Difference between revisions of "Baka to Tesuto to Syokanju:Volume5 Soal Kedua"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m
Line 247: Line 247:
 
“...Cuma sarung alas duduk biasa.”
 
“...Cuma sarung alas duduk biasa.”
   
“Sarung alas—KALIDAH! BEDANYA SARUNG ALAS DUDUK DAN SARUNG BANTAL JAUH! DAN KENAPA ADA FOTOKU!?“Just an ordinary—RIGHT! THERE’S A HUGE DIFFERENCE BETWEEN A PILLOW COVER AND A CUSHION COVER! KNOW THAT WELL! AND WHY IS IT THAT IT HAS MY PHOTO ON IT!?”
+
“Sarung alas—KALIDAH! BEDANYA SARUNG ALAS DUDUK DAN SARUNG BANTAL JAUH! DAN KENAPA ADA FOTOKU!?
   
 
“...Ada sesuatu yang disebut maniak di dunia ini.”
 
“...Ada sesuatu yang disebut maniak di dunia ini.”

Revision as of 12:14, 2 December 2012

Pertanyaan Kedua

Terjemahkan kalimat bahasa inggris berikut ke bahasa jepang yang benar

“Die Musik gefällt Leuten und bereichert auch den Verstand.”

Jawaban Shimada Minami:

"Musik dapat membuat orang gembira dan memperkaya jiwa. #Ini seharusnya bahasa jerman, bukan inggris."

Jawaban Sakamoto Yuuji:

"Soalnya bahasa Jerman, bukan Inggris. Aku tidak bisa jawab."

Komentar Guru:

Tolong dimaafkan. Sensei membuat kesalahan dengan mengacak pertanyaannya. Terjemahan Shimada-san benar, tapi sejujurnya ini salah Sensei. Maka dengan itu, Sensei memutuskan untuk memberikan poin kepada semuanya, termasuk yang tidak menyawab—

Jawaban Tsuchiya Kouta:

“           <-Tinta tak terlihat”

Jawaban Yoshii Akihisa:

“           <-Hanya orang bodoh yang tak bisa lihat jawabannya.”

Komentar Guru:

—Aku benar benar ingin berikan kalian poin tapi kalian berdua adalah pengecualian.

BTS5-Muttsurini.jpg


"Bolehkah aku menginap dirumahmu? Malam ini, aku...nggak ingin pulang."

Saat aku berjalan ke sekolah, aku mengirim SMS kepada Yuuji. Yuuji seharusnya mampir kerumahku hari ini untuk bermain game tinju, tapi sejak Nee-san datang, aku harus ganti rencana.

Normal untuk mencoba dan meyakinkan orang lain tak mengetahui tentang kakakku karena dia benar benar aneh. Pentingnya lagi aku tak mau kembali ke rumah itu. Aku bisa mengambil kembali poin yang dikurangi sebelum UAS. tapi kalau aku tetap dirumah, mungkin dia akan mengurangi poin lebih jauh untuk alasan lain. Jadi aku harus memita Yuuji untuk membiarkanku menginap dirumahnya untuk beberapa hari mau gimanapun, jadi aku bisa melindungi kehidupan bebasku tinggal sendiri.


Setelah mengecek SMS yang kukirim, aku memsukkan HP-ku ke kantong.

Saat aku berjalan di tanjakan menuju sekolah, suara terkejut memanggilku dari belakang.

"Hmm? Akihisa?"

"Ah, Pagi, Hideyoshi."

"Selamat pagi."

Berjalan cepat disebelahku adalah temanku Kinoshita Hideyoshi. Dia,yang menggunakan pakaian laki laki adalah perempuan cantik seperti yang orang lihat. Dia menyebut dirinya pria tapi kudengar sekolah membuatkannya seragam perempuan.

Saat itu, Hideyoshi melihat wajahku seperti sedang memeriksaku. Ada yang salah?

"? Ada apa, Hideyoshi? Kenapa kau memelototi mukaku?"

"Tidak, ya... Akihisa, sepertinya kau terlihat berbeda?"

"Ueh? Ka-kau berpikir terlalu banyak? Aku biasa saja. Tidak ada yang berubah, kan?"

Aku mengalihkan pandanganku dan tak berani melihat pelototan Hideyoshi. Aku ketahuan terlalu cepat? Tapi aku harus sembunyikan kalau aku punya kakak super-gila walaupun aku harus berbohong pada Hideyoshi.

"Sepertinya, maksudku kamu terlihat lebih segar dari biasanya. Apa kamu dapat uang secara instan dan bisa makan sarapan?”

Ta, Tajem...!


Hideyoshi benar. Aku lebih bugar hari ini dan tentu saja, karena aku sarapan.


Ketika dalam pengawasan Nee-san aku harus berpura-pura bahwa aku menghidupi kehidupan normal. Karena itu aku harus sarapan. Aku harus menjual game dan buku kesayanganku untuk mendapatkan uang yang cukup jadi aku bisa tinggal sendiri dengan bebas. Aku harus membuat kesan palsu.

"Gi-gitudeh...aku juga sarapan kadang kadang.”

Aku tidak bisa mencari alasan sekarang. jadi aku hanya bisa mengganti topik.

"Dan pakaianmu kelihatannya telah disetrika."

"Ka-karena sekarang kan awal minggu. Nggak penting kan?"

"...sangat mencurigakan."

"Se-serius, nggak ada apa apa!"

Ada perbedaan tinggi antara aku dan Hideyoshi maka dia melihatku keatas. Aku tak tahan mata Hideyoshi yang sepertinya bisa melihat semua, dan aku hanya bisa menoleh menghindari pelototan Hideyoshi.

Hideyoshi meluncur kedepanku dan melanjutkan untuk memelototiku.

"Sudah kubilang nggak ada apa apa kan?"

Aku langsung menoleh lagi.

"Kalau begitu, kau bisa setidaknya bicara padaku kan?"

Hideyoshi mengikutiku.


"Hal menjijikkan apa yang kalian lakukan pagi pagi?"

"Yoshii-un, senpai itu benar. Saya rasa kalian harus jaga jarak antara satu sama lain."


Argumenku dengan Hideyoshi dilihat oleh kakak kelas, salah satu dari pasangan Toko-Natsu (Tsunemura Yuusaku) dan Kubo Toshimitsu dari kelas 2-A yang beranking kedua dalam angkatanku.

"Bukan. Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh dengan Akihisa. Lagipula termasuk kalian berdua, bukankah semua orang disini laki-laki..."

Saat itu, perhatian Hideyoshi teralih.

"Maaf, Hideyoshi! Aku duluan!"

Kesempatan ini nggak bisa kulewatkan. Aku langsung meninggalkan Hideyoshi dan lari ke sekolah.

"Ugh, sial, Akihisa, apa kau mencoba lari!?"

Hideyoshi tidak bisa mengejar, tapi kita teman sekelas jadi dia mungkin bisa terus menanyaiku dikelas. Aku harus apa sekarang? Aku harus memikirkan alasan.

Aku menghela napas dan lari naik tanjakan didepan pagar sekolah, masuk sekolah, memakai sepatu indoor, dan meluncur ke kelas 2-F.

"Pagi-oi Yuuji? Kau kenapa? Kenapa kau make celana olahraga bukan celana biasa?

Saat aku masuk kelas, aku melihat teman kelasku, sekaligus teman super-parah-ku Sakamoto Yuuji, duduk di alas duduk dalam pakaian aneh.

"Sialan Akihisa. Ini semua salahmu jadi aku berakhir berpakaian super Cool Biz di bagian bawah saat aku berangkat! Bayar dengan kematianmu, bangsat!!"

"EEHH!? Kenapa kau tiba tiba gila? Apa apaan ini!?"

"Diem! Mati lo! Siniin seragam lo!"

Aku nggak ngerti dia ngomong apa. Yuuji pagi ini kenapa?


"Oi, kau dengar tentang Sakamoto?"

"Ahh... kudengar dia berangkat sekolah cuma pake Y-shirt."

"Serius dia kenapa...mungkin dia lihat terlalu banyak crossdressing, tapi itu serem..."


Bisikan temanku bisa tedengar.

“…”

“…”

Aku harus bilang apa sekarang?

"Yuuji...aku akan bicara denganmu kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu..."

"Bu...bukan itu! Aku nggak menggunakannya dengan rela! Juga aku bisa menyelamatkan sedikit harga diriku dengan melindungi boxerku!"

"hm hm. Benar. Jadi karena sesuatu yang tragis terjadi yang menyebabkan kondisi mental Yuuji menjadi seperti ini..."


“KAN UDAH DIBILANGIN BUKAN GITU! KARENA SHOUKO LIAT SMS YANG LU KIRIM CELANA GUE DI AMBIL DIA BEGO!”

Yuuji terlihat sangat kesal. Kenapa sekarang jadi salahku? Dia ngomong apa?

“Yuuji, kau ini ngomong apa? Walaupun itu Kirishima-san, dia nggak mungkin mengacak-acak hidupmu karena SMS dari cowok kan?”

Bisa dimengerti kalau cewek yang mengirim SMS itu tapi gimana ceritanya SMSku membuatnya marah? Ini benar benar nggak jelas.

“Nggak, aku jujur. SMSmu terlalu cabul.”

“Cabul? SMS macam apa itu?”

Yang muncul di depanku adalah Himeji-san, oasis langka di kelas 2-F yang penuh cowok bau. Tindakan imut dan dadanya yang sangar itu sangat memukau hari ini.

“Itu Cuma SMS untuk menanyakanmu sesuatu.”

“Hoho, kalau begitu baca SMS itu dengan keras dan jelas!”

“? Terserah, akan kubaca.”

Yuuji kelihatannya dia khawatir tentang SMSnya. Aku mengeluarkan HP-ku dan melihat daftar SMS.

“Erm, akan kubaca—Akhem!”

Aku membersihkan tenggorokanku dan membaca SMS yang kukirim kepada Yuuji dengan keras.

"Bolehkah aku menginap dirumahmu? Malam ini, aku...nggak ingin pulang."

GARAKK!!

Setelah kubaca, pintu kelas tiba tiba dibuka secara kasar.


“…”


Berdiri diluar kelas adalah temanku; Shimada Minami-san.

“AKU NGGAK NGERTI LAGI AKI MIKIR APA‼!”

“Eh? Kenapa? Kenapa kau kabur pas baru muncul, Minami!?”

Temanku yang berciri khas kunciran, kaki yang langsing dan pettanko melemparkan tasnya kepadaku tanpa alasan dan lari pergi.

“Ka-kau bilang apa, Akihisa-kun!? Bu-bukakah...itu...Kau harusnya bilang itu saat kau sudah dewasa‼

Kalimat Himeji-san sama parahnya. Yuuji juga sering kerumahku untuk main. Kalau kau minta aku agar menjadi dewasa dulu kan...

“Kalian seperti biasa sudah ribut dari pagi. Akihisa lari meninggalkanku, dan Shimada lari dari kelas. Apa yang terjadi?”

Hideyoshi lebih telat daripada aku beberapa menit dan masuk kelas.

“Nggak, nggak apa apa.”

“Apa yang terjadi? Kau lari meninggalkanku. Apakah ada yang kau sembunyikan dariku? Aku merasa tertinggal...”

Hideyoshi menurunkan pandangannya dengan sedih. Apa apaan ini, aku merasa bersalah!

“Hideyoshi, dengarkan aku. Orang bodoh ini yang membuat pernyataan yang merusak moralitas.”

“Akihisa...Hal cabul apa yang kau bicarakan pagi pagi?”

“Bukan! Aku nggak akan melakukan sesuatu seperti itu seperti yang dilakukan Muttsurini.”

“...Nggak sopan.”

Bisikan nggak senang datang dari belakangku. Aku menoleh, dan melihat temanku Tsuchiya Kouta (dipanggil Muttsurini) telah berdiri di tempat dimana aku pun nggak bisa mendeteksi kebereadaannya.

“Pagi, Muttsurini. Ada apa? Sepertinya kau bawa banyak bawaan hari ini.”

Dia membawa tas sekolah dan tas carrier besar. Tidak ada pelajaran olahraga hari ini jadi tas itu nggak mungkin berisi pakaian olahraga.

“...Cuma sarung bantal.”

“Sarung bantal? Tasmu kelihatan besar tuh.”

“...boong.”

Muttsurini menggeleng untuk membantah perkataanku. Caranya membantah memperlihatkan bahwa dia ada sesuatu yang disembunyikan...ini terlalu mencurigakan.

“Maaf, Muttsurini. Biarkan aku lihat apa yang didalam.”

“...Ah.”

Aku menyambar salah satu tas dari Muttsurini, yang agak lambat karena tasnya. Isinya apa? Apa dia punya barang bagus dan ingin menyimpannya sendiri?

“Biar kulihat. Apa isinya...hmm?”

Yang kutemukan dalam tas adalan— kain putih dengan fotoku (dengan seragam pelaut)

“........Muttsurini...apa ini?”

“...Cuma sarung alas duduk biasa.”

“Sarung alas—KALIDAH! BEDANYA SARUNG ALAS DUDUK DAN SARUNG BANTAL JAUH! DAN KENAPA ADA FOTOKU!?“

“...Ada sesuatu yang disebut maniak di dunia ini.”

“Kau bicara apa? Gimana ada orang pingin alas duduk—“

TOK TOK‼

“Maaf, apakah Tsuchiya-kun ada? Sarung alas duduk yang kupesan sebelumnya...”

Kubo-kun dari kelas A muncul.

“Arre? Kau jarang muncul disini Kubo-kun. Kenapa kau mencari Muttsurini?”

“—tidak. Aku ingat ada sesuatu yang penting yang harus kulakukan. Maaf, saya harus permisi.”

Saat aku berpikir tentang itu, dia pergi tanpa melihatku. Ada apa ini?The moment I thought about that, he went off without looking at me. What’s going on?

“Muttsurini, kau punya kontak bisnis dengan Kubo-kun?”

“(Ngangguk)…Dia jadi klien utamaku sejak study camp.”

“Orang itu sudah memperlihatkan jati dirinya.”

Sepertinya aku mulai merinding saat aku melihat Kubo-kun akhir akhir ini.

“Haa...Jadi, Muttsurini, aku akan menyita sarung sarung itu. Akan kusita semua yang lain dan ganti ke foto Hideyosi...”

“Akihisa, jangan berpikir untuk membuat sarung bantal aku dalam kekacauan ini!”

“Benar, Akihisa-kun. Bagaimana kau bisa mengambil barang orang lain dan mengubahnya? …dan salahsatunya kan punyaku…

Seriusm aku mulai berpikir bagaimana murid miskin seperti Muttsurini bisa membeli materialberharga-tinggi. Jadi dia bisa dapat pendapatan dari ini.

“Ngomong ngomong, tadi kau bicara apa?”

“Emm...kita tadi ngomongin apa?”

Banyak hal terjadi sekaligus sampai aku nggak ingat apa yang kubilang. Haa, kenapa kita harus sibuk dari pagi...

“Kita lagi bicara tentang gimana Akihisa maksa aku make celana pendek ke sekolah.”

“Akihisa, kau...”

“YUUJI! JANGAN SENGAJA NGOMONG SESUATU YANG BIKIN SALAH PAHAM!”

Bagaimanapun juga, aku merasa banyak bagian yang terlewat untuk dijelaskan!

“Yah, itu tadi bercanda...jadiSMS yang dikirim Akihisa disalahpahami Shouko, makanya takdirku jadi tragis begini.”

“SMS? Apa ada hubungannya dengan bagaimana Akihisa terlihat abnormal pagi ini?”

Kalimat sembrono Hideyoshi membuatku merasa hatiku telah dihancurkan sampai aku tak bisa bernapas. Sialan, aku lupa Hideyoshi sudah sadar ada yang berbeda denganku!

“Sesuatu yang berbeda dengan Akihisa-kun? Kalau dilihat lihat sih, dia kelihatan lebih segar dari biasanya, dan seragamnya telah disetrika dengan rapi, dan rambutnya tidak berantakan...”

“Ini benar benar mencurigakan. Dia kelihatan sehat, tapi bahkan seragamnya rapi. Benar benar aneh.”

“...Ini bukan Akihisa sama sekali.”

Mereka benar benar mulai menyelidikiku. Kalau ini berlanjut akan jadi buruk.

“Se-setidaknya aku ingin pergi sekolah dengan rapi sekali-kali! Jangan omongi itu. Sebentar lagi bel kan? Harus kembali ke tempat dudukku sebelum Ironman datang! Aku harus lakukan itu!”

Aku dengan maksa mengakhiri topik dan lari.

“““...sangat mencurigakan...”””

Aku mengabaikan pelototan yang tajam dibelakangku dan kembali ke tempat dudukku untuk bersiap untuk pelajaran.