Editing Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 9 Bab 1

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 307: Line 307:
   
 
[[File:Sword Art Online Vol 09 - 210-211.jpg|600x439px|frameless]]
 
[[File:Sword Art Online Vol 09 - 210-211.jpg|600x439px|frameless]]
  +
  +
   
 
===Bagian 2===
 
===Bagian 2===
Line 829: Line 831:
 
Selagi Aku berfikir macam-macam, tanpa sadar, Eugeo sudah selesai beres-beres dan berkata,
 
Selagi Aku berfikir macam-macam, tanpa sadar, Eugeo sudah selesai beres-beres dan berkata,
   
"Kirito, maaf menunggu lama. Ayo kembali ke desa."
+
"Kirito, maaf menunggu nama. Ayo kembali ke desa."
   
   
Line 919: Line 921:
   
 
===Bagian 3===
 
===Bagian 3===
 
"Nih bantal dan selimutnya.Jika hawanya terlalu dingin,pindah saja lebih dalam ke rumah.Sembahyang Pagi pukul 6 AM,dan sarapannya dimulai pukul 7.Kau harusnya datang untuk ikutan,jadi cobalah bangun pagi-pagi.Juga,pergi keluyuran setelah lampu dimatikan dilarang.Ingat itu baik-baik."
 
 
Sebentuk bantal sederhana dan selimut wol melayang kearahku bersama dengan kata-kata yang terdengar layaknya hujan deras dan aku pun buru-buru menjulurkan tanganku untuk menerimanya.
 
 
Aku duduk di atas kasur,dan orang yang sedang berdiri di depanku adalah seorang gadis yang terlihat berusia dua belasan.Ia mengenakan pakaian hitam berkerah putih,dan rambut berwarna teh terang tumbuh memanjang sampai ke pinggangnya.Mata yang berwarna sama dengan rambutnya bergerak gerak dengan lincah,tetapi ia terlihat berubah menjadi orang yang sepenuhnya berbeda ketika ia mulai masuk dalam kepribadian Sisternya.
 
 
Si gadis yang dipanggil Selka adalah Sister magang yang bertempat tinggal di Gereja untuk belajar Sacred Art.Aku tak tahu apakah ia juga ditugasi untuk menjaga anak-anak laki-laki dan perempuan lain yang juga tinggal di gereja karena nada bicaranya padaku setajam mbak-mbak atau seorang ibu.Aku hanya bisa tersenyum dan menahan hal ini.
 
 
"Lalu,masih ada nggak hal lain yang kau tak paham?"
 
 
"Nggak,nggak ada kok.Terima kasih banyak."
 
 
"Kalau begitu,selamat malam—kau tahu caranya mematikan lampu,kan?"
 
 
"....Ahh.Selamat malam.Selka."
 
 
Selka mengangguk lagi dan berjalan keluar dengan tingkah sedikit sok.Aku menunggu bunyi langkah kakinya untuk pergi lebih jauh sebelum mengeluarkan helaan nafas panjang.
 
 
Tempat yang aku tinggali saat ini adalah sebuah kamar di lantai dua gereja yang jarang digunakan.Luasnya sekitar 6 tatami,dan di dalam ruangan itu sendiri terdapat sebuah kasur dengan dipan yang terbuat dari bahan berlapis besi,sebuah meja lengkap dengan sebuah kursi,rak buku kecil dan lemari.Aku meletakkan selimut wol dan bantal yang ada di kaki ku ke seprai kasur,menyilangkan tanganku di belakang kepala dan berbaring.Lampu minyak di atas kepalaku mengeluarkan bunyi keriat-keriut seiring bergoyang-goyang.
 
 
"Apa sih sebenarnya yang terjadi disini...".
 
 
Apa yang terjadi?Aku menggumamkan kata-kata ini di dalam benakku dan mengingat kembali segala hal yang telah terjadi sejak aku terlempar ke desa ini.
 
 
Eugeo membawaku ke desa ini,dan kami pertama-tama pergi ke tempat Pos Penjagaan di dekat gerbang.Di sana ada seorang pemuda seumuran Eugeo yang dipanggil Jink,dan ia melayangkan tatapan curiga pertamanya,namun setelah ia mendengar bahwa aku adalah «Anak Hilang Vektor»,ia segera setuju membiarkanku masuk.
 
 
Namun ketika Eugeo sedang menjelaskan,mataku terpaku pada pedang panjang sederhana di pinggang Jink,dan sebetulnya aku tak mendengar apa-apa saja yang mereka berdua bicarakan.Aku benar-benar ingin meminjam pedang panjang yang sedikit usang itu darinya dan mencoba apakah aku di dunia ini— atau lebih tepatnya,sword skill pendekar pedang virtual Kirito masih bisa digunakan.Mau bagaimana lagi kalau aku mendapatkan hasrat semacam itu,namun aku akhirnya dapat mengendalikan hasrat itu.
 
 
Eugeo dan aku meninggalkan Pos Penjagaan,dan bertahan dari tatapan-tatapan waspada dan bingung para penduduk desa sembari melangkah menuju jalanan utama.Aku tetap saja mendengar pertanyaan seperti ’siapa dia,’di saat Eugeo berhenti dan menjelaskankannya pada semua orang.Kami menghabiskanwaktu sekitar 30 menit berjalan sebelum mencapai alun-alun pusat desa ini.Di jalan,kami bahkan bertemu perempuan tua yang membawa keranjang besar,dan ia langsung berkata sesuatu seperti ’anak yang malang’ di saat ia melihat kami dan mengeluarkan apel (atau seperti itulah terlihatnya) dan menjejalkannya begitu saja ke tanganku,membuatku merasakan sedikit rasa bersalah.
 
 
Matahari hampir terbenam di ufuk di waktu kami mencapai gereja yang dibangun di bukit dan menjadi bagian desa.Kami mengetuk pintunya,dan seorang Sister muncul,ia terlihat seperti seorang yang berwatak tegas.Ini adalah Sister Azariya yang kudengar tadi.Aku melihatnya,dan segera berpikir ada Minchin-sensei yang muncul dalam «Little Princess». NGGAK MUNGKIN! Aku berteriak di dalam hatiku.Akan tetapi,sang Sister segera mengajakku masuk,yang mana hal ini benar-benar bukanlah sesuatu yang aku duga,dan malahan menyajikanku makanan.
 
 
Setelah setuju untuk bertemu esok,aku mengucapkan selamat tinggal pada Eugeo dan masuk ke dalam.Setelah diperkenalkan pada Selka,yang tertua dan 6 anak kecil lainnya yang lebih muda darinya,kami duduk di meja makan yang harmonis(hidangan yang terhampar disana adalah kentang yang terlihat seperti ikan goreng).Setelah mengambil jatah makananku,aku diinterogasi oleh mereka,dan ini adalah hal yan sudah aku duga.Sesudah aku menjawab semua pertanyaan mereka,dan berpikir bahwa aku tak membocorkan siapa diriku,3 orang anak laki-laki mengajakku untuk mandi bareng dengan mereka....itu saja kok,aku bertahan dari semua cobaan ini,dan sekarang,aku akhirmya mendapat kebebasan di saat aku berbaring di kasur kamar untuk tamu—Itulah yang telah terjadi sampai saat ini.
 
 
Rasa lelah yang menumpuk seharian ini telah menyerbu ke dalam diriku dan jika aku menutup mata,aku bisa jatuh tertidur dengan cepat.Akan tetapi,perasaan bingung yang menyerangku menghalangi hal ini.
 
 
"Apa yang terjadi?" Aku menggumakannya diam-diam pada diriku.
 
 
Kesimpulannya,semua orang di desa ini selain aku adalah NPC.
 
 
Dari awal aku bertemu Jink,sampai saat dimana aku berjalan melewati para penduduk di dalam desa,dan di momen ketika bertemu si nenek tua yang memberiku apel,Sister Azariya yang tegas namun lembut,si murid Sister Selka,keenam anak yatim tadi;mereka semua seperti Eugeo,mempunyai emosi sama halnya denganku,bisa berbicara dengan normal dan bisa melakukan pergerakan tubuh yang halus.Pada dasarnya,semuanya mirip dengan manusia.Paling tidak,mereka bukanlah karakter-karakter yang akan dengan otomatis menjawab di dalam VRMMO.
 
 
—Namun,sesuatu semacam ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan.
 
 
Saat ini,hanya terdapat satu Soul Translator di markas pusat Roppongi,dan perusahaan itu sendiri mau meluncurkan 3 mesin lagi,yang akan membuat jumlahnya jadi 4.Itulah apa yang dikatakan oleh si pengembang Higa.Bahkan jika kita menambahkan satu atau dua unit,itu seharusnya tak mampu membuat sistem Dive denganorang yang cukup untuk membangun sebuah desa.Bahkan di saat aku sedang berjalan dan mengamati tadi,ada paling tidak 300 orang penduduk desa di Rulid,dan mesin eksperimen besar itu tak mungkin adalah produk skala besar-besaran.Juga kalau kita menambahkan beberapa desa dan kota yang ada di dunia ini dan orang-orang «Capital» yang banyak diceritakan,bahkan kalaupun kita menginvestasikan banyak uang untuk menambah mesin-mesin baru,harusnya tak mungkin untuk secara diam-diam mengumpulkan ribuan test player.
 
 
"...Ngomong-omong."
 
 
Eugeo dan yang lainnya bukanlah manusia sungguhan—mereka adalah para player dengan pembatasan memori,kurasa?Ataukah mereka adalah program penjawab otomatis yang jauh melampaui apa yang aku tahu....?
 
 
Memikirkan tentang hal ini,pikiranku langsung memikirkan istilah «Artificial Intelligence».
 
 
Baru-baru ini,para AI,bantuan elektronik untuk kode password,navigasi kendaraan,dan penggunaan peralatan listrik,telah berkembang pesat.Sekali mereka mendengar perintah yang diberikan,sebuah karakter,yang mirip seperti manusia atau hewan,dapat beroperasi dengan tepat atau mendapatkan informasi yang dibutuhkan.Disamping itu,ada juga AI lainnya,layaknya NPC yang aku familiar dengannya di dalam game-game VR.Meski fungsi utamanya adalah menyediakan Quest atau informasi event,mereka masih bisa menjawab dialog biasa sampai pada tingkatan tertentu.Sekumpulan orang yang mendambakan «Moe NPCs» akan selalu nongkrong di dekat NPC-NPC bertipe cantik dan mengajak bicara mereka.
 
 
Tentu saja,para AI ini benar-benar tak memiliki kecerdasan.Kalau dibuat mudahnya,mereka hanyalah sekumpulan perintah-perintah yang hanya tahu bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu.Karenanya,jika mereka akhirnya menemui sebuah pertanyaan yang tak ada di dalam database,si NPC kemungkinan besar akan tersenyum ramah atau memiringkan kepalanya sambil berkata 'Aku tak memahami apa maksudmu.'
 
 
Akan tetapi Eugeo tak pernah memperlihatkan sesuatu seperti ini hari ini.
 
 
Ia memperlihatkan segala macam emosi secara alami seperti 'terkejut', 'ragu',dan 'tertawa' membalas semua pertanyaanku dan membuat respon seperlunya.Bukan Eugeo saja yang seperti ini,Sister Azariya,Selka,dan anak-anak kecil itu semuanya juga begitu.Tak ada contoh satupun dari mereka yang memperlihatkan ekspresi 'tak mampu menemukan data.'
 
 
Sejauh yang kutahu,di antara para Artificial Intelligence termutakhir,standar tertingginya adalah AI yang dipanggil Yui,program konseling yang dikembangkan untuk tujuan pemeliharaan SAO lama,yang sekarang ini telah menjadi 'putri' ku dan Asuna.Selama dua tahun itu,ia terus-menerus bicara pada tak terhitung jumlah player,memonitor mereka,dan telah berhasil membangun database yang mengagumkan dalam hal merespon.Saat ini,ia berada pada level dimana ia bisa dianggap 'program penjawab otomatis' dan 'kecerdasaan sejati.'
 
 
Namun,Bahkan Yui sekalipun tidaklah sempurna.Terkadang,ia akan memiringkan kepalanya di saat database tak memiliki suatu informasi,dan akan menyalah artikan 'kemarahan yang terpampang' milik manusia dengan 'rasa canggung saat mencoba menyembunyikan rasa malu'.Tepat saat itulah ia akan memperlihatkan ekspresi 'seperti AI'.
 
 
Akan tetapi,Eugeo,Selka,dan yang lain tak menunjukkan sesuatu semacam itu.Bila semua penduduk desa Rulid adalah....AI,program yang tercipta sebagai anak laki-laki,gadis,nenek tua,orang dewasa dan yang lain,dalam hal tertentu,STL memiliki sebuah teknologi yang melampaui kata mutakhir.Tapi pada akhirnya,aku benar-benar tak bisa membayangkan hal ini sebetulnya bekerja...
 
 
Aku yang memikirkan hal ini,bangkit dari tempat tidur,dan mendaratkan kakiku di lantai.
 
 
Ada sebuah lampu minyak tua di atas dinding kasur.Cahaya jingga kekuningan berkerlip-kerlip,mengeluarkan bau terbakar yang aneh.Tentu saja,aku tak pernah menyentuh benda semacam ini di kehidupan nyata,namun di tempatku berbagi kamar dengan Asuna di Alfheim memiliki lampu yang mirip,jadi aku dengan setengah sadar menjulurkan tanganku untuk menyentuh permukaannya.
 
 
Akan tetapi,disini tak ada satupun pop-up window pengoperasian.Aku mendadak memikirkan sesuatu dan menggunakan kedua jari-jariku untuk mrngikuti pergerakan yang bukan sebuah perintah isyarat,namun sesuatu yang disebut «Stacia Seal». Aku lalu menyentuh permukaan lampu tadi,dan sebuah kilauan ungu muncul saat itu juga.Akan tetapi durabilitas lampu inilah satu-satunya hal yang muncul,tak ada tombol untuk meng-ON maupun meng-OFF kan cahayanya.
 
 
Sialan.Selka jelas-jelas tak akan mengatakan kepadaku cara mematikan lampu ini dengan mudah tanpa terlebih dulu mengomel...Tepat ketika sedang panik-paniknya,aku menemukan sebuah kenop kecil di dasar lampu tadi. Biarin,coba dulu aja ngapa.KyuKyu.Bersamaan dengan suara logam itu,sumbunya menebal,dan lampunya megeluarkan jejak asap tipis sebelum padam.Cahaya rembulan yang menembus jendela,mendarat di dalam kamarku yang terselimuti dalam kegelapan,meninggalkan seberkas garis putih keperakan.
 
 
Aku akhirnya berhasil merampungkan misi dengan kesulitan tinggi ini,kembali ke pinggiran kasur,meletakkan bantal di posisi yang pas,dan kembali berbaring.Aku merasa sedikit kedinginan,jadi kupakai selimut yang Selka berikan tadi.Aku jadi mengantuk.
 
 
—Jika mereka bukan manusia,mereka itu apa?
 
 
Di sudut pikiranku,aku telah menemukan jawabannya...Akan tetapi,aku merasa takut untuk mengatakannya.Umpama aku benar—sang pengembang yang disebut RATH telah mengulurkan tangannya ke ranah Tuhan.Ketika dibandingkan dengan ini,proses yang menggunakan STL untuk memahami jiwa manusia tersebut telah mencapai level dimana mereka seperti sedang bermain-main dengan Kotak Pandora menggunakan jari-jemari mereka.
 
Aku masuk ke dalam alam mimpi dan mendengarkan suara yang asalnya jauh di dalam kesadaranku.
 
 
Sekarang bukan waktunya untuk melarikan diri.Aku harus menuju Capital.Setibanya disana,aku akan mencari alasan kenapa aku ada di dunia ini....
 
 
'''KLANG!!'''
 
 
Aku nampaknya mendengar bunyi dentangan sebuah lonceng di kejauhan.
 
 
Tepat ketika aku mengganggap ini adalah suara dalam mimpiku,bahuku rasanya seperti sedang diguncang-guncang oleh seseorang,jadi aku menyelusupkan kepalaku ke dalam selimut dan menggerutu,
 
 
"Uu—10 menit lagi...nggak,5 .... "
 
 
"Nggak boleh.Ini sudah waktunya bangun."
 
 
"3menit....3 menit aja..."
 
 
Seiring dengan bahuku yang terus berguncang,sedikit perasaan bingung membuatku kehilangan rasa kantukku.Jika saja itu adalah adik perempuanku Suguha yang membangunkanku,ia tak akan menggunakan tindakan-tindakan lembut semacam itu,sebaliknya ia akan berteriak-teriak,menjambak rambutku dan menarik-narik,mencubit hidungku dan melakukan tindakan-tindakan berbau kekerasan semacamnya,atau bahkan tindakan jahat seperti menarik futon.
 
 
Pada momen ini,aku tersadar bahwa dimana aku berada sekarang ini bukanlah kenyataan maupun Alfheim,dan aku menyembulkan kepalaku dari balik selimut wol.Aku sedikit membelalakkan mataku dan bertukar tatapan dengan Selka,yang berpakaian ala sister.Si sister magang ini menurunkan kepalanya dan melihat ke arahku.
 
 
"Sudah jam 5.30.Anak-anak semuanya sudah pada bangun dan mandi.Jika kau tak buruan,kau tak akan cukup waktu untuk Sembahyang."
 
 
"...Oke,Aku akan datang kok... "
 
 
Aku tinggalkan kasur hangat dan istirahat penuh kedamaian tadi tanpa rasa penyesalan dan duduk.Aku melihat ke sekitar,dan keadaaanya sama seperti ingatanku tadi malam.Ini adalah kamar untuk tamu yang berada di lantai dua gereja Rulid.Dengan kata lain,tubuhku melewati dunia virtual Underwoorld yang diciptakan oleh Soul Translator.Pengalaman menakjubkan semacam itu nampaknya tak akan berakhir hanya dalam satu malam.
 
 
"Jadi ini hanya nampak seperti sebuah mimpi,huh?"
 
 
"Eh,Apanya?"
 
 
Mendengarku menggumankan kata-kata ini,Selka menampakkan eksperesi kaget.Melihat hal ini,aku buru-buru menggelengkan kepala.
 
 
"Nggak.Bukan apa-apa kok.Aku akan ganti baju dan datang.Di aula peribadatan lantai satu kan?"
 
 
"Un,tak peduli kau seorang tamu ataupun anak hilang Vector,kau harus berdoa pada Dewa Stacia selama kau tinggal di dalam gereja.Setiap cangkir minuman adalah anugerah dari kemurahan hati Dewa,dan kita patut bersyukur akan hal ini.Itulah yang dikatakan Sister pada kami... "
 
Ia akan lanjut berceloteh ria tentang ini terus menerus jika hal ini berlanjut,jadi aku buru-buru bangkit dari tempat tidur.Aku membalik sedikit ujung kaos tipis ini,bersiap-siap untuk melepaskan piyama yanng aku pinjam,dan Selka mengeluarkan suara kebingungan.
 
 
"I,Itu akan dimulai dalam 20 menit.Jangan sampai telat !Kau harus mencuci mukamu dengan air sumur diluar sana."
 
 
[[File:Sword Art Online Vol 09 - 261.jpg|thumb|thumb]]
 
 
Patapata,ia berjalan keluar kamar,dengan cepat menutup pintu dan lenyap dari pandanganku.Reaksi ini jelas-jelas bukanlah sesuatu yang NPC bisa lakukan...Aku memikirkannya sambil melepaskan kaos ku dan memasukkan «Initial Equipment» ku yang tersandar di kursi,tunik lengan pendek ke kepalaku.Aku menuurunkannya sampai hidung dan mengendusnya,dan hanya menemukan tak ada bau keringat disana.Seperti dugaan,mikroorganisme dan hal-hal lain semacamnya tak bisa di replika.Mungkin kerusakan seperti noda-noda maupun lubang-lubang dikendalikan oleh nilai durabilitas yang disebut «Life».
 
 
Sambil memikirkan hal ini aku memunculkan «Window» tunik ini,durabilitas yang nampak adalah angka [44/45]. Kelihatannya itu bukan apa-apa untuk waktu sementara,namun jika aku ingin tinggal di dunia ini untuk waktu yang lama,aku harus mencari pakaian ganti dan karenannya aku harus menemukan cara untuk mendapatkan barang-barang dan uang.
 
 
Aku terus berpikir sambil mengganti pakaianku,lalu berjalan keluar kamar.
 
 
Aku berjalan menuruni tangga dan keluar dari pintu belakang di samping dapur.Matahari terbit yang indah telah berada di atas kepalaku.Ia bilang ini masih belum jam 6,namun bagaimana yah penghuni dunia ini menentukan waktu?Aku tak bisa melihat benda apapun yang terlihat seperti sebuah jam,di kafetaria maupun ruang keluarga.
 
 
Aku menundukkan kepalaku dan melangkah ke jalanan berbatu.Segera,aku melihat sebuah sumur yang berdindingkan batuan.Anak-anak nampaknya telah menggunakannya tadi karena lumut yang menempel mengelilingi sumur ini basah.Aku membuka penutupnya, melemparkan ember kayu dengan tali yang terikat dengannya ke bawah,dan sebuah suara merdu Kolakakapon bisa terdengar.Kutarik dan kuangkat seember penuh air bening lalu kutuangkan ke dalam bak disampingku.
 
 
Aku meraup air sumur sedingin es tadi dengan kedua tanganku untuk membasuh muka dan meminumnya satu tegukan penuh.Di momen ini,rasa kantukku hilang tak berbekas.Menurutku aku tidur sebelum pukul 9 kemarin,dan meski aku bangun pagi-pagi,aku harusnya telah tidur selama 8 jam....Sambil memikirkan tentang hal ini,aku tenggelam dalam pemikiranku lagi.
 
 
Jika ini memang Underworld,mekanisme FLA mungkin masih sedang berjalan.Jika kecepatannya adalah tiga kali lipat,waktu tidurku yang sebenarnya seharusnya kurang dari 3 jam.Jika ini ide fantastik yang terlintas olehku kemarin,yaitu bahwa mesin ini berakselerasi 1000 kali lipat,itu berarti 8 jam sebenarnya sama dengan 30 detik.Emang bisa waktu sesingkat itu membuat pikiran begitu terjaga?
 
 
Serius deh,Aku tak mengerti sama sekali.Aku harus keluar dari sini secepat mungkin dan mengecek situasinya....Akan tetapi,suara lembut ketika aku hendak tidur semalam terus terngiang-ngiang di dalam telingaku.
 
 
Aku bisa terbangun di dunia ini dengan kesadaran milik Kirito—Kirigaya Kazuto .Apakah itu karena insiden janggal tertentu atau keinginan seseorang,aku mungkin ada disini untuk menyelesaikan sebuah misi,kurasa?Aku bukanlah teroris di dalam kehidupan nyataku,namun di sisi lain,aku takkan menolak bahwa tiap-tiap eksistensi memiliki maksud tertentunya masing-masing.Jika begitu kasusnya,kenapa juga banyak orang yang kehilangan nyawanya dalam insiden SAO...
 
 
Bashaa! Aku sekali lagi menciduk air sumur setangan penuh dan mendeburkannya ke wajahku untuk menyela pemikiranku.Sekarang ini,aku punya dua langkah tindakan.Yang pertama,aku bisa mengivestigasi apakah disini ada karyawan RATH yang tahu bagaimana cara log out dari sini,dan yang kedua,aku harus mencari jalan menuju Capital agar mampu menemukan maksud aku ada didunia ini.
 
 
Yang pertama tidak terlalu rumit buatku.Aku tak terlalu yakin berapa kecepatan FLA,tapi dengan adanya teknisi RATH yang menyamar menjadi penduduk desa,mereka kemungkinan takkan tinggal disini selama bertahun-tahun,apalagi puluhan tahunan.Dengan kata lain,jika penghuni desa yang meninggalkan tempat ini untuk perjalanan bisnis atau liburan ada,itu artinya mereka sangat sangat mungkin adalah para pengamat.
 
 
Untuk yang kedua — sejujurnya sih,benar-benar tak ada cara yang baik untuk pergi kesana.Eugeo bilang sebelumnya kalau berkuda dari sini kesana membutuhkan waktu seminggu dan jika kita berjalan kaki melewati rute terdekat,itu akan membutuhkan waktu tiga kali lebih lama.Jika mungkin,aku benar-benar ingin mendapatkan kuda,tapi masih saja sih belum ada cara sama sekali untuk mendapatkannya,dan aku tak punya equipment dan uang untuk perjalanan.Aku pikir bersama Eugeo adalah pilihan terbaik,tapi ia punya sebuah «Sacred Task» yang tak dapat ia selesaikan seumur hidupnya.
 
 
Apa aku langgar saja Taboo Index dan biarkan diriku ditangkap oleh ksatria atau begitulah sekiranya agar membuat hal itu lebih cepat.Akan tetapi,kemungkinan besar aku akan dijebloskan ke dalam sel penjara secara langsung,dan aku harus bersabar beberapa tahun melakukan pekerjaan kasar,memanggul bongkahan-bongkahan batu.Itu akan membutuhkan sedikit kesabaran.Tapi sebelum itu terwujud,aku mungkin akan dijatuhi hukuman mati.
 
 
Kalau begitu,aku sebaiknya bertanya pada Eugeo apakah ada Sacred Art yang memiliki mantra pelepasan atau membangkitkan kembali diri seseorang.Tepat ketika sedang memikirkannya,Selka,menyembulkan kepalanya dari pintu belakang gereja dan seiring melihatku,ia berteriak,
 
 
"KIRITO,MAU SAMPAI KAPAN KAU MAU MANDI!?SEMBAHYANGNYA SUDAH DIMULAI!!"
 
 
"Ahh,un....maaf.Aku akan datang sekarang."
 
 
Aku buru-buru mengangkat tanganku,mengembalikan penutup sumur dan ember tadi dan buru-buru kembali masuk ke dalam bangunan gereja.
 
Setelah melalui sembahyang yang khusyuk dan sarapan pagi yang berisik,para anak-anak pergi keluar untuk mencuci pakaian,sementara Selka dan Sister Azariya menuju ke perpustakaan untuk belajar Sacred Art yang sama.Untukku,yang pada dasarnya hidup secara gratis disini,hal ini membuatku merasa ada sedikit perasaan tak enak dalam diriku.Aku memendam perasaan itu sembari berjalan keluar gerbang gereja dan menuju ke alun-alun pusat desa untuk ketemuan dengan Eugeo.
 
 
Beberapa menit kemudian,sesosok familiar berambut coklat muncul dari arah menghilangnya kilauan cahaya mentari pagi.Lalu,menara jam dibelakang gereja mendentangkan melodi yang sederhana namun elegan.
 
 
"Ahh....aku tahu."
 
 
Mendengar apa yang aku katakan di momen aku bertemu dengannya,Eugeo,membelalakkan matanya dengan kaget.
 
 
"Pagi,Kirito.Apa maksudmu dengan "aku tahu" barusan?"
 
 
"Pagi,Eugeo.Yah,itu loh...aku menemukan kalau melodi lonceng tadi berbeda-beda tiap jamnya.Dengan kata lain,penduduk desa ini menggunakannya untuk menentukan waktu."
 
 
"Tentu saja,ya begitulah.Lagu pujian untuk «Cahaya Solus» dibagi menjadi 12 irama.Ditiap-tiap pertengahan baitnya,akan ada sebuah dentangan.Sayangnya,bunyinya tak mampu mencapai Gigas Cedar,jadi aku hanya bisa mengecek waktu melalui ketinggian Solus."
 
"Aku tahu....jadi itu artinya nggak ada ‘jam’ di dunia ini"
 
 
"Jam....?Apaan tuh? "
 
 
Ini buruk.Jangan-jangan istilah semacam itu tak ada disini?Aku mberkeringat dingin di dalam hatiku dan mencoba menjelaskan.
 
 
"Erm,jam adalah...sebuah alat yang berbentuk piringan bundar dengan angka-angka di atasnya dan ia ia punya jarum berputar untuk menunjukkan waktu... "
 
 
Mendengar itu,wajah Eugeo secara tak terduga mengeluarkan kilauan dan mengangguk.
 
 
"Ahh...yang itu to.Aku pernah lihat di buku gambar ketika aku kecil.Dahulu kala,di pusat Capital nampaknya ada sebuah bangunan yang disebut «Divine Instrument of Engraved Time»,namun orang-orang terkadang melihat ke Divine Instrument itu dan tak pernah bekerja dengan serius,hal itu membuat Dewa marah,dan Ia menghancurkan Divine Istrument itu dengan halilintar.Mulai saat itulah,manusia hanya dapat menentukan waktu berdasarkan pada bunyi dentangan lonceng."
 
 
"He,Heh...yah,aku selalu khawatir sih kapan waktunya pelajaran selesai... "
 
 
Aku mengatakan sesuatu yang ngawur tanpa berpikir dua kali,lagi,dan untungnya,kali ini aku tak kebablasan.
 
 
"Ahaha.Jadi begitu to.Dulu ketika aku belajar di gereja,aku selalu nungguin tuh waktunya lonceng tengah hari berdentang."
 
 
Eugeo terkekeh-kekeh sambil memalingkan muka.Aku mengikuti arah pandangannya dan akhirnya melihat menara jam gereja.Di jendela yang didesain seperti talang berbentuk mirip koin,lonceng-lonceng segala ukuran berkilauan di dalamnya.Akan tetapi,meski lonceng-lonceng tadi berdentang,tak ada satu orang pun yang dapat terlihat disana.
 
 
"Lonceng itu....kok bisa ya berdentang?"
 
 
"Serius deh,Kirito,kok bisa sih kau lupa soal hal itu?"
 
 
Eugeo mengatakannya dengan suara kaget namun gembira,berdehem di tengah kalimat,dan melanjutkan,
 
 
"Nggak butuh siapa-siapa kok buat membunyikannya.Ini adalah satu-satunya Divine Instrument yang ada di desa,ia akan secara teratur mendentangkan hymne pujian tanpa telat sedetik pun.Tentu saja nggak cuma desa Rulid yang memiliki instrumen ini.Zakkaria dan desa-desa serta kota-kota lainnya mereka semua memilikinya...ahh,tapi,bukan itu juga sih Divine Instrument satu-satunya..."
 
 
Penuturan penuh semangat Eugeo,yang sangat jarang,dan akhirnya kehilangan suara di bagian akhirnya,membuatku mengernyit.Akan tetapi,Eugeo nampaknya tak ingin melanjutkan diskusi mengenai hal ini seraya ia menepukkan tangannya pelan dan berkata,
 
 
"Sekarang,aku ada sesuatu yang harus kulakukan.Apa rencanamu hari ini,Kirito?"
 
 
"Gimana yah... "
 
 
Aku berpikir sejenak.Meski aku ingin berjalan-jalan berkeliling desa,aku mungkin akan dapat masalah jika sendirian.Jika aku bisa bertanya pada Eugeo apakah ada penduduk yang pergi keluar desa seperti yang aku bayangkan dan dalam rangka mencoba membujuk Eugeo untuk pergi menuju Capital untuk menuntaskan rencana kejamku,aku harus mencari tahu apa Sacred Task yang diemban Eugeo.
 
 
"...Kalau boleh,biarkan aku membantumu hari ini,Eugeo."
 
 
Setelah memikirkannya masak-masak,aku mengatakan kata-kata tadi,dan Eugeo menyeringai sambil mengangguk.
 
 
"Tentu saja,dengan senang hati akan kuajak kau.Aku dah kepikiran kau akan berkata begitu.Nih lihat,aku bawa uang untuk beli roti yang cukup buat dua orang."
 
 
Ia mengeluarkan dua keping koin perunggu dari celana pendeknya,yang mengeluarkan bunyi bergemerincing di telapak tangannya.
 
 
"Erm,gimana yah,aku benar-benar nggak enak sudah menyusahkanmu."
 
 
Setelah melihatku menggelengkan kepala dan menggoyangkan tanganku,Eugeo mengangkat bahu dan tersenyum.
 
 
"Nggak usah khawatir.Aku dapat gaji dari tempat ketenagakerjaan desa,dan sebenarnya nggak ada apa-apa yang bisa kubelanjakan dengan gaji tadi,jadi yah kutabung sajalah."
 
 
Oh,itu bagus,benar-benar bagus.Jika begitu kan,aku jadi punya uang untuk pergi ke Capital.Benakku mulai melahirkan pikiran-pikiran nggak berguna.Sekarang ini,yang tersisa adalah Eugeo menyelesaikan Sacred Task nya dengan menebang pohon raksasa tu.
 
 
Hatiku sedang memikirkan sebuah agenda licik,namun aku menampakkan tatapan menyesal.Melihatku seperti ini Eugeo masih mempertahankan senyumannya dan berkata, 'Yuk berangkat' sebelum berjalan ke selatan.Aku mengikutinya dari belakang dan melihat keatas kembali padamenara jam yang akan dengan otomatis berdentang tiap jamnya.
 
 
Ini benar-benar dunia yang menakjubkan.Meskipun ia menciptakan sebuah kehidupan pedesaan yang realistik,kehadiran sebuah VRMMO masih tak bisa dibantahkan.Di jalanan utama semua lantai di Kota Mengambang Aincrad,terdapat sebuah lonceng yang menujukkan waktu.
 
 
Sacred Art— dan Gereja Axiom;keduanya kemungkinan besar adalah nama palsu untuk mantra dan Sistem Dunia ini.Kalau begitu kasusnya,gimana caranya kita menjelaskan «Tanah Kegelapan» yang ada di luar dunia ini?Apa itu adalah counter-system...
 
 
Sementara aku sedang berpikir dalam-dalam,Eugeo,yang ada disampingku,tiba di depan sebuah tempat yang terlihat seperti toko roti dan menyapa nenek tua pemilik toko yang mengenakan apron sebelum membeli empat roti.Aku memandang ke dalam toko,dan melihat seorang pria berpakaian seperti penjaga toko sedang mengadoni adonan roti.Aroma dari dalam tempat itu melayang keluar melalui jendela besar.
 
 
Dalam sejam,atau mungkin 30 menit,aku bisa membeli roti yang baru matang dari panggangan itu,namun menjadi tak bisa fleksibel mungkin adalah bagian dari «Sacred Task». Pekerjaan Eugeo yaitu untuk mencapai hutan dan mengayunkan kapak memiliki timing tetap yang tak dapat segitu mudahnya diubah.Karena aku cuma bisa mengajaknya untuk menemaniku dalam perjalanan setelah ia menuntaskan «Sacred Task» nya,rencanaku takkan selesai segitu mudahnya deh.
 
 
Tapi nggak peduli apapun,sistem selalui memiliki lubang keamanan.Bahkan seorang sepertiku yang identitas dan asal muasalnya tak diketahui akan bekerja dengannya sebagai asisten.
 
 
Kami berjalan menuju lengkungan gerbang di selatan dan melangkah diatas jalan setapak yang melewati ladang-ladang gandum yang menghijau seraya menuju ke arah hutan lebat.Dari sini,aku bisa melihat dengan jelas pohon raksasa Gigas Cedar yang menjulang ke langit.
 
 
Eugeo dan aku terus bergantian mengayunkan Dragon Bone Axe dengan keras,dan tahu-tahu,matahari yang disebut Solus telah meninggi ke posisi tengah hari.
 
 
Aku terus menerus menggerakkan lenganku yang serasa seberat timah dan mengayunkan ayunan ke 500 yang menusuk dalam-dalam pohon tinggi besar ini.''KOONG!'' Sang pohon besar itu mengeluarkan serbuk-serbuk gergaji yang bertebaran layaknya pasir, memperlihatkan nilai durabilitas yang benar-benar tinggi dari pohon yang sedikit tergores itu.
 
 
"Uwahhh,nggak bisa.Aku nggak sanggup mengayunkannya lagi."
 
 
Aku berteriak sambil melemparkan kapak ke tanah sebelum berbaring di rerumputan seolah-olah kekuatanku konslet.Aku menerima botol air yang disodorkan Eugeo dan dengan rakus meneguk cairan manis bernama «Siral Water» — Aku masih nggak paham bahasa apa sih ini.
 
 
Eugeo hanya tersenyum santai sembari melihat ke bawah ke arahku yang ada dalam keadaan sekarang ini,sebelum berkata dengan nada bicara layaknya guru,
 
 
"Tapi kau benar-benar punya sedikit bakat yah,Kirito.Suwer.Kau berhasil menyerap dasar-dasarnya cuma dalam 2 hari."
 
 
"...Tapi aku masih belum bisa mengejarmu sama sekali,Eugeo..."
 
 
Aku menghela nafas dan membenarkan posisi dudukku,bersandar pada Gigas Cedar.
 
 
Karena aku telah mengayunkan kapak berat itu sepanjang pagi ini,aku meraih peningkatan besar-besaran pada stats ku di dunia ini.
 
 
Aku sih sudah tahu,tapi stats tadi masih jauh dari kata kekuatan sekelas manusia super dan kecepatan pendekar pedang Kirito yang dimilikinya dahulu di SAO.Meski begitu,mungkin saja Kirigaya Kazuto yang lemah di dunia nyatalah yang dijadikan referensinya.Jika ini adalah aku di dunia nyata,setelah aku mengayunkan kapak seberat itu dalam waktu sejam kayak gini,pastinya deh aku akan menderita nyeri otot di sekujur tubuh dan takkan mampu bangun dari tempat tidur di hari kedua.
 
 
Dengan kata lain,kekuatannku yang sekarang sebanding dengan pemuda berumur 17,18 tahun di dunia ini.Kekuatan Eugeo jauh melampaui diriku,seperti yang diharapkan dari seseorang yang telah mengerjakan ini selama 7 tahun.
 
 
Untungnya,feeling dari avatar atau penggambaran kekuatannya masihlah sama atau bahkan lebih efisien daripada VRMMO-VRMMO yang kumainkan sebelumnya.Selain itu,mengayunkan kapak beberapa ratus kalia sambil mewaspadai berat dan lintasan ayunannya,aku akhirnya mendapatkan kepercayaan diri untuk menggenggam kapak ini tanpa memerlukan kekuatam dengan jumlah yang sangat besar.
 
 
Juga,aku telah mengulang-ulang latihan rutin yang sama tak terhitung beberapa kali jumlahnya di Aincrad lama,bahkan melewatkan waktu makan dan tidurku untuk melakukannya,jadi ini mungkin area yang paling ku kuasai.Paling tidak aku takkan kalah dari Eugo dalam hal keteguhan tekad—
 
Nggak...tunggu dulu.Kupikir aku baru melewatkan sesuatu yang penting disini...
 
 
"Nih,Kirito."
 
 
Eugeo melemparkan 2 roti kepadaku,yang mana hal itu mengerem gerbong kereta pemikiranku.Aku buru-buru menjulurkan tanganku untuk menangkap keduanya.
 
 
"...?Ada yang salah?Raut mukamu jadi aneh tuh,tahu nggak?"
 
 
"Ah...nggak kok..."
 
 
Aku akhirnya berhasil meraih ujung jalur pemikiranku yang hampir pergi meninggalkanku,namun serpihan-serpihan yang tersisa tadi hanyalah kesan yang membingungkan dan samar-samar,itulah apa yang kupikir sebagai sesuatu yang penting.Yah,jika itu memang penting,akan aku pikirkan di lain waktu.Aku lalu mengangkat bahu dan berterima kasih pada Eugeo,
 
 
"Makasih.Kumakan ya kalau begitu. Itadakimasu."
 
 
"Maaf rotinya masih sama kayak yang kemarin."
 
 
"Nggak,nggak apa-apa kok."
 
 
Aku membuka mulutku dan mengambil sebuah gigitan besar.Rasanya sih enak—namun sejujurnya roti ini masih terlalu keras.Eugeo mungkin juga merasakan hal yang sama sembari ia mencoba yang terbaik untuk menggerakkan rahang bawahnya.
 
 
Kami berdua lanjut menghabiskan waktu beberapa menit memakan roti yang pertama sambil bertukar tatapan satu sama lain,kami saling tersenyum tipis.Eugeo meminum seteguk Siral Water dan menatap ke kejauhan.
 
 
"...Aku benar-benar ingin kau mencicipi pastel buatan Alice,Kirito...kulit luarnya yang renyah,dipenuhi dengan isian yang juicy....memakannya ditemani susu sapi perah segar,membuatku merasakan kelezatan yang jarang ada di dunia ini."
 
 
Sembari ia mengatakan itu,lidahku secara tak sadar nampaknya merasakan rasa pastel itu sambil meneteskan air liur.Aku segera menggigit roti keduaku dan bertanya tanpa berpikir,
 
 
"Lalu Eugeo.Orang itu...Alice,ia belajar Sacred Art di gereja,ya kan?Untuk menjadi penerus Suster Azariya."
 
 
"Un,begitulah.Ia disanjung-sanjung sebagai anak ajaib pertama bahkan semenjak desa ini dibangun,dan ia mampu menggunakan banyak Sacred Art diumurnya yang baru sepuluh tahun."
 
 
Eugeo mengatakannya dengan nada bangga.
 
 
"Kalau begitu....gadis bernama Selka yang belajar di gereja sekarang ini adalah..."
 
 
"Un...Sister Azariya benar-benar terpukul ketika Alice dibawa pergi oleh Integrity Knight dan berkata ia takkan pernah lagi mengangkat murid.Akan tetapi,kepala desa Gasupht berusaha untuk membujuknya dan dua tahun yang lalu,si murid baru Selka,ikut ke gereja.Ia adalah adik Alice."
 
 
"Adik toh....heh..."
 
 
Jika aku harus bilang pun,harusnya ia adalah kakak perempuan yang galak.Aku mengingat-ingat Selka dalam otakku yang sedang memberikan kesan semacam itu saat aku mengatakannya.Semenjak Alice adalah kakaknya,ia pasti adalah orang yang peduli pada orang lain dan juga usil.Ia seharusnya bisa menjadi pasangan yang baik bagi Eugeo.
 
 
Aku memikirkan ini sambil menatap Eugeo.Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu sembari mengernyit.
 
 
"...Karena usia kami beda 5tahun,aku jarang bermain dengan Selka.Saat aku berkunjung main ke rumah Alice dari waktu ke waktu,ia sering ngumpet dibelakang ibu atau neneknya dengan malu-malu...ayahnya,Gasupht,semua orang bahkan Suster Azariya percaya kalau adik Alice memiliki bakat dalam Sacred Art dan menanti-nantikannya...namun...."
 
 
"Selka tak punya bakat seperti kakaknya,ya kan?"
 
 
Mendengar pertanyaan menjurusku,Eugeo menjadi murung dan mengangguk.
 
 
"Kita sebenarnya nggak bisa bilang begitu juga sih.Nggak peduli siapapun orangnya,jika baru mulai melakukan Sacred Task,mereka nggak mungkin bisa melakukannya dengan baik.Hal itu sama juga buatku dan aku saja baru berhasil menggenggam dan menggunakan kapak besar ini dengan benar setelah lebih dari 3 tahun lamanya.Yah begitulah...untuk Selka yang baru 12 tahun,ia telah bekerja sedikit terlalu keras..."
 
 
"Terlalu keras?"
 
 
"...Dulu ketika Alice mulai belajar Sacred Art,ia nggak tinggal di gereja.Ia hanya belajar sampai tengah hari,lalu ia menyerahkan bento padaku sebelum pergi untuk membantu beres-beres rumah di sore hari.Namun,Selka menggunakan alasan kalau dia nggak akan punya cukup waktu untuk belajar dan pindah dari rumahnya.Kebentulan sekali Jana dan Algu pindah ke gereja,dan Suster sendiri pastinya tak mampu menangani mereka,jadi Selka mungkin juga punya suatu alasan untuk pindah ke gereja."
 
 
Aku mengingat-ingat Selka yang dengan telaten merawat anak-anak.Aku tak bisa bilang betapa sulitnya itu,namun untuk seorang berumur 12 tahun yang harus belajar sambill merawat 6 anak kecil,itu bukan perkara yang gampang.
 
 
"Aku tahu...dan Aku, si «Anak Hilang Vector»yang dengan tiba-tiba pindah kemari.Paling tidak aku harusnya nggak memberi banyak masalah pada Selka. "
 
 
Aku pasti akan bangun pukul 5.30 mulai dari besok.Dengan ketetapan itu,aku melanjutkan topik pembicaraan barusan dengan berkata ‘okelah kalau begitu.’
 
 
"Anak-anak selain Selka yang hidup di gereja itu semuanya kehilangan orang tua mereka?Apa orang tua mereka mati?Kok bisa ya enam orang mendapat musibah semacam ini di waktu yang sama padahal di suatu desa yang damai?"
 
 
Mendengar pertanyaanku,Eugeo terlihat sedikit tertekan,dan menundukkan kepalanya melihat rerumputan yang tumbuh tak terlalu jauh.
 
 
".... Itu terjadi 3tahun yang lalu.Ssebuah wabah menyebar di desa yang tak pernah terlihat selama hampir 100 tahun,menyebabkan 20 orang segala usia meninggal dunia.Suster Azariya dan tabib Ivenda mencoba segala macam cara,namun tak mampu menyembuhkan demam orang-orang tersebut.Anak-anak yang ada di gereja kehilangan orang tuanya karena hal itu."
 
Jawaban tak terduga tersebut membuatku terdiam.
 
 
—Infeksi?Tapi ini kan dunia virtual.Nggak ada bakteri maupun virus yang mungkin bisa hidup disini.Dengan kata lain,orang-orang yang mati tersebut disebabkan karena virus yang ditularkan dengan maksud tertentu oleh orang-orang yang mengendalikan dunia ini atau sistem.Akan tetapi,kenapa?Kemungkinan besar,mereka ingin menggunakan suatu bentuk musibah untuk menciptakan suatu beban cobaan bagi mereka,tapi kenapa juga mereka menjalankan simulasi semacam itu?
 
 
Pada akhirnya.semua menjurus pada satu arah.Bahwa kenapa dunia ini ada—
 
 
"Itu bukan wabah belaka.Baru-baru ini,banyak hal yang aneh terjadi.Beruang liar bercakar panjang,seringgala berbulu hitam menyerang orang-orang dengan kawanannya,kuncup gandum yang tak mampu mengembang... bahkan kereta kuda yang biasa berkelana dari sini ke Zakkaria tak muncul-muncul selama berbulan-bulan.Isunya sih...ada suku Goblin yang muncul disini. "
 
"A,apa kau bilang?"
 
 
Aku berkedip berkali-kali.
 
 
"Goblin...tunggu,bukannya para Integrity Knight melindungi perbatasan negeri ini?"
 
 
"Tentu saja.Suku-suku kegelapan yang bermukim dekat Mountain Range at the Edge harusnya telah dibasmi seketika oleh para Integrity Knight.Ini adalah tugas yang diemban para Integrity Knight,karena suku-suku itu adalah orang-orang yang lebih bermasalah daripada Alice,yang hanya menyentuh sedikit Tanah Kegelapan."
 
 
"Eugeo..."
 
 
Aku merasa suara tenang Eugeo mendadak berubah menjadi sesuatu yang bisa kupahami sebagai nada bicara bermuram hati,sesuatu yang mengagetkanku.Akan tetapi,perasaan itu segera sirna di saat bibir cowok itu perlahan menampakkan senyuman lagi.
 
 
"...Itulah kenapa aku hanya menganggapnya sebagai rumor belaka.Tapi selama 2 atau tiga tahun yang lalu,ada banyak sekali batu nisan-batu nisan baru disini.Jii-chan bilang ini situasi yang normal."
 
 
Ngomong-omong,sekaranga adalah waktu yang tepat untuk bertanya.Aku pura-pura tak tahu apa-apa dan dengan hati-hati bertanya,
 
"...Hey,Eugeo.Sacred Art....bisa nggak mereka menghidupkan kembali manusia?"
 
 
Ia hanya melontarkan tatapan tak percaya padaku lagi.Secara tak terduga,Eugeo menggigit bibirnya pelam dengan raut wajah serius dan mengangguk dengan terlihat seolah-olah tak terlalu yakin juga.
 
 
"...Hampir semua orang di desa tak tahu menahu tentang ini,namun diantara Sacred Art-Sacred Art level tertinggi ada mantra yang bisa memperpanjang batas umur seseorang.Itu yang Alice bilang."
 
 
"Meningkatkan....Life?"
 
 
"Un,Life yang dimiliki semua orang dan benda...termasuk kau dan aku,nggak akan bisa bertambah secara normal,Kirito.Contohnya,Life manusia terus meningkat mulai dari mereka bayi ke masa kanak-kanak lalu sampai ke tahap dewasa,dan mencapai nilai Life maksimumnya pada usia 25 tahun.Setelah itu,perlahan-lahan nilai itu akan menurun dan menjadi 0 di usia sekitar 70,80-an,sebelum dipanggil kembali oleh Stacia.Kau lupa tentang ini semua ya,Kirito? "
 
 
"Ah,ahh"
 
 
Tentu saja,ini pertama kalinya aku mendengar ini seraya dengan hati-hati aku mengangguk.Apa yang Eugeo katakan bahwa nilai maksimun Hit Points seseorang akan turun naik sebanding umurnya.
 
 
"Akan tetapi,jika seseorang terluka atau jatuh sakit,Life mereka akan berkurang drastis.Jika luka-lukanya terlalu fatal,orang itu akan mati karenanya.Namun,seseorang bisa mengembalikan Life menggunakan Sacred Art dan obat-obatan,meskipun yah itu akan mencapai nilai maksimumnya.Manula tak bisa mendapatkan kembali Life yang pernah mereka punya di masa mudanya tak peduli pengobatan macam apa yang mereka jalani,dan sama halnya dengan orang-orang yang terluka terlalu parah mereka tak bisa disembuhkan...."
 
 
"Tapi ada kan mantra untuk mengakalinya?"
 
 
"Alice bilang ia benar-benar terkejut saat ia melihat ini dalam buku-buku kuno.Ia menanyakan ini pada Suster Azariya,dan yang dilihatnya hanyalah Suster yang membuat sebuah ekspresi ngeri dan menasihatinya untuk melupakan apa-apa saja yang ia lihat tadi....jadi aku tak begitu yakin tentang detailnya.Namun,disana disebutkan bahwa ada sebuah mantra yang hanya bisa digunakan oleh Pendeta Agung Gereja Axiom,dana itu bukanlah mantra yang digunakan untuk menyembuhkan atau mengobati penyakit,tapi mantra berimbas langsung pada Life..atau sesuatu seperti itulah.Tentu saja aku tak pernah melihat mantra khusus itu sama sekali. "
 
 
"Heh...Pendeta Agung?Itu artinya para rahib gereja bisa menggunakan Sacred Art kan?"
 
 
"Tentu saja.Sumber kekuatan dibalik sacred art adalah «Sacred Power» Dewa Solus dan Dewa Terraria yang bertebaran di langit dan bumi.Mantra-mantra berskala besar membutuhkan banyak sekali Sacred Powet.Jika saja ada mantra yang benar-benar dahsyat sampai bisa mengendalikan Life manusia,nggak akan cukup deh bahkan jika seluruh Sacred Power yang ada di seantero hutan ini dikumpulkan.Menurutku,bahkan kota Zakkaria yang punya Spellcaster pun nggak akan bisa mengendalikan kekuatan sebesar itu."
 
 
Meski begitu;ia berhenti disini untuk sejenak,dan meneruskannya dengan suara lirih,
 
 
"Dan...jika saja Sister Azariya mampu menggunakan mantra semacam itu,ia takkan melihat para putra-putri dan orang tua anak-anak itu meninggal seperti itu."
 
 
"Aku mengerti..."
 
 
—Dengan kata lain,bahkan jika aku mati disini,aku takkan kembali ke altar gereja dan bangun diiringi suara organ yang merdu.Jika aku mati,aku mungkin akan terbangun di STL yang ada di kehidupan nyata.Nggak,masalahnya bukan itu,Aku benar-benar akan merasa terganggu.STL tak punya kemanpuan untuk menghancurkan Fluctlight—mungkin sih.Harusnya alat itu berbeda dengan NerveGear.
 
 
Akan tetapi mencoba bunuh diri harusnya adalah metode terakhir untuk meninggalkan tempat ini.Keberadaan Underworld telah menjadi sesuatu yang kuyakini ada di dalam pikiranku,dan bahkan jika aku tahu akan hal ini,apa nggak apa-apa nih bagiku untuk pergi tanpa tahu apa alasanku ada di dunia ini—jiwaku memberikan pendapat semacam itu jauh dari dalam relung jiwaku.
 
 
Aku benar-benar ingin pergi ke Capital,melabrak masuk ke dalam markas pusat Gereja Axiom atau semacamnya dan menanyakan seluruh pertanyaan di dalam benakku pada para «Pendeta Agung»,namun aku tak punya cara untuk melakukannya.Tak ada sarana transportasi yang bisa digunakan untuk berpindah dari kota ke kota,dan hal inilah yang menjadi batasan pada kurangnya kemampuan permainan disini.Bahkan SAO saja punya Transfer Gate di hampir semua kotanya.
 
 
Jika ini memang VRMMO biasa,aku pastinya akan mempertimbangkan untuk mengirimkan email komplen pada operator.Akan tetapi,kalau saja aku tak bisa melakukannya,aku hanya perlu berusaha sekeras mungkin sepanjang system mengizinkannya.Ya,aku sering memikirkan hal ini selama pertempuran untuk menaklukkan boss di Aincrad.
 
 
Setela menghabiskan roti kedua,aku mengangkat botol air minum yang diserahkan Eugeo tadi ke mulutku,meminumnya sambil melihat ke atas batang pohon besar ini yang menjulang sampai ke langit.
 
 
Aku harus minta bantuan Eugeo jika aku ingin menuju ke Capital,namun adalah hal yang tak mungkin untuk membuatnya menyerah pada tugas yang diembannya dengan sungguh-sungguh,karena hal itu dilarang oleh Taboo Index.Jika begitu,hanya ada satu jalan yang tersisa,yaitu menemukan cara untuk menangani pohon Cedar yang besarnya minta ampun ini.
 
 
Aku menoleh kebelakang,dan kulihat Eugeo sedang menepuk-nepuk celananya sebelumm berdiri.
 
 
 
"Baiklah,dah waktunya kita mulai pekerjaan sore hari kita.Aku yang mulai duluan.Tolong ambilkan kapaknya."
 
 
"Ahh."
 
 
Aku menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam Dragon Bone Axe yang ada disampingku dan akan menyerahkannya pada Eugeo.
 
 
Mendadak sebuah perasaan seperti tersengat listrik yang kuat terlintas di otakku.Ujung sesuatu yang hampir lepas dari telapak tanganku nampak tertangkap kembali,jadi aku dengan hati-hati berpikir.
 
 
Eugeo bilang kalau kapak biasa bilahnya akan dengan mudahnya hancur,itulah mengapa mereka pergi ke Capital untuk memesan Dragon Bone Axe besar ini.
 
 
Jika begitu,kita hanya perlu kapak yang lebih kuat.Kita gunakan saja kapak berkekuatan dan berdurabilitas lebih besar yang membutuhkan lebih banyak tenaga.
 
 
"B,Boleh aku ngomong,Eugeo."
 
 
Aku menahan nafas dan bertanya.
 
 
"Ada nggak kapak yang lebih kuat di desa ini?Kalau nggak ada,kalau di kota Zakkaria...udah tiga ratus tahun berlalu kan sejak kalian memesan kapak ini?"
 
 
Namun Eugeo menggelengkan kepalanya.
 
 
"Mungkin sih.Tulang naga adalah bahan baku senjata level tertinggi.Ia lebih keras daripada logam Damask di selatan dan logam permata di Timur.Jika ada sesuatu yang lebih keras,itu akan jadi sesuatu yang digunakan para Integity Knight...Divine Instrument..."
 
 
Ujung kata-kata ini memudar dengan suara yang bergetar,jadi aku memiringkn kepalaku dan menunggu-nunggu bagian akhir isi kata-katanya.Setelah sekitar menit yang sunyi,Eugeo berbisik seolah ia cemas akan keadaan sekitarnya.
 
 
"...Bukan kapak sih,tapi....sebilah pedang."
 
 
"Pedang?"
 
 
"Aku dah bilang kan di depan gereja kalau masih ada Divine Instrument lain selain «Clock that Tells the Time»,ingat nggak?"
 
 
"Ah..ahh."
 
 
"Faktanya,itu ada di dekat tempat ini..dan cuma aku yang tahu tentangnya.Selama enam tahun ini,aku telah menyembunyikannya dari semua orang...kau mau lihat,Kirito?"
 
 
"P,Pastinya pengen lah! Kumohon tunjukkan padaku!"
 
 
Aku berkata dengan antusias,namun Eugeo terlihat seperti ragu-ragu.Nggak begitu lama kemudian ia mengangguk dan menyerahkan kapak tadi padaku.
 
 
"Kalau begitu,kamu kerjain pekerjaan sore dulu deh,Kirito.Soalnya butuh sedikit waktu buat mengambilnya."
 
 
"Jauh toh tempatnya?"
 
 
"Nggak,cuma di dalam gubuk penyimpanan dekat-dekat sini kok,tapi...beratnya itu lo minta ampun deh."
 
 
Persis seperti apa yang Eugeo katakan di saaat aku menyelesaikan ayunan ke-50,ia akhirnya kembali,nampak agak kelelahan dan jidatnya berkeringat banyak.
 
"O,oi,kau nggak apa-apa?"
 
 
Mendengar ini,Eugeo yang kehilangan tenaganya untuk menjawab,cuma mengangguk dan melemparkan objek yang telah ia sandarkan di bahunya itu ke tanah.DONK.Dengan suara kasar,di dalam hamparan rerumputan muncul cekungan besar.Aku menyerahkan bekal berisikan Siral Water pada Eugeo yang terengah-engah,dan mulai memandang benda yang ada di atas tanah itu.
 
 
Aku rasa-rasanya pernah melihat benda ini sebelumnya.Sebuah bungkusan yang berukuran 1,2m panjangnya.Tak diragukan,ini adalah item terbungkus yang diletakkan secara sembarangan di dalam gubuk ketika Eugeo meletakkan Dragon Bone Axe di sebelahnya.
 
 
"Boleh kubuka nih?"
 
 
"Ah..ahh.Hati-hati...loh.Jika itu mendarat di kakimu,kau nggak akan...terluka doang."
 
 
Eugeo yang terengah-engah berujar.Aku mengangguk padanya dan dengan dengan hati-hati menjulurkan tanganku.
 
 
Setelahnya,pingggangku rasa-rasanya mendapatkan kejutan seolah-olah dijepret.Nggak,bahkan jika ini kenyataan,pinggangku benar-benar akan salah urat.Serius deh,bungkusan ini berat banget.Aku memegangnya dengan kedua tanganku,namun ia tak mau digerakkan seolah dipaku ke tanah atau sesuatu semacam itulah.
 
 
Adik perempuanku Suguha telah berlatih dalam klub kendo dan telah menjadi kekar,jadi bisa dibilang ia nampak lebih berat daripada penampilannya —tentunya,aku nggak bisa mengatakan pemikiranku ini padanya —dan tanpa pakai dilebay-lebay-kan,benda terbungkus ini membuatku merasa itu seperti dirinya dalam artian tertentu.Aku memantapkan kakiku lagi dan bersusah payah mengumpulkan kekuatan di punggungku untuk mengeluarkan semua tenagaku kayak aku sedang mengangkat orang bego.
 
 
"Fuu..."
 
 
Mishi mishi.Kurasa sendi-sendi di dalam tubuhku saling bergesekan,namun bungkusan itu akhirnya mulai berpindah.Aku mengangkat bagian yang terikat talinya dan membaliknya 90 derajat sebelum membiarkan ujungnya menumpu tanah.Aku menggunakan tangan kiriku untuk menyangganya sekuat tenaga agar tak jatuh.Sedangkan tangan kananku melepaskan simpul tali dan menurunkan penutup kulitnya.
 
 
Didalamnya terdapat sebilah pedang panjang indah yang bahkan aku mau tak mau terpukau padanya.
 
 
Pangkal pedang dibuat dengan mulus dari perak,dan pegangannya terbalut dengan rapi dengan bahan kulit berwarna putih seutuhnya.Pelindung buku jarinya dihiasi ukiran dedaunan,dan sudah jelas tumbuhan apa yang terukir disana.Mau itu ujung pegangan atau sarung kulit berwarna putih,mereka semua terbalutkan dengan setangkai mawar gemerlapan yang terukir dari giok.
 
 
Ia memberikan kesan benda antik,namun tak ada setitik pun karat di atasnya.Ia bagaikan telah tidur selama ini tanpa mampu bertemu pemiliknya—pedang ini membuatku merasakan kesan semacam itu.
 
 
"Ini...?"
 
 
Aku mengangkat kepalaku untuk bertanya,dan Eugeo,yang akhirnya telah puliha dari rasa capeknya,melihat ke arah pedang itu dengan ekspresi bernostalgia dan berucap,
 
 
"«Blue Rose Sword». Aku tak tahu sih nama aslinya,tapi nama itulah yang digunakan dalam dongeng."
 
"Dongeng...?"
 
 
"Siapapun anak kecil di Desa Rulid....nggak,bahkan para orang dewasa tahu akan hal ini— 300 tahun yang lalu,diantara para perintis awal yang menempati tanah ini,ada seorang pendekar pedang bernama Bercouli.Ada banyak sekali legenda yang mengisahkan tentang petualangannya,namun yang paling terkenal adalah kisah «Bercouli dan Sang Naga Putih Utara»..."
 
 
Eugeo tiba-tiba menerawang dan melanjutkan kata-katanya dengan raut muka sedih,
 
 
"....Sederhananya,Bercoulli pergi ke Mountain Range At The Edge dan tersesat jauh di dalam gua,yang membuatnya jatuh ke dalam gua sang naga putih.Sang naga putih yang menjaga Dunia Manusia sedang terlelap tidur dan Bercoulli mengambil kesempatan itu untuk kabur.Namun,diantara tumpukan harta yang berserakan di dalam gua,ada sebilah pedang yang ia ingin dapatkan tak peduli apapun caranya.Ia mengambil pedang itu diam-diam dan hendak beranjak pergi,namun tiba-tiba muncul mawar biru yang tumbuh dan membelit Bercoulli.Ia terjatuh,dan suara jatuhnya itulah yang membangunkan sang naga putih...begitulah kisahnya. "
 
 
"A,Apa yang terjadi selanjutnya?"
 
 
Mau bagaimana lagi,aku tertarik dengan kisah ini,jadi aku bertanya-tanya.Eugeo bilang itu cerita yang panjang loh sambil tersenyum dan melanjutkan dengan kata-kata ini,
 
 
"Toh,banyak hal yang terjadi,dan Bercoulli akhirnya melupakannya.Ia mengembalikan pedang tadi dan kabur dari desa.Itu bukanlah sesuatu yang patut disenangi...namun sebuah kisah yang membosankan.Jika saja kami tak punya keinginan untuk mengecek kebenarannya saat masa kecil kami..."
 
 
Suaranya yang bagai mengandung rasa penyesalan mendalam,membuatku akhirnya tersadar bahwa 'masa kecil kami' berarti Eugeo dan dan teman masa kecilnya,gadis yang dipanggil Alice.Di desa ini,anak kecil dengan mobilitas semacam itu ya hanya mereka.
 
 
Setelah beberapa momen yang sepi,Eugeo melanjutkan.
 
 
"6 tahun yang lalu,Alice dan aku pergi ke Mountain Range at the End untuk mencari sang naga putih,namun kami tak menemukannya.Apa yang kami lihat adalam sebukit tulang belulang dengan bekas tebasan pedang."
 
 
"Eh...na,nggak,apa ada aorang yang membunuh naga tadi?Siapa,ia tepatnya...?"
 
 
"Aku nggak tahu.Paling,beberapa orang...yang tertarik pada harta karunnya.Ada banyak sekali emas dan harta yang berserakan di sembarang tempat,«Blue Rose Sword» ini ada diantaranya.Tentu saja,aku nggak membawanyanya soalnya pedang ini berat...dan dalam perjalanan balik kami kesasar ke jalan keluar yang salah,melewati Mountain Range at the End dan masuk ke Dunia Kegelapan.Yang terjadi sesudahnya persis seperti yang kau dengar."
 
 
"Aku paham..."
 
 
Aku mengalihkan tatapan mataku pada tangan yang menyangga pedang ini.
 
 
"Tapi...pedang ini,kok ada disini?"
 
 
"...Sepanjang musim panas dua tahun lalu,aku pergi ke gua tadi untuk mengambilnya.Memindah-mindahkannya beberapa kilolu tiap harinya di hari liburku dan menyembunyikannya dalam hutan...sampai aku memindahkannya ke dalam gubuk penyimpanan.Itu menghabiskan 3 bulan waktuku dan kenapa aku melakukannya...sejujurnya,aku nggak tahu juga kenapa..."
 
 
Ia mungkin masih belum sanggup melupakan tentang Alice?Atau mungkin ia ingin menggenggam pedang ini untuk menyelamatkannya.
 
 
Pikiran semacam itu terlintas di otak ku,namun rasa salut ku pada cowok yang dipanggil Eugeo ini tak mengizinkanku untuk segampang itu mengucapkan kata-kata ini.Aku mendapatkan kembali momentumku dan mengangkat pedang itu,menggunakan tangan kanan ku untuk menggenggam pangkal pedangnya.
 
 
 
Kupikir kalau pedang ini ditancapkan dalam-dalam ke tanah seperti pilar akan jadi sulit untuk mengayunkannya dengan banyak sekali kekuatan,tapi aku sekedar menggerakkannya sedikit,dan bilah pedangnya meluncur keluar dari sarungnya dengan mulus.
 
 
''Swoosh''.Dibarengi bunyi yang nyaring itu,pedang tadi terhunus,dan kurasakan beban berat sekali mulai dari bahu kanan sampai pergelangan tangan.Aku buru-buru melemparkan sarung pedang di tangan kiriku ke samping dan menggunakan kedua tanganku untuk menggenggam pedang tersebut.
 
 
Sarung pedangnya nampak terbuat dari logam,namun kelihatan memiliki berat ekstra di saat ia menancap di tanah dengan bunyi gedebuk.Hampir saja sarung pedang tadi mengenai kaki kiriku,namun aku udah nggak ada waktu untuk mundur sambil tetap terus mempertahankan keseimbangan pedang ini.
 
 
Untung saja,pedangnya jadi 3 kali lebih ringan setelah kukeluarkan dari sarungnya,dan aku sanggup mempertahankan posisi ini untuk sesaat.Aku terus menatap bilah pedang dengan sikap yang seolah-olah terpukau.
 
 
Ini benar-benar material yang tak masuk akal.Benda yang sepertinya terbuat dari logam yang lebarnya cuma 3,5 m ini memancarkan kilauan biru muda seakan ia memantulkan cahaya yang bersinar di sela-sela dedaunan.Dilihat dari dekat,bilah pedangnya memantulkan cahaya matahari dengan cerminannya dan beberapa sinar yang nampak terperangkap di dalam bilahnya,memancarkan pantulan difus.Apapun itu,toh,bilah pedang ini terlihat sedikit transparan.
 
 
"Ini bukan logam biasa ataupun perak.Ia berbeda juga dengan tulang naga,dan jelas-jelas bukan kaca..."
 
 
Eugeo berujar dengan sedikit nada kagum.
 
 
"—Dengan kata lain,ini bukanlah sesuatu yang dibuat oleh manusia...itulah yang kurasa.Ia dibuat oleh Spellcaster ahli Sacred Art dengan meminjam kekuatan dewa,atau kalau nggak ya sesuatu yang dibuat oleh dewa...item semacam itu disebut «Divine Instrument».Blue Rose Sword pasti adalah Divine Instrument juga "
 
 
—Dewa
 
 
Nama «Solus» dan «Stacia» yang Eugeo dan Selka sering katakan ,nama-nama yang sering muncul dalam doa Suster,ini semua pastinya setting di dunia fanstasi ini,dan akupun tak terlalu peduli dengan hal tersebut sembari membuat keputusan itu.
 
 
Namun,dengan kehadiran dewa yang menciptakan senjata atau sesuatu semacam hal ini,kurasa aku harus memakluminya.Dewa dunia virtual—Apa itu artinya adalah orang-orang yang mengelola dunia ini dari dunia nyata atau proses utama server?
 
 
Ini bagaikan pertanyaaan yang tak dapat kujawab tak peduli mau bagaimanapun ku memikirkannya Bahkan sekarang ini,aku hanya dapat merasa bahwa Gereja Axiom ini adalah eksistensi yang sama halnya dengan « Pusat Sistem ».
 
 
Toh,pedang ini harusnya memiliki level prioritas agak tinggi,sesuatu yang diberikan oleh sistem,dan kini kita harus membandingkannya dengan prioritas Gigas Cedar dan lihat level prioritas manakah yang lebih tinggi—hasil inilah yang akan menentukan apakah aku bisa pergi ke Capital dengan Eugeo.
 
 
"Eugeo,bisa kau cek Life Gigas Cedar?"
 
 
Aku terus menggenggam pedang ini sambil berucap pada Eugeo yang melayangkan tatapan heran padaku.
 
 
"Jangan-jangan,Kirito...kau berniat menggunakan pedang ini untuk menebas Gigas Cedar?"
 
 
"Jika kau memindahkannya kemari,emang ada alasan lainnya?"
 
 
"Betul juga sih..tapi..."
 
 
Aku terus mengatakan sesuatu pada Eugeo,yang menundukkan kepalanya,untuk meyakinkan dirinya yang meragu.
 
"Atau apa di Taboo Index ada pasal yang menyebutkan kalau kau nggak bisa menggunakan pedang untuk menebang Gigas Cedar?"
 
"Nggak,tentang hal ini,nggak ada yang menyebutkannya sama sekali..."
 
 
"Atau mungkin para tetua desa,atau pendahulumu...Garitta jii-san bilang kalau kau nggak boleh menggunakan sesuatu selain Dragon Bone Axe?"
 
 
"Nggak...beliau tak bilang begitu...kurasa...sesuatu kayak begini sudah pernah terjadi sebelumnya..."
 
 
Eugeo bergumam,tapi masih saja ia bangkit dan berdiri di depan Gigas Cedar.Ia menggambar sebuah segel dengan tangan kirinya dan mengetuk batang pohonnya,menatap pada Window yang muncul.
 
 
"Yah, 232.315"
 
 
"Baiklah.Ingat-ingat angka ini."
 
 
"Tapi Kirito,Kau nggak mungkin sanggup menggunakan pedang itu dengan baik.Tubuhmu saja jadi tak stabil cuma karena kau menggenggamnya sekarang."
 
 
"Biarin,Lihat saja deh.Kau nggak perlu pakai kekuatan untuk mengangkat pedang berat,yang kau gunakan adalah pusat gravitasi."
 
 
Ini adalah memori dari masa-masa dulu,namun di SAO lama,aku menyukai pedang yang berat.Aku lebih suka perasaan menggunakan tebasan One Hit untuk menghajar musuh daripada memakai senjata yang mengandalkan kecepatan untuk menyerang secara bertubi-tubi sampai menang.Seraya level ku meningkat dan stats kekuatanku berkembang,berat pedang di tanganku akan terus menurun.Itulah kenapa aku terus berganti-ganti pedang—pertama kalinya aku menggenggam dan menggunnakan pedang yang menjadi patnerku yang terakhir rasa-rasanya mirip seperti apa yang aku rasakan saat ini dengan menggenggam Blue Rose Sword.Juga,aku yang dulu menggenggam satu pedang di masing-masing tanganku seraya terus menerus berlatih dengan intensitas layaknya pekerja kasar.
 
 
Tentu saja,basis dari World System disini berbeda,jadi aku tak bisa segampang itu memakai metode yang sama.Namun,kesan pergerakan tubuhku harusnya bekerja disini.Eugeo menunggu sedikit agak jauhan dari pohon,dan aku melangkah menuju ke kiri bekas hantaman kapak di batang pohon,membungkuk dan berusaha mempertahankan postur menghunuskan pedang rendah memakai pedang yang membuat tanganku nyeri cuma karena mempertahankannya.
 
 
Nggak usah melakukan tebasan beruntun.Cukup tebasan mendatar biasa saja di bagian tengah sisi kanan udah bagus.Kalau kupinjam nama Sword Skill ini dalam SAO,namanya akan menjadi «Horizontal».Ini adalah skill dasar yang bisa dipelajari di awal mula game tersebut.
 
 
Aku menyelaraskan nafasku dan memusatkan berat tubuhku ke kaki kanan sebelum menarik mundur pedang sedikit.Aku mengangkat kaki kiriku karena berat inersia pedang itu.Kayaknya aku bakal jatuh terduduk dengan bokongku duluan,tapi aku nggak peduli apapun itu jadinya sampai pedang ini mengenai targetnya.Aku menghentakkan kaki kananku ke tanah dan memindahkan berat tubuhku ke sisi kiri tubuhku,mengubah kekuatan dalam gerakan berayun dalam kaki dan pinggangku dari ujung kepala sampai ke ujung pinggangku,dan mengeluarkan tebasan mendatar.
 
 
Pedang itu mengeluarkan kilauan,dan meski ia tak berakselerasi dengan sendirinya,tubuhku masih mengikuti postur untuk sword skill tadi dengan sempurna.Membiarkan kaki kiri untuk mendarat di tanah,menciptakan sebuah getaran,menggerakkan pedang besar dan berat ini dan menggunakan inersia yang masih belum menghempaskanku ke belakang,dan maju mengikuti lintasan pedang ideal—
 
Akan tetapi,ini cuma bisa digunakan sebagai demonstrasi.Kakiku tak mampu berdiri tegak,dan bilah pedangnya sendiri mengenai kulit pohon.
 
 
''*GIIIINNN!!*'' Sebuah suara melengking terdengar diiringi oleh burung-burung di pohon yang semuanya beterbangan.Akan tetapi,aku tak bisa melihat ini semua di saat aku tak sanggup lagi menahan hempasannya, membuatku melepaskan pedang sembari wajahku yang merasakan momen-momen intim dengan lumut di tanah.
 
 
"WAH!Sudah kubilang kan akan begini jadinya tadi?"
 
 
Eugeo berlari ke arahku,dan dengan bantuannya,aku berusaha duduk dan menyeka lumut di mulutku.Di samping wajahku yang menghantam tanah duluan,pergelangan tangan,pinggang,dan kakiku semuanya terasa nyeri luar biasa yang membuatku ingin menjerit karenanya.Rasa sakit ini akan tetap terasa untuk beberapa saat,namun aku terus memaksa keluar kata-kata semacam ini.
 
 
"...Nggak bisa nih...statusnya masih merah..."
 
 
Di SAO lama,jika seseorang meng-equip senjata tanpa memiliki STR yang dibutuhkan,sebuah pop-up window akan menjelaskannya.Akan tetapi kata-kata ini mungkin takkan sampai ke telinga Eugeo yang nampak lebih khawatir pada dirinya ini.Di saat inilah,aku buru-buru menambahkan,
 
 
"Nggak,itu...tubuhku cuma kurang kuat.Juga,emang beneran ada pendekar pedang yang bisa menggunakan senjata hebat semacam ini?"
 
 
Kubiarkan bahuku merosot,menggosok-gosok pergelangan tangan kananku dan menoleh ke belakang.Eugeo mengikutiku dan memandangku dari belakang.
 
Kami berdua tercengang.
 
 
Blue Rose Sword,pedang cantik yang berayun di udara tadi menancap separuhnya ke Gigas Cedar.
 
 
"Nggak mungkin...satu tebasan aja bisa membuat...."
 
 
Eugeo mendadak berdiri dan berkata dengan suara serak walaupun menjadi tak bisa berkata apa-apa untuk sesaat.
 
 
Ia mencoba menjulurkan jari-jari tangan kanannya untuk menyentuh tempat persilangan pedang dengan pohon.
 
 
"Bilahnya tak rusak sama sekali...dan ia benar-benar menebas kulit kayu Gigas Cedar sedalam 2 centimels...."
 
 
 
Aku menahan rasa sakit di sekujur tubuhku dan berdiri,menepuk nepuk debu yang ada di bajuku.
 
 
"Ini,ini kan cuma buat mengetes hasilnya.Blue Rose Sword itu jauh melampaui Dragon Bone Axe...dalam segi kekuatan serangan.Coba lihat Life Gigas Cedar. "
 
 
"U,un."
 
 
Eugeo mengangguk dan sekali lagi menggambar segel sebelum mengetuk kulit pohonnya.Ia menatap window yang muncul.
 
 
"...232.314."
 
 
"A,Apa!?"
 
 
Kali ini giliranku yang kaget.
 
 
"Dikit banget?Tertebas sedalam itu...kenapa...jangan bilang kalau itu nggak akan bekerja kalau nggak pakai kapak...?"
 
 
"Nggak,bukan itu alasannya."
 
 
Eugeo menarik kembali tangannya dan menggelengkan kepalanya.
 
 
"Itu karena kau menebasnya di tempat yang salah.Jika yang kau tebas itu bukan kulit kayu melainkan intinya secara langsung,Life nya akan menurun drastis.Itu yang kurasa...dan saat itu terjadi,Sacred Task ku akan berakhir sudah... —tapi."
 
 
Eugeo memalingkan muka,memberikan sebauh ekspresi rumit,dan menggigit pelan bibirnya.
 
 
"Tapi itu kalau kita bisa menggunakan pedang tersebut dengan baik.Jika itu menyakitimu cuma karena mengayunkannya sekali,dan jika kita tetap saja meleset dari bagian yang kita incar,sama halnya akan jadi lebih lambat daripada menggunakan kapak."
 
 
"Aku tak bisa melakukannya,tapi bagaimana denganmu,Eugeo?Kau kan harusnya jauh lebih kuat.Coba deh mengayunkannya sekali."
 
 
Aku terus mendesak Eugeo,dan meski ia menampakkan tatapan ragu,ia akhirnya berkata kalau ia akan mencobanya dan menghadap ke pohon itu lagi.
 
Tangannya yang terjulur menggenggam gagang pedang Blue Rose Sword yang menancap di pohon besar itu sambil melakukan gerakan mencabut.Bilah pedang tadi akhirnya lepas adari kulit pohon,dan tubuh bagian atas Eugeo sempoyongan.Ujung bilah pedangnya mendarat di tanah,mengeluakan bunyi nyaring dan garing.
 
 
"B,Beratnya minta ampun.Aku nggak bisa melakukannya,Kirito."
 
 
"Kalau aku saja bisa,kau pasti bisa,Eugeo.Dasarnya sama seperti mengayunkan kapak.Kau harus menggunakan lebih banyak berat tubuhmu daripada saat mengayunkan kapak.Jangan Cuma menggunakan kekuatan pergelangan tanganmu.Jaga agar tubuhmu tetap seimbang."
 
 
Aku tak bisa menjamin seberapa banyak kata-kata tadi dipahaminya.Eugeo benar-benar seorang yang telah menggunakan kapak untuk waktu yang lama karena ia bahkan tak memerlukan waktu sedetik pun memahami hal ini.Wajah polosnya berubah menjadi serius seraya mengangguk dan membungkuk untuk mengambil pedang tadi.
 
 
Setelah menggerakkan punggungnya dengan perlahan untuk mengangkat pedang,ia berhenti sesaat, menghirup nafas dalam-dalam sekali sebelum dengan cepat mengayunkan pedang dengan kecepatan luar biasa.Kaki kanannya menjejak tepat ke kanan depan dan rangkaian skill meringankan tubuh ini membuatku tercengang.Sebuah lintasan biru yang tertinggal di udara bersamaan dengan melajunya ujung bilah pedang tepat ke pusat potongan.
 
Namun di momen-momen final,kaki kiri yang menopang seluruh berat tubuhnya sedikit terpeleset.Pedang yang sedang terayun,menggeloyor membentuk tanda V di pucuknya,mengeluarkan bunyi nyaring dan terhenti.Eugeo jatuh ke belakang dengan cara yang beda,denganku tadi,dan punggungnya menghantam batang pohon tebal itu sebelum mengerang.
 
 
"Ugh..."
 
 
"Oi,oi,kau nggak papa?"
 
 
Aku segera lari ke arah Eugeo,yangn mengangkat tangan kanannya untuk menunjukkan kalau ia baik-baik saja,namun tetap masih sambil mengernyit.Melihatnya yang seperti ini,aku akhirnya sadar kalau sebenarnya rasa sakit kayak begitu juga ada di dunia ini.
 
SAO,ALO,game-game VRMMO yang ada ini akan mengirimkan rasa sakit yang harusnya dirasakan oleh otak ke unit «Penyerap Rasa Sakit» untuk meniadakan rasa sakit itu ketika avatar cidera.Tanpa ini,nggak ada satupun deh yang akan melakoni pertarungan fisik dimana hit poin mereka menentukan kehancuran mereka.
 
 
Akan tetapi,nampaknya tak ada pola berpikir tentang hiburan di dunia ini.Meski rasa sakit ini akhirnya mereda,pergelangan tanganku masih merasakan nyeri seolah-olah keseleo.Kalau aku terluka parah oleh senjata,sakitnya kayak apa ya?
 
 
Di Underworld,jika saja aku harus bentrok dengan orang lain,aku harus membuat tolok ukur menyeluruh yang beda dengan sekarang.Tak peduli apapun,aku takkan pernah bisa membayangkan betapa sakitnya terluka oleh pedang dengan berat seperti barusan.
 
 
Eugeo saja,yang lebih bisa menahan rasa sakit daripadaku,menghabiskan waktu 30 detik sebelum raut muka kesakitannya lenyap dan berdiri tegap lagi.
 
 
"Un,aku masih belum bisa melakukannya,Kirito.Life kita akan menurun banyak sebelum kita bisa benar-benar menghantamnya dengan akurat sekali saja."
 
 
Kami berdua memandang pohon itu lagi.Blue Rose Sword yang mengenai puncak lubang bekas kapak yang menganga dengan sudut agak miring,terpental dan menghujam ke tanah.
 
 
"Tapi menurutku teknik gerakan kakimu nggak buruk-buruk amat tuh..."
 
 
Aku ingin bilang kalau Eugeo kurang tegas tadi,namun setelah melihatnya yang mirip seperti anak kecil yang sedang diceramahi,aku hanya bisa melupakan hal itu seiring kuambil sarung pedang kulit putih yang tergeletak di tanah lumut.Eugeo mengambil Blue Rose Sword dan dengan hati-hati menyarungkannya kembali ke sarung pedang di tanganku.Ia lalu memasukkannya ke dalam karung kulit,mengikatnya dengan tali dan meletakkannya tak jauh dari tempat kami.
 
 
Fuu,Eugeo menghela nafas dan mengangkat Dragon Bine Axe yang ada di samping Gigas Cedar sebelum berteriak,
 
 
"Uwahh,kapak ini jadi seringan bulu rasanya—baiklah,leha-leha kita sudah cukup untuk sekarang.Saatnya kerja keras di sore hari."
 
 
" Ahh..maaf telah membuatmu melakukan hal semacam itu bareng denganku,Eugeo..."
 
 
Mendengar permintaan maafku,pemuda itu menoleh kebelakang dan merekahkan sebuah senyuman lugu.Senyum yang hanya bisa dideskripsikan sebagai kepolosan semata.
 
 
"Nggak papa,Kirito.Aku juga ikut senang kok.Kalau begitu...aku yang akan mulai dengan 50 hantaman duluan."
 
 
''KON KON''.Bunyi berirama datang seiring dengan kapak yang diayunkan.Aku memalingkan wajahku dari Eugeo,berjalan menuju Blue Rose Sword yang tergeletak dan mengusap-usap selubung kulitnya.
 
 
Akulah pastinya yang berpikir dengan arah yang tepat disini.Jika aku menggunakan pedang ini,Gigas Cedar pastinya bisa ditumbangkan.Akan tetapi,itu persis seperti apa yang Eugeo katakan.Jika aku mengayunkannya dengan membabi buta,akan ada harga yang harus dibayar.
 
 
Karena pedang ini ada di dunia ini,harusnya ada seseorang di dunia yang mampu mengayunkannya sesuka hati dan berbekalkan pedang itu.Eugeo dan aku hanya belum memiliki kondisi yang dibutuhkan dalam sistem ini.
 
 
Jika begitu masalahnya,apa sih kondisinya?Class kah?Level kah?Status kah?Apa itu sebenarnya,dan harus mulai dari mana aku harus menyelidikinya...
 
 
"...."
 
 
Memikirkan hal ini,aku bengong dengan mulutku yang sedikit terbuka.Ini disebabkan karena syok pada daya tangkapku yang lamban.
 
Tentu saja,aku kan tinggal membuka status window milikku sendiri untuk mengeceknya.Kemarin,aku memanggil «window» pada roti Eugeo...dan mencoba mematikan lampu minyak yang ada di kamar gereja.Aku nggak kepikiran sama sekali.Bego amat ya.
 
 
Aku menjulurkan tangan kiriku dan menggambar segel perintah seperti sebelumnya.Aku termenung dan kuketuk segel tadi dengan punggung tangan kananku.Persis seperti yang kuduga,sebuah lingkaran dan persegi panjang ungu muncul di pandangan mataku.
 
 
Tak seperti Window roti sebelumnya,ada banyak kalimat disini.Aku secara tak sadar mulai mencari petunjuknya,namun tak bisa menemukannya sama sekali nggak peduli apapun caranya.
 
 
Pertama,ada kalimat [UNIT ID:NND7-6355]di bagian paling atas.Unit ID;kata ini membuatku merinding,tapi sekarang bukan waktunya untuk menggali lebih dalam tentang hal ini.Aku menyimpan nilai alphanumerical ini dalam benakku,karena itu harusnya adalah serial number yang biasa dipakai di dunia ini.
 
 
Dibawahnya ada tulisan Durability yang juga bisa terlihat di roti dan Gigas Cedar,itu adalah «Life» yang Eugeo bicarakan.Nilai yang ditunjukkan adalah [3280/3289].Biasanya,yang kiri adalah nilai sekarang ini dan yang kanan adalah nilai maksimumnya.Alasan kenapa ia menurun sedikit mungkin aku mengayunkan pedang dengan membabi buta barusan.Aku lalu melihat ke bawahnya.
 
 
Baris selanjutnya terdapat tulisan [Object Control Authority: 38].Dibawahnya lagi tertulis [System Control Authority: 1].
 
Cuma itu saja.Jumlah Exp yang dibutuhkan dalam RPG,level,indikator status; nggak ada sama sekali hal semacam itu.Aku menggigit bibirku dan mengulanginya.
 
 
"Un...Object Control Authority...ini... "
 
 
Istilah yang memberiku feeling kalau ini pasti adalah parameter yang berhubungan dengan peralatan.Namun,aku nggak ada gambaran seberapa besar parameter dengan angka 38 disini.
 
 
Aku menghela nafas dan menoleh untuk melirik bagian belakang Eugeo yang sedang mengayunkan kapak dengan giat.Sembari melihatnya,aku mendapat mendapat ide,oleh karena itu ku hilangkan window ku dan mencoba untuk mengecek informasi pada Blue Rose Sword.Kubuka simpul talinya sedikit,mengeluarkan sedikit gagangnya,menggambar segel dan mengetuknya pelan.
 
 
Window yang muncul memperlihatkan nilai Life 1997700 yang bisa menyamai Gigas Cedar dan juga sesuatu yang ingin kulihat.Di bawah nilai Life,terdapat sebaris [Class 45 Object]yang terpampang disana.Adalah sebuah kesempatan yang sangat besar bahwa memang ada sesuatu yang harus aku urus setelah melihat Control Authority barusan.Authority-ku yang nilainya 38,jauh kurang dari 45.
 
 
Aku menghilangkan window pedang tadi dan mengikatkan tali karungnya sebelum duduk bersebelahan dengan pedang ini.Aku melihat menembus sela-sela dedaunan Gigas Cedar dan memandang langit,dan mau tak mau mendesah.Aku sudah dapat banyak informasi,namun masih saja aku tak bisa menggunakan Blue Rose Sword.Fakta itu sendiri telah dipertegas oleh nilai numerik yang kulihat barusan.Aku mungkin bisa melakukannya jika aku menaikkan level Authority ku sampai 45,tapi aku tak bisa menemukan caranya.
 
 
Jika dunia ini menggunakan sistem VRMMORPG biasa,aku tinggal berlatih terus-menerus atau menghajar monster-monster untuk mendapatkan Exp.Aku benar-benar nggak habis pikir apa aku punya cukup waktu untuk melakukan cara pertama,dan aku belum pernah sekalipun menemui monster disini.Kalaupun aku menemui situasi ‘mendapatkan item langka namun tak memiliki level cukup untuk meng-equipnya’,respon normalnya adalah untuk hal tersebut adalah mendapatkan Exp dengan jalan bekerja disini.Namun,aku pasrah sajalah kalau tak mampu menemukan satu pun cara untuk meningkatkan Exp ku.
 
 
Game MMO paling menarik ketika tak ada clearing website dan player harus memulai dari awal ,serta mengetes segala hal yang ada—itulah apa yang akan dikatakan para user kelas berat,dan mereka pastinya tak akan mengatakan ini setelah mereka kembali ke kenyataan.Sembari ku memikirkan ini,Eugeo menyelesaikan ayunan ke 50 nya,menyeka keringatnya dan menoleh.
 
"Gimana,Kirito?Kau masih mau mengayunkan kapak?"
 
 
"Ahh...rasa sakit ku sudah reda sedikit."
 
 
Aku berdiri sempoyongan dengan kakiku dan mengulurkan tangan kananku untuk menggenggam Dragon Bone Axe.Ia sungguh sangat sangat ringan kalau dibandingkan dengan Blue Rose Sword.
 
 
Yah,mari berdo’a kalau mengayunkan kapak ini akan meningkatkan parameter.Aku berpikir sambil menggenggam kapak dan menariknya ke belakang.
 
 
"Uahhh...ini nih surga yang absolut...."
 
 
Aku membenamkan tubuhku yang masih belum terbiasa dengan rasa lelah ke dalam air hangat dan mau tak mau berkata begitu.
 
Area pemandian di gereja Rulid dibangun dengan adanya sebuah bak air besar dari perunggu dengan ubin-ubin yang gosong dibawahnya serta tungku yang dibangun diluar dinding untuk menambahkan kayu bakar untuk memanaskan air.Ini benar-benar mengingatkanku tentang rumah pemandian abad pertengahan di Eropa.Aku sama sekali tak tahu apakah ini di desain sedemikian rupa oleh para pembuat dunia ini ataukah hasil dari evolusi mandiri melalui simulasi beberapa ratus tahun.
 
 
Setelah makan malam,kedua wanita di Gereja,Suster Azariya dan Selka yang menggunakannya,dan setelahnya,aku masuk bersama 4 anak lak-laki lainnya.Setelah beberapa kehebohan yang terjadi,anak-anak itupun akhirnya pergi.Akan tetapi,nggak ada secuil pun kotoran di dalam bak penuh air ini.Aku menggunakan kedua tanganku untuk mengangkat cairan bening dan mencipratkannya dengan keras ke kepalaku sebelum melontarkan suara tertunda. Ufuee~
 
 
Sampai detik ini,aku telah berada di dunia ini untuk sekitar 33 jam.
 
 
Kecepatan akselerasi FLA di saat aku dive tak ku ketahui,jadi aku tak bisa menarik kesimpulan berapa lama waktu aslinya yang telah berlalu.Jika kecepatannya setara — sama dengan kecepatan waktu di dunia nyata,dan bila aku menghilang,anggota keluargaku dan Asuna akan menjadi panik.
 
 
Memikirkan hal ini,kegelisahan mengembang di tenggorokanku,membuatku tak mampu rileks saat mandi dan dengan bingung memikirkan cara untuk meninggalkan tempat ini.Namun di sisi lain,aku benar-benar ingin menemukan misteri-misteri lain dunia ini.
 
 
Aku,seseorang yang bisa menyimpan ingatan Kirigaya Kazuto seiring datang ke dunia ini,hanya bisa berpikir sesuatu yang abnormal sedang berlangsung.Itu karena tindakanku sendiri saja akan menyebabkan penyimpangan drastis pada tes simulasinya.Para peneliti mungkin tak sudi melihatku merusak eksperimen besar yang telah berlangsung paling tidak 300 tahun ini.
 
 
Dengan kata lain,di saat aku menghadapi kemelut yang mengejutkan,mungkin aku akan mengalami sebuah kesempatan yang ada satu diantara sejuta juga.Yaitu,aku bisa mengetahui identitas asli RATH — yang mempunyai kekuatan finansial yang tak cocok dengan ukuran dan visibilitasnya — organisasi misterius.Ini adalah kesempatan pertama dan sekaligus terakhir bagiku.
 
 
"Nggak,mungkin ini,alasan,yang lain..."
 
 
Aku membenamkan mulutku ke dalam air,membuat gelembung-gelembung dan mengatakan hal ini.
 
 
Atau mungkin,Aku tinggal ikut saja pada hasratku sebagai seorang player game VRMMO.Aku terbawa oleh hasrat bodoh dan kekanak-kanakan untuk «menamatkan» «dunia» ini— dunia yang tak memiliki panduan apapun ini,dan terus maju menggunakan pengetahuan dan instingku sendiri,mengasah sword skill ku dan mengalahkan banyak orang-orang hebat untuk menggapai tujuan menjadi yang terkuat.
 
 
Menjadi kuat di dunia virtual,gampangannya,adalah sebuah kesan palsu yang diciptakan oleh angka-angka dalam parameter,dan itulah yang kupikirkan berkali-kali di masa lalu.Ketika Heathcliff mematahkan sword skill pedang ganda level tertinggiku,ketika aku roboh di hadapan Raja Peri Oberon dalam keadaan sangat mengenaskan,dan ketika aku dikejar-kejar oleh Death Gun dan bertanya-tanya kemanakah aku harus lari,ketika aku telah kehabisan ide,aku menggertakkan gigiku sepanjang waktu itu dan bersumpah kalau aku takkan mengulangi kesalahan yang sama di waktu yang lain.
 
 
Namun di waktu yang sama,kobaran api yang membara di dalam diriku seolah ingin menelanku dalam api.Blue Rose Sword yang tak mampu aku gunakan,berapa banyak ya orang yang meampu menggunakannya dengan mudah di dunia ini?Seberapa kuatkah para Integrity Knight yang melindungi hukum dan Dark Knight dari dunia kegelapan?Orang macam apa yang menempati posisi teratas Gereja Axiom di dunia ini...?
 
 
Aku setengah sadar mengibaskan tangan kananku untuk menyibak permukaan air,dan air tadi melayang mengenai dinding di depanku dengna mengeluarkan suara lirih.
 
 
Di saat bersamaan,sebuah suar dapat terdengar dari pintu yang menuju ke ruang ganti,membuatku tersadar kembali.
 
 
"Arre,apa ada orang di dalam?"
 
 
Aku sadar itu adalah Selka,dan bergegas berdiri.
 
 
"Aah,yah,ini aku— Kirito.Maaf,aku akan segera keluar."
 
 
"U...un.Santai sajalah.Jangan lupa pasang kembali penyumbat tangki nya ketika kau keluar dan matikan lampunya.Selamat tinggal kalau begitu...Aku akan kembali ke kamarku,jadi selamat malam."
 
 
Sadar kalau Selka akan pergi,aku mendadak memanggilnya agar berhenti dari balik pintu.
 
 
"Ah...Selka.Ada sesuatu nih yang ingin kutanyakan padamu.Kau bebas kan malam ini?"
 
 
Selka mendadak berhenti dan tetap diam untuk sesaat dalam sikap yang nampak ragu-ragu,namun akhirnya berucap dalam suara yang sulit terdengar,
 
 
"...Sebentar sih tak apa-apa.Anak-anak di kamarku harusnya sedang tidur,jadi akan kutunggu di kamarmu."
 
 
Ia melangkah pergi dengan langkah kecilnya tanpa menunggu jawabanku.Aku segera bangun dari bak mandi memasang kembali penyumbat di bawah tangki,mematikan lampu,dan berjaln menuju ruang ganti.Bahkan jika aku tak menyeka tubuhku dengan handuk,tetesan-tetesan air ini akan mengering dengan cepat.Aku memakai baju rumahan dan kembali ke koridor yang sunyi senyap sebelum menaiki tangga.
 
 
Aku membuka pintu kamar tamu,dan Selka,yang sedang menggoyang-goyangkan kakinya sembari duduk di atas tempat tidur,mengangkat kepalanya.Tak seperti malam kemarin,ia mengenakan gaun tidur katun,dan mengikat rambut coklatnya menjadi tiga kunciran.
 
 
Selka tak menampakkan perubahan ekspresi sedikitpun seiring mengangkat gelas yang terakhir kali diletakkan di atas meja di sebelahnya dan menyodorkannya kepadaku.
 
 
"Oh,makasih."
 
 
Aku menerima minuman itu dan duduk di samping Selka sebelum meminum air sumur sedingin es itu.Rasanya seperti air yang masuk ke dalam tubuhku yang haus meresap ke dalam kaki dan tanganku setetes demi setetes.Perasaan ini membuatku berseru,
 
 
"Uu—nektar,nektar!"
 
 
"Nektar?Apa itu?"
 
 
Setelah itu,Selka memiringkan kepalanya dengan tatapan seperti orang yang tak mengerti.Sialan,istilah ini kan nggak ada di dunia ini.Aku panik ketika aku sadar akan hal ini.
 
 
"Errm...itu adalah sesuatu yang bisa dibilang lezat,air yang rasanya bisa menyembuhkan seseorang sekali ia meminumnya...atau sesuatu semacam itulah."
 
 
" Fmm...kayak elixir?"
 
 
"A,apaan tuh?"
 
 
"Air pemberkatan milik pendeta-sama.Kau mungkin belum pernah lihat sebelumnya,tapi sebotol kecil air itu saja bisa langsung memulihkan Life sebanyak apapun yang berkurang akibat luka atau penyakit."
 
 
"Eh.."
 
 
Semenjak ada sesuatu semacam itu,kenapa juga virus bisa menyebabkan banyak orang yang meninggal dunia?Aku memikirkan hal ini,namun sadar kalau lebih tak menanyakannya dan tetap diam.Paling tidak dunia yang diatur oleh sesuatu yang namanya diagung-agungkan,Gereja Axiom bukanlah surga seperti yang kupikirkan,dan begitulah yang terjadi.
 
 
Selka menerima gelas air yang kukembalikan dