu, saya sendiri berharap kau kembali.
YUKI.N > putri tidur
 
   
  +
Warna kata-kata itu mulai memudar bersamaan dengan daya listriknya jadi makin melemah. Kursornya kembali mengetik beberapa kata.
   
  +
YUKI.N > Sampai jumpa di perpustakaan.
Brrr Suara putaran hard disk membuatku melompat dari tempat dudukku. Cahaya pada CPU itu berkedip, dan layar khas OS yang tak asing lagi muncul. Suara kipas komputer yang berputar adalah semua yang dapat kudengar di dunia ini.
 
  +
  +
Kata-katanya menggelap; bahkan berusaha mengatur kecerahan layar tak membantu. Akhirnya, Nagato mengetik dua kata ini.
  +
  +
YUKI.N > putri tidur
  +
  +
  +
  +
  +
  +
''Nguung'' Suara hardisk berputar membuatku melompat dari kursiku. Lampu pada CPU itu berkedip, dan layar OS yang tak asing telah muncul. Suara kipas komputer berputar adalah semua yang dapat didengar di dunia ini.
  +
  +
"Gue harus ngapain? Koizumi! Nagato!"
  +
  +
Aku mendesah dalam-dalam dan menolehkan kepalaku putus asa ke arah jendela.
   
"Apa yang harus kulakukan? Koizumi! Nagato!"
 
   
Aku menghela nafas dan menghadap ke jendela dengan sedih.
 
   
   
Line 555: Line 574:
   
   
  +
Raksasa yang bersinar kini berdiri di lapangan sekolah. Karena letaknya yang terlalu dekat, raksasa itu terlihat seperti tembok biru besar.
 
  +
  +
  +
Raksasa bersinar kini berdiri di halaman sekolah. Karena letaknya begitu dekat, raksasa itu terlihat seperti tembok biru besar.
   
 
Haruhi bergegas memasuki ruangan.
 
Haruhi bergegas memasuki ruangan.
   
"Kyon! Sesuatu telah muncul!"
+
"Kyon! Ada yang muncul!"
   
Haruhi melihat ia hampir menabrakku, yang berdiri di dekat jendela, dan berhenti dengan cepat serta berdiri di sampingku.
+
Haruhi melihat sampai-sampai mau menabrakku, yang berdiri dekat jendela, dan cepat-cepat berhenti serta berdiri di sampingku.
   
"Apa itu? Begitu besar! Apakah itu seekor monster? Tidak terlihat seperti ilusi."
+
"Apa tuh? Besar banget! Itu monster ya? Ga keliatan kayak ilusi."
   
Sepertinya Haruhi sangat gembira. Depresi kegelisahannya beberapa waktu lalu sudah menghilang. Sekarang, matanya bercahaya dengan antusias. Tak ada rasa takut di dalamnya.
+
Haruhi terdengar amat bersemangat. Depresi kegelisahannya beberapa waktu lalu sudah menghilang. Sekarang, matanya berkilau dengan antusiasme. Tiada rasa takut dapat ditemukan di dalamnya.
   
"Kaupikir itu adalah alien? Atau mungkinkah itu adalah senjata super yang diciptakan orang-orang zaman dahulu, yang terbangun dari tidur panjangnya? Apakah benda itu adalah alasan mengapa kita tidak bisa keluar dari sekolah?"
+
"Menurutmu itu alien? Atau jangan-jangan senjata super yang dibikin sama orang jaman purba, yang bangun dari tidur panjangnya? Apa benda itu alasan kenapa kita ga bisa keluar dari sekolah?"
   
Tembok biru itu bergerak. Bayangan tentang raksasa yang sedang menghancurkan bangunan dengan mudah muncul di pikiranku. Dengan cepat, kugenggam tangan Haruhi dan menyambar keluar ruangan klub.
+
Tembok biru itu bergerak. Bayangan raksasa yang sedang menghancurkan bangunan dengan mudah terlintas di benakku. Cepat-cepat kugenggam tangan Haruhi dan berlari keluar ruangklub.
   
"Tunggu! Tunggu dulu, apa yang kau lakukan!?"
+
"Bentar! Tunggu bentar, kamu ngapain!?"
   
Saat kami menuju ke koridor, hampir jatuh, suara getaran yang keras bergema di udara; aku mendorong Haruhi ke lantai dengan cepat dan melindunginya dengan tubuhku. kompleks klub bergetar dahsyat. Suara dan getaran obyek yang keras dan berat sedang menghantam tanah tersiarkan ke telingaku. Dari hal ini aku tahu sasaran raksasa itu bukan kompleks klub, tapi lebih kepada kompleks sekolah di hadapannya.
+
Saat kami buru-buru lari ke koridor, hampir runtuh, gelegar keras bergetar di udara; cepat-cepat kudorong Haruhi ke lantai dan melindunginya dengan tubuhku. Komplek klub bergoncang dahsyat. Suara dan getaran objek keras, yang berat menghentak tanah tersiar ke telingaku. Dari sini aku tahu sasaran raksasa itu bukan komplek klub tetapi komplek sekolah di seberang.
   
Kugenggam Haruhi, yang begitu terkejut dengan mulut terbuka dan tertutup seperti ikan mas, dan mulai berlari. Herannya, Haruhi menurut mengikutiku dan berlari.
+
Kugenggam Haruhi, yang begitu terkejut sampai-sampai mulutnya megap-megap seperti ikan mas koki, dan mulai berlari. Herannya, Haruhi menurut mengikutiku dan berlari.
   
Tanganku menjadi semakin berkeringat. Begitu juga dengan Haruhi.
+
Telapak tanganku mulai berkeringat. Begitu pula Haruhi.
   
Kompleks klub yang lama lenyap sama sekali tak berdebu. Dengan seluruh kekuatanku, aku berlari bergandengan dengan Haruhi menyusuri tangga. Suara raksasa yang sedang menghancurkan dapat terdengar.
+
Komplek klub lama samasekali tak berdebu. Dengan seluruh kekuatanku, aku berlari dengan Haruhi di belakangku menuju tangga. Suara raksasa yang menyebabkan lebih banyak kehancuran dapat terdengar.
   
Aku berlari menuruni tangga saat merasa hawa panas tubuh Haruhi tersalurkan lewat tangan kami. Setelah menyeberangi lapangan, kami melewati lereng dan menuju ke lapangan lari. Pada saat ini aku sepintas melihat Haruhi. Mungkin aku salah, tapi ia terlihat lumayan senang. Bagaikan seorang anak kecil yang bangun saat hari natal dan mendapati hadiah yang diidam-idamkannya sekarang berada di sebelah tempat tidurnya.
+
Aku berlari menuruni tangga sambil merasakan panas tubuh Haruhi tersalurkan lewat telapak tangan kami. Setelah menyeberangi halaman, kami melewati lereng dan menuju ke lapangan lari. Pada saat ini, kulirik Haruhi. Mungkin aku salah, tapi tampaknya dia lumayan senang. Bagaikan seorang anak kecil bangun di pagi hari Natal dan mendapati hadiah yang diidam-idamkannya kini ada di sebelah tempat tidurnya.
   
Setelah berlari cukup jauh dari bangunan sekolah, kami berbelok dan melihat ke atas, dan melihat seberapa besar raksasa itu. Raksasa yang ditunjukkan Koziumi di Kenyataan Terkurung juga sebesar ini, hampir setinggi gedung.
+
Setelah berlari cukup jauh dari bangunan sekolah, kami berbelok dan melihat ke atas, dan menemukan seberapa besar raksasa itu. Raksasa dalam Dimensi Tertutup yang Koizumi tunjukkan padaku juga sebesar ini, hampir setinggi gedung.
   
Raksasa itu melambaikan tangannya, dan bagunan sekolah pun runtuh. Karena empat kompleks sudah terusak oleh serangan-serangan yang sebelumnya, kini runtuh dengan mudah. Puing-puing bangunan berjatuhan dan terpencar ke berbagai arah bersamaan, menimbulkan suara yang memekakkan telinga.
+
Raksasa itu mengayunkan tangannya, dan bangunan sekolah pun runtuh. Karena komplek berlantai empat sudah rusak oleh serangan sebelumnya, komplek itu kini runtuh dengan mudah. Puing-puing berjatuhan dan terpencar ke berbagai arah bersama dengan suara memekakkan telinga yang dibuatnya.
   
Kami berlari dengan kalut ke tengah lapangan lari dua ratus meter sebelum berhenti. Satu raksasa yang luar biasa kini muncul di sekolah yang gelap dan monoton.
+
Kami berlari dengan kalut ke tengah lapangan lari berukuran dua ratus meter sebelum berhenti. Satu raksasa luar biasa kini telah muncul di sekolah gelap monoton.
   
Kalau kau ingin mengambil gambar, kau seharusnya mengambil gambar-gambar ini, bukan gambar presiden kelompok belajar komputer mencengkeram dada Asahina-san, dan sepenuhnya bukan gambar-gambar Asahina-san mengenakan kostum-kostum itu. Website kita harusnya memiliki gambar-gambar seperti apa yang kita lihat sekarang!
+
Kalo loe pengen foto, loe seharusnya foto beginian, bukan foto ketua Kelompok Riset Komputer grepe-grepe susu Asahina-san, dan pastinya bukan foto-foto Asahina-san pake macam-macam kostum itu. Website kita harusnya punya foto-foto kayak yang kita liat sekarang!
   
Saat aku sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba Haruhi berkata di telingaku,
+
Saat aku sedang memikirkan ini, tiba-tiba Haruhi berkata di telingaku,
   
"Kau pikir ia akan menyerang kita? Kukira ia tidak jahat sama sekali, bagaimana menurutmu?"
+
"Menurutmu dia bakalan nyerang kita ga ya? Kayaknya dia samasekali ga jahat deh, menurutmu gimana?"
   
"Aku tak tahu."
+
"Ga tau."
   
Saat kujawab Haruhi, aku berpikir pada saat yang sama tentang apa yang dikatakan Kozumi saat membawaku ke Kenyataan Terkurung. Jika kita membiarkan "Avatar-avatar" ini melanjutkan amukannya, setelah penghancuran ini, Kenyataan Terkurung akan menggantikan dunia nyata, yang artinya dunia abu-abu ini akan menggantikan dunia tempat kita berasal, dan kemudian......
+
Saat kujawab Haruhi, aku berpikir disaat yang sama tentang apa yang Kozumi bilang ketika membawaku masuk ke Dimensi Tertutup. Kalo kita biarin para "Avatar" ini ngelanjutin amukan mereka, maka abis ngancurin, Dimensi Tertutup bakalan ngegantiin dunia nyata, berarti dunia kelabu ini bakalan ngegantiin dunia tempat kita berasal, terus......
   
  +
Dunia kita bakalan jadi gimana?
Akan menjadi apa dunia kita?
 
   
Menurut apa yang Koizumi baru saja katakan padaku, Haruhi sepertinya sedang menciptakan dunia yang benar-benar baru. Akankah Asahina dan Nagato yang kukenal ada di dunia ini? Ataukah ini akan menjadi dunia setengah nyata di mana para "Avatar" dapat berjalan-jalan dengan bebas, dan alien, penjelajah waktu, dan esper menjadi hal-hal yang normal?
+
Menurut apa yang Koizumi bilang ke gue, Haruhi kayaknya sedang bikin dunia yang benar-benar baru. Apa Asahina-san dan Nagato yang gue kenal bakalan ada di dunia baru ini? Atau ini bakalan jadi dunia surreal dimana para "Avatar" jalan-jalan bebas, dan alien, penjelajah waktu, dan esper jadi hal yang lumrah?
   
  +
Kalo dunia beneran jadi kayak gitu, gue mainin peran apaan?
Jika dunia ini benar-benar menjadi seperti itu, peran apa yang akan kumainkan?
 
   
Argh, lupakan itu, percuma saja berpikir lagi, karena aku tak mengerti. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan Haruhi, dan aku tak memiliki kemampuan telepati apa pun yang dapat membuatkau membaca pikiran orang lain.
+
Argh, lupain itu, percuma aja berusaha mikir lagi, abisnya gue ga ngerti. Gue ga ngerti Haruhi mikir apaan, dan gue ga punya kekuatan telepati apapun yang bisa bikin gue baca pikiran orang.
   
Saat ini juga, aku mendengar Haruhi berbicara padaku,
+
Saat ini juga, kudengar Haruhi berbicara padaku,
   
"Apa sebenarnya yang terjadi di sini? Dunia ini maupun raksasa itu, semuanya sangat aneh!"
+
"Sebenarnya apa yang terjadi sih disini? Mau dunia ini kek ato raksasa itu kek, semuanya aneh banget!"
   
Semua itu diciptakan olehmu, nona! Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau membawaku ke dalam semua ini!? Apa Adam dan Hawa? Itu bodoh! Aku tak akan percaya cerita sialan ini! Tak akan pernah!
+
Semua itu dibikin sama elo, non! Harusnya gue yang nanya, kenapa loe nyeret gue ke semua ini!? Adam dan Hawa apaan? Bego tuh! Gue ga bakalan percaya sama cerita taek begitu! Ga akan!
   
"Tak maukah kau kembali ke dunia yang asli?"
+
"Bukannya loe pengen balik ke dunia asli?"
   
Aku bertanya dengan lembut.
+
Tanyaku dengan tenang.
   
"Apa katamu?"
+
"Kamu ngomong apa?"
   
Haruhi menoleh padaku. Wajahnya mulus dan putih walaupun berada di dalam dunia abu-abu ini, dan mata cemerlangnya kini terselubungi kegelapan.
+
Haruhi menoleh padaku. Wajahnya mulus putih bahkan dalam dunia kelabu ini, dan mata berkilaunya kini diselubungi kegelapan.
   
"Kita tak dapat tinggal di sini selamanya! Tak ada satu pun toko, jadi tak ada tempat untuk makan saat kita lapar. Lagipula, sekolah ini dikelilingi tembok yang tak terlihat: tak ada jalan keluar. Kalau begini terus kita akan mati kelaparan."
+
"Kita ga bisa tinggal disini selamanya! Ga ada satupun toko, jadi ga ada tempat buat makan pas kita lapar. Lagian, sekolah ini dikelilingin tembok yang ga keliatan: ga ada jalan keluar dari sini. Kalau gini terus kita bakalan mati kelaparan."
   
"Hmm, ini semua aneh, tapi aku tak peduli. Semuanya akan terurutkan kembali. Untuk alasan tertentu, aku merasa sangat senang."
+
"Hmm, emang semuanya aneh sih, tapi aku ga peduli. Akhirnya toh bakalan beres. Entah kenapa, aku senang banget aja."
   
"Lalu bagaimana dengan SOS Brigade? Kau yang menciptakan klub itu! Kau akan meninggalkannya begitu saja?"
+
"Terus Brigade SOS gimana? Elo kan yang bikin klub itu! Loe bakalan tinggalin gitu aja?"
   
"Aku benar-benar tak memerlukannya lagi, karena sekarang aku sudah mengalami sesuatu yang mengasyikan; tak perlu keluar dan mencari hal-hal yang misterius."
+
"Aku benar-benar ga peduli lagi, abisnya aku udah ngalamin sesuatu yang asik sekarang; ga perlu aku keluar dan nyari kejadian-kejadian misterius."
   
"Tapi, aku ingin kembali ke dunia nyata."
+
"Tapi, gue pengen balik ke dunia asli."
   
Tak lama kemudian raksasa itu menghentikan penghancurannya.
+
Si raksasa sejenak menghentikan penghancuran akan sekolah.
   
"Sebelum kita berakhir di situasi aneh ini, aku tak menyadari seberapa besar aku menyukai hidupku apa adanya. Di sana aku memiliki Taniguchi yang bodoh, Kunikida, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san, dan bahkan Asakura yang telah lama menghilang."
+
"Sebelum kita berakhir di situasi aneh ini, gue ga nyadar segimana gue suka hidup gue sebelumnya. Disana gue punya si idiot Taniguchi, Kunikida, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san, dan bahkan Asakura yang udah lama ngilang."
   
"......Apa yang kau bicarakan?"
+
"......Kamu ngomong apa sih?"
   
"Aku benar-benar ingin melihat teman-temanku lagi. Aku ingin bercerita tentang banyak hal pada mereka."
+
"Gue pengen banget ngeliat teman-teman lagi. Banyak yang pengen gue ceritain ke mereka."
   
Haruhi menurunkan kepalanya, kemudian melanjutkan setelah beberapa waktu,
+
Haruhi menunduk, kemudian melanjutkan setelah beberapa saat,
   
"Kita akan melihat mereka; dunia ini tak akan selamanya tertutup kegelapan. Saat pagi datang, matahari akan muncul. Aku yakin itu."
+
"Kita bakal ngeliat mereka; dunia ini ga bakalan selamanya ketutup kegelapan. Segera setelah pagi datang, matahari akan muncul. Aku yakin itu."
   
"Bukan begitu. Dunia ini bukan seperti apa yang kau pikirkan. Aku benar-benar ingin melihat mereka lagi di dunia nyata."
+
"Engga kayak gitu. Dunia ini bukan kayak yang loe pikirin. Gue benar-benar pengen ngeliat teman-teman di dunia yang asli."
   
"Aku tak mengerti apa yang kau katakan."
+
"Aku ga ngerti kamu ngomong apaan."
   
Haruhi cemberut padaku, seperti anak kecil yang kehilangan hadiah yang telah disimpannya, menunjukkan kemarahan dan kesedihannya.
+
Haruhi mengernyit padaku, seperti anak kecil yang hadiah tersayangnya direbut orang, menyingkap kemarahan dan kesedihannya.
   
"Tidakkah kau bosan dan lelah dengan dunia itu juga? Dunia itu terlalu normal hingga tak ada yang spesial sama sekali. Tidakkah kau ingin mengalami sesuatu yang menarik juga?"
+
"Bukannya kau muak dan lelah sama dunia ngebosenin itu juga? Dunia itu normal banget sampai-sampai ga ada yang spesial samasekali. Bukannya kau pengen ngalamin sesuatu yang menarik juga?"
   
"Dulu aku berpikir seperti itu."
+
"Dulu gue mikir kayak gitu."
   
Raksasa itu mulai bergerak. Ia menendang bagian dari kompleks sekolah yang masih tersisa dan menuju ke lapangan basket. Dalam perjalannya, ia menyingkirkan koridor sekolah dengan tangannya, kemudian menendang kompleks klub keras-keras. Sekolah ini perlahan-lahan diratakan, termasuk ruangan klub kami.
+
Si raksasa mulai bergerak. Dia menendang bagian tersisa dari komplek sekolah dan menuju ke halaman. Di perjalanan, dia membabat koridor sekolah dengan lengannya, kemudian menendang komplek klub keras-keras. Sekolah perlahan diratakan, termasuk ruangklub kami.
   
Aku melihat pundak haruhi dan terheran-heran saat mendapati tembok biru bercahaya lainnya. Satu, dua, tiga......saat aku mencapai lima, kuputuskan untuk berhenti menghitung.
+
Kulihat melewati pundak Haruhi dan tercengang saat mendapati tembok-tembok biru bersinar lainnya. Satu, dua, tiga......ketika sampai lima, kuputuskan berhenti menghitung.
   
Tanpa bola-bola merah di sekitarnya, raksasa-raksasa biru bercahaya itu memulai penghancuran dunia kelabu ini tanpa tundaan. Aku tak mengerti apa yang menyenangkan dari penghancuran ini. Setiap kali mereka menggerakkan tangan dan kaki mereka, semua yang mereka sentuh menghilang begitu saja.
+
Tanpa dihalangi bola-bola merah, para raksasa biru bersinar kini memulai penghancuran dunia kelabu ini tanpa penundaan. Aku tak mengerti apa yang menarik dari semua penghancuran ini. Setiap kali mereka menggerakkan lengan dan kaki mereka, semua yang mereka sentuh hilang seketika.
   
Beberapa saat kemudian, setengah dari sekolah telah lenyap.
+
Beberapa saat kemudian, setengah sekolah telah lenyap.
   
Aku tak tahu seberapa besar Kenyataan Terkurung ini, dan tak tahu kalau dimensi ini dapat meluas dan menjadi kenyataan yang lain. Saat ini, pikiranku dipenuhi ketidakpastian. Jika saat ini juga, seorang pemabuk tua duduk di sebelahku dan berkata padaku "Kuberi tahu kau sesuatu, tapi jangan beri tahu siapa pun! Aku sebenarnya seorang alien," aku akan mempercayainya begitu saja. Karena banyak kejadian misterius yang kualami sekarang tiga kali bila dibandingkan sebulan yang lalu.
+
Aku tak tahu seberapa besar Dimensi Tertutup ini, dan tak tahu apakah dimensi ini dapat meluas dan menjadi realitas lain. Saat ini, pikiranku penuh ketidakpastian. Jika saat ini juga, seorang pemabuk tua duduk di sebelahku di kereta bilang padaku "Kuberi tahu kau sesuatu, tapi jangan kasih tahu siapa-siapa! Aku sebenarnya alien," aku akan percaya padanya begitu saja. Karena jumlah kejadian misterius yang kualami sekarang telah tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan sebulan yang lalu.
   
Apa sebenarnya yang harus kulakukan? Jika ini sebulan yang lalu mungkin aku tak akan memikirkan apa pun, tapi sekarang aku percaya aku bisa. Karena aku sudah mendapatkan beberapa petunjuk.
+
Apa sebenarnya yang bisa kulakukan? Jika ini sebulan yang lalu mungkin aku takkan memikirkan apa pun, tapi kini aku percaya aku bisa. Karena aku sudah mendapatkan beberapa petunjuk.
   
Setelah kuputuskan, kukatakan ini,
+
Setelah kuputuskan, kukatakan berikut ini,
   
"Haruhi, selama beberapa hari terakhir ini, aku telah mengalami hal-hal yang sangat menarik. Walaupun kau tak tahu, ada banyak orang yang memperhatikanmu. Tidaklah konyol untuk mengatakan dunia mengelilingimu secara harafiah. Semua orang percaya kalau kau adalah orang yang sangat spesial, dan mereka sudah mencoba untuk mewujudkan kepercayaan itu dengan tindakan. Mungkin kau tak mengetahuinya, tapi dunia ini menuju ke arah yang menarik."
+
"Haruhi, beberapa hari terakhir ini, gue udah ngalamin hal-hal yang sangat menarik. Walau loe ga tahu, ada segala macam orang yang perhatian banget sama elo. Ga konyol kalo bilang dunia secara harfiah ngelilingin elo. Semua orang percaya elo tuh orang yang sangat spesial, dan mereka udah berusaha ngedukung kepercayaan itu dengan tindakan. Mungkin loe ga tau, tapi dunia diarahin ke arah yang menarik banget lho."
   
Saat kugenggam lengan Haruhi, aku menyadari aku masih memegang tangannya, saat Haruhi melihatku dengan wajah yang mengatakan, "Apa yang merasukimu?"
+
Saat kugenggam bahu Haruhi, kusadari aku masih memegang tangannya, sementara Haruhi melihatku dengan wajah yang berkata, "Kamu kerasukan apa sih?"
   
Kemudian ia mengalihkan matanya dariku, melihat raksasa-raksasa biru yang mengamuk, dengan ekspresi kejadian nyata.
+
Kemudian, ia mengalihkan matanya dariku dan ke arah para raksasa biru yang mengamuk, dengan ekspresi tanpa basa-basi.
   
Melihat wajahnya yang muda dan halus, aku teringat "kemungkinan berevolusi" Nagato, "distorsi temporal" Asahina-san, dan Koizumi yang menganggap Haruhi sebagai "Tuhan". Tapi bagiku, apa itu Haruhi? Sebagai apa aku memperlakukannya?
+
Melihat wajah muda dan halusnya, aku teringat "kemungkinan berevolusi" Nagato, "distorsi temporal" Asahina-san, dan Koizumi yang memperlakukan Haruhi sebagai "Tuhan". Tapi buat gue, buat gue Haruhi tuh apaan? Gue nganggap dia apa?
   
Haruhi adalah Haruhi, apalagi yang perlu kukatakan? Aku tidak ingin menjawab seperti itu. Lagipula, aku tidak punya jawaban yang pasti. Aku tahu itu akan menjadi begini, kan? Jika kau menunjuk ke teman sekelas di belakangku dan bertanya, "Siapakah dia bagimu?" - Bagaimana kau pikir aku akan menjawabnya? ......Ini, maaf. Aku berada di dalam lingkaran lagi! Untukku, Haruhi bukan teman sekelas biasa, dan sudah tentu bukan "kemungkinan berevolusi", "distorsi temporal", atau bahkan "Tuhan".
+
Haruhi adalah Haruhi, mau ngomong apa lagi? Gue ga niat cuman jawab gitu aja sih. Tapinya, gue ga punya jawaban pasti. Gue dah duga pasti begini, kan? Kalo elo nunjuk ke teman sekelas di belakang gue dan nanya, "Dia siapanya elo?" -- Menurut loe gimana gue harus jawab? ......Ini, sori. Gue muter-muter di lingkaran lagi! Buat gue, Haruhi bukan teman sekelas biasa, dan pastinya bukan "kemungkinan berevolusi", "distorsi temporal", ato bahkan "Tuhan".
   
Raksasa itu menoleh ke lapangan lari. Ia seharusnya tak mempunyai mata, tapi aku dapat merasakan pandangannya dengan jelas. Ia berjalan selangkah ke arah kami. Satu langkahnya kira-kira beberapa meter, atau dia tak akan memperkecil jarak kami secepat itu selain berjalan dengan lamban!
+
Si raksasa itu berputar menuju lapangan lari. Dia seharusnya tak punya mata, namun aku dapat merasakan dengan jelas pandangannya. Dia berjalan satu langkah ke arah kami. Satu langkahnya kira-kira beberapa meter, atau dia takkan memperkecil jarak antara kami secepat itu sekalipun berjalan begitu lamban!
   
