Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid4 Bab05"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
(No difference)

Revision as of 10:49, 26 September 2009

Bab 5



"..."

Aku masih tidak tahu apa yang harus kukatakan. Sekarang Nagato berputar ke arah Asahina-san (besar),

"Biarkan aku memberimu koordinat ruang-waktu targetnya."

"Oh, tentu."

Asahina-san (besar) menjulurkan tangannya seperti anjing setia yang ingin berjabat tangan dengan tuannya.

"Silahkan..."

Nagato menepuk lembut jarinya ke punggung tangan Asahina-san (besar), lalu menarik tangannya kembali... Gitu aja? Walau Asahina-san (besar) terlihat puas.

"Sekarang saya ngerti, Nagato=san. Yang perlu kami lakukan hanyalah pergi dan memperbaiki 'dia', kan? Ga bakal terlalu sulit, karena 'dia' ga akan punya kekuatan saat itu..."

Si penjelajah waktu terlihat yakin saat dia mengepalkan tangannya, si alien lalu berkata,

"Mohon tunggu sebentar."

Tidak mengenakan kacamata, Nagato berkata,

"Dalam keadaan seperti ini, kalian pun akan hanyut ke dalam perubahan rangkaian ruang-waktu. Langkah preventif perlu dilakukan."

Lalu dia menjulurkan tangannya.

"Tanganmu."

Buat apa? apa dia pengen jabat tangan? Dengan patuh kujulurkan tangan kananku. Jari tangan sedingin es Nagato menggenggam pergelangan tanganku, membuat jantungku berdetak cepat sebentar.

"..."

Tiba-tiba Nagato menggerakkan muka merengutnya ke tanganku.

"Whoa!"

Aku reflek berteriak. Reaksi yang tak terhindarkan, kukira. Berlutut, Nagato bukan hanya menyentuh lembut pergelangan tanganku dengan bibirnya, dia bahkan memperlihatkan giginya. Seperti waktu membuat film, ketika dia terus menyerang Asahina-san dan menggigitnya.

Ga sakit kok, sebenarnya. Terasa seperti gigitan lembut tak berbahaya Shamisen setiap kali aku mengelus-elusnya. Walau gigi taring yang masuk ke kulitku terasa sedikit tertusuk, seperti ditusuk sesuatu tapi sama sekali tak sakit. Mungkin karena air liur Nagato mengandung semacam anestesi untuk mengebaskan rasa sakit. Lebih seperti digigit nyamuk.

Berlutut, Nagato bukan hanya menyentuh lembut pergelangan tanganku dengan bibirnya, dia bahkan memperlihatkan giginya.

Setelah menggigit tanganku selama lima sampai sepuluh detik, pelan-pelan Nagato mengangkat kepalanya.

"Permukaan tubuhmu sudah diselimuti oleh pelindung memanipulasi-data tak kasatmata dan perisai proteksi,"

Kata Nagato tanpa malu-malu sedikit pun. Di lain pihak, menutup mulutnya dengan kedua tangannya, Asahina-san (besar) terlihat kagum. Aku merasa sedikit kebas dan melihat pergelangan tanganku. Ada dua lubang kecil seperti gigitan vampir. Sewaktu aku melihatnya, dua lubang kecil itu mulai sembuh dan menghilang tanpa bekas. Seperti Asahina-san waktu membuat film, tubuhku juga disuntik dengan nano-mesin Nagato.

"Kau juga."

Menurut permintaan Nagato, Asahina-san yang ketakutan menjulurkan tangannya.

"...Sudah lama sekali ya sejak kamu nyuntik saya. Pastinya kamu kerepotan banget ya, waktu itu..."

"Ini pertama kalinya aku memberimu suntikan."

"Oh, iya, ya. Saya lupa..."

Menutup matanya rapat-rapat, si penjelajah waktu menjulurkan pergelangan tangannya dan menerima ciuman baptis alien. Waktu suntikan nano-mesinnya lebih sebentar daripadaku. Setelah selesai, dia mulai berdehem.

"Sip, ayo pergi. Kyon-kun, yang sebenarnya mulai dari sekarang."

Iya gitu? Pemanasan kali ini terasa lama kali! Sekali lagi, aku hanya berusaha sebaik-baiknya untuk menarasikan cerita ini ke semua orang, walaupun aku ga pengen ngelakukannya.

"Makasih."

Aku berusaha tetap tenang sewaktu berterimakasih pada nona rumah apartemen ini. Si pendiam Nagato tetap tak merespon. Aku tidak bisa menemukan bentuk kesadaran dari ekspresinya. Namun untuk beberapa alasan, aku merasa Nagato, yang berdiri tegak, merasa sangat kesepian. Apa itu karena dia kesepian sewaktu aku menebaknya?

"Nagato, ntar kita ketemuan lagi ya. Sebelum Haruhi dan aku datang, pastikan kamu nunggu kami di ruang Klub Sastra."

Seperti boneka yang disusupi kehidupan, makhluk organik buatan alien menganggukkan kepalanya seperti mesin.

"Akan kutunggu."

Kalimat seperti itu cukup untuk membakar api misterius dalam hatiku. Walau hanya seterang puntung rokok yang dilupakan seseorang untuk dimatikan. Sewaktu aku mencari-cari apa percikan itu, Asahina-san (besar) lalu berkata,

"Cuma buat mencegah kamu merasa ga nyaman."

Dia menggenggam pundakku erat-erat.

"Bisa tutup mata?"

Aku mengikuti tepat ketika dia menginstruksikannya. Asahina-san (besar) sepertinya berdiri tepat di depanku, menggenggam tanganku.

"Kyon-kun."

Suara lembut ini terdengar terlalu menyenangkan. Apa dia pengen cium aku? (T/L note: MIMPI! LOL)

"Siap siap."

Silahkan, monggo. Kamu bisa menciumku sebanyak yang kamu mau, makin bergairah makin bagus. Tepat ketika aku memikirkan ini...

Pusing dramatis telah dimulai. Tindakan tepat aku menutup mataku. Kalaupun kubuka, paling gelap gulita seperti waktu listrik mati. Sekarang aku merasa duduk di roller coaster dengan seat-belt-ku terbuka; tidak pasti apakah darah di tubuhku sudah hilang atau menjalar ke otakku. Rasa melayang tak-berberat berlanjut. Walaupun sudah kututup mataku, aku masih merasa pusing. Bukti aku tidak kehilangan kesadaran semua karena rasa hangat dari tangan Asahina-san.

Sudah berapa menit ya? Ato jangan-jangan udah berjam-jam? Aku kehilangan rasa sadar akan waktu dan ruang. Tak bisa kutahan lebih lama lagi. Asahina-san, kayaknya aku pengen muntah...

Sewaktu aku mencari sesuatu untuk kumuntahi...

"Mmm... Kita udah nyampe."

Sensasi yang lama hilang yaitu rasa kakiku berdiri di tanah keras mulai kembali. Rasa dingin tanah menembus kaus kakiku dan kedalam tubuhku. Rasa gravitasiku pun kembali. Seperti ilusi, rasa ingin muntah pun tiba-tiba menghilang.

"Sekarang kamu boleh buka mata. Syukurlah, ini tempat yang Nagato-san kasih tau... Dan waktunya juga."

Kuangkat kepalaku dan melihat langit malam penuh kumpulan bintang. Karena udaranya lebih bersih, bintang-bintang lebih terlihat daripada waktu musim panas. Kuputar badanku dan langsung mengenali atap komplek SMA North nampak diatas perumahan.

Kulihat sekitarku, mencoba mengkonfirmasi dimana aku sekarang. Walau gelap, aku tak bisa salah. Tadinya aku berdiri disini beberapa jam lalu. Aku masih bisa ingat Haruhi dengan kuncir kudanya dan juga Koizumi berbaju seragam olahragaku.

Ini tempat Haruhi dan Koizumi ganti baju. Mestinya kebetulan, kayaknya!

Terus sekarang, jam berapa?

Melihat jamnya, Asahina-san (besar) memberitahuku,

"Sekarang jam empat empat-delapan pagi tanggal 18 Desember. Lima menit lagi, dunia akan berubah."

Disaat aku menekan tombol "Enter" pada tanggal 20 dan melompat tiga tahun kebelakang, tanggal 18 berarti dua hari lalu. Di hari itu, aku pergi ke sekolah seperti biasa, tidak menyadari apa yang akan terjadi, dan bikin gara-gara karena melihat SMA North yang seluruhnya berubah. Haruhi tiba-tiba menghilang, sementara Asakura muncul; dan Asahina-san tidak mengenaliku, terus Nagato jadi orang yang sama sekali berbeda.

Semuanya dimulai disini, sekarang aku berada di masa dimana konversinya mulai berdampak. Dengan kata lain, aku juga bisa mencegah itu terjadi, dan makanya aku berdiri disini sekarang.

Tepat ketika aku mulai semangat oleh keadaan tegang yang mau datang......

"Oh ya ampun! Aku lupa bawa sepatu!"

Seru Asahina-san dengan lembutnya.

Karena kami lompat dari dalam ruangan, sudah pasti kami tidak mengenakan sepatu apapun. Seperti yang sudah diduga dari Asahina-san, bahkan lintasan waktu pun tidak akan menghilangkan kecerobohannya.

"Nagato bakal ngejagain sepatunya ga ya?"

Kegelisahannya melegakan kegugupanku. Aku yakin bakal dijagain sama dia. Lagipula, dia bisa ngejaga tanzaku sampe tiga tahun. Jadi dia ga bakal segampang itu ngilangin sepatu. Kapanpun kamu bisa ke apartemennya dan ngecek rak sepatunya......

Tepat ketika aku berpikir tenang soal ini, sensasi seperti setruman listrik menjalar di tubuhku tiba-tiba.

Itu karena aku tidak pake sepatu, apa lagi melompat dari musim panas ke musim dingin membeku, jadi dinginnya semakin menusuk. Aku langsung berpikir untuk memakai jaket yang kubawa di lenganku; ketika itu pula aku sadar Asahina-san bergemeletuk kedinginan dan membungkus tubuhnya dengan lengannya. Yah, cuma pake blus lengan-panjang dan rok-mini ketat di temperatur rendah kayak gini, tentu aja bakalan normal kalo dia kedinginan banget.

"Nih, pake,"

Kutaruh jaketku di pundak menggigilnya. Bahkan aku pun terkejut pada tindakan ksatriaku.

"Oh, makasi. Sori ya ngerepotin."

Ga perlu minta maaf, bukan masalah kok. Kalo kamu ga nunggu aku tiga tahun lalu, aku ga bakalan bisa kembali ke sini. Cuman itu aja dah cukup, kalopun itu berarti aku harus melepas semua bajuku untukmu.

Asahina-san (besar) memberiku senyuman, sebuah kombinasi antara keseksian dan keimutan, dan akan melemahkan kaki lebih dari setengah penonton, lalu berkata serius,

"Hampir waktunya."

Mungkin bagus juga kami lupa pakai sepatu, karena kami tidak bersuara waktu berjalan. Walaupun begitu, Asahina-san (besar) dan aku masih tidak berani bernafas keras-keras ketika kami berjalan di gang kecil menuju gerbang masuk SMA North. Kami berhenti di belokan dan seperti pemburu mengikuti buruannya, kami hanya menyempilkan kepala kami dan melihat pada jalan gelap di depan.

Tidak banyak lampu jalan di daerah ini, tapi ada satu tepat di luar gerbang. Hanya area di bawah lampu yang tersinari. Walau cahayanya redup, siapapun masih bisa melihat siapa saja yang berdiri di bawah lampu itu.

"Dia datang......"

Tangan hangat mendarat di pundakku. Aku bisa merasakan ketegangan Asahina-san (besar) tapi nafas manis bertiup di telingaku. Biasanya sih, aku bakal terpesona, tapi sekarang bukan waktunya.

Si perubah ruang-waktu timbul dari bayangan dan berdiri di bawah lampu.

Seragam SMA North. Dia adalah orang yang Nagato sebutkan. "Orang itu" adalah si penjahat yang merubah dunia kami, memisahkan anggota Brigade SOS dan merubah semua orang menjadi manusia normal. Hanya ingatanku yang tak berubah, sementara ingatan dan sejarah semua orang dan semua hal benar-benar berubah.

Sekarang, "orang itu" mulai melakukan aksinya.



Tidah boleh terburu-buru, aku harus menunggu sampai seluruhnya berubah. Itulah saran yang Nagato berikan padaku. Aku harus menunggu sampai orang itu sudah merubah dunia seluruhnya sebelum kusuntikkan Program Pemulihan. Kalau tidak, sejarah dimana aku mengaktivasi Escape Program tidak akan terjadi. Aku tidak begitu ngerti apa maksud Nagato, tapi sepertinya Nagato dan Asahina-san (besar) lumayan tegas soal itu. Mereka pastinya sangat mengenal dengan aliran waktu, orang sepertiku ga bakal ngerti. Karena aku ga bakalan bisa ngerti, mungkin aku sebaiknya mengikuti saran profesional saja. Nagato itu tidak akan pernah berbohong, dia selalu berdiri di samping kami dengan tatapan serius di wajahnya......

Kugenggam erat pistol jarum-pendek yang Nagato berikan padaku dan menunggu dengan diam.

Berjalan dengan langkah biasa, "orang itu" tiba di depan gerbang SMA North. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat komplek sekolah yang diselimuti kegelaman dan berhenti.

Rok seragam sekolahnya berkibar tertiup angin.

Dia sepertinya tidak menyadari ada kita. Terimakasih pada nano-mesin yang Nagato suntikan kepada kami, membuat tabir tak kasatmata dan perisai proteksi di permukaan tubuh kami.

"Orang itu" tiba-tiba mengangkat satu lengannya dan membuat gerakan seolah-olah mengambil sesuatu di udara. Tidak terlihat natural, dia sepertinya dikontrol sesuatu, tapi aku tahu bukan itu masalahnya.

"Hebat..." Seru Asahina-san, "Itu gempa-waktu yang hebat banget. Dia benar-benar punya kekuatan itu... Sulit dipercaya walau saya melihatnya sendiri,"

Bahkan dengan mata kepalaku sendiri, aku tidak melihat ada sesuatu berubah. Langit malam masih gelap. Namun Asahina-san (besar) sepertinya menyaksikan orang itu menggunakan suatu cara untuk membuat perubahan besar untuk merubah sejarah dunia ini. Dia toh dari masa depan, jadi ga aneh kalo dia bisa liat itu.

Asahina-san (besar) bersandar erat padaku. Seharusnya, kami juga bakal terseret dengan perubahan dunia yang "orang itu" lakukan, tapi kami dilindungin oleh gigitan Nagato. Nagato dan Asahina-san (besar) memang sangat membantu, sepertinya rangkaian aksi yang kulakukan sudah benar. Apa yang akan dilakukan selanjutnya adalah tindakan yang akan menyelesaikan masalah ini, aku tidak boleh bikin kacau di rintangan terakhir.

