Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab07"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(add footer)
(No difference)

Revision as of 18:06, 11 November 2009

Suzumiya Haruhi:Volume1 Chapter7

Seorang manusia buatan yang mengaku diciptakan oleh para alien, seorang gadis yang datang dari masa depan, dan seorang ksatria esper muda telah meyakinkanku dengan membuktikan identitas mereka padaku. Mereka mengitari Haruhi untuk tiga alasan yang berbeda. Sejujurnya, semua ini tidak terlalu buruk. Tidak, ini buruk. Karena ada satu hal yang tak kumengerti.

Kenapa aku?

Koizumi pernah mengatakan bahwa alasan para alien, penjelajah waktu, dan esper berkumpul di sekeliling Haruhi adalah karena ia menginginkannya.

Lalu, bagaimana denganku?

Kenapa aku terlibat dalam semua ini? Aku hanya seorang manusia biasa. Seratus persen normal. Aku tidak mempunyai masa lalu yang aneh, atau kekuatan yang kurahasiakan. Aku hanya seorang murid SMU yang sangat amat normal.

Siapa pula yang menulis cerita ini?

Atau seseorang telah meracuniku dan membuatku berhalusinasi tentang semua ini? Atau mungkin aku pernah terkena sambaran gelombang listrik yang beracun? Siapakah keparat yang membuatku terjerumus ke dalam kejadian-kejadian ini?

Apakah itu kau, Haruhi?

Bercanda.


Aku tak benar-benar tahu segalanya.


Kenapa aku merasa terganggu? Sepertinya semua jawaban itu terdapat pada Haruhi. Dia yang seharusnya khawatir. Kenapa aku harus ikut berfrustasi untuknya? Ini semua tidak masuk akal! Sudah kuputuskan demikian! Jika semuanya memang seperti yang dikatakan oleh Nagato, Koizumi, dan Asahina-san, maka kalianl sendiriah yang harus memberitahu Haruhi! Apa pun yang akan terjadi pada dunia ini, itu semua tanggung jawabnya; Aku tak ada hubungannya sama sekali.

Tempatkanlah dia dalam komedi putar kalian! Lepaskan aku dari semua ini!

Menjelang musim panas, aku berjalan menaiki lereng, menyeka keringatku dengan jaketku, sambil menarik dasiku dan melepaskan kancing ketiga dari bajuku. Pagi saja sudah begini panas, dan akan menjadi sepanas neraka siang nanti. Saat aku sedang menggertakkan gigiku sambil berjalan, seseorang menepuk pundakku. Saat aku berteriak "Jangan sentuh aku! Panas, tahu!" dan berbalik, wajah Taniguchi terlihat olehku.

"Yo!"

Taniguchi, berjalan di sampingku sekarang, juga berkeringat. "Benar-benar menjengkelkan, rambutku yang sudah tertata rapi hancur lebur oleh keringatku," Walaupun ia berkata seperti itu, wajahnya masih terlihat riang.

"Eh, Taniguchi," Aku cepat-cepat memotong saat Taniguchi membual tak jelas tentang anjingnya, "Aku masih anak SMU yang normal, kan?"

"Apa?"

Taiguchi tertawa seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu

"Mungkin kau perlu mendefinisikan apa itu 'normal'. Kalau tidak begitu percakapan ini tak akan masuk akal."

"Benarkah?"

Aku menyesal menanyakan hal itu padanya.

"Hanya bercanda! Kau normal? Kurasa anak SMU normal tak akan mendorong seorang gadis ke dalam kelas yang kosong!"

Tentu saja, Taniguchi tak akan melupakan hal itu.

"Aku laki-laki juga, jadi aku tahu batas-batasku. Rahasiamu pasti aman denganku, kau tahu maksudku?"

Aku tak mengerti sama sekali.

"Sejak kapan kau dan dia berhubungan? Aku menilai Nagato Yuki termasuk perigkat A-!"

Jadi, Nagato termasuk A- dalam peringkatnya. Aku mencoba menjelaskan pada Taniguchi,

"Itu karena..."

Kurasa pikiran Taniguchi sekarang dipenuhi nafsu dan khayalan yang tak nyata. Jadi, kuputuskan untuk memberinya penjelasan sebagai berikut.

Nagato yang malang, adalah korban dari pekerjaan tak jelas Haruhi di ruang Klub Literatur. Ia sangat terganggu dan tak dapat menyelenggarakn aktifitas untuk klubnya sendiri, jadi ia datang padaku untuk meminta bantuan. Ia bertanya padaku, apakah ada cara untuk membuat Haruhi meninggalkan ruang Klub Literatur dan pindah ke tempat lain. Aku tergerak oleh ketulusan hatinya, jadi kuputskan untuk membantunya, dan berdiskusi dengannya di tempat yang tak akan dapat ditemukan oleh Haruhi. Saat kami sedang berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan di dalam kelas setelah kepergian Haruhi, Nagato pingsan akibat penyakit anemianya. Aku sempat menangkapnya sebelum ia jatuh ke lantai, dan kemudian kau tiba-tiba masuk. Tidak ada apa-apa!

"Ya benar!"

Ia bahkan menendangku setelah mengatakan itu. Sialan! Mengarang cerita yang sangat sempurna seperti itu memakan banyak waktu! Aku tak percaya aku tak dapat membohonginya!

"Andaikan aku percaya semua kebohongan ini; Aku masih tak menganggapmu normal. Sebenarnya kau bisa mendapatkan Nagato Yuki yang nyaris tak pernah bergaul untuk meminta pertolongan padamu, dan itu benar-benar luar biasa."

"Tolonglah, apa Nagato benar-benar setenar itu?"

"Lagipula kau adalah anak buah Suzumiya. Jika kau adalah anak SMU yang normal, maka aku senormal kutu."

Maka bertanyalah aku, "Taniguchi, apakah kau punya kekuatan super?"

"Ap-?"

Wajahnya yang sudah terlihat bodoh bertambah bodoh satu derajat lagi. Ia terlihat seperti nanpa, yang mana gadis-gadis muda harus berhati-hati padanya.

Ia berkata, "Jadi begitu, jadi kau tidak kebal terhadap racun Suzumiya... Walaupun kita tidak menghabiskan banyak waktu bersama, kau benar-benar orang yang baik. Jadi cobalah untuk tidak dekat-dekat denganku; Aku tak ingin terinfeksi virus Suzumiya juga."

Kupukul Taniguchi dengan lembut, membuatnya tertawa terbahak-bahak. Ha, jika bocah ini adalah seorang esper, maka sejak hari ini, aku adalah Sekjen PBB.


Saat aku mencapai anak tangga terakhir menuju pintu gerbang sekolah, aku merasa perlu berterimakasih pada Taniguchi untuk bercakap-cakap denganku, yang membuat panas ini terasa sedikit lebih sejuk setelah berbicara dengannya.

Pada suhu yang panas ini, bahkan Haruhi hanya dapat tergeletak kelelahan di mejanya, terlihat begitu menderita di bukit dari kejauhan.

"Kyon, aku kepanasan!"

Begitukah? Begitu pula denganku.

"Kipasi aku dengan bukumu."

"Daripada mengipasi orang lain, mending aku mengipasi diriku sendiri. Aku tak punya cukup tenaga di pagi hari untuk membantumu."

Haruhi masih tergeletak dengan malas di mejanya, tanpa aura angkuh dan cerewetnya.

"Apa yang harus dipakai Mikuru-chan selanjutnya?"

Setelah kostum gadis kelinci dan pelayan... tunggu, akankah ada kostum lain?!

"Telinga kucingkah? Atau seragam suster? Mungkinkah ia harus memakai pakaian ratu kali ini?"

Gambaran tentang Asahina-san bermunculan di pikiranku: saat wajahnya memerah dengan tubuh kecilnya menggeliat dan dipaksa untuk memakai semua kostum-kostum itu. Aku mulai sedikit pusing. Ah, dia memang sangat lucu.