Aku mengerti! Tidakkah Asahina-san mengatakan sesuatu tentang ini? Itu adalah sebuah ramalan! Dan pesan terakhir Nagato. Snow White dan Sleeping Beauty. Tolonglah, aku bahkan tahu apa artinya Sleeping Beauty! Apa kesamaan antara dua cerita itu? Dalam situasi kami yang mengerikan, jawabannya dengan praktis diteriakkan sekencang-kencangnya.
+
Gue ngerti! Bukannya Asahina-san bilang sesuatu soal ini? Ramalan itu lho! Dan pesan terakhir Nagato. Putri Salju dan Putri Tidur. Plis dong ah, bahkan gue pun tau Putri Tidur itu maksudnya apa! Apakah persamaan antara kedua cerita itu? Di situasi kita yang mengerikan, jawabannya hampir diteriakin keras-keras.
   
  +
Men, jelek banget nih.
Ini benar-benar timpang.
 
   
Ini terlalu timpang! Asahina-san, Nagato. Aku tak akan pernah menerima perkembangan seperti itu! Tak akan!
+
Ini terlalu jelek sekali! Asahina-san, Nagato. Gue ga bakalan pernah nerima perkembangan seperti ini! Ga akan!
   
Rasionalitasku menuntut hal itu. Tapi manusia tak akan pernah menjadi suatu bentuk kehidupan yang hanya bergantung pada alasan untuk bertahan hidup. Mungkin mereka perlu sedikit apa yang disebut Nagato "data yang tercampur-aduk". Aku melepaskan tangan Haruhi, mencengkeram bahunya, dan menghadapkan tubuhnya padaku.
+
Rasionalitasku menuntut akan hal itu. Tapi manusia tak pernah jadi makhluk yang hanya bergantung pada akal untuk bertahan hidup. Mungkin mereka perlu sedikit apa yang disebut Nagato "data yang tercampur-aduk". Kulepaskan tangan Haruhi, mencengkeram bahunya, dan menghadapkannya padaku.
   
 
"Apa sekarang......"
 
"Apa sekarang......"
   
"Kau tahu, aku menyukaimu dengan rambut ekor kuda."
+
"Tau ga, gue suka elo dengan kuncir kuda."
   
 
"Apa?"
 
"Apa?"
   
"Aku tak tahu kapan, tapi sejak itu, aku tak dapat berhenti memikirkanmu dengan rambut ekor kuda. Kurasa itu paling cocok untukmu."
+
"Gue ga tahu kapan, tapi sejak itu, gue ga bisa berhenti mikirin elo dengan kuncir kuda. Menurut gue itu paling cocok buat elo."
  +
  +
"Kamu kenapa sih?"
  +
[[Image:Sh_v1_07.jpg|thumb|''Kuabaikan protes Haruhi dan menciumnya di bibir... Kugenggam tangannya dan kutahan erat-erat, tak ingin kulepaskan.'']]
  +
Mata hitamnya menentangku. Kuabaikan protes Haruhi dan menciumnya di bibir. Adalah aturan tak tertulis untuk menutup mata di saat-saat seperti ini, jadi kututup mataku. Dan jadinya, aku tak tahu seperti apa ekspresi Haruhi. Apakah matanya terbuka karena terkejut? Atau ia menutup matanya juga? Ataukah ia mencoba mengangkat tangannya dan menamparku? Tapi kalaupun ia menamparku, kupikir tak masalah. Tentulah! Jika orang lain melakukan ini ke Haruhi, mereka akan tahu bagaimana perasaanku. Kugenggam tangannya dan kutahan erat-erat, tak ingin kulepaskan.
   
  +
Masih dapat kudengar gemuruh di kejauhan; kayaknya raksasa itu masih ngancurin sekolah. Tepat saat kupikirkan hal ini, tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku dan jatuh ke bawah, dan semuanya jadi terbalik. Ada benturan keras pada sisi kiriku. Tak peduli apa yang kulakukan, aku tak kuasa menjaga keseimbanganku. Ketika kucoba duduk dan membuka mataku, kulihat langit-langit yang tak asing dan terkesima.
"Apa yang ingin kau sampaikan?"
 
[[Image:Sh_v1_07.jpg|thumb|''Aku tak menghiraukan protesnya dan mencium bibirnya... Aku menggenggam tangannya erat-erat, tak ingin kulepaskan.'']]
 
Mata hitamnya menghambatku. Aku tak menghiraukan protesnya dan mencium bibirnya. Akan lebih sopan jika menutup mata pada saat-saat seperti ini, jadi kututup mataku. Dengan begitu, aku tak tahu apa ekspresi yang ditunjukkan Haruhi. Apakah matanya terbuka karena terkejut? Atau ia menutup matanya juga? Ataukah ia mencoba mengangkat tangannya dan menamparku? Tapi walaupun ia menamparku, itu tak masalah, karena aku mempertaruhkan semuanya di sini. Jika ada orang lain yang melakukan ini pada Haruhi, mereka akan tahu bagaimana perasaanku. Aku menggenggam tangannya erat-erat, tak ingin kulepaskan.
 
   
Aku masih dapat mendengar suara gemuruh di kejauhan; sepertinya raksasa itu masih menghancurkan kampus. Saat aku memikirkan hal ini, tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku dan jatuh ke bawah, dan semuanya menjadi terbalik. Ada benturan keras pada sisi kiriku. Tak peduli apa yang kulakukan, aku tak dapat menjaga keseimbanganku. Saat kucoba duduk dan membuka mataku, aku melihat langit-langit yang tak asing dan terkesima.
 
   
   
   
Aku berada di ruanganku, dan terputar balik, aku sadar aku terjatuh dari ranjang ke atas lantai. Tentu saja, aku masih memakai piyamaku. Setengah selimut yang kacau terkulai di atas lantai. Aku menempatkan tanganku ke belakang punggungku, dan membuka mulutku seperti orang bodoh.
 
   
  +
Aku di kamarku, dan berputar, kusadar aku terjatuh dari kasur ke lantai. Tentu saja, aku mengenakan piyamaku. Setengah selimut yang kacau terkulai tergeletak di lantai. Kutempatkan tanganku ke punggungku, dan menganga seperti idiot.
Membutuhkan beberapa waktu sebelum aku dapat berpikir kembali.
 
   
  +
Sudah beberapa waktu sebelum aku bisa berpikir lagi.
Dalam kondisi setengah tidur, aku berdiri perlahan-lahan, membuka jendela dan melihat keluar. Aku melihat beberapa bintang yang berkilauan dan lampu jalanan yang bersinar. Aku menegaskan ada cahaya dari jendela-jendela orang lain dan bayangan-bayangan yang bergerak secara berkala di belakangnya.
 
   
  +
Dibawah kondisi setengah bermimpi, aku perlahan berdiri, membuka jendela, dan melihat keluar. Kulihat beberapa bintang berkelip dan lampu jalan bersinar. Kupastikan ada cahaya dari jendela-jendela orang lain dan siluet yang bergerak secara berkala di belakangnya.
Apakah itu mimpi? Apa aku bermimpi tentang semua ini?
 
   
  +
Apa itu mimpi ya? Apa gue bermimpi semua ini?
Aku bermimpi di mana aku jatuh ke dunia setengah nyata dengan seorang gadis yang kukenal, dan akhirnya menciumnya! Mimpi yang begitu mudah dimengerti yang dapat membuat Sigmund Freud pun tertawa terbahak-bahak.
 
   
  +
Gue bermimpi dimana gue jatuh ke dunia surreal dengan cewek yang gue kenal, dan akhirnya nyium dia! Mimpi yang gampang banget dimengerti yang bisa bikin Sigmund Freud ketawa terbahak-bahak.
Urgh, aku benar-benar ingin menggantung diriku.
 
   
  +
Argh, gue benar-benar pengen langsung gantung diri.
Mungkin aku harus berterima kasih pada negara ini yang telah melarang kepemilikan senjata api, jika tidak aku mungkin sudah menggenggam senapan otomatis dan mengarahkannya pada kepalaku tanpa ragu-ragu. Jika itu adalah Asahina, maka setidaknya aku mempunyai semacam analisis kepribadian yang mendetail dari mimpi ini, tapi aku bermimpi aku mencium Haruhi, daripada orang lain! Apa yang dipikirkan alam bawah sadarku?!
 
   
  +
Mungkin gue harus bersyukur kalo negara ini udah ngelarang kepemilikan senjata api, kalo engga gue udah ambil senapan otomatis dan nodongin itu ke kepala gue tanpa ragu-ragu. Kalo itu Asahina-san, maka paling engga gue ngelaksanain semacam analisis kepribadian mendetail dari mimpi ini, tapi gue mesti bermimpi soal diriku nyium Haruhi, dari semua orang! Alam bawah sadar gue mikir apaan sih!?
Aku duduk dengan letih di atas lantai dan memegangi kepalaku, berpikir jika ini semua adalah mimpi, mengapa ini terasa begitu nyata? Tangan kanan yang berkeringat dan kehangatan yang tertinggal di bibirku......
 
   
  +
Aku duduk letih di lantai dan memegangi kepalaku, berpikir kalo ini semua mimpi, rasanya kok begitu nyata? Tangan kanan yang berkeringat, dan kehangatan tersisa di bibirku......
......Apa ini...apa ini artinya ini bukan dunia yang lama lagi? Apakah ini adalah dunia baru yang diciptakan oleh Haruhi? Apakah ada cara untuk memastikan hal ini?
 
   
  +
......Apa ini...apa ini berarti ini bukan dunia yang asli? Apa ini dunia baru yang dibikin Haruhi? Apa ada cara buat mastiin ini?
Tidak ada, tak peduli seberapa keras aku berpikir. Atau lebih tepatnya, aku tak ingin memikirkan masalah ini. Jika aku harus menerima semua itu adalah mimpi karena otakku yang rusak, maka aku lebih baik percaya dunia sudah dihancurkan. Lagipula, sekarang aku sedang ditolak.
 
   
  +
Engga ada, ga peduli seberapa keras gue mikir. Ato lebih tepatnya, gue ga pengen mikirin masalah ini. Kalo gue harus ngakuin semua itu mimpi karena otak gue yang rusak, maka mendingan gue percaya kalo dunia udah dihancurin. Lagian, sekarang ini gue dalam penyangkalan.
Aku melihat jam alarmku. dua tiga puluh di pagi hari.
 
   
  +
Kulihat jam alarmku. Dua tiga puluh pagi.
......Aku tidur kembali.
 
   
  +
......Gue mau balik tidur.
Aku menarik selimutku hingga ke atas kepalaku, meminta pikiranku yang sudah jernih untuk memberiku tidur yang nyenyak.
 
   
  +
Kutarik selimutku hingga ke atas kepalaku, meminta pikiranku yang sudah jernih untuk memberiku tidur nyenyak.
   
   
Line 734: Line 757:
   
   
Aku tak dapat tidur.
+
Aku tak bisa tidur.
   
Itulah mengapa sekarang aku sangat kelelahan hingga aku hampir merangkak untuk menaiki tebing. Sejujurnya, ini membunuhku. Aku senang aku tak bertemu dengan Taniguchi sepanjang perjalanan, atau aku akan dipaksa untuk mendengarnya lagi dan lagi. Matahari kian melepaskan panasnya dari fusi nuklirnya yang takkan pernah berakhir. Tuan matahari, kumohon, tak dapatkah kau beristirahat sebentar? Aku bisa mati terpanggang!
+
Itulah kenapa sekarang aku begitu kelelahan hingga aku hampir perlu merangkak supaya bisa menaiki landaian. Ini membunuhku, jujur saja. Aku senang aku tak bertemu dengan Taniguchi di jalan, atau aku akan dipaksa untuk mendengarnya lagi dan lagi. Matahari kian melepaskan panas dari reaksi fusi nuklirnya yang takkan berakhir. Tuan Matahari, saya mohon, tak dapatkah anda beristirahat sebentar? Gue bisa mati kepanggang!
   
Menolak untuk datang saat kuperlukan, setan tidur kini mengitari kepalaku saat aku tidak mengharapkannya. Jika ini berlanjut, aku tak tahu berapa lama aku akan tetap terbangun saat jam pertama.
+
Menolak datang ketika kuperlukan, setan tidur kini mengitari kepalaku disaat aku paling tidak inginkannya. Kalau begini terus, aku tak tahu berapa lama aku bisa tetap bangun di jam pertama.
   
Saat aku memandang kompleks sekolah, aku berhenti dan melihat gedung empat lantai yang reyot itu. Murid-murid yang berkeringat semuanya merangkak ke gedung sekolah seperti sekawanan semut.
+
Saat kupandang komplek sekolah, aku berhenti dan melihat gedung empat lantai yang reyot itu. Murid-murid berkeringat semuanya merangkak ke gedung sekolah seperti sekawanan semut.
   
Kuangkat kakiku untuk menaiki tangga, dan memasuki kelas 1-5 yang sudah tak asing lagi, berhenti tiga langkah dari jendela.
+
Kuseret kakiku menaiki tangga, dan memasuki ruang Kelas 1-5 yang sudah tak asing lagi, berhenti tiga langkah dari jendela.
   
Di sana, duduk di belakang di samping jendela, aku melihat bagian belakang dari kepala Haruhi. Bagaimana aku menjelaskannya? Ia membiarkan dagunya beristirahat di atas tangannya seperti biasa dan melihat keluar dengan ekspresi boneka kayu.
+
Disana, duduk di belakang dekat jendela, kulihat bagian belakang dari kepala Haruhi. Bagaimana harus kujelaskan ya? Dia menopang dagu dengan tangannya seperti biasa dan menatap keluar dengan ekspresi boneka kayu.
   
Di belakangnya, aku dapat melihat ekor kecil bergantung dari rambutnya hingga bahunya. Rambutnya sedikit lebih pendek sekarang untuk diikat ekor kuda, jadi kurasa dia hanya mengikatnya sejadinya?
+
Dari belakangnya, dapat kulihat ekor kecil menggantung dari rambutnya sampai bahu. Rambutnya sedikit terlalu pendek sekarang untuk mengikat kuncir kuda, jadi kuduga dia hanya mengikatnya sejadinya?
   
"Yo, bagaimana kabarmu?"
+
"Yo, pa kabar?"
   
 
Kutempatkan tasku di atas meja.
 
Kutempatkan tasku di atas meja.
   
"Sengsara! Aku baru saja bermimpi buruk semalam."
+
"Sengsara! Aku baru aja mimpi buruk semalam."
   
Haruhi mengatakannya dengan nada yang tenang. Hey, kau sebenarnya baru saja mengalami kejadian menakjubkan semalam!
+
Haruhi mengatakannya dengan nada tenang. Hei, loe sebenarnya baru aja ngalamin kejadian luar biasa semalam!
   
"Itulah kenapa aku tak dapat tidur semalam. Aku ingin meminta izin sakit, tapi nanti absensiku akan menjadi terlalu rendah."
+
"Itulah kenapa aku ga bisa tidur semalam. Aku pengen minta izin sakit, tapi nanti absensiku bakalan jadi terlalu rendah."
   
"Jadi begitu."
+
"Oh gitu."
   
Aku duduk di atas kursi yang keras dan mengamati wajah Haruhi. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya dari telinga ke bawah, jadi aku tak dapat melihat ekspresinya dengan jelas. Dalam beberapa kasus, ia sedang murung. Setidaknya wajahnya mengatakan demikian.
+
Aku duduk di kursi keras dan mengamati wajah Haruhi. Rambutnya menutupi sebelah wajahnya dari telinga ke bawah, jadi aku tak bisa melihat jelas ekspresinya. Apapun itu, suasana hatinya lagi buruk. Setidaknya wajahnya mengatakan demikian.
   
"Hey, Haruhi."
+
"Hei, Haruhi."
   
 
"Apa?"
 
"Apa?"
Line 768: Line 791:
 
Kukatakan pada Haruhi, yang masih menatap keluar,
 
Kukatakan pada Haruhi, yang masih menatap keluar,
   
"Kau terlihat cantik dengan rambut ekor kuda."
+
"Loe keliatan kece dengan kuncir kuda itu."
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
|-
| Back to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Bab06|Bab 6]]
+
| Balik ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Bab06|Bab 6]]
| Return to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Halaman Utama]]
+
| Kembali ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Halaman Utama]]
| Forward to [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Epilog|Epilog]]
+
| Lanjut ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Epilog|Epilog]]
 
|-
 
|-
 
|}
 
|}

Latest revision as of 01:25, 21 December 2009

Bab 7



Yang ngaku-ngaku dirinya android bikinan alien. Yang ngaku-ngaku dirinya gadis yang lompat melalui waktu. Yang ngaku-ngaku dirinya seregu pasukan esper. Ketiganya udah ngebuktiin identitas mereka ke gue, jadi gue boleh ngelepas 'ngaku-ngaku' dari embel-embel mereka. Mereka mengitari Haruhi buat tiga alasan yang berbeda. Jujur aja, semua ini ga terlalu jelek juga. Engga, ini emang jelek. Karena gue masih ga ngerti satu hal.

Kenapa gue?

Koizumi bilang kalo alasan para alien, penjelajah waktu, dan esper semuanya ngumpul di sekeliling Haruhi adalah karena ia pengen.

Lantas, gue gimana?

Kenapa gue kelibat dalam semua ini? Gue cuman manusia. Seratus persen normal. Gue ga tiba-tiba punya ingatan masa lalu yang aneh, atau kekuatan yang tak teromongkan. Cuman anak SMA yang amat sangat normal sekali!

Siapa sih yang nulis cerita ini ngomong-ngomong?

Atau ada orang yang ngebius gue dan bikin gue berhalusinasi semua ini? Atau bahkan mungkin gue pernah kesambar gelombang listrik beracun? Siapa sih keparat yang bikin gue kejebak ke semua ini?

Elo ya, Haruhi?



Becanda.



Gue beneran ga tau apa-apa.

Kenapa gue digangguin ya? Kayaknya semua jawaban itu ada pada Haruhi. Dia yang seharusnya kuatir. Kenapa gue harus ikutan frustasi buat dia? Ini ga masuk akal! Udah gue putusin! Kalau sesuatunya kayak yang Nagato, Koizumi, dan Asahina-san bilang, maka kalian seharusnya ngasih tau Haruhi aja! Dunia mau jadi apa kek nantinya, itu tanggung jawabnya; ga ada hubungannya sama gue.

Taruh aja dia di komedi putar kalian! Keluarin gue dari semua ini!

Saat hari-hari menjelang musim panas, aku jalan berkeringat menaiki lereng, menyeka keringatku dengan jaketku, sambil menarik dasiku dan melepaskan kancing ketiga bajuku. Sudah sepanas ini di pagi hari, dan akan jadi sepanas neraka saat siang. Saat sedang kegertakkan gigiku dan menjalani lereng ke sekolah, seseorang menepuk pundakku. Saat aku membentak "Jangan pegang-pegang! Panas nih!" dan berbalik, wajah Taniguchi terlihat.

"Yo!"

Taniguchi, berjalan bebarengan denganku sekarang, juga berkeringat. "Nyebelin banget, rambut ketata rapi gue ancur begini oleh semua keringat ini," Walau ia berkata begitu, ia masih kelihatan riang.

"Eh, Taniguchi," cepat-cepat kupotong saat Taniguchi terus membual tak jelas soal anjingnya lagi ngapain, "Gue anak SMA biasa, kan?"

"Apa?"

Taiguchi tertawa seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu.

"Loe mesti ngasih gue definisi 'normal' yang bener. Kalo loe pengen ngorek info dari gue."

"Oh, haruskah?"

Menyesal aku tanya itu ke dia.

"Omong kosong itu, bung! Yah, loe nanya gue apa loe normal? Menurut gue anak SMA normal ga bakalan ngedorong cewe ke lantai, di kelas kosong!"

Tentu saja, Taniguchi takkan melupakan hal semacam itu.

"Gue laki-laki juga. Gue ga suka nyari-nyari kesalahan orang, abisnya paling engga gue tau gimana ngejaga tingkah gue. Tapi antara loe dan gue -- tau lah maksud gue, pesolek?"

Sedikitpun engga.

"Gimana caranya loe bergaul sama dia, hah? Sama Nagato Yuki, si cewek A- di daftar cewek cantik gue!"

Nagato pantes dapat A- toh? Yah, bukan itu sih maksudnya.

"Biar gue ceritain ke elo soal itu..."

Kuduga pikiran Taniguchi sekarang penuh akan hasrat dan fantasi tak nyata. Jadi, kuputuskan untuk menggunakan penjelasan berikut ini.

Nagato yang malang itu korban dari kependudukan ga beralasannya si Haruhi di ruang Klub Sastra. Dia kesulitan banget ga bisa ngelakuin aktivitas di klubnya sendiri, jadi dia datang ke gue buat minta bantuan. Dia nanya ke gue kalo-kalo ada cara buat bikin Haruhi ninggalin ruang Klub Sastra dan pergi ke tempat lain. Gue tergugah sama kesungguhan hatinya, jadi gue putusin deh buat bantu tuh cewek malang, dan diskusiin itu bareng dia di tempat yang ga bakalan ketauan sama Haruhi. Pas kami lagi ngomongin soal apa yang musti dilakuin di ruangkelas abis Haruhi udah pergi, Nagato pingsan lantaran penyakit anemianya. Gue sempat nangkap dia sebelum jatuh ke lantai, terus loe datang deh nerobos masuk. Loe liat kan, abis loe tau yang sebenarnya, selalu jadi sepele.

"Boong loe!"

Dia sepak penjelasannya. Sialan! Gue pikir itu cerita sempurna dibumbuin kebenaran.

"Misalnya gue percaya sama bualan itu, gue pikir loe masih ga normal. Loe beneran berhasil bikin Nagato Yuki yang nyaris ga bergaul itu minta tolong ke elo, dan itu mantap banget tuh."

Oh, plis dong ah. Berapa lama emangnya Nagato setenar itu?

"Lagian, loe anteknya Suzumiya. Kalo loe anak SMA biasa, kalo gitu gue senormal proletar."

Maka aku bertanya, "Hei, Taniguchi. Loe punya kekuatan psikis?"

"Ap-?"

Paras yang sudah bodoh di wajahnya naik satu tingkat. Ia terlihat seperti nanpa, tipe yang harus diwaspadai cewek-cewek sekolah.

Katanya, "Gitu toh, jadi bahkan elo pun ngeceburin diri ke racun Suzumiya... Walau baru sebentar bersama, loe benar-benar temen yang baik. Tolong jangan dekat-dekat gue; jadi loe ga ngasih gue 'penyakit Suzumiya'."

Kuberi Taniguchi pukulan ringan, dan dia meledak tertawa terbahak-bahak. Ha, kalo bocah ini esper, gue Sekjen PBB.



Saat kucapai tangga menuju gerbang sekolah, aku semacam bersyukur ke Taniguchi karena mengobrol denganku, karena panasnya telah mendingin setelah berbicara dengannya.

Di cuaca panas begini, bahkan Haruhi pun hanya bisa tergeletak kelelahan di mejanya, terlihat nestapa di bukit dari kejauhan.

"Kyon, aku mau mendidih nih!"

Mungkin begitu. Gue juga sama.

"Kipasin aku pake bukumu."

"Mendingan gue ngipasin diri sendiri daripada orang lain. Gue ga punya energi cukup pagi ini buat bantu elo."

Haruhi tetap tergeletak malas di meja, tanpa aura angkuh dan orator yang biasanya.

"Menurut kamu Mikuru-chan selanjutnnya pake apa ya?"

Abis kostum bunny girl dan maid berarti... bentar, bakalan ada kostum lain!?

"Apa telinga kucing ya? Atau suster? Mungkin dia harus berdandan jadi ratu kali ini?"

Gambar-gambar Asahina-san melintas di benakku: yang wajahnya tersipu hebat dengan sosok mungilnya menggeliat dan dipaksa untuk memakai semua macam kostum-kostum itu. Aku mulai pening. Ah, dia emang terlalu manis.

Sepertinya Haruhi menebak apa yang kupikirkan dan mengeryit padaku. Ia kemudian mengibas ringan rambutnya ke belakang telinganya.

"Wajahmu keliatan goblok," nilai Haruhi sendiri.

Woi, bukannya elo yang ngangkat topiknya? Tapi mungkin ia benar, jadi tak ada gunanya berdebat dengannya.

Sambil mengipasi leher seragamnya dengan buku, ia menyembur, "Bosan banget nih!"

Mulut Haruhi sempurna seperti heno-ji. Ia terlihat seperti karakter komik.



Bahkan dibawah radiasi kuat sinar matahari, kami berhasil bertahan di jam pelajaran olahraga siang yang bagai neraka. Setelah pelajaran, semua orang mengutuk "Sial tuh Okabe! Nyuruh kita lari maraton dua jam penuh!", sambil melepas seragam olahraga kami, yang telah jadi lembaran-lembaran kain basah, di ruang Kelas 1-6, sebelum kembali ke ruang Kelas 1-5.

Sebagian besar cewek sudah ganti baju, tapi karena jam terakhir itu absensi, ada beberapa yang ikut klub olahraga yang masih pakai seragam olahraganya untuk kegiatan ekstrakurikuler mereka. Yang membuatku bingung adalah kenapa Haruhi, yang tak berhubungan dengan klub olahraga apapun, juga pakai seragam olahraga.

"Terlalu panas!"

Betul, itu alasannya.

"Emangnya napa? Aku masih harus ganti baju pas ke ruangklub! Apalagi aku piket minggu ini, dan aku gerak lebih bebas dengan ini."

Haruhi memegang dagunya dengan tangannya dan memandang awan mendung yang berkumpul di luar sana.

"Bukan ide jelek."

Pake seragam olahraga buat tema cosplay berikutnya bukan ide buruk! Apa? 'Cosplay' bukan kata yang tepat? Gue ga tau dia pengen ngapain, tapi sekarang ini dia sedang berusaha bercosplay jadi cewe SMA!

"Kamu nih mikir apaan sih?"

Tebakan akurat Haruhi bikin aku berpikir apa dia bisa baca pikiran.

"Sebelum aku tiba di ruang klub, aku larang kamu ngelakuin hal-hal yang ga senonoh ke Mikuru-chan."

Berarti gue bisa ngelakuin hal senonoh dong abis loe datang?

Kusimpan pikiran itu untuk diriku sendiri dan kuangkat kasar lenganku seperti kriminal yang ditodong pistol oleh sheriff di film-film Barat.



Seperti biasa, kuketuk dulu, dan menunggu balasan sebelum masuk. Seperti boneka yang duduk di kursi, maid manis menyambutku dengan senyum paling cemerlang, seperti bunga matahari menyambut matahari. Ah, gue ngerasa begitu hangat!

Nagato duduk dekat meja sambil baca buku, seperti setangkai Kamelia mekar di musim semi. Argh, gue bikin majas apaan sih?

"Saya buatin teh."

Memakai bandonya, Asahina-san melangkah ke sisi meja karatan dan dengan hati-hati memasukkan daun teh ke teko teh.

Aku duduk di kursi komandan, asyik mengamati Asahina-san yang menyibukkan diri, ketika tiba-tiba kupikirkan sesuatu.

Cepat-cepat kunyalakan komputer dan menunggu hardisknya booting. Segera setelah layarnya muncul, kubuka sebuah file dan memasukkan password "MIKURU". Sudah diduga, kecepatan prosesnya luar biasa di model terbarunya Kelompok Riset Komputer. Dalam sekejap, gambar-gambar Asahina-san berkostum maid muncul di layar monitor.

Setelah kupastikan Asahina-san sibuk merebus teh, kuperbesar salah satu gambar lagi dan lagi.

Gambar itu dari waktu Asahina-san dipaksa berpose seksi oleh Haruhi. Belahannya yang menggiurkan dapat terlihat, dan pada payudara kirinya yang memikat ada tanda hitam kecil. Kusorot tanda tersebut dan kuperbesar lagi; gambarnya sedikit kabur, tapi cukup pasti, disana ada tahi lalat berbentuk bintang.

"Jadi ini ya."

"Kamu nemu sesuatu?"

Sebelum Asahina-san menaruh cangkir teh di meja, dengan cepat kututup semua file gambar. Aku cukup teliti ketika menghadapi hal beginian. Tentu saja, disaat Asahina-san datang ke sebelahku, ia takkan menemukan apa pun pada layar.

"Hah, apa nih? 'MIKURU' file ini isinya apa?"

Oh tidak! Gue terlalu ceroboh!

"Kenapa file itu pake namaku? Apa isinya? Saya lihat ya, ayo dong! Saya lihat ya!"

"Ehm, isinya apa... ya? Apa ya? Kayaknya ga ada apa-apa deh. Iya, itu dia, ga ada apa-apa kok di dalam."

"Kayaknya engga deh!"

Dengan riang Asahina-san merentangkan lengannya dan bersandar padaku saat ia berusaha menangkap mouse dari tangan kananku. Nehi kuchi kuchi hotahe! Kugenggam erat mouse itu jadi dia takkan mengambilnya. Asahina-san kemudian menggantungkan tubuh lembutnya padaku, berusaha merayapi bahuku. Dapat kucium bau manisnya dekat dari wajahku.

"Asahina-san, tolong lepasin aku..."

"Ayo dong, ngintip aja kok!"

Asahina-san, yang menempatkan tangan kirinya di bahuku sambil menggapai mouse dengan tangan kananku, kini sepenuhnya pada diriku; kurasa situasinya berubah dari buruk jadi lebih buruk.

Tawa manisnya meresap masuk dalam kupingku. Tak kuasa menahan godaan seperti itu, kulepaskan genggamanku, dan disaat ini...

"Kalian berdua ngapain?"

Tiba-tiba, kami jadi beku oleh suara dingin, bersuhu minus 273 derajat Celcius. Haruhi, memakai seragam olahraga dan membawa tasnya, punya ekspresi menyeramkan seolah-olah ia baru saja menyaksikan ayahnya melecehkan gadis tak berdosa.

Detik selanjutnya, Asahina-san yang terpaku mulai bergerak. Dengan kikuknya turun dari punggungku, mundur perlahan, kemudian duduk perlahan di kursi seperti robot ASIMO yang baterainya hampir habis. Wajah pucatnya sekarang hampir menangis.

Haruhi berseru "huh", dan melangkah lebar ke meja melirik sekilas ke padaku.

"Jadi, kamu punya fetish maid toh?"

"Maksud loe apa?"

"Aku mau ganti baju."

Terserah loe. Gue cuman bakalan nyeruput teh buatan Asahina-san dengan tenang kok.

"Bukannya aku bilang aku mau ganti baju?"

Jadi apa?

"KELUAR!!!"

Dilemparnya aku keluar ke koridor, dan pintu dibanting di belakangku.

"Itu maksudnya apaan tuh!?"

Bahkan aku tak sempat menaruh cangkirku. Dengan tanganku, kuseka tumpahan teh di jasku, dan lalu bersandar di pintu.

Perasaan aneh apa ini. Kayaknya ada yang ga biasanya deh.

"Oh, tau gue!"

Biasanya si Haruhi buka-bukaan ganti baju di ruangkelas, tapi sekarang dia baru aja nyingkirin gue keluar ruangan.

Kayaknya dia mulai berubah. Barangkali dia mencapai usia dimana dia jadi malu dengan hal-hal begituan? Karena anak-anak Kelas 1-5 bakalan buru-buru keluar kelas pas bel jam olahraga berbunyi, ga ada yang benar-benar nyadar dia udah berubah. Oh iya, orang yang ngebiasain para cowo buru-buru keluar kelas sebelum pelajaran olahraga, Asakura, ga bareng kita lagi.

Kududuk di luar pintu beberapa saat. Suara baju-baju berkelebat sudah berhenti, tapi aku masih belum dengar ada orang memanggilku masuk. dan jadinya duduklah aku dan menunggu selama sepuluh menit penuh.

"Silahkan masuk..."

Suara kecil Asahina-san datang dari balik pintu. Saat maid tak bercela itu membukakan pintu untukku, di balik bahunya kulihat Haruhi duduk murung di meja dengan sepasang kaki putihnya di atas meja. Ia memakai sepasang telinga kelinci panjang di atas kepalanya sementara memakai setelan bunny girl yang penuh kenangan itu. Mungkin ia tak mau repot karena ia tak memakai manset atau dasi. Ia bahkan tak pakai stoking.

"Lengan dan punggungku sih seger, tapi kostum ini ga bikin badanku bernafas."

Dengan bilang begitu, Haruhi mengambil cangkirnya dan meminum tehnya seakan-akan dia menikmatinya, sementara Nagato terus membaca bukunya.

Dikelilingi maid dan bunny girl, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi. Kalo gue bawa nih dua cewek keluar buat narik pelanggan, pasti gue bakalan dapet banyak duit. Saat sedang kupikirkan hal ini...

"Huah, ada apakah ini?"

Koizumi tiba-tiba mengeluarkan bunyi aneh saat menyapa semuanya dengan senyumnya.

"Apakah ada pesta kostum hari ini? Maafkan saya yang tak memakainya hari ini."

Stop omongan nyebelin itu -- bikin ceritanya jadi makin rumit aja.

"Mikuru-chan, duduk disini."

Haruhi menunjuk kursi di depannya. Asahina-san duduk dengan punggungnya mengarah Haruhi. Dia gemetaran dan terlihat ketakutan. Aku berpikir apa yang Haruhi akan lakukan, hanya untuk melihatnya mengepang rambut coklat Asahina-san jadi tiga.

Sepintas, kelihatannya seperti adegan yang mengharukan, seorang kakak yang sedang merapikan rambut adiknya. Namun, ekspresi Asahina-san kaku ketakutan sementara Haruhi memakai wajah merajuk, membuat yang seharusnya adegan mengharukan itu jadi amat canggung. Kuduga Haruhi hanya ingin melihat maid berkepang tiga saja.

Aku menoleh ke Koizumi, yang tersenyum sepanjang waktu saat melihat pemandangan ini, dan bertanya,

"Mau main Othello?"

"Dengan senang hati. Saya belum main itu sudah lama."

Saat hitam dan putih berjuang akan supremasi papan, (aku tak pernah tahu kalau Koizumi, yang bisa berubah jadi bola berpendar, begitu buruk dalam permainan papan) Haruhi mengikat kuncir kuda dengan rambut Asahina-san, lalu melonggarkannya, kemudian buat dua kuncir kuda, dan sanggul...

(Setiap kali Haruhi menyentuh Asahina-san, ia akan menggigil sepenuhnya) sedangkan Nagato terus memanjakan dirinya dengan bukunya.

Bagiku, jadi makin sulit untuk mengerti apa maksud kumpul-kumpul ini.



Benar saja, hari itu kami melakukan aktifitas Brigade SOS dengan damai. Tiada yang berhubungan dengan alien dari dimensi lain, para penjelajah waktu dari masa depan, raksasa-raksasa biru, atau bola-bola merah bercahaya terjadi pada saat itu. Tak seorangpun ingin berbuat apapun yang spesial, juga tak seorangpun tahu apa yang seharusnya diperbuat. Kami hanya merelakan diri kami menunggangi aliran waktu, menghidupi kehidupan SMA kami dengan bermalas-malasan. Semuanya tampak benar-benar normal.

Walaupun aku merasa tak puas dengan kehidupan normal seperti itu, aku selalu bilang pada diriku sendiri "Kenapa dipikirin terus? Loe punya banyak waktu kok." Dan kemudian aku akan sekali lagi mengharapkan hari esok.

Walau begitu, aku lumayan bahagia. Aku datang tanpa tujuan ke ruangklub ini dan menonton Asahina-san sibuk bekerja seperti maid sungguhan, Nagato duduk seperti patung Budha, Koizumi dengan senyum cemerlangnya, dan Haruhi dengan ayunan suasana hatinya. Semua ini menebar aura kenormalan yang komplit, namun semua ini telah jadi bagian dari kehidupan SMAku yang herannya memuaskan. Walau aku sudah mengalami pengalaman surreal soal teman sekelas yang berusaha membunuhku dan melihat monster ganas muncul di dunia kelabu, aku tidak yakin itu semua bukan khayalan dari imajinasiku, hasil hipnotis, ataupun semacam halusinasi.

Aku masih merasa agak kesal ke Haruhi karena menyeretku ke klubnya, tapi dari perspektif yang lebih dalam, hanya karena dialah aku bisa bergaul damai dengan orang-orang yang begitu menarik. Mengenyampingkan pertanyaan "Kenapa gue?", mungkin kelak disuatu hari akan ada manusia normal lain sepertiku yang ingin gabung dengan klub ini.

Ya, telah kupikirkan masalah ini sudah agak lama sekarang.

Semua orang juga akan memikirkan ini, kan?

Namun, masih ada juga orang yang belum pernah memikirkan ini.

Itu benar, orang itu adalah Suzumiya Haruhi.



Malam itu, setelah makan malam dan mandi, dan menyelesaikan perbaikan untuk pelajaran Bahasa Inggris besok, kulihat jam dan menemukan bahwa sudah waktunya tidur. Aku berbaring di kasurku dan membuka buku tebal hardcover yang Nagato jejali ke lenganku. Kupikir baca cepat takkan menyakitkan, jadi dengan santai kubaca beberapa halaman pertama. Ceritanya herannya menarik, jadi kuteruskan halaman demi halaman. Kau benar-benar harus membacanya untuk memahami betapa nikmatnya buku itu. Baca itu ga jelek juga kok!

Namun, mustahil menyelesaikan buku setebal itu dalam semalam, jadi kutaruh buku itu setelah membaca monolog yang amat panjang oleh salah satu protagonisnya. Rasa kantuk mengalahkanku, dan setelah menempatkan pembatas buku dengan tulisan Nagato ke dalam buku itu, kumatikan lampu dan merangkak dalam selimutku. Dalam beberapa menit, aku sudah di alam mimpi.



Kau tahu bagaimana manusia bermimpi? Tidur itu dibagi jadi dua tipe, dan keduanya dikategorikan sebagai tidur REM (Rapid Eye Movement) dan tidur non-REM. Keduanya bergantian secara periodik. Tidur non-REM terjadi beberapa jam pertama setelah seseorang tertidur, dengan otak yang biasanya dalam kondisi seperti stasis. Tidur REM berkenaan dengan kondisi yang tubuh itu tak sadar sedangkan otak jadi sedikit aktif, dan mimpi akan terjadi dalam tahap ini. Di pagi hari, frekuensi keadaan REM akan meningkat, artinya hampir semua orang akan bermimpi sampai tepat disaat mereka bangun. Aku sendiri bermimpi setiap malam, tapi karena aku biasanya bangun telat, aku begitu tergesa-gesa berangkat ke sekolah sehingga biasanya aku lupa mimpiku semalam. Namun, terkadang aku tiba-tiba ingat mimpi yang telah lama terlupakan bertahun-tahun yang lalu. Benar-benar luar biasa bagaimana memori manusia itu disusun.

Baiklah, cukup sekian obrolan santai. Sebenarnya, aku samasekali tak peduli.

Aku merasa seseorang menampar wajahku. Pergi sana! Gue capek! Jangan ganggu mimpi gue!

"......Kyon."

Jam weker gue belum bunyi juga. Kalaupun udah, gue pasti udah langsung matiin itu, dan masih ada waktu sebelum ibu ngirim adik gue buat nyeret gue keluar ranjang.

"Bangun napa sih."

Engga! Gue pengen tidur lebih lama lagi. Gue ga punya waktu buat mimpi-mimpi yang aneh.

"Kubilang bangun! Kamu bisa denger aku ga sih?"

Tangan-tangan yang melingkari leherku kini tak henti-hentinya menggoncang-goncangkanku. Akhirnya kubuka mataku saat aku merasa belakang kepalaku membentur lantai yang keras.

Lantai yang keras?

Aku duduk tegak, melihat bingung. Haruhi menatapku dan mundur untuk menghindari kepala kami berbenturan satu sama lain.

"Kamu bangun sekarang?"

Berlutut di sampingku adalah Haruhi dengan seragam sailornya. Wajah putihnya menunjukkan ekspresi gelisah.

"Kau tahu dimana ini?"

Tentu aja gue tau; kita di SMA North, sekolah kita, dan sekarang ini kita ada di tangga depan loker sepatu dekat gerbang sekolah. Ga ada lampu yang nyala, dan sekolah pas malam keliatan kelabu di depan kita......

Engga, ada yang salah.

Tiada langit malam diatas.

Hanya ufuk lebar kelabu. Langit monoton. Tiada bulan ataupun bintang, bahkan tiada satu awan pun. Hanya langit sekelabu dinding beton.

Dunia terselubung dalam kesunyian dan kegelapan.

Ini Dimensi Tertutup.

Aku perlahan bangkit. Aku heran aku tak pakai piyama, tapi seragam sekolahku.

"Pas aku bangun, aku sudah disini, terus kau di sebelahku. Ada apa ya disini? Kenapa kita di sekolah?"

Tanya Haruhi dalam suara lembut yang abnormal. Aku tak langsung menjawabnya, malahan merentang lenganku untuk merasakan. Dari rasa sakit cubitan di punggung tanganku, hingga merasakan pakaian di tubuhku, tak terasa seperti mimpi. Kutarik dua lembar rambutku. Kudapati rasanya sakit sekali.

"Haruhi, apa cuman kita berdua aja disini?"

"Ya, aku seharusnya tidur di balik selimutku. Kenapa kita muncul disini? Dan langitnya keliatan aneh......"

"Udah ngeliat Koizumi?"

"Belum......kenapa kau nyebut dia?"

"Ga papa, nanya doang."

Kalo Dimensi Tertutup ini dibikin oleh gempa di batas dimensi atau oleh faktor eksternal, seharusnya ada raksasa bercahaya dan Koizumi ada disini juga.

"Ngomong-ngomong, kita tinggalin sekolah sekarang! Mungkin kita bakalan ketemu sama orang."

"Kok bisa kamu ga keliatan kuatir samasekali?"

Pastinya gue kuatir, apalagi ngeliat loe disini juga. Bukannya ini tempat main raksasa-raksasa yang loe bikin? Ato gue yang oversensitif dan cuman ngimpiin semua ini? Duaan bareng Haruhi di Dimensi kosong......kalo Sigmund Freud ada disini, dia pasti nganalisis ini buat gue!

Aku tetap menjauh dari Haruhi saat kami berjalan menuju gerbang sekolah, ketika kami terhalang oleh tembok tak kasat mata. Aku masih ingat rasa elastis tembok ini. Bisa didorong sedikit ke dalam, tapi segera setelah itu, tembok lain yang lebih keras akan membendung segala usaha untuk menembus lebih dalam.

"......Apa ini?"

Haruhi menggapai dan mencoba mendorong tembok tak kasat mata ini, sambil bertanya dengan mata terbelalak. Aku berjalan sepanjang lapangan lari dan menelusuri tembok.

Sepertinya kami terjebak dalam sekolah.

"Kayaknya ga ada jalan buat keluar sekolah."

Aku tak dapat merasakan angin. Seolah-olah bahkan udara pun telah berhenti mengalir.

"Kita coba gerbang belakang yuk!"

"Oh ya, apa ada cara buat ngontak seseorang? Kita cari telepon. Aku ga bawa HPku."

Kalau ini Dimensi Tertutup yang Koizumi bilang padaku, maka mencari telepon akan sia-sia. Walau begitu, kami masih memutuskan untuk masuk ke gedung sekolah untuk mencarinya. Seharusnya ada telepon di ruangan guru.

Sekolah kelihatan seram di kegelapan dengan semua penerangan dimatikan. Kami melewati loker sepatu dan dengan diam memasuki gedung sekolah. Sepanjang jalan, kami menyalakan lampu lantai satu, dan lampu langit-langit langsung menyala. Walaupun lampu-lampu itu adalah penerangan buatan yang dingin, lampu-lampu itu cukup untuk mengeluarkan desahan lega dariku dan Haruhi.

Setelah memastikan tak ada seorang pun di ruangkelas di lantai itu, kami menuju ruangan guru. Biasanya, ruangan guru terkunci, jadi kuambil pemadam api terdekat, memecahkan jendelanya, dan masuk melaluinya.

"......Kayaknya ga jalan."

Haruhi memegang telepon pada telinganya, namun tak dapat mendengar apapun. Ia coba menghubungi beberapa nomor, namun tiada hasil.

Kami tinggalkan ruang guru, menyalakan semua lampu di sepanjang jalan, dan naik tangga, karena Haruhi menyarankan kami kembali ke ruang kelas kami. Karena letak Kelas 1-5 ada di lantai atas, mungkin kami bisa dapat sesuatu dengan melihat ke bawah dari atas.

Haruhi tetap memegang jaketku saat kami berjalan menyusuri koridor. Jangan ngandelin gue; gue ga punya kekuatan supranatural samasekali. Kalo loe setakut itu, gaet lengan gue! Keliatan lebih alami tau!

"Brengsek."

Haruhi mengernyit padaku, tapi jari-jarinya tak pernah melepas jaketku.

Tiada yang berubah di Kelas 1-5; sama seperti saat kami tinggalkan sehabis sekolah.

"......Kyon, lihat......"

Haruhi terdiam setelah berjalan menuju jendela. Aku berjalan ke sampingnya dan melihat situasinya.

Di sekeliling kami adalah dunia abu-abu gelap. Melihat ke bawah dari lantai empat di puncak bukit, aku bahkan bisa lihat cakrawala jauh dari tepi pantai. Semuanya gelap dalam panorama, bahkan tanpa satu pun lampu menyala. Rasanya seperti kiamat.

"Tempat apa ini......"

Bukan seluruh penduduknya menghilang, tapi sebaliknya, kamilah yang menghilang. Tampaknya kami terantuk ke Dimensi Tertutup ini secara tak sengaja.

"Rasanya aneh."

Haruhi menyentuh bahunya dan bergumam.



Karena kami tak tahu kemana lagi harus pergi, kami kembali ke ruangklub tempat kami baru saja menghabiskan sore tadi. Karena aku telah mencuri kuncinya dari ruang guru, kami dapat membuka pintunya dan masuk.

Kami berdua bernafas lega kembali ke ruangan tak asing, yang diterangi dengan baik.

Kami nyalakan radio, tapi kami bahkan tak bisa mendengar suara kresek apapun. Ruangklub begitu sunyi sampai-sampai hanya suaraku menuang teh pun bisa terdengar. Aku tak begitu tertarik mengganti daun teh, jadi aku bikin teh dengan daun teh yang sudah terlalu terpakai dan tak berasa. Haruhi berdiri di sampingku memandang jelas dunia kelabu di luar sana.

"Loe mau teh"

"Engga."

Kuambil cangkirku, menarik keluar kursi, dan duduk. Kuseruput tehku. Haah, teh yang dibuat Asahina-san jauh lebih baik daripada ini.

"Emangnya disini ada apaan sih?! Aku ga ngerti! Ini tempat apaan? Kenapa aku disini?"

Haruhi berdiri dekat jendela dan menghadap keluar; bayangannya kelihatan begitu lemah.

"Dan kenapa aku sama kamu, dari semua orang?"

"Menegetehe!?"

Haruhi mengibas rambutnya dan mengernyit akan tanggapanku.

"Aku keluar mau lihat-lihat." Katanya dan lanjut meninggalkan ruangan. Tepat saat aku mau berdiri juga......

"Kau disini aja, aku balik bentar lagi."

Ia segera meninggalkan ruangan setelah bilang begitu. Haruhi banget yang kayak begituan! Sambil mendengar langkah enerjik Haruhi menghilang dan menyeruput teh hangat tak berasaku, benda itu muncul.

Sebuah bola kecil merah yang bersinar. Awalnya sebesar bola pingpong, kemudian bola itu tumbuh besar, bersinar seperti kunang-kunang sebelum akhirnya mengambil bentuk manusia.

"Koizumi, itu elo ya?"

Di hadapanku ada bentuk manusia yang bersinar, tapi aku tak dapat melihat penampilan Koizumi dengan jelas, termasuk mata, hidung, dan mulutnya.

"Halo, yang disana." Suara santai datang dari dalam obyek bersinar itu.

"Loe telat banget sih! Gue pikir loe bakalan muncul di wujud manusia loe....."

"Saya tahu. Itulah yang akan saya jelaskan padamu juga. Ada alasan tepat kenapa saya begitu tertunda. Sejujurnya; Ini darurat!" Cahaya merah itu sedikit gemetar. "Jika ini adalah Dimensi Tertutup biasa, saya dapat masuk dengan mudah, tapi tidak kali ini. Saya harus muncul dalam wujud tak sempurna ini, dan karena saya butuh beberapa bantuan dari rekan-rekan saya sebelum saya akhirnya bisa masuk sini, saya bahkan tak bisa tetap di keadaan ini lama-lama. Kekuatan kami menghilang perlahan-lahan, bahkan saat kita berbicara."

"Emangnya ada apaan sih? Apa cuman gue dan Haruhi aja disini?"

"Ya," jawab Koizumi.

"Berarti apa yang kami takutkan akhirnya terjadi. Suzumiya-san sudah bosan akan realitas ini, dan ia putuskan untuk menciptakan yang baru."

"......"

"Para atasan kami sekarang panik total. Tak ada seorangpun yang tahu apa jadinya dunia ketika tuhannya menghilang. Walau ada kemungkinan dunia akan bertahan selama Suzumiya-san memutuskan untuk mengampuninya, ada juga kemungkinan akan lenyap seketika."

"Loe pengen bilang apa......?"

"Sederhananya," cahaya merah itu kini meliuk seperti api, "Anda dan Suzumiya-san kini telah menghilang dari dunia kita. Dunia ini bukan Dimensi Tertutup tapi sebaliknya dimensi jenis baru yang diciptakan oleh Suzumiya-san. Dimensi-Dimensi Tertutup yang kita lihat sebelumnya barangkali hanya latihan sebelum ia putuskan untuk benar-benar menciptakan ulang dunia ini."

Lelucon yang menarik, tapi gue ga tahu gimana caranya gue ketawa sekarang. Ha ha ha.

"Saya tidak bergurau. Dunia ini mungkin dunia yang paling mendekati yang Suzumiya-san inginkan. Kami masih tak yakin dunia apa yang ia ingini, tapi kita seharusnya dapat jawabannya segera."

"Mari kita kesampingkan masalah itu dulu, masalah sebenarnya adalah kenapa gue disini?"

"Anda betulan tidak tahu? Anda adalah orang yang dipilih oleh Suzumiya-san. Andalah satu-satunya orang di dunia kita yang Suzumiya-san inginkan bersama. Saya kira anda telah menemukan hal itu sekarang." Cahaya di sekeliling Koizumi sekarang berkelip redup seperti senter kehabisan baterai, kecerahannya jelas-jelas melemah. "Saya mau mencapai batasku sekarang. Jika begini terus, saya takkan pernah bisa melihatmu lagi; di sisi lain tapinya, saya agak lega karena saya tak lagi harus memburu para Avatar itu lagi."

"Apa harus gue hidup sendirian bareng Haruhi di dunia kelabu begini?"

"Kalian berdua seperti Adam dan Hawa. Bila kalian punya bayi-bayi untuk mempopulasi ulang dunia, akan baik-baik saja, bukan?"

"......Diem ato gue tonjok loe."

"Hanya bercanda! Sekarang kondisi tertutup ini mungkin hanya sementara, tapi sesegera mungkin akan menjadi mirip dengan dunia yang anda kenal. Namun, dunia ini akan benar-benar berbeda dari dunia tempat kita berasal. Adapun sekarang, dunia ini bisa dianggap sebagai dunia nyata, sementara realitas asli seharusnya dianggap Dimensi Tertutup. Soal apa perbedaan antara dua dunia ini, sayangnya kami tidak tahu. Bila saya cukup beruntung untuk terlahir kembali di realitas baru, saya mengandalkan anda untuk mengantar saya melihat-lihat."

Saat ini, obyek bersinar berbentuk manusia Koizumi mulai perlahan meluruh dan kemudian, seperti bintang kehabisan bahan bakarnya, kini menyusut ke aslinya ke ukuran bola pingpong.

"Mustahil ya kami kembali ke dunia asli?"

"Selama Suzumiya-san mengharapkannya, mungkin masih bisa. Saya hanya mengenalmu dalam waktu singkat; sungguh disayangkan, tapi saya benar-benar menikmati waktu saya bersama Brigade SOS......Oh, iya, hampir saja saya lupa, saya harus menyampaikan pesan dari Asahina Mikuru dan Nagato Yuki untukmu."

Dan Koizumi meninggalkan pesan ini sebelum dia benar-benar menghilang:

"Asahina Mikuru memintaku untuk mewakilinya meminta maaf: ia bilang, 'maaf, ini semua salahku.' Juga, Nagato Yuki menyuruhmu untuk 'ingat hidupkan komputer.'"

Setelah pesan itu, dia menghilang seperti api lilin tertiup angin.

Ga tau gue kenapa Asahina-san harus minta maaf ke gue. Apa dia bikin kesalahan ke gue? Tapi kuputuskan untuk tak memikirkannya sekarang; malahan, kuikuti permintaan Nagato dan menghidupkan komputer. Setelah hardisknya mengeluarkan suara bip, logo OS harusnya muncul di layar monitor......Aneh, kenapa ga muncul apa-apa? Layar OS yang harusnya muncul setelah beberapa detik engga muncul; layar terlihat hitam pekat dengan hanya kursor ketik putih berkedip di pojok kiri atas layar monitor. Lalu, kursor tersebut mulai bergerak tanpa suara, dan sebaris kata-kata dingin pun muncul.


 YUKI.N > Kau baca ini?


Aku terpaku sesaat, kemudian kutarik keyboard mendekat dan mulai mengetik.

 'Yup.'
 YUKI.N > Sekarang saya belum sepenuhnya kehilangan kontak dengan dunia kau berada. 
Tapi hanya masalah waktu, karena diskoneksi harusnya terjadi dengan sangat segera.
Bila begitu, ini akan jadi percakapan kita yang terakhir.
 'Aku harus ngapain?'
 YUKI.N > Saya juga tidak tahu. Semburan data abnormal sudah sepenuhnya hilang disini. 
Entitas Gabungan Benak Data sangat kecewa dengan ini, karena mereka akan kehilangan
kemungkinan berevolusi.
 'Maksudmu apa soal kemungkinan berevolusi? Emangnya gimana Haruhi berevolusi?'
 YUKI.N > Menjadi amat berakal berarti dapat memproses data dengan cepat dan akurat. 
Makhluk organik berakal dibatasi oleh aliran-aliran data yang terlampau tidak akurat dan tercampur-aduk
disebabkan oleh tubuh fisik mereka, dan tak bisa memproses data dengan cepat dan akurat.
Jadi setelah berevolusi sampai ke tingkatan tertentu, makhluk organik akan berhenti berevolusi.
 'Apa mungkin berevolusi bahkan tanpa tubuh fisik?'
 YUKI.N > Entitas Gabungan Benak Data juga tercipta dari data. 
Mereka tadinya juga percaya bahwa kemampuan mereka memproses data akan meningkat tak terhingga
sampai alam semesta menjadikan dirinya terlalu panas. Tapi mereka salah.
Sama seperti alam semesta yang punya tepi, evolusi mereka juga punya batas,
setidaknya para entitas benak bergantung pada data untuk bertahan hidup.
 'Kalau Suzumiya?'
 YUKI.N > Suzumiya Haruhi memiliki kemampuan untuk menciptakan sejumlah besar data dari ketiadaan. 
Kemampuan yang tak Entitas Benak Data miliki.
Ia dapat melepas data yang takkan pernah dapat diproses oleh manusia,
makhluk biasa, di sepanjang hidupnya. Entitas Gabungan Benak Data percaya
jika kemampuan menciptakan data ini dianalisis, mereka akan dapat
menemukan cara bagaimana berevolusi otomatis.

Kursornya berkedip sesaat. Barangkali Nagato ragu memilih kata-kata untuk digunakan. Detik berikutnya, kata-kata mengalir seperti air.

 YUKI.N > Kupertaruhkan semuanya padamu.
 'Mempertaruhkan aku buat apa?'
 YUKI.N > Kuharap kalian berdua dapat kembali ke dunia ini. 
Suzumiya Haruhi adalah target observasi penting,
harta karun penting yang mungkin hanya muncul sekali di alam semesta ini.
Selain itu, saya sendiri berharap kau kembali.

Warna kata-kata itu mulai memudar bersamaan dengan daya listriknya jadi makin melemah. Kursornya kembali mengetik beberapa kata.

 YUKI.N > Sampai jumpa di perpustakaan.

Kata-katanya menggelap; bahkan berusaha mengatur kecerahan layar tak membantu. Akhirnya, Nagato mengetik dua kata ini.

 YUKI.N > putri tidur



Nguung Suara hardisk berputar membuatku melompat dari kursiku. Lampu pada CPU itu berkedip, dan layar OS yang tak asing telah muncul. Suara kipas komputer berputar adalah semua yang dapat didengar di dunia ini.

"Gue harus ngapain? Koizumi! Nagato!"

Aku mendesah dalam-dalam dan menolehkan kepalaku putus asa ke arah jendela.



Sinar biru bersinar dari luar jendela.



Raksasa bersinar kini berdiri di halaman sekolah. Karena letaknya begitu dekat, raksasa itu terlihat seperti tembok biru besar.

Haruhi bergegas memasuki ruangan.

"Kyon! Ada yang muncul!"

Haruhi melihat sampai-sampai mau menabrakku, yang berdiri dekat jendela, dan cepat-cepat berhenti serta berdiri di sampingku.

"Apa tuh? Besar banget! Itu monster ya? Ga keliatan kayak ilusi."

Haruhi terdengar amat bersemangat. Depresi kegelisahannya beberapa waktu lalu sudah menghilang. Sekarang, matanya berkilau dengan antusiasme. Tiada rasa takut dapat ditemukan di dalamnya.

"Menurutmu itu alien? Atau jangan-jangan senjata super yang dibikin sama orang jaman purba, yang bangun dari tidur panjangnya? Apa benda itu alasan kenapa kita ga bisa keluar dari sekolah?"

Tembok biru itu bergerak. Bayangan raksasa yang sedang menghancurkan bangunan dengan mudah terlintas di benakku. Cepat-cepat kugenggam tangan Haruhi dan berlari keluar ruangklub.

"Bentar! Tunggu bentar, kamu ngapain!?"

Saat kami buru-buru lari ke koridor, hampir runtuh, gelegar keras bergetar di udara; cepat-cepat kudorong Haruhi ke lantai dan melindunginya dengan tubuhku. Komplek klub bergoncang dahsyat. Suara dan getaran objek keras, yang berat menghentak tanah tersiar ke telingaku. Dari sini aku tahu sasaran raksasa itu bukan komplek klub tetapi komplek sekolah di seberang.

Kugenggam Haruhi, yang begitu terkejut sampai-sampai mulutnya megap-megap seperti ikan mas koki, dan mulai berlari. Herannya, Haruhi menurut mengikutiku dan berlari.

Telapak tanganku mulai berkeringat. Begitu pula Haruhi.

Komplek klub lama samasekali tak berdebu. Dengan seluruh kekuatanku, aku berlari dengan Haruhi di belakangku menuju tangga. Suara raksasa yang menyebabkan lebih banyak kehancuran dapat terdengar.

Aku berlari menuruni tangga sambil merasakan panas tubuh Haruhi tersalurkan lewat telapak tangan kami. Setelah menyeberangi halaman, kami melewati lereng dan menuju ke lapangan lari. Pada saat ini, kulirik Haruhi. Mungkin aku salah, tapi tampaknya dia lumayan senang. Bagaikan seorang anak kecil bangun di pagi hari Natal dan mendapati hadiah yang diidam-idamkannya kini ada di sebelah tempat tidurnya.

Setelah berlari cukup jauh dari bangunan sekolah, kami berbelok dan melihat ke atas, dan menemukan seberapa besar raksasa itu. Raksasa dalam Dimensi Tertutup yang Koizumi tunjukkan padaku juga sebesar ini, hampir setinggi gedung.

Raksasa itu mengayunkan tangannya, dan bangunan sekolah pun runtuh. Karena komplek berlantai empat sudah rusak oleh serangan sebelumnya, komplek itu kini runtuh dengan mudah. Puing-puing berjatuhan dan terpencar ke berbagai arah bersama dengan suara memekakkan telinga yang dibuatnya.

Kami berlari dengan kalut ke tengah lapangan lari berukuran dua ratus meter sebelum berhenti. Satu raksasa luar biasa kini telah muncul di sekolah gelap monoton.

Kalo loe pengen foto, loe seharusnya foto beginian, bukan foto ketua Kelompok Riset Komputer grepe-grepe susu Asahina-san, dan pastinya bukan foto-foto Asahina-san pake macam-macam kostum itu. Website kita harusnya punya foto-foto kayak yang kita liat sekarang!

Saat aku sedang memikirkan ini, tiba-tiba Haruhi berkata di telingaku,

"Menurutmu dia bakalan nyerang kita ga ya? Kayaknya dia samasekali ga jahat deh, menurutmu gimana?"

"Ga tau."

Saat kujawab Haruhi, aku berpikir disaat yang sama tentang apa yang Kozumi bilang ketika membawaku masuk ke Dimensi Tertutup. Kalo kita biarin para "Avatar" ini ngelanjutin amukan mereka, maka abis ngancurin, Dimensi Tertutup bakalan ngegantiin dunia nyata, berarti dunia kelabu ini bakalan ngegantiin dunia tempat kita berasal, terus......

Dunia kita bakalan jadi gimana?

Menurut apa yang Koizumi bilang ke gue, Haruhi kayaknya sedang bikin dunia yang benar-benar baru. Apa Asahina-san dan Nagato yang gue kenal bakalan ada di dunia baru ini? Atau ini bakalan jadi dunia surreal dimana para "Avatar" jalan-jalan bebas, dan alien, penjelajah waktu, dan esper jadi hal yang lumrah?

Kalo dunia beneran jadi kayak gitu, gue mainin peran apaan?

Argh, lupain itu, percuma aja berusaha mikir lagi, abisnya gue ga ngerti. Gue ga ngerti Haruhi mikir apaan, dan gue ga punya kekuatan telepati apapun yang bisa bikin gue baca pikiran orang.

Saat ini juga, kudengar Haruhi berbicara padaku,

"Sebenarnya apa yang terjadi sih disini? Mau dunia ini kek ato raksasa itu kek, semuanya aneh banget!"

Semua itu dibikin sama elo, non! Harusnya gue yang nanya, kenapa loe nyeret gue ke semua ini!? Adam dan Hawa apaan? Bego tuh! Gue ga bakalan percaya sama cerita taek begitu! Ga akan!

"Bukannya loe pengen balik ke dunia asli?"

Tanyaku dengan tenang.

"Kamu ngomong apa?"

Haruhi menoleh padaku. Wajahnya mulus putih bahkan dalam dunia kelabu ini, dan mata berkilaunya kini diselubungi kegelapan.

"Kita ga bisa tinggal disini selamanya! Ga ada satupun toko, jadi ga ada tempat buat makan pas kita lapar. Lagian, sekolah ini dikelilingin tembok yang ga keliatan: ga ada jalan keluar dari sini. Kalau gini terus kita bakalan mati kelaparan."

"Hmm, emang semuanya aneh sih, tapi aku ga peduli. Akhirnya toh bakalan beres. Entah kenapa, aku senang banget aja."

"Terus Brigade SOS gimana? Elo kan yang bikin klub itu! Loe bakalan tinggalin gitu aja?"

"Aku benar-benar ga peduli lagi, abisnya aku udah ngalamin sesuatu yang asik sekarang; ga perlu aku keluar dan nyari kejadian-kejadian misterius."

"Tapi, gue pengen balik ke dunia asli."

Si raksasa sejenak menghentikan penghancuran akan sekolah.

"Sebelum kita berakhir di situasi aneh ini, gue ga nyadar segimana gue suka hidup gue sebelumnya. Disana gue punya si idiot Taniguchi, Kunikida, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san, dan bahkan Asakura yang udah lama ngilang."

"......Kamu ngomong apa sih?"

"Gue pengen banget ngeliat teman-teman lagi. Banyak yang pengen gue ceritain ke mereka."

Haruhi menunduk, kemudian melanjutkan setelah beberapa saat,

"Kita bakal ngeliat mereka; dunia ini ga bakalan selamanya ketutup kegelapan. Segera setelah pagi datang, matahari akan muncul. Aku yakin itu."

"Engga kayak gitu. Dunia ini bukan kayak yang loe pikirin. Gue benar-benar pengen ngeliat teman-teman di dunia yang asli."

"Aku ga ngerti kamu ngomong apaan."

Haruhi mengernyit padaku, seperti anak kecil yang hadiah tersayangnya direbut orang, menyingkap kemarahan dan kesedihannya.

"Bukannya kau muak dan lelah sama dunia ngebosenin itu juga? Dunia itu normal banget sampai-sampai ga ada yang spesial samasekali. Bukannya kau pengen ngalamin sesuatu yang menarik juga?"

"Dulu gue mikir kayak gitu."

Si raksasa mulai bergerak. Dia menendang bagian tersisa dari komplek sekolah dan menuju ke halaman. Di perjalanan, dia membabat koridor sekolah dengan lengannya, kemudian menendang komplek klub keras-keras. Sekolah perlahan diratakan, termasuk ruangklub kami.

Kulihat melewati pundak Haruhi dan tercengang saat mendapati tembok-tembok biru bersinar lainnya. Satu, dua, tiga......ketika sampai lima, kuputuskan berhenti menghitung.

Tanpa dihalangi bola-bola merah, para raksasa biru bersinar kini memulai penghancuran dunia kelabu ini tanpa penundaan. Aku tak mengerti apa yang menarik dari semua penghancuran ini. Setiap kali mereka menggerakkan lengan dan kaki mereka, semua yang mereka sentuh hilang seketika.

Beberapa saat kemudian, setengah sekolah telah lenyap.

Aku tak tahu seberapa besar Dimensi Tertutup ini, dan tak tahu apakah dimensi ini dapat meluas dan menjadi realitas lain. Saat ini, pikiranku penuh ketidakpastian. Jika saat ini juga, seorang pemabuk tua duduk di sebelahku di kereta bilang padaku "Kuberi tahu kau sesuatu, tapi jangan kasih tahu siapa-siapa! Aku sebenarnya alien," aku akan percaya padanya begitu saja. Karena jumlah kejadian misterius yang kualami sekarang telah tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan sebulan yang lalu.

Apa sebenarnya yang bisa kulakukan? Jika ini sebulan yang lalu mungkin aku takkan memikirkan apa pun, tapi kini aku percaya aku bisa. Karena aku sudah mendapatkan beberapa petunjuk.

Setelah kuputuskan, kukatakan berikut ini,

"Haruhi, beberapa hari terakhir ini, gue udah ngalamin hal-hal yang sangat menarik. Walau loe ga tahu, ada segala macam orang yang perhatian banget sama elo. Ga konyol kalo bilang dunia secara harfiah ngelilingin elo. Semua orang percaya elo tuh orang yang sangat spesial, dan mereka udah berusaha ngedukung kepercayaan itu dengan tindakan. Mungkin loe ga tau, tapi dunia diarahin ke arah yang menarik banget lho."

Saat kugenggam bahu Haruhi, kusadari aku masih memegang tangannya, sementara Haruhi melihatku dengan wajah yang berkata, "Kamu kerasukan apa sih?"

Kemudian, ia mengalihkan matanya dariku dan ke arah para raksasa biru yang mengamuk, dengan ekspresi tanpa basa-basi.

Melihat wajah muda dan halusnya, aku teringat "kemungkinan berevolusi" Nagato, "distorsi temporal" Asahina-san, dan Koizumi yang memperlakukan Haruhi sebagai "Tuhan". Tapi buat gue, buat gue Haruhi tuh apaan? Gue nganggap dia apa?

Haruhi adalah Haruhi, mau ngomong apa lagi? Gue ga niat cuman jawab gitu aja sih. Tapinya, gue ga punya jawaban pasti. Gue dah duga pasti begini, kan? Kalo elo nunjuk ke teman sekelas di belakang gue dan nanya, "Dia siapanya elo?" -- Menurut loe gimana gue harus jawab? ......Ini, sori. Gue muter-muter di lingkaran lagi! Buat gue, Haruhi bukan teman sekelas biasa, dan pastinya bukan "kemungkinan berevolusi", "distorsi temporal", ato bahkan "Tuhan".

Si raksasa itu berputar menuju lapangan lari. Dia seharusnya tak punya mata, namun aku dapat merasakan dengan jelas pandangannya. Dia berjalan satu langkah ke arah kami. Satu langkahnya kira-kira beberapa meter, atau dia takkan memperkecil jarak antara kami secepat itu sekalipun berjalan begitu lamban!

Gue ngerti! Bukannya Asahina-san bilang sesuatu soal ini? Ramalan itu lho! Dan pesan terakhir Nagato. Putri Salju dan Putri Tidur. Plis dong ah, bahkan gue pun tau Putri Tidur itu maksudnya apa! Apakah persamaan antara kedua cerita itu? Di situasi kita yang mengerikan, jawabannya hampir diteriakin keras-keras.

Men, jelek banget nih.

Ini terlalu jelek sekali! Asahina-san, Nagato. Gue ga bakalan pernah nerima perkembangan seperti ini! Ga akan!

Rasionalitasku menuntut akan hal itu. Tapi manusia tak pernah jadi makhluk yang hanya bergantung pada akal untuk bertahan hidup. Mungkin mereka perlu sedikit apa yang disebut Nagato "data yang tercampur-aduk". Kulepaskan tangan Haruhi, mencengkeram bahunya, dan menghadapkannya padaku.

"Apa sekarang......"

"Tau ga, gue suka elo dengan kuncir kuda."

"Apa?"

"Gue ga tahu kapan, tapi sejak itu, gue ga bisa berhenti mikirin elo dengan kuncir kuda. Menurut gue itu paling cocok buat elo."

"Kamu kenapa sih?"

Kuabaikan protes Haruhi dan menciumnya di bibir... Kugenggam tangannya dan kutahan erat-erat, tak ingin kulepaskan.

Mata hitamnya menentangku. Kuabaikan protes Haruhi dan menciumnya di bibir. Adalah aturan tak tertulis untuk menutup mata di saat-saat seperti ini, jadi kututup mataku. Dan jadinya, aku tak tahu seperti apa ekspresi Haruhi. Apakah matanya terbuka karena terkejut? Atau ia menutup matanya juga? Ataukah ia mencoba mengangkat tangannya dan menamparku? Tapi kalaupun ia menamparku, kupikir tak masalah. Tentulah! Jika orang lain melakukan ini ke Haruhi, mereka akan tahu bagaimana perasaanku. Kugenggam tangannya dan kutahan erat-erat, tak ingin kulepaskan.

Masih dapat kudengar gemuruh di kejauhan; kayaknya raksasa itu masih ngancurin sekolah. Tepat saat kupikirkan hal ini, tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku dan jatuh ke bawah, dan semuanya jadi terbalik. Ada benturan keras pada sisi kiriku. Tak peduli apa yang kulakukan, aku tak kuasa menjaga keseimbanganku. Ketika kucoba duduk dan membuka mataku, kulihat langit-langit yang tak asing dan terkesima.



Aku di kamarku, dan berputar, kusadar aku terjatuh dari kasur ke lantai. Tentu saja, aku mengenakan piyamaku. Setengah selimut yang kacau terkulai tergeletak di lantai. Kutempatkan tanganku ke punggungku, dan menganga seperti idiot.

Sudah beberapa waktu sebelum aku bisa berpikir lagi.

Dibawah kondisi setengah bermimpi, aku perlahan berdiri, membuka jendela, dan melihat keluar. Kulihat beberapa bintang berkelip dan lampu jalan bersinar. Kupastikan ada cahaya dari jendela-jendela orang lain dan siluet yang bergerak secara berkala di belakangnya.

Apa itu mimpi ya? Apa gue bermimpi semua ini?

Gue bermimpi dimana gue jatuh ke dunia surreal dengan cewek yang gue kenal, dan akhirnya nyium dia! Mimpi yang gampang banget dimengerti yang bisa bikin Sigmund Freud ketawa terbahak-bahak.

Argh, gue benar-benar pengen langsung gantung diri.

Mungkin gue harus bersyukur kalo negara ini udah ngelarang kepemilikan senjata api, kalo engga gue udah ambil senapan otomatis dan nodongin itu ke kepala gue tanpa ragu-ragu. Kalo itu Asahina-san, maka paling engga gue ngelaksanain semacam analisis kepribadian mendetail dari mimpi ini, tapi gue mesti bermimpi soal diriku nyium Haruhi, dari semua orang! Alam bawah sadar gue mikir apaan sih!?

Aku duduk letih di lantai dan memegangi kepalaku, berpikir kalo ini semua mimpi, rasanya kok begitu nyata? Tangan kanan yang berkeringat, dan kehangatan tersisa di bibirku......

......Apa ini...apa ini berarti ini bukan dunia yang asli? Apa ini dunia baru yang dibikin Haruhi? Apa ada cara buat mastiin ini?

Engga ada, ga peduli seberapa keras gue mikir. Ato lebih tepatnya, gue ga pengen mikirin masalah ini. Kalo gue harus ngakuin semua itu mimpi karena otak gue yang rusak, maka mendingan gue percaya kalo dunia udah dihancurin. Lagian, sekarang ini gue dalam penyangkalan.

Kulihat jam alarmku. Dua tiga puluh pagi.

......Gue mau balik tidur.

Kutarik selimutku hingga ke atas kepalaku, meminta pikiranku yang sudah jernih untuk memberiku tidur nyenyak.



Aku tak bisa tidur.

Itulah kenapa sekarang aku begitu kelelahan hingga aku hampir perlu merangkak supaya bisa menaiki landaian. Ini membunuhku, jujur saja. Aku senang aku tak bertemu dengan Taniguchi di jalan, atau aku akan dipaksa untuk mendengarnya lagi dan lagi. Matahari kian melepaskan panas dari reaksi fusi nuklirnya yang takkan berakhir. Tuan Matahari, saya mohon, tak dapatkah anda beristirahat sebentar? Gue bisa mati kepanggang!

Menolak datang ketika kuperlukan, setan tidur kini mengitari kepalaku disaat aku paling tidak inginkannya. Kalau begini terus, aku tak tahu berapa lama aku bisa tetap bangun di jam pertama.

Saat kupandang komplek sekolah, aku berhenti dan melihat gedung empat lantai yang reyot itu. Murid-murid berkeringat semuanya merangkak ke gedung sekolah seperti sekawanan semut.

Kuseret kakiku menaiki tangga, dan memasuki ruang Kelas 1-5 yang sudah tak asing lagi, berhenti tiga langkah dari jendela.

Disana, duduk di belakang dekat jendela, kulihat bagian belakang dari kepala Haruhi. Bagaimana harus kujelaskan ya? Dia menopang dagu dengan tangannya seperti biasa dan menatap keluar dengan ekspresi boneka kayu.

Dari belakangnya, dapat kulihat ekor kecil menggantung dari rambutnya sampai bahu. Rambutnya sedikit terlalu pendek sekarang untuk mengikat kuncir kuda, jadi kuduga dia hanya mengikatnya sejadinya?

"Yo, pa kabar?"

Kutempatkan tasku di atas meja.

"Sengsara! Aku baru aja mimpi buruk semalam."

Haruhi mengatakannya dengan nada tenang. Hei, loe sebenarnya baru aja ngalamin kejadian luar biasa semalam!

"Itulah kenapa aku ga bisa tidur semalam. Aku pengen minta izin sakit, tapi nanti absensiku bakalan jadi terlalu rendah."

"Oh gitu."

Aku duduk di kursi keras dan mengamati wajah Haruhi. Rambutnya menutupi sebelah wajahnya dari telinga ke bawah, jadi aku tak bisa melihat jelas ekspresinya. Apapun itu, suasana hatinya lagi buruk. Setidaknya wajahnya mengatakan demikian.

"Hei, Haruhi."

"Apa?"

Kukatakan pada Haruhi, yang masih menatap keluar,

"Loe keliatan kece dengan kuncir kuda itu."


Balik ke Bab 6 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Epilog