Kutahan nafasku sewaktu melihat orang itu menurunkan lengannya dan tiba-tiba memutarkan kepalanya ke arah kami. Pertama kupikir dia menemukan kami mengintipnya, tapi ternyata dia hanya melihat sekitar.

"Tenang aja, dia ga nemu kita kok. Sekarang dia sudah 'dilahirkan kembali'. Gempa-waktu... Pengubahan dunia sudah selesai. Kyon-kun, giliran kita sekarang."

Kata Asahina-san (besar) dengan kaku dan nada serius dan memberiku tanda.

Aku timbul dari kegelapan dan bergerak ke gerbang sekolah. Tidak perlu buru-buru, toh dia ga bakalan kabur. Sudah kuduga, ketika "orang itu" menyadari aku berdiri di bawah lampu jalan, dia masih berdiri di depan gerbang sekolah. Perubahan yang ada hanyalah ekspresi wajahnya. Ketika aku melihat wajah herannya, tiba-tiba aku merasa melankolis.

"Halo pa kabar,"

Aku memanggilnya. Seolah-olah menemui teman yang sudah lama tak kulihat, kudekati dia.

"Ini aku, kita ketemu lagi,"

Aku bisa menebak sedikit dari nada suara Asahina-san (besar). Dari orang-orang yang kukenal, selain Haruhi, hanya satu orang yang bisa membuatnya tidak nyaman. Coba dipikir. Setelah tanggal 18, profil rahasia pribadi anggota Brigade SOS tiba-tiba menghilang. Namun semua kepribadian mereka tetap sama, semua kecuali satu, yang tindakannya, ekspresinya, dan perangainya berubah seluruhnya.

Dibawah langit malam, mengenakan seragam SMA North, sosok mungil berdiri disana tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia sepertinya tidak mengerti kenapa dia disini, seperti seseorang yang sakit tidur-berjalan yang tiba-tiba bangun dan mulai melihat sekitar...

"Nagato,"

Kataku,

"Semua ini perbuatanmu, ya?"

Mengenakan kacamata, dia adalah Nagato itu. Setelah tanggal 18, Nagato Yuki ini hanyalah anggota terakhir Klub Sastra, dia bukan alien ataupun entitas misterius lainnya apapun itu, hanya seorang kutubuku yang pemalu.

Si Nagato berkacamata sekarang terlihat lebih keheranan, tidak mengerti apa yang sedang terjadi,

"...Ngapain...ngapain...kamu disini?"

"Baru aja aku pengen tanya itu ke kamu, kamu tau ga sih kenapa kamu ada disini?"

"...Lagi makan angin,"

Kata Nagato tak nyaman sambil melebarkan matanya. Kacamata pada wajah gadis yang kulihat memantulkan cahaya lampu jalan. Aku melihat padanya dan berpikir,

Bukan, bukan kayak gitu kan, Nagato.

Gadis ini hanya merasa jenuh. Menghabiskan setiap harinya dengan diobok-obok Haruhi, sambil menyelamatkan nyawaku, dan juga diam-diam aktif di sebuah lokasi di belakang punggung kami - adalah normal kalau dia kecapekan karena semua itu.

Beberapa waktu lalu di apartemen Nagato, dibawah ini adalah apa yang Nagato tiga tahun lalu katakan kepada kami:

"File-file error yang terakumulasi dalam memori database akan memicu reaksi yang menyimpang dari biasanya. Bisa diperkirakan bahwa kejadian ini tidak bisa dihindari. Pada tanggal 18 Desember tiga tahun dari sekarang, aku akan menyusun kembali dunia."

Dengan tenang dia melanjutkan,

"Tidak ada langkah preventif yang bisa dilakukan, karena aku juga tidak tahu bagaimana error seperti itu bisa terjadi."

Tapi aku tahu.

Aku tahu alasan dibalik tindakan abnormal, tak jelas Nagato, dan apa file-file error yang dia akumulasikan.

Hasrat yang paling dasar. Bahkan untuk sebuah kecerdasan buatan yang dijalankan oleh program rumit, bahkan untuk antarmuka android yang belum pernah menginstall hasrat tersebut, setelah hidup beberapa waktu, normal baginya untuk membuat hasrat tersebut. Kamu ga bakal bisa ngerti, tapi aku ngerti. Dan mungkin Haruhi juga ngerti.

Aku melanjutkan mengamati ekspresi kesusahan Nagato dengan diam. Tapi gadis pemimpi dari Klub Sastra sekarang terlihat lebih tak nyaman. Melihat bagaimana putus asanya dia, aku tak bisa apa-apa kecuali berteriak dalam hati, Nagato! Itu yang kita namain emosi!

Itu karena kamu ga didesain buat punya emosi, makanya reaksi yang dirasain lebih gede. Mungkin kamu ngerasa pengen teriak, ato ngamuk, ato hanya ngebentak, Loe cewek goblok! Bete gue sama loe! kan? Tidak, kalaupun dia tidak berpikir demikian, apa yang dia lakukan bisa dipahami. Tindakannya bisa dimaafkan, karena toh aku juga punya sebagian tanggung jawab. Aku jadi terlalu bergantung padanya, terbiasa membiarkan Nagato mengurus semuanya. Aku selalu berpikir asal Nagato membantu, aku bisa mematikan otakku. Gue bego banget ya, lebih idiot daripada Haruhi. Jadi aku ga punya hak untuk menyalahkan dia.

Itulah kenapa Nagato - gadis ini, tiba-tiba punya ide untuk merubah dunia.

Jadi itu reaksi anomali, ato programming error?

Duh nak, loe bikin gemes aja, bukan keduanya.

Inilah apa yang Nagato inginkan - dunia normal seperti ini.

Hanya ingatanku yang tak dirubahnya, sementara dia merubah ingatan semua orang, termasuk dirinya sendiri.

Sekarang baru aku mengerti pertanyaan yang memusingkanku beberapa hari ini.


Kenapa cuman gue yang ga kena efeknya?


Jawabannya mudah, itu karena gadis ini ingin membuatku memilih.

Dunia yang dirubah lebih bagus? atau yang original yang lebih bagus? Dengan skenario yang dibuat sebaik-baiknya olehnya, keputusan terakhir tergantung padaku.

"Sial,"

Apaan milih segala! Gue kan emang ga pernah punya pilihan!

Kalau gue cuma pengen Brigade SOS, ya udah, ga usah balik. Tinggal mulai dari awal di dunia yang baru. Haruhi dan Koizumi mungkin ada di SMA lain, tapi itu ga bakalan jadi halangan berat. Kami anggap aja hobi diluar sekolah. Klub misterius ini bisa kumpul-kumpul seperti biasa di warung kopi. Disana, Haruhi akan punya ide aneh-aneh, sementara Koizumi akan menyeringai terus-terusan; Asahina-san akan terlihat stress, dan gue akan berpaling dengan muka cemberut... Sebuah gambaran kejadian tiba-tiba mengambang di benakku. Nagato itu mungkin bakal keliatan kesusahan juga, tentu aja dia tetap diam sambil baca bukunya. Tapi tetap saja...

Bukan Brigade SOS yang kutahu. Nagato bukan alien, Asahina-san bukan penjelajah waktu dari masa depan, dan Koizumi hanya manusia normal, sementara Haruhi tidak memiliki kekuatan hebat. Hanya klub buat senang-senang yang biasa dan normal.

Apa gue ga papa dengan itu? Bukannya lebih bagus?

Gimana ya gue mikir pertama dulu? Apa sih yang gue bilang ke Haruhi si pembikin-masalah melebihi batas akal sehat?

Repot banget.

Cukup ah!

Loe idiot ato apa!?

Bete gue ama loe!

"......"

Hatiku mulai sakit.

Anak SMA biasa yang dipaksa terlibat situasi merepotkan, terus mengeluh ke Haruhi namun tetap hidup untuk menceritakan dongengnya. Itulah peran yang kumainkan selama ini.

Sekarang juga! Ya, Kyon! Gue ngomong ke elo! Gue harus tanya pertanyaan penting ke diriku sendiri, jadi dengar baek-baek dan jawab gue. Ga usah nahan diri buat ngejawab. Cuman "ya" atau "tidak" aja. Sekarang dengerin gue, ini pertanyaannya:


Bukannya kehidupan sekolah yang aneh dan luarbiasa kayak gitu menyenangkan?


Cepetan jawab, Kyon! Pikir baek-baek. Jadi? Bisa ga loe jawab ini? Cepetan bilang ke gue. Di dunia dimana gue diobok-obok Haruhi; diserang alien; ngedengerin penjelajah waktu ngejelasin teori gila; berusaha ngerti celotehan esper; keperangkap di Dimensi Tertutup dimana raksasa ngamuk-ngamuk; tinggal dengan kucing yang bisa ngomong; ngelompati waktu tanpa tahu maksudnya; apalagi ngikutin aturan keras kalo Haruhi ga boleh tau semua ini, ngebolehin komandan Brigade SOS untuk terus senang-senang nyari kejadian-kejadian misterius, tapi dia lupa kalo dia yang bikin masalah gede.

Bukannya itu asik?

Ato loe pikir itu nyusahin aja, dan pengen ngomong ke dia kalo cukup itu adalah cukup? Karena loe selalu mikir kalo dia itu idiot dan memutuskan untuk ga peduli sama dia. Jadi? Bener ga? Dengan kata laen? Beneran itu yang loe pikirin?


Dunia itu ga menarik sama sekali.


Yang bener? Dari yang loe omongin, Haruhi dari dunia asli cuman nyusahin aja. Apapun ide gila yang dia utarakan, loe selalu ngerasa melankolis. Tentu aja normal kalo loe ga ngerasa dunia itu ga asik. Dan jangan bilang kalo itu ga bener! Loe tau sendiri itu ga asik.

Tapi, kenyataannya loe diem-diem nikmatin semuanya. Karena dunia itu emang asik.

Loe tanya kenapa gue bilang gitu?


Loe tekan tombol "Enter" kan?


Itu lho, waktu ngejalanin Emergency Escape Program yang Nagato tinggalin.

Kamu siap?

Jawaban dari pertanyaan itu kan "Iya" yang tegas-lugas.

Bener kan?

Dewi Nagato yang Maha Kuasa udah susah-susah bikin dunia stabil buat elo, dan loe menolak tawaranNya. Semenjak loe ketemu sama Suzumiya Haruhi bulan april lalu, loe mengakui dunia bedul itu. Sebenernya loe pengen kembali ke dunia gila dimana alien, penjelajah waktu, dan esper keliaran bebas di sekolah. Kenapa? Bukannya elo yang terus ngeluh soal begituan?

Kalo emang begitu, kenapa loe ga mengabaikan Escape Program? Milih tinggal di dunia yang sangat normal, loe bakal tau kalo Haruhi, Asahina-san, Koizumi, dan Nagato sebagai anak SMA biasa, dan hidup bahagia seperti biasa dibawah kepemimpinan Haruhi. Karena si Haruhi ga punya kekuatan, loe bisa dadah bye bye sama pengalaman aneh-aneh itu.

Di dunia itu, Haruhi hanya gadis normal yang suka nyuruh-nyuruh orang; Asahina-san tidak punya atribut sebagai penjelajah waktu dari masa depan, dia hanya punya karakter imut; Koizumi hanya anak SMA biasa tanpa dukungan dari 'Organisasi' misterius; dan Nagato hanya seorang gadis kutubuku dan pemalu, tidak punya beban apapun atau menggunakan kekuatan hebat untuk mengawasi atau melindungi seseorang. Oh iya, walaupun biasanya dia akan tetap tak berekspresi, dia tetap akan benar-benar tertawa mendengar lelucon garing, dan lalu langsung memerah hebat. Siapa tahu, pelan-pelan dia akan jadi orang yang terbuka bila aku menghabiskan banyak waktu dengannya.

Dunia akan jadi gitu-gitu aja, dan tapi loe perjuangin.

Kenapa juga tuh?

Gue tanya sekali lagi. Jawab gw dengan jujur.

Ngerasa ga kalo Haruhi si biang-kerok dan kejadian mimpi-buruk karena dia itu mengasikan? Cepetan Jawab!

"Tentu aja asik,"

Jawabku,

"Ga perlu jadi ilmuan roket segala buat menyadari itu asik. Jadi jangan tanya gue soal sepele kayak gitu lagi."

Kalau seseorang benar-benar berkata kalau itu tidak asik, maka orang itu senang jadi idiot. Akalnya tigapuluh kali lebih kecil dari Haruhi.

Maksudku, ada alien, penjelajah waktu, dan esper loh!

Ada satu aja menarik, tapi ini langsung ada tiga karakter menarik! Termasuk Haruhi, kekuatan hebat yang pastinya akan terpicu. Dengan ini, gue ga bakalan bisa bosen. Kalo ada yang protes, gue bakal langsung hajar sampe mampus tuh orang.

"Jadi gitu ya,"

Kataku pada diriku sendiri. Kamu bisa bilang kalau aku akhirnya sudah diterangi.

"Aku masih suka dunia asli. Dunia ini ga cocok denganku. Sori, Nagato. Aku ga suka kamu yang sekarang, aku lebih suka Nagato yang sebelumnya. Lagipula, aku lebih seneng kamu ga pake kacamata,"

Nagato ini melihatku dengan wajah sangat keheranan,

"Ngomong apa sih kamu..."

Nagato Yuki yang kutahu tidak akan penah berkata seperti itu.

Gadis ini tidak akan tahu apa-apa soal tiga hari ini, waktu aku menemukan ada sesuatu yang salah sampai saat ini. Bisa diduga, karena Nagato ini baru dilahirkan kembali, dan jadinya belum bertemu denganku. Dia tidak punya ingatan tentang terlihat kaget waktu aku menerobos masuk ke dalam Klub Sastra.

Ingatan satu-satunya Nagato ini hanyalah ingatan buatan waktu di perpustakaan. Selain itu, ingatan kami bersama terjadi setelah dia merubah dunia barusan.

Beberapa bulan lalu, aku terperangkap di Dimensi Tertutup yang abu-abu hanya dengan Haruhi. Menurut Koizumi, itu adalah dunia baru yang dibuat oleh Haruhi.

Nagato mungkin menggunakan kekuatan itu. Entah bagaimana dia bisa mengambil atau mencuri kekuatan misterius dari Haruhi dan menggunakannya untuk membuat dunia ini.

Kekuatannya enak banget. Siapapun itu, mereka setiap saat bisa mulai dari awal lagi, atau ingin sesuatu kembali ke tempat yang mereka inginkan.