Sepertinya Haruhi menebak apa yang baru saja kupikirkan dan cemberut padaku. Ia kemudian menyibakkan rambutnya ke belakang telinganya dengan lembut.

"Kau seperti orang bodoh," putus Haruhi.

Hey, bukankah kau sendiri yang mengangkat pembicaraan ini? Tapi mungkin ia benar, jadi tak ada gunanya berdebat dengannya.

Saat mengipasi leher seragamnya dengan sebuah buku, ia mengomel, "Aku bosan!"

Mulut Haruhi benar-benar seperti heno-ji. Ia terlihat seperti karakter dalam sebuah komik.


Bahkan di bawah radiasi intensif cahaya matahari, kami akhirnya dapat bertahan dari jam pelajaran olahraga siang yang bagai neraka. Setelah kelas berakhir, semua orang mengutuk "Okabe sialan! Menyuruh kita berlari maraton untuk dua jam penuh!", sambil melepas seragam olahraga kami, yang telah menjadi lembaran-lembaran pakaian basah, pada ruang kelas jam keenam, sebelum kembali ke ruang kelas jam kelima.

Sebagian besar dari para wanita sudah berganti pakaian, tapi karena pada jam terakhir diadakan absensi, ada beberapa gadis yang mengikuti klub olahraga yang masih mengenakan seragam olahraga untuk kegiatan ekstra kurikuler. Yang membuatku bingung adalah Haruhi, yang tidak terdaftar dalam klub olahraga apa pun, juga mengenakan seragam olahraga.

"Panas sekali!"

Betul, itulah alasannya.

"Memangnya kenapa? Aku masih harus berganti pakaian saat memasuki ruangan klub! Lagipula aku bertugas piket minggu ini, dan aku dapat bergerak lebih bebas dengan baju ini."

Haruhi memegang dagunya dengan tangannya dan memandang awan mendung yang berkumpul di luar sana.

"Itu bukan ide yang buruk."

Memakai seragam olahraga untuk tema cosplay berikutnya bukan ide yang buruk! Apa? Cosplay bukan kata yang tepat? Aku tak tahu apa yang direncanakannya, tapi sekarang ia sedang berusaha bercosplay sebagai seorang gadis SMU!

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Tebakan Haruhi yang akurat membuatku berpikiran ia dapat membaca pikiran.

"Sebelum aku tiba di ruang klub, aku melarangmu melakukan hal-hal yang tidak senonoh pada Mikuru-chan."

Apa itu artinya aku dapat melakukan hal itu setelah kau datang?

Kusimpan pikiran itu untuk diriku sendiri dan kuangkat bahuku dengan kasar seperti seorang kriminal yang sedang diancam pistol oleh seorang sheriff di Film-film Barat.


Seperti biasa, aku mengetuk pintu terlebih dahulu, dan menunggu tanggapan sebelum masuk. Seperti sebuah boneka yang duduk di atas kursi, seorang pelayan manis menyapaku dengan senyuman yang menyilaukan, seperti bunga matahari yang menyapa matahari. Ah, aku merasa hangat!

Nagato duduk di sebelah meja sambil membaca buku, seperti setangkai Camellia yang merekah di musim semi. Argh, majas apa yang sedang kugunakan?

"Akan kubuatkan secangkir teh"

Dengan memakai bandonya, Asahina-san melangkah ke sisi meja yang berkarat dan menempatkan daun teh ke dalam cangkir dengan hati-hati.

Aku duduk di kursi komandan, dengan gembira mengamati Asahina yang menyibukkan dirinya, saat aku tiba-tiba terpikirkan sesuatu.

Aku cepat-cepat menyalakan komputer dan menunggu harddisknya bekerja. Saat layarnya terlihat, aku membuka sebuah file dan memasukkan password "MIKURU". Seperti yang sudah kuduga, kecepatan proses model terbaru dari Klub Komputer ini mengagumkan. Dalam sekejap, gambar-gambar Asahina-san dengan kostum pelayan muncul di layar monitor.

Setelah aku yakin Asahina-san sedang sibuk menyiapkan teh, aku memperbesar salah satu dari gambar-gambar itu lagi dan lagi.

Gambar itu diambil saat Asahina-san dipaksa berpose seksi oleh Haruhi. Belahannya yang menggairahkan dapat terlihat, dan terdapat tanda hitam kecil pada dada kirinya yang memikat. Kusorot tanda itu dan kuperbesar lagi; gambarnya kini menjadi sedikit kabur, tapi meyakinkan, ada tanda lahir berbentuk bintang.

"Jadi ini ya."

"Apa kau menemukan sesuatu?"

Sebelum Asahina-san menempatkan cangkir teh di atas meja, aku dengan cepat menutup semua file gambar. Aku cukup teliti saat menghadapi hal-hal seperti ini. Tentu saja, saat Asahina-san tiba di sisiku, ia takkan menemukan apa pun pada layar.

"Huh, apa ini? Ada apa di dalam file "MIKURU" ini?"

Oh tidak! Aku terlalu ceroboh!

"Kenapa di file ini tertulis namaku? Apa isinya? Aku ingin melihatnya, ayolah! Aku ingin melihatnya!"

"Er, apa yang ada di dalamnya... huh? Kupikir tak ada apa-apa. Ya, benar, tak ada apa-apa di dalamnya."

"Pembohong!"

Dengan riang, Asahina-san menempatkan lengannya dan bersandar padaku saat ia berusaha menggenggam mouse yang ada di tangan kananku. Tidak, Jose! Kugenggam mouse itu erat-erat, menolak untuk melepaskannya. Asahina-san kemudian menopangkan tubuhnya yang lembut padaku, mencoba menggapai bahuku. Aku dapat mencium baunya yang harum dari wajahku.

"Asahina-san, tolong lepaskan aku..."

"Ayolah, sedikit saja!"

Asahina-san, yang masih menempatkan tangan kirinya pada bahuku saat menggapai mouse, kini sepenuhnya menimpaku; Aku merasa situasi ini menjadi semakin buruk.

Tawanya yang lembut terdengar olehku. Tak dapat menahan godaan ini, aku melepaskan genggamanku, dan dalam saat-saat seperti ini...

"Apa yang kalian lakukan?"

Kami terbekukan oleh suara digin yang bersuhu minus 273 derajat Celcius. Haruhi, dengan memakai seragam olahraga dan membawa tasnya, menunjukkan ekspresi menyeramkan seperti ia baru saja menyaksikan ayahnya memperkosa seorang gadis tak berdosa.

Detik selanjutnya, Asahina-san yang terpaku mulai bergerak. Ia dengan kikuknya turun dari punggungku, mundur perlahan, kemudian duduk perlahan di atas kursi seperti robot ASIMO yang baterainya hampir habis. Wajah pucatnya sekarang terlihat ingin menangis.

Haruhi berseru "humph", dan melangkah ke dekat meja menatapku.

"Jadi, kau tertarik pada kostum pelayan?"

"Apa yang kau maksud?"

"Kami akan berganti pakaian."

Lakukanlah! Aku hanya akan meminum teh buatan Asahina-san dengan tenang.

"Bukankah kubilang kami akan berganti pakaian?"

Jadi?

"JADI KELUARLAH!!!"

Aku ditendangnya keras-keras dan jatuh di koridor, dengan pintu di belakangku ditutup dengan kencang.

"Untuk apa ia melakukan itu!?"

Bahkan aku tidak punya waktu untuk menaruh cangkirku. Aku menyeka tumpahan teh pada bajuku dengan jari-jariku dan bersandar pada pintu.

Ini aneh. Ada sesuatu yang tidak benar.

"Ah, itu benar!"

Biasanya Haruhi berganti pakaian secara terbuka di dalam kelas, tapi sekarang ia baru saja menyingkirkanku keluar ruangan.

Sepertinya ia mulai berubah. Mungkin ia mencapai suatu usia dimana ia merasa malu melakukan hal-hal seperti itu? Karena orang-orang di kelas kelima akan selalu keluar kelas saat bel jam olahraga berbunyi, dan tak ada yang benar-benar memperhatikan ia berganti pakaian. Oh ya, orang yang membiasakan kaum pria untuk keluar kelas sebelum jam olahraga berlangsung, Asakura, tak lagi bersama kami.

Aku duduk di luar pintu untuk sesaat. Suara pakaian-pakaian yang berkelebat sudah berhenti, tapi aku belum mendengar seseorang memanggilku masuk. Maka duduklah aku dan menunggu selama sepuluh menit penuh.

"Masuklah..."

Suara kecil Asahina-san terdengar dari balik pintu. Saat pelayan yang tak bercela itu membukakan pintu untukku, di balik bahunya kulihat Haruhi duduk dengan murung di depan meja dengan sepasang kaki putihnya di atas meja. Ia memakai sepasang telinga kelinci pada kepalanya dengan memakai pakaian gadis kelinci yang nostalgis itu. Mungkin ia tak merasa terganggu karena ia tak memakai manset atau dasi. Ia bahkan tak memakai stoking.

"Walaupun lengan dan punggungku terasa lumayan dingin, kostum ini sebetulnya lumayan ketat."

Setelah mengatakan itu, Haruhi mengambil cangkirnya dan meminum tehnya dengan nikmat, sementara Nagato meneruskan membaca bukunya.

Dikelilingi seorang pelayan dan seorang gadis kelinci, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi. Jika kubawa dua gadis ini keluar untuk menarik pelanggan, pasti aku akan mendapat keuntungan. Saat aku sedang memikirkan hal ini...

"Whoa, apa ini?"

Koizumi tiba-tiba mengeluarkan bunyi-bunyian aneh saat menyapa semua orang dengan senyumnya.

"Apakah ada pesta kostum hari ini? Maafkan aku yang tidak memakai kostum hari ini."

Diamlah, kau tak ingin membuat masalah ini semakin rumit.

"Mikuru-chan, duduklah di sini."

Jari telunjuk Haruhi mengacung pada seubah kursi di hadapannya. Asahina-san menurut, duduk di depannya, terlihat ngeri akan Haruhi yang mengerikan. Aku berpikir apa yang akan dilakukan Haruhi, hanya untuk melihatnya membuat poni ekor kuda dari rambut Asahina-san yang cokelat dan keriting.

Sepintas terlihat seperti seorang kakak yang sedang merapikan rambut adiknya. Tapi karena Asahina-san begitu terpaku dan ekspresi Haruhi begitu kosong, membuat adegan yang seharusnya hangat itu menjadi sangat kaku. Sepertinya Haruhi hanya mencoba membuat poni ekor kuda untuk pelayan Asahina-san, itu saja.

Aku menatap Koizumi, yang selalu tersenyum setiap waktu sambil melihat adegan ini, dan akhirnya mengatakan,

"Mau bermain Othello?"

"Tentu saja, aku sudah lama tak bermain itu."

Saat hitam dan putih bertarung memperebutkan papan permainan, (Aku tak pernah tahu kalau Koizumi, yang dapat berubah menjadi bola bercahaya, begitu mudah kalah dalam permainan papan) Haruhi menguncir rambut Asahina-san, lalu melepasnya lagi, kemudian membuat dua ekor kuda, dan sanggul...

(Setiap kali Asahina-san tersentuh oleh tangan Haruhi, ia akan menggigil sepenuhnya) sedangkan Nagato terus mengasyikkan dirinya dengan membaca buku.

Aku menjadi semakin bingung apa sebenarnya tujuan perkumpulan ini!


Benar saja, hari itu kami melakukan aktifitas SOS Brigade dengan damai. Tak ada satu pun yang berhubungan dengan alien dari dimensi lain, para penjelajah waktu dari masa depan, raksasa-raksasa biru, atau bola-bola merah yang bercahaya pada saat itu. Tak ada seorang pun yang ingin melakukan sesuatu yang spesial, ataupun tahu apa yang harus diperbuat. Kami hanya memperbolehkan diri kami menunggangi aliran waktu, menjalani kehidupan SMU kami dengan bermalas-malasan. Semuanya terasa sangat amat normal.

Walaupun aku pernah merasa tak puas dengan kehidupan normal, aku selalu berkata pada diriku sendiri "Mengapa kau begitu memikirkannya? Kau punya banyak waktu." Kemudian aku akan sekali lagi mengharapkan hari esok.

Walaupun begitu, aku merasa sedikit senang. Aku datang tanpa tujuan di ruangan klub ini dan melihat Asahina-san bekerja dengan giat seperti pelayan sungguhan, Nagato duduk seperti patung Buddha, Koizumi dengan senyuman manisnya, dan Haruhi dengan ayunan suasana hatinya. Semua ini memberikan aura kenormalan yang lengkap, dan semua ini menjadi bagian dari kehidupan SMUku yang memuaskan di luar dugaanku. Walaupun aku sudah menjalani kenyataan seorang teman sekelas yang mencoba membunuhku dan melihat monster ganas muncul di dunia yang serba abu-abu, aku masih tidak yakin itu semua bukan khayalan dari imajinasiku, hasil dari hipnotis, ataupun halusinasi.

Aku masih merasa terganggu saat Haruhi menggeretku memasuki klubnya, tapi dari sudut yang lebih dalam, hanya karena dialah aku dapat bergaul dengan damai bersama orang-orang menarik seperti mereka. Menyingkirkan pertanyaan "Kenapa aku?", mungkin suatu hari kelak akan ada manusia normal lainnya yang ingin bergabung dengan klub ini.

Ya, aku telah memikirkan masalah ini cukup lama sekarang.

Seseorang akan memberitahukanku tentang ini, kan?

Masih juga ada seseorang yang belum pernah memikirkan hal ini.

Benar, seseorang itu adalah Suzumiya Haruhi.

Malam itu, setelah makan malam dan mandi, dan menyelesaikan revisiku untuk pelajaran Bahasa Inggris besok, aku melihat jam dan sadar bahwa sekarang sudah waktunya tidur. Aku berbaring di atas kasurku dan membuka buku bersampul tebal yang ditempatkan Nagato pada tanganku dulu. Kupikir sedikit membaca takkan menyakitkan, jadi kubaca beberapa halaman pertama. Ternyata ceritanya menarik, jadi kuteruskan halaman demi halaman. Kau benar-benar harus mencoba membaca untuk mengetahui sebagaimana nikmatnya membaca buku. Membaca sama sekali tidak seburuk itu!

Merasa mustahil untuk menyelesaikan buku setebal itu dalam semalam, kutaruh buku itu setelah membaca monolog yang begitu panjang oleh seorang protagonisnya. Rasa mengantuk menghantuiku, dan setelah menempatkan pembatas buku dengan tulisan Nagato pada buku itu, kumatikan lampu dan merangkak ke dalam selimutku. Dalam beberapa menit, aku sudah di alam mimpi.


Kau tahu kenapa manusia bermimpi? Mimpi terbagi menjadi Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM), dan keduanya bergantian secara periodik. NREM terjadi beberapa menit saat seseorang mulai tertidur, dengan otak yang biasanya dalam kondisi stabil dalam tingkatan ini. Tingkatan saat kesadaran tubuh hilang, dengan otak menjadi sangat aktif disebut REM, dan mimpi akan terjadi dalam tingkatan ini. Saat pagi hari, frekuensi REM akan meningkat, yang artinya hampir semua orang akan bermimpi sampai mereka terbangun. Aku bermimpi setiap malam, tapi karena biasanya aku bangun terlambat setiap hari, aku jadi tergesa-gesa berangkat ke sekolah sehingga biasanya aku melupakan mimpiku semalam. Namun terkadang aku tiba-tiba teringat mimpi yang telah lama terlupakan bertahun-tahun yang lalu. Struktur memori manusia memang luar biasa.

Baiklah, cukup sekian percakapan lepas ini. Aku tak mempedulikannya sama sekali.

Aku merasa seseorang menampar wajahku. Pergilah! Aku lelah! Jangan ganggu mimpiku!

"......Kyon."

Jam wekerku belum berbunyi. Kalaupun sudah, aku pasti sudah mematikannya dengan segera, dan masih ada beberapa waktu sebelum ibuku mengutus adikku untuk menarikku turun dari ranjang.

"Bangunlah."

Tidak! Aku ingin tidur lebih lama lagi. Aku tak punya waktu untuk mimpi-mimpi yang aneh.

"Kubilang bangun! Tak Dapatkah kau mendengarku?"

Tangan-tangan yang melingkari leherku kini tak berhenti menggeleng-gelengkan kepalaku. Akhirnya kubuka mataku saat aku merasa kepala bagian belakangku membentur lantai yang keras.

Lantai yang keras?

Aku duduk, terlihat bingung. Haruhi melihatku dan mundur untuk menghindari kepala kami berbenturan satu sama lain.

"Akhirnya kau bangun?"

Berlutut di sampingku adalah Haruhi dengan seragam pelautnya. Wajah putihnya menunjukkan ekspresi gelisah.

"Kau tahu di mana ini?"

Tentu saja aku tahu; kita ada di SMU Utara, sekolah kita, dan sekarang kita ada di tangga menuju locker sepatu dekat gerbang sekolah. Tidak ada lampu yang menyala, dan sekolah saat malam terlihat kelabu......

Tidak, ada sesuatu yang tidak benar.

Tidak ada langit malam di atas.

Hanya horizon kelabu yang lebar. Langit yang monoton. Tidak ada bulan ataupun bintang, tak satupun awan. Hanya langit se-abu-abu dinding beton.

Dunia yang terselubung dalam kesepian dan kegelapan.

Ini adalah Kenyataan Terkurung.

Aku perlahan bangkit. Aku terkejut karena aku tak memakai pakaian piyamaku, tapi seragam sekolahku.

"Saat aku bangun, tiba-tiba aku sudah di sini, dan kau di sisiku. Apa yang terjadi di sini? Kenapa kita di sekolah?"

Haruhi bertanya dalam suara lembut yang abnormal. Aku tak langsung menjawabnya, tapi menggapai tanganku untuk merasakannya. Dari rasa sakit dari cubitan di punggung tanganku, hingga pakaian yang melingkupi tubuhku, tak terasa seperti mimpi. Aku menarik dua lembar rambutku. Aku benar-benar merasa sakit.

"Haruhi, apa hanya ada kita berdua di sini?"

"Ya, aku seharusnya tertidur di balik selimutku. Kenapa kita ada di sini? Dan langitnya terlihat aneh......"

"Apa kau melihat Koizumi?"

"Tidak......kenapa kau menyebutnya?"

"Tak ada apa-apa, hanya bertanya."

Jika Kenyataan Terkurung ini diciptakan oleh sebuah gempa di batas dimensi atau faktor luar, pasti ada raksasa bercahaya dan Koizumi ada di sini juga.

"Daripada itu, ayo kita tinggalkan sekolah sekarang! Mungkin kita akan menemukan seseorang."

"Bagaimana bisa kau tidak khawatir sedikit pun?"

Aku sudah pasti khawatir, terutama saat melihat kau di sini juga. Bukankah ini tempat bermain untuk raksasa-raksasa yang kau ciptakan? Atau aku terlalu sensitif dan hanya bermimpi tentang semua ini? Berdua bersama Haruhi di kenyataan yang kosong......jika Sigmund Freud di sini, dia pasti bisa menganalisis hal ini untukku!

Aku masih berada di kejauhan dari Haruhi saat kami berjalan ke gerbang sekolah, saat kami terbendung oleh tembok yang tak terlihat. Aku masih ingat rasa elastis dari tembok ini. Tembok ini dapat didorong sedikit, namun segera setelah itu, tembok lain yang lebih keras akan membendung segala usaha untuk masuk lebih dalam.

"......Apa ini?"

Haruhi menggapaikan tangannya dan mencoba mendorong tembok yang tak terlihat, sambil bertanya dengan mata yang terbuka lebar. Aku berjalan sepanjang lapangan dan menjejak tembok itu.

Sepertinya kami terjebak di dalam sekolah.

"Tampaknya tak ada jalan untuk keluar dari sekolah."

Aku tidak dapat merasakan hembusan angin. Rasanya seperti udara telah berhenti bergerak.

"Ayo kita coba gerbang belakang!"

"Oh ya, apakah ada cara untuk mengontak seseorang? Ayo kita cari telepon. Aku tidak membawa handphone-ku."

Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang dibicarakan Koizumi, maka mencari telepon pun akan sia-sia. Walaupun begitu, kami masih memutuskan untuk memasuki bangunan sekolah untuk mencarinya. Seharusnya ada telepon di ruangan staff.

Sekolah ini terlihat mengerikan dalam kegelapan dengan semua lampunya dimatikan. Kami melewati locker sepatu dan dengan tenang memasuki bangunan sekolah. Sepanjang jalan, kami menyalakan lampu lantai satu, dan lampu langit-langit menyala sekali. Walaupun cahaya-cahaya buatan itu dingin, lampu-lampu ini cukup untuk mendatangkan sedikit perasaan lega untukku dan Haruhi.

Setelah yakin tidak ada seorang pun di dalam kelas pada lantai itu, kami menuju ke ruangan staff. Biasanya, ruangan staff terkunci, jadi aku mengambil pemadam api terdekat, menghancurkan jendelanya, dan masuk melalui jendela itu.

"......Tampaknya tidak bekerja."

Haruhi menggenggam telepon pada telinganya, namun tak dapat mendengar apa pun. Ia mencoba menghubungi beberapa nomor, namun tak ada hasilnya.

Kami keluar dari ruangan itu, menyalakan semua lampu sepanjang jalan, dan menaiki tangga, atas saran Haruhi untuk kembali ke ruang kelas kami. Karena letak kelas kelima berada di lantai atas, mungkin kita dapat menemukan sesuatu dengan melihat ke bawah dari atas.

Haruhi masih menggenggam jaketku saat kami berjalan melalui koridor. Jangan bergantung padaku; aku tak punya kekuatan supranatural sama sekali. Jika kau setakut itu, genggamlah lenganku! Itu terlihat lebih alami!

"Bodoh!"

Haruhi cemberut padaku, tapi jari-jarinya tak pernah melepaskan jaketku.

Tak ada yang berubah di kelas kelima; tepat seperti tadi saat kami meninggalkan sekolah.

"......Kyon, lihat......"

Haruhi terdiam setelah berjalan melewati jendela. Aku berjalan ke sampingnya dan melihat situasinya.

Semua di sekitar kami adalah dunia abu-abu. Melihat ke bawah dari lantai empat, aku bahkan dapat melihat garis di seberang daratan. Kegelapan adalah pemandangan yang didapat, tanpa satu cahaya pun. Benar-benar seperti akhir dari dunia.

"Tempat apa ini......"

Apa yang terjadi bukanlah sejumlah populasi yang hilang, namun sebaliknya, kami yang menghilang. Sepertinya kami terjebak dalam Kenyataan Terkurung ini secara tak sengaja.

"Ini terasa aneh."

Haruhi menyentuh bahunya sambil menggumam.


Tak tahu ke mana lagi kami harus pergi, kami kembali ke ruangan klub tempat kami menghabiskan siang hari tadi. Karena aku telah mencuri kunci-kunci dari ruangan staff, kami dapat membuka pintu klub dan masuk.

Kami berdua bernafas lega setibanya kembali di ruangan yang tak asing lagi.

Kami menyalakan radio, tapi tak dapat mendengar statik apa pun. Ruangan klub ini begitu tenang hingga suara menuangkan teh pun dapat terdengar. Aku tak begitu berniat mengganti daun teh, jadi kubuat teh menggunakan daun teh yang sudah terpakai dan tak berasa. Haruhi duduk di sampingku, memperhatikan dunia abu-abu di luar sana.

"Kau ingin teh"

"Tidak."

Kuambil cangkirku, menarik kursi, lalu duduk. Kuserutup tehku. Huh, teh yang dibuat Asahina-san jauh lebih baik daripada ini.

"Apa yang terjadi di sini?! Aku tak mengerti! Tempat apa ini? Mengapa aku di sini?"

Haruhi berdiri di sisi jendela dan melihat keluar; bayang-bayangnya terlihat begitu lemah.

"Dan mengapa aku bersamamu, bukan orang lain?"

"Mana aku tahu!?"

Haruhi mengibaskan rambutnya dan cemberut melihat tanggapanku.

"Aku akan keluar untuk melihat-lihat." Katanya sambil meninggalkan ruangan. Tepat saat aku akan berdiri......

"Kau di sini saja, aku akan kembali lagi."

Ia segera meninggalkan ruangan setelah mengatakan itu. Benar-benar seperti sikap Haruhi! Saat mendengar langkah energik Haruhi menghilang dan meneguk teh hangatku, benda itu muncul.

Bola cahaya merah yang bersinar. Awalnya sebesar bola tennis, kemudian bola itu membesar, bercahaya seperti kunang-kunang sebelum akhirnya membentuk wujud yang mirip manusia.

"Koizumi, itukah kau?"

Di hadapanku berdiri bentuk manusia yang bersinar, tapi aku tak dapat melihat penampilan Koizumi sepenuhnya, termasuk mata, hidung, dan mulut.

"Hai." Suara yang santai terdengar dari obyek bersinar itu.

"Cukup lama juga kau muncul! Kupikir kau akan muncul dalam wujud manusiamu....."

"Hal-hal menjadi semakin rumit, jadi akan membutuhkan cukup waktu untuk menjelaskannya. Aku akan jujur; ini adalah kejadian yang tidak normal!" Cahaya merah itu sedikit berkedip. "Jika ini adalah Kenyataan Terkurung yang normal, aku dapat masuk dengan mudah, tapi tidak kali ini. Aku harus muncul dalam wujud tak sempurnaku. Kekuatan kami menghilang perlahan-lahan, bahkan saat kita berbicara."

"Apa yang terjadi? Apakah hanya aku dan Haruhi yang berada di sini?"

"Ya," jawab Koizumi.

"Ini artinya apa yang kami takutkan akhirnya terjadi. Suzumiya-san sudah bosan dengan kenyataan ini, dan ia memutuskan untuk menciptakan kenyataan yang baru."

"......"

"Para petinggi kami sekarang sedang panik. Tak ada seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi pada sebuah dunia jika tuhannya telah menghilang. Walaupun ada kemungkinan dunia itu tetap dapat bertahan selama Suzumiya-san memutuskan untuk memberinya belas kasihan, ada juga kemungkinan dunia ini akan lenyap seketika."

"Apa yang ingin kau sampaikan......?"

"Sederhananya," cahaya merah itu kini berkedip-kedip seperti api, "Kau dan Suzumiya-san telah menghilang dari dunia kami. Dunia ini bukan Kenyataan Terkurung tapi kenyataan baru yang diciptakan oleh Suzumiya-san. Kenyataan Terkurung yang kita lihat sebelumnya kemungkinan hanya latihan sebelum ia memutuskan untuk benar-benar menciptakan ulang dunia ini."

Lelucon yang menarik, tapi aku tak tahu bagaimana mestinya aku tertawa sekarang. Ha ha ha.

"Aku tak bergurau. Dunia ini mungkin yang paling mendekati dunia yang diinginkan Suzumiya-san. Kami masih tak yakin dunia apa yang ia inginkan, tapi kita akan tahu jawabannya segera."

"Mari kita singkirkan masalah itu dulu, masalah sebenarnya adalah mengapa aku di sini?"

"Kau benar-benar tak mengerti? Kau adalah orang yang terpilih oleh Suzumiya-san. Kaulah satu-satunya manusia dari dunia kami yang diinginkan Suzumiya untuk bersamanya. Kukira kau sudah mengerti hal itu sekarang." Cahaya di sekeliling Koizumi sekarang meredup seperti senter yang kehabisan baterai, terang cahayanya menghilang dengan jelas. "Aku hampir mencapai batasku sekarang. Dalam kondisi seperti ini, aku tak akan dapat melihatmu lagi; di sisi lain, aku sedikit teringankan karena aku tak lagi harus memburu Avatar-avatar itu lagi."

"Haruskah aku hidup sendirian dengan Haruhi di dunia yang kelabu ini?"

"Di dunia ini, kalian seperti Adam dan Hawa. Bekerja keraslah dalam mempopulasikan dunia lagi, dan semua akan baik-baik saja."

"......Aku begitu ingin memukul wajahmu sekarang."

"Hanya bercanda! Sekarang kondisi terkurung ini mungkin hanya sementara, tapi sesegera mungkin ini akan menjadi mirip dengan dunia yang kau kenal. Walaupun dunia ini akan menjadi benar-benar berbeda dari dunia tempat kita berasal. Mulai sekarang, dunia ini akan dianggap sebagai dunia yang sebenarnya, sementara kenyataan yang sebelumnya akan dianggap Kenyataan Terkurung. Mengenai apa perbedaan antara dua dunia ini, sayangnya kami tidak tahu. Jika aku cukup beruntung untuk terlahir kembali di dunia yang baru, aku bergantung padamu untuk menunjukkanku alam sekitar."

Saat ini, obyek berbentuk manusia Koizumi mulai berpencar kemudian, seperti bintang yang kehabisan bahan bakarnya, mengecil ke ukuran bola tenis meja.

"Apakah mungkin kami dapat kembali ke dunia yang lama?"

"Selama Suzumiya-san menginginkannya, kemungkinan selalu ada. Aku hanya mengenalmu dalam waktu yang cukup singkat; sayang sekali, tapi aku benar-benar menikmati waktuku bersama SOS Brigade......Ah, ya, hampir saja aku lupa, aku harus mengantarkan pesan dari Asahina Mikuru dan Nagato Yuki untukmu."

Sebelum Koizumi menghilang sepenuhnya, ia meninggalkan pesan ini.

"Asahina Mikuru memintaku untuk mewakilinya meminta maaf : ia bilang, 'maaf, ini semua salahku.' Juga, Nagato Yuki memberitahumu untuk 'menghidupkan komputer.'"

Setelah pesan itu, ia menghilang seperti api lilin yang tertiup angin.

Aku tak tahu mengapa Asahina-san harus meminta maaf padaku. Apakah ia telah berbuat salah padaku? Tapi kuputuskan untuk tidak memikirkannya sekarang; lebih baik, aku mengikuti permintaan Nagato dan menghidupkan komputer. Setelah harddisknya mengeluarkan suara beep, logo OS harusnya muncul di layar monitor......Ini aneh, mengapa tak ada apa pun yang muncul? Layar OS yang harusnya muncul setelah beberapa detik tidak muncul; layar terlihat hitam pekat dengan hanya kursor pengetik putih berkedip di pojok kiri atas layar monitor. Lalu, kursor itu mulai bergerak tanpa suara, dan kata-kata dingin pun muncul.

YUKI.N > Dapatkah kau membaca ini?


Aku terdiam selama beberapa waktu, kemudian aku menarik keyboard di hadapanku mendekat dan mulai mengetik.

'Ya.'
YUKI.N > Sekarang aku belum kehilangan kontak sepenuhnya dengan dunia yang kau tempati.
Tapi hanya masalah waktu sebelum hubungan ini terputus dengan segera.
Jika hal itu benar, ini akan menjadi percakapan kita yang terakhir.
'Apa yang harus kulakukan?'
YUKI.N > Aku juga tidak tahu. Semburan data yang tak normal sudah hilang sepenuhnya di sini.
Integrated Data Sentient Entity sangat kecewa dengan hal ini,
karena mereka akan kehilangan kemungkinan untuk berevolusi.
'Apa yang kau maksud dengan kemungkinan untuk berevolusi? Bagaimana Haruhi berevolusi?'
YUKI.N > Menjadi sangat sentient berarti dapat memproses data dengan cepat dan akurat.
Bentuk kehidupan organik sentient dibatasi oleh aliran-aliran data yang sangat tidak akurat dan tercampur-aduk
ditimbulkan dari tubuh fisik mereka, dan tidak mampu memproses data dengan cepat dan akurat.
Jadi setelah berevolusi ke suatu tingkatan lain, bentuk kehidupan organik akan berhenti berevolusi.
'Apakah mungkin untuk berevolusi walaupun tanpa tubuh fisik?'
YUKI.N > Integrated Data Sentient Entity juga diciptakan dari data.
mereka juga percaya kalau kemampuan mereka untuk memproses data akan bertambah sampai tak terhingga
hingga alam semesta menjadikan dirinya terlalu panas. Tapi mereka salah.
Seperti alam semesta yang mempunyai tepi, evolusi mereka juga mempunyai batas,
setidaknya para sentient entity bergantung pada data untuk bertahan hidup.
'Bagaimana dengan Suzumiya?'
YUKI.N > Suzumiya Haruhi mempunyai kemampuan untuk menciptakan data dengan jumlah besar dari nol.
Itu adalah kemampuan yang tak dimiliki oleh Data Sentient Entity.
Ia dapat melepaskan data yang tak akan dapat diproses oleh seorang manusia,
bentuk kehidupan organik biasa, dalam sepanjang hidupnya. Integrated Data Sentient Entity percaya
jika kemampuan untuk menciptakan data ini dianalisis, mereka akan dapat
menemukan cara untuk berevolusi secara otomatis.

Kursornya berkedip sebentar. Mungkin Nagato ragu-ragu dalam memilih kata-kata. Detik berikutnya, kata-kata itu mengalir seperti air.

YUKI.N > Aku mempertaruhkan semuanya padamu.
'Mempertaruhkan apa?'
YUKI.N > Kuharap kalian berdua dapat kembali ke dunia ini.
Suzumiya Haruhi adalah target penelitian yang penting,
harta karun yang penting yang mungkin hanya muncul sekali di alam semesta ini.
Selain itu, aku sendiri berharap kau dapat kembali.

Warna huruf-huruf itu mulai memudar bersama dengan daya listrik yang makin melemah. Kursor itu kembali mengetik beberapa kata.

YUKI.N > Mari kita ke perpustakaan lagi lain kali.

Huruf-huruf itu mulai menggelap; bahkan mengatur warna terang layar tak membantu. Akhirnya, Nagato mengetik dua kata ini.

YUKI.N > putri tidur


Brrr Suara putaran hard disk membuatku melompat dari tempat dudukku. Cahaya pada CPU itu berkedip, dan layar khas OS yang tak asing lagi muncul. Suara kipas komputer yang berputar adalah semua yang dapat kudengar di dunia ini.

"Apa yang harus kulakukan? Koizumi! Nagato!"

Aku menghela nafas dan menghadap ke jendela dengan sedih.


Sinar biru bersinar dari luar jendela.


Raksasa yang bersinar kini berdiri di lapangan sekolah. Karena letaknya yang terlalu dekat, raksasa itu terlihat seperti tembok biru besar.

Haruhi bergegas memasuki ruangan.

"Kyon! Sesuatu telah muncul!"

Haruhi melihat ia hampir menabrakku, yang berdiri di dekat jendela, dan berhenti dengan cepat serta berdiri di sampingku.

"Apa itu? Begitu besar! Apakah itu seekor monster? Tidak terlihat seperti ilusi."

Sepertinya Haruhi sangat gembira. Depresi kegelisahannya beberapa waktu lalu sudah menghilang. Sekarang, matanya bercahaya dengan antusias. Tak ada rasa takut di dalamnya.

"Kaupikir itu adalah alien? Atau mungkinkah itu adalah senjata super yang diciptakan orang-orang zaman dahulu, yang terbangun dari tidur panjangnya? Apakah benda itu adalah alasan mengapa kita tidak bisa keluar dari sekolah?"

Tembok biru itu bergerak. Bayangan tentang raksasa yang sedang menghancurkan bangunan dengan mudah muncul di pikiranku. Dengan cepat, kugenggam tangan Haruhi dan menyambar keluar ruangan klub.

"Tunggu! Tunggu dulu, apa yang kau lakukan!?"

Saat kami menuju ke koridor, hampir jatuh, suara getaran yang keras bergema di udara; aku mendorong Haruhi ke lantai dengan cepat dan melindunginya dengan tubuhku. kompleks klub bergetar dahsyat. Suara dan getaran obyek yang keras dan berat sedang menghantam tanah tersiarkan ke telingaku. Dari hal ini aku tahu sasaran raksasa itu bukan kompleks klub, tapi lebih kepada kompleks sekolah di hadapannya.

Kugenggam Haruhi, yang begitu terkejut dengan mulut terbuka dan tertutup seperti ikan mas, dan mulai berlari. Herannya, Haruhi menurut mengikutiku dan berlari.

Tanganku menjadi semakin berkeringat. Begitu juga dengan Haruhi.

Kompleks klub yang lama lenyap sama sekali tak berdebu. Dengan seluruh kekuatanku, aku berlari bergandengan dengan Haruhi menyusuri tangga. Suara raksasa yang sedang menghancurkan dapat terdengar.

Aku berlari menuruni tangga saat merasa hawa panas tubuh Haruhi tersalurkan lewat tangan kami. Setelah menyeberangi lapangan, kami melewati lereng dan menuju ke lapangan lari. Pada saat ini aku sepintas melihat Haruhi. Mungkin aku salah, tapi ia terlihat lumayan senang. Bagaikan seorang anak kecil yang bangun saat hari natal dan mendapati hadiah yang diidam-idamkannya sekarang berada di sebelah tempat tidurnya.

Setelah berlari cukup jauh dari bangunan sekolah, kami berbelok dan melihat ke atas, dan melihat seberapa besar raksasa itu. Raksasa yang ditunjukkan Koziumi di Kenyataan Terkurung juga sebesar ini, hampir setinggi gedung.

Raksasa itu melambaikan tangannya, dan bagunan sekolah pun runtuh. Karena empat kompleks sudah terusak oleh serangan-serangan yang sebelumnya, kini runtuh dengan mudah. Puing-puing bangunan berjatuhan dan terpencar ke berbagai arah bersamaan, menimbulkan suara yang memekakkan telinga.

Kami berlari dengan kalut ke tengah lapangan lari dua ratus meter sebelum berhenti. Satu raksasa yang luar biasa kini muncul di sekolah yang gelap dan monoton.

Kalau kau ingin mengambil gambar, kau seharusnya mengambil gambar-gambar ini, bukan gambar presiden kelompok belajar komputer mencengkeram dada Asahina-san, dan sepenuhnya bukan gambar-gambar Asahina-san mengenakan kostum-kostum itu. Website kita harusnya memiliki gambar-gambar seperti apa yang kita lihat sekarang!

Saat aku sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba Haruhi berkata di telingaku,

"Kau pikir ia akan menyerang kita? Kukira ia tidak jahat sama sekali, bagaimana menurutmu?"

"Aku tak tahu."

Saat kujawab Haruhi, aku berpikir pada saat yang sama tentang apa yang dikatakan Kozumi saat membawaku ke Kenyataan Terkurung. Jika kita membiarkan "Avatar-avatar" ini melanjutkan amukannya, setelah penghancuran ini, Kenyataan Terkurung akan menggantikan dunia nyata, yang artinya dunia abu-abu ini akan menggantikan dunia tempat kita berasal, dan kemudian......

Akan menjadi apa dunia kita?

Menurut apa yang Koizumi baru saja katakan padaku, Haruhi sepertinya sedang menciptakan dunia yang benar-benar baru. Akankah Asahina dan Nagato yang kukenal ada di dunia ini? Ataukah ini akan menjadi dunia setengah nyata di mana para "Avatar" dapat berjalan-jalan dengan bebas, dan alien, penjelajah waktu, dan esper menjadi hal-hal yang normal?

Jika dunia ini benar-benar menjadi seperti itu, peran apa yang akan kumainkan?

Argh, lupakan itu, percuma saja berpikir lagi, karena aku tak mengerti. Aku tak mengerti apa yang dipikirkan Haruhi, dan aku tak memiliki kemampuan telepati apa pun yang dapat membuatkau membaca pikiran orang lain.

Saat ini juga, aku mendengar Haruhi berbicara padaku,

"Apa sebenarnya yang terjadi di sini? Dunia ini maupun raksasa itu, semuanya sangat aneh!"

Semua itu diciptakan olehmu, nona! Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau membawaku ke dalam semua ini!? Apa Adam dan Hawa? Itu bodoh! Aku tak akan percaya cerita sialan ini! Tak akan pernah!

"Tak maukah kau kembali ke dunia yang asli?"

Aku bertanya dengan lembut.

"Apa katamu?"

Haruhi menoleh padaku. Wajahnya mulus dan putih walaupun berada di dalam dunia abu-abu ini, dan mata cemerlangnya kini terselubungi kegelapan.

"Kita tak dapat tinggal di sini selamanya! Tak ada satu pun toko, jadi tak ada tempat untuk makan saat kita lapar. Lagipula, sekolah ini dikelilingi tembok yang tak terlihat: tak ada jalan keluar. Kalau begini terus kita akan mati kelaparan."

"Hmm, ini semua aneh, tapi aku tak peduli. Semuanya akan terurutkan kembali. Untuk alasan tertentu, aku merasa sangat senang."

"Lalu bagaimana dengan SOS Brigade? Kau yang menciptakan klub itu! Kau akan meninggalkannya begitu saja?"

"Aku benar-benar tak memerlukannya lagi, karena sekarang aku sudah mengalami sesuatu yang mengasyikan; tak perlu keluar dan mencari hal-hal yang misterius."

"Tapi, aku ingin kembali ke dunia nyata."

Tak lama kemudian raksasa itu menghentikan penghancurannya.

"Sebelum kita berakhir di situasi aneh ini, aku tak menyadari seberapa besar aku menyukai hidupku apa adanya. Di sana aku memiliki Taniguchi yang bodoh, Kunikida, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san, dan bahkan Asakura yang telah lama menghilang."

"......Apa yang kau bicarakan?"

"Aku benar-benar ingin melihat teman-temanku lagi. Aku ingin bercerita tentang banyak hal pada mereka."

Haruhi menurunkan kepalanya, kemudian melanjutkan setelah beberapa waktu,

"Kita akan melihat mereka; dunia ini tak akan selamanya tertutup kegelapan. Saat pagi datang, matahari akan muncul. Aku yakin itu."

"Bukan begitu. Dunia ini bukan seperti apa yang kau pikirkan. Aku benar-benar ingin melihat mereka lagi di dunia nyata."

"Aku tak mengerti apa yang kau katakan."

Haruhi cemberut padaku, seperti anak kecil yang kehilangan hadiah yang telah disimpannya, menunjukkan kemarahan dan kesedihannya.

"Tidakkah kau bosan dan lelah dengan dunia itu juga? Dunia itu terlalu normal hingga tak ada yang spesial sama sekali. Tidakkah kau ingin mengalami sesuatu yang menarik juga?"

"Dulu aku berpikir seperti itu."

Raksasa itu mulai bergerak. Ia menendang bagian dari kompleks sekolah yang masih tersisa dan menuju ke lapangan basket. Dalam perjalannya, ia menyingkirkan koridor sekolah dengan tangannya, kemudian menendang kompleks klub keras-keras. Sekolah ini perlahan-lahan diratakan, termasuk ruangan klub kami.

Aku melihat pundak haruhi dan terheran-heran saat mendapati tembok biru bercahaya lainnya. Satu, dua, tiga......saat aku mencapai lima, kuputuskan untuk berhenti menghitung.

Tanpa bola-bola merah di sekitarnya, raksasa-raksasa biru bercahaya itu memulai penghancuran dunia kelabu ini tanpa tundaan. Aku tak mengerti apa yang menyenangkan dari penghancuran ini. Setiap kali mereka menggerakkan tangan dan kaki mereka, semua yang mereka sentuh menghilang begitu saja.

Beberapa saat kemudian, setengah dari sekolah telah lenyap.

Aku tak tahu seberapa besar Kenyataan Terkurung ini, dan tak tahu kalau dimensi ini dapat meluas dan menjadi kenyataan yang lain. Saat ini, pikiranku dipenuhi ketidakpastian. Jika saat ini juga, seorang pemabuk tua duduk di sebelahku dan berkata padaku "Kuberi tahu kau sesuatu, tapi jangan beri tahu siapa pun! Aku sebenarnya seorang alien," aku akan mempercayainya begitu saja. Karena banyak kejadian misterius yang kualami sekarang tiga kali bila dibandingkan sebulan yang lalu.

Apa sebenarnya yang harus kulakukan? Jika ini sebulan yang lalu mungkin aku tak akan memikirkan apa pun, tapi sekarang aku percaya aku bisa. Karena aku sudah mendapatkan beberapa petunjuk.

Setelah kuputuskan, kukatakan ini,

"Haruhi, selama beberapa hari terakhir ini, aku telah mengalami hal-hal yang sangat menarik. Walaupun kau tak tahu, ada banyak orang yang memperhatikanmu. Tidaklah konyol untuk mengatakan dunia mengelilingimu secara harafiah. Semua orang percaya kalau kau adalah orang yang sangat spesial, dan mereka sudah mencoba untuk mewujudkan kepercayaan itu dengan tindakan. Mungkin kau tak mengetahuinya, tapi dunia ini menuju ke arah yang menarik."

Saat kugenggam lengan Haruhi, aku menyadari aku masih memegang tangannya, saat Haruhi melihatku dengan wajah yang mengatakan, "Apa yang merasukimu?"

Kemudian ia mengalihkan matanya dariku, melihat raksasa-raksasa biru yang mengamuk, dengan ekspresi kejadian nyata.

Melihat wajahnya yang muda dan halus, aku teringat "kemungkinan berevolusi" Nagato, "distorsi temporal" Asahina-san, dan Koizumi yang menganggap Haruhi sebagai "Tuhan". Tapi bagiku, apa itu Haruhi? Sebagai apa aku memperlakukannya?

Haruhi adalah Haruhi, apalagi yang perlu kukatakan? Aku tidak ingin menjawab seperti itu. Lagipula, aku tidak punya jawaban yang pasti. Aku tahu itu akan menjadi begini, kan? Jika kau menunjuk ke teman sekelas di belakangku dan bertanya, "Siapakah dia bagimu?" - Bagaimana kau pikir aku akan menjawabnya? ......Ini, maaf. Aku berada di dalam lingkaran lagi! Untukku, Haruhi bukan teman sekelas biasa, dan sudah tentu bukan "kemungkinan berevolusi", "distorsi temporal", atau bahkan "Tuhan".

Raksasa itu menoleh ke lapangan lari. Ia seharusnya tak mempunyai mata, tapi aku dapat merasakan pandangannya dengan jelas. Ia berjalan selangkah ke arah kami. Satu langkahnya kira-kira beberapa meter, atau dia tak akan memperkecil jarak kami secepat itu selain berjalan dengan lamban!

Aku mengerti! Tidakkah Asahina-san mengatakan sesuatu tentang ini? Itu adalah sebuah ramalan! Dan pesan terakhir Nagato. Snow White dan Sleeping Beauty. Tolonglah, aku bahkan tahu apa artinya Sleeping Beauty! Apa kesamaan antara dua cerita itu? Dalam situasi kami yang mengerikan, jawabannya dengan praktis diteriakkan sekencang-kencangnya.

Ini benar-benar timpang.

Ini terlalu timpang! Asahina-san, Nagato. Aku tak akan pernah menerima perkembangan seperti itu! Tak akan!

Rasionalitasku menuntut hal itu. Tapi manusia tak akan pernah menjadi suatu bentuk kehidupan yang hanya bergantung pada alasan untuk bertahan hidup. Mungkin mereka perlu sedikit apa yang disebut Nagato "data yang tercampur-aduk". Aku melepaskan tangan Haruhi, mencengkeram bahunya, dan menghadapkan tubuhnya padaku.

"Apa sekarang......"

"Kau tahu, aku menyukaimu dengan rambut ekor kuda."

"Apa?"

"Aku tak tahu kapan, tapi sejak itu, aku tak dapat berhenti memikirkanmu dengan rambut ekor kuda. Kurasa itu paling cocok untukmu."

"Apa yang ingin kau sampaikan?"

Aku tak menghiraukan protesnya dan mencium bibirnya... Aku menggenggam tangannya erat-erat, tak ingin kulepaskan.

Mata hitamnya menghambatku. Aku tak menghiraukan protesnya dan mencium bibirnya. Akan lebih sopan jika menutup mata pada saat-saat seperti ini, jadi kututup mataku. Dengan begitu, aku tak tahu apa ekspresi yang ditunjukkan Haruhi. Apakah matanya terbuka karena terkejut? Atau ia menutup matanya juga? Ataukah ia mencoba mengangkat tangannya dan menamparku? Tapi walaupun ia menamparku, itu tak masalah, karena aku mempertaruhkan semuanya di sini. Jika ada orang lain yang melakukan ini pada Haruhi, mereka akan tahu bagaimana perasaanku. Aku menggenggam tangannya erat-erat, tak ingin kulepaskan.

Aku masih dapat mendengar suara gemuruh di kejauhan; sepertinya raksasa itu masih menghancurkan kampus. Saat aku memikirkan hal ini, tiba-tiba aku kehilangan keseimbanganku dan jatuh ke bawah, dan semuanya menjadi terbalik. Ada benturan keras pada sisi kiriku. Tak peduli apa yang kulakukan, aku tak dapat menjaga keseimbanganku. Saat kucoba duduk dan membuka mataku, aku melihat langit-langit yang tak asing dan terkesima.


Aku berada di ruanganku, dan terputar balik, aku sadar aku terjatuh dari ranjang ke atas lantai. Tentu saja, aku masih memakai piyamaku. Setengah selimut yang kacau terkulai di atas lantai. Aku menempatkan tanganku ke belakang punggungku, dan membuka mulutku seperti orang bodoh.

Membutuhkan beberapa waktu sebelum aku dapat berpikir kembali.

Dalam kondisi setengah tidur, aku berdiri perlahan-lahan, membuka jendela dan melihat keluar. Aku melihat beberapa bintang yang berkilauan dan lampu jalanan yang bersinar. Aku menegaskan ada cahaya dari jendela-jendela orang lain dan bayangan-bayangan yang bergerak secara berkala di belakangnya.

Apakah itu mimpi? Apa aku bermimpi tentang semua ini?

Aku bermimpi di mana aku jatuh ke dunia setengah nyata dengan seorang gadis yang kukenal, dan akhirnya menciumnya! Mimpi yang begitu mudah dimengerti yang dapat membuat Sigmund Freud pun tertawa terbahak-bahak.

Urgh, aku benar-benar ingin menggantung diriku.

Mungkin aku harus berterima kasih pada negara ini yang telah melarang kepemilikan senjata api, jika tidak aku mungkin sudah menggenggam senapan otomatis dan mengarahkannya pada kepalaku tanpa ragu-ragu. Jika itu adalah Asahina, maka setidaknya aku mempunyai semacam analisis kepribadian yang mendetail dari mimpi ini, tapi aku bermimpi aku mencium Haruhi, daripada orang lain! Apa yang dipikirkan alam bawah sadarku?!

Aku duduk dengan letih di atas lantai dan memegangi kepalaku, berpikir jika ini semua adalah mimpi, mengapa ini terasa begitu nyata? Tangan kanan yang berkeringat dan kehangatan yang tertinggal di bibirku......

......Apa ini...apa ini artinya ini bukan dunia yang lama lagi? Apakah ini adalah dunia baru yang diciptakan oleh Haruhi? Apakah ada cara untuk memastikan hal ini?

Tidak ada, tak peduli seberapa keras aku berpikir. Atau lebih tepatnya, aku tak ingin memikirkan masalah ini. Jika aku harus menerima semua itu adalah mimpi karena otakku yang rusak, maka aku lebih baik percaya dunia sudah dihancurkan. Lagipula, sekarang aku sedang ditolak.

Aku melihat jam alarmku. dua tiga puluh di pagi hari.

......Aku tidur kembali.

Aku menarik selimutku hingga ke atas kepalaku, meminta pikiranku yang sudah jernih untuk memberiku tidur yang nyenyak.




Aku tak dapat tidur.

Itulah mengapa sekarang aku sangat kelelahan hingga aku hampir merangkak untuk menaiki tebing. Sejujurnya, ini membunuhku. Aku senang aku tak bertemu dengan Taniguchi sepanjang perjalanan, atau aku akan dipaksa untuk mendengarnya lagi dan lagi. Matahari kian melepaskan panasnya dari fusi nuklirnya yang takkan pernah berakhir. Tuan matahari, kumohon, tak dapatkah kau beristirahat sebentar? Aku bisa mati terpanggang!

Menolak untuk datang saat kuperlukan, setan tidur kini mengitari kepalaku saat aku tidak mengharapkannya. Jika ini berlanjut, aku tak tahu berapa lama aku akan tetap terbangun saat jam pertama.

Saat aku memandang kompleks sekolah, aku berhenti dan melihat gedung empat lantai yang reyot itu. Murid-murid yang berkeringat semuanya merangkak ke gedung sekolah seperti sekawanan semut.

Kuangkat kakiku untuk menaiki tangga, dan memasuki kelas 1-5 yang sudah tak asing lagi, berhenti tiga langkah dari jendela.

Di sana, duduk di belakang di samping jendela, aku melihat bagian belakang dari kepala Haruhi. Bagaimana aku menjelaskannya? Ia membiarkan dagunya beristirahat di atas tangannya seperti biasa dan melihat keluar dengan ekspresi boneka kayu.

Di belakangnya, aku dapat melihat ekor kecil bergantung dari rambutnya hingga bahunya. Rambutnya sedikit lebih pendek sekarang untuk diikat ekor kuda, jadi kurasa dia hanya mengikatnya sejadinya?

"Yo, bagaimana kabarmu?"

Kutempatkan tasku di atas meja.

"Sengsara! Aku baru saja bermimpi buruk semalam."

Haruhi mengatakannya dengan nada yang tenang. Hey, kau sebenarnya baru saja mengalami kejadian menakjubkan semalam!

"Itulah kenapa aku tak dapat tidur semalam. Aku ingin meminta izin sakit, tapi nanti absensiku akan menjadi terlalu rendah."

"Jadi begitu."

Aku duduk di atas kursi yang keras dan mengamati wajah Haruhi. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya dari telinga ke bawah, jadi aku tak dapat melihat ekspresinya dengan jelas. Dalam beberapa kasus, ia sedang murung. Setidaknya wajahnya mengatakan demikian.

"Hey, Haruhi."

"Apa?"

Kukatakan pada Haruhi, yang masih menatap keluar,

"Kau terlihat cantik dengan rambut ekor kuda."


Kembali ke Main Page Mundur ke Chapter 6 Maju ke Epilogue