Akan tetapi, manusia normal tidak akan bisa mengabulkan permintaan seperti itu. Dan akan lebih baik kalau mereka menghilangkan pemikiran itu. Aku sendiri tidak mau mulai dari awal, makanya aku kembali dari Dimensi Tertutup bersama Haruhi.

Insiden ini diakibatkan oleh pemindahan kekuatan maha kuasa dari Haruhi ke Nagato. Haruhi tidak menyadarinya, sedangkan Nagato kehilangan kendali dan terus maju merubah dunia.

"Nagato,"

Aku berjalan ke arah sosok mungil kaku yang berdiri disana. Nagato tetap tak bergerak dan balik menatapku.

"Berapa kali aku harus katakan ini, jawabanku tetap sama. Tolong balikin semuanya jadi normal, termasuk kamu juga. Yuk kita sama-sama berusaha di ruang klub. Selama kamu masih kasi tanda, aku akan selalu siap membantu. Akhir-akhir ini si Haruhi ga terlalu macam-macam, jadi ga perlu lah ngegunain kekuatan ga sehat kayak gitu dan maksa dunia berubah. Biarin aja semuanya jadi seperti biasa."

Mata dibalik kacamatanya menunjukan rasa takut.

"Kyon-kun..."

Asahina-san menarik-narik lengan bajuku dan berkata,

"Ga ada gunanya menjelaskan ke Nagato-san ini. Karena dia sudah berubah. Nagato-san ini hanya gadis biasa yang ga punya kekuatan..."

Tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Haruhi berambut panjang yang memanggilku John. Tanpa kekuatan seperti dewa atau iblis, dia hanya seorang gadis anak sekolah yang menerobos masuk SMA North tanpa ragu. Matanya berbinar sewaktu dia menunjukan ketertarikan tinggi pada ceritaku tentang Brigade SOS, dan juga berseru, "Kayaknya asik tuh!"

Menyeringai lebar setiap saat, Koizumi yang itu bilang kalau dia naksir Haruhi. Mengenakan seragam olahragaku, si anak pindahan sekolah menunjukan ekspresi ruwet.

Mengundangku masuk Klub sastra, Nagato berkacamata akan mengenang ingatan buatannya bersamaku. Senyum di wajahnya seperti matahari terbit di cakrawala, tak bisa kutahan bahwa aku ingin sekali melihat senyum itu sekali lagi.

Aku sadar aku tidak akan bisa bertemu dengan orang-orang ini lagi. Kalau boleh jujur, aku sedikit rindu mereka. Tapi masalahnya eksistensi mereka itu buatan. Mereka bukan Haruhi, Koizumi, Nagato, dan Asahina-san yang kutahu. Sangat disayangkan aku tak punya kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi aku sudah memutuskan. Aku ingin kembali ke Haruhi, Koizumi, Nagato dan Asahina-san yang kukenal.

"Maafkan aku."

Kukeluarkan pistolnya dan membidik. Nagato langsung terpaku di tempat, melihat reaksinya, aku merasa seperti seorang kriminal. Tapi aku sudah sejauh ini, tak ada gunanya ragu-ragu.

"Semuanya akan kembali kesemula secepatnya. Kita akan pergi ke banyak tempat lagi, nikmatin hotpot natal, terus pergi ke mansion di gunung salju. Kamu boleh kok jadi Detektif Hebat kali ini. Detektif Hebat yang bisa mecahin kasus pas kasusnya udah kejadian, ya ga? Itu berarti......"

"Kyon-kun! Awas... KYAA!!"

Tepat ketika Asahina-san berteriak, seseorang menghantamku dari belakang. Buk! Rasa ngeri membuatku gemetar, bahkan bayangan dibawah lampu pun bergetar. Di bayangan itu ada siluet orang lain. Apa? Siapa?

"Saya ga bisa ngebiarin kamu nyakitin Nagato-san!"

Kuputar kepalaku keatas pundakku dan melihat muka pucat seorang gadis.

Asakura Ryouko.

"Apa yang..."

Aku tak bisa bicara apapun, tiba-tiba aku merasa sesuatu yang dingin membeku tertikam kedalam perutku. Itu adalah benda tipis yang ditusukkan dalam-dalam ke dalam tubuhku. Sangat dingin. Rasa tak sadar melebihi rasa sakit. Apa yang terjadi? Kok bisa begini? Kenapa Asakura disini?

"Hee hee,"

Bagiku, seringainya terlihat seperti topeng tak berekspresi yang tiba-tiba tersenyum. Asakura lalu mundur menjauhiku, sambil mencabut pisau belati bersimbah darah yang digunakannya untuk menikamku.

Kehilangan keseimbangan, aku jatuh ketanah seperti gasing. Berdiri didepanku sepanjang waktu, kaki Nagato melemas sewaktu dia merosot jatuh ke tanah dan berkata takut-takut,

"Asakura...-san?"

Seolah-olah menyapa seseorang, Asakura-san mengayunkan pisau Swiss Army yang basah karena darahku dan berkata,

"Hai, Nagato-san. Jangan kawatir, selama saya disini, akan kuhabisi orang yang ingin mengancammu. Itulah alasan kenapa aku diciptakan."

Asakura tersenyum dan melanjutkan,

"Ini yang kamu inginkan, kan?"

Itu bohong. Nagato tidak pernah membuat permintaan semacam itu. Dia bukan tipe orang yang akan membunuh seekor burung hanya karena burung itu tidak berkicau sebagaimana yang diinginkannya. Tentu saja tidak. Semenjak Nagato mulai bertindak abnormal, Asakura ini yang diciptakan-ulang juga bertindak abnormal, sederhananya jadi bayangan Nagato......

Bayangan Asakura pelan-pelan mendarat di tubuhku. Tak lama lagi siluetnya menghalangi bulan dari sudut pandangku.

"Ijinkan saya yang mengantar kepergianmu. Selama kamu mati, semuanya akan baik-baik saja. Dari awal memang kesalahanmu Nagato jadi menderita. Sakit ga? Tentu aja ya. Lebih baik nikmatin selama masih kerasa, karena mungkin itu rasa terakhir yang akan kau rasakan,"

Pisau lebar itu pelan-pelan terangkat, ujung pisaunya terarah ke jantungku. Aku berdarah tiada henti. Apa ini akhirnya? ...Aku berusaha keras berpikir waktu pikiranku mulai kabur. Aku mulai kehilangan kesadaran. Jadi, Asakura-gila, ini toh misimu? Jadi backup Nagato Yuki...

Pisaunya mulai bergerak kebawah...

Dalam satu kedipan mata, sebuah tangan terentang dari satu sisi.

"...!!!"

Seseorang telah menangkap bagian tajam belati, dengan tangan kosong pula.

"Siapa yang...?"

Tangan kosong...!? Dimana ya gue pernah liat ini?

Penglihatanku makin lama makin kabur, jadi aku tidak bisa tau siapa dia. Tak cukup cahaya, bisa minta tolong terangin lampunya? Dia berdiri di depan lampu jalan, jadi aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang kutahu hanyalah dia gadis berambut pendek...mengenakan seragam SMA North...tidak mengenakan kacamata...itu aja yang bisa kukatakan... Koizumi! ...Mana sih itu orang yang ngurus pencahayaan pas kita lagi butuh!?

"Huh...!?"

Yang bersahut lembut itu adalah Nagato, yang duduk di tanah. Kacamatanya memantulkan silau lampu jalan, jadi aku tak bisa melihat ekspresinya dengan jelas. Itu takut? Ato keheranan ya?

"Kenapa? Tapi kamu kan...!? Kok bisa..."

Pekik Asakura. Dia sepertinya bicara dengan gadis yang menangkap ujung belati dengan tangan kosongnya, tapi si gadis tetap diam dan tak berbicara apapun.

Asahina-san terderngar seperti dia ada tepat di sebelahku,

"Maafkan aku... Kyon-kun, seharusnya saya udah tau, tapi tetap aja..."

"Kyon-kun! Kyon-kun...... Jangan! Kamu ga boleh!"

Kayaknya kok ada dua Asahina-san. Satu Asahina-san dewasa, yang satu lagi Asahina-san lolita yang kutahu. Keduanya bersimbah air mata di wajahnya, dan mengoyang-goyangkan tubuhkyu. Hei, kalian berdua, sakit tau...

...Heh? Ngapain Asahina-san (kecil) disini ya? Gue sih masih ngerti soal Asahina-san dewasa yang nahan gue di tangannya dan menangis, karena dia datang kesini ke masa ini sama-sama gue; tapi Asahina-san kecil ini datang dari mana? Ah, gue ngerti sekarang. Mesti ilusinasi nih, ingatan-ingatan seseorang semasa hidupnya ketika menghadapi kematian...

Nah itu lebih menakutkan daripada rasa sakit dan melihat darah keluar tiada henti dari tubuhmu.

Sial, gue mau mati.

Saat aku berkubang dalam penyesalan karena belum menulis surat wasiat, aku merasa ada seseorang muncul diatasku. Orang itu mengangkatku dan mengambil pistol-jarum yang dibuat Nagato yang jatuh ketanah.

Suara yang kukenal, namun aku tak bisa mengingat siapa yang bicara,

"Sori banget ya. Gue punya alasan ga langsung nyelamatin elo, tapi jangan benci ya sama gue. Lagipula, gue juga kesiksa. Ngomong-ngomong, kami bakal beresin sisanya. Engga, gue dah tau kok apa yang harus dilakukan, dan loe juga nanti tau. Jadi pergi tidur aja sekarang ya."

Apa sih yang dia omongin? Terus sama siapa dia ngomong? Ngelakuin apa? Dan siapa yang ngurus apa? Gambaran serangan fatal Asakura, Nagato berkacamata menyokong dirinya sendiri dengan lengannya sambil berlutut di tanah, Dua Asahina-san, dan Haruhi dengan seragam sekolah yang berbeda sekarang semuanya bercampur jadi satu...


Pelan-pelan kutak-sadarkan diri.


Back to Bab 4 Return to Halaman Utama Forward to Bab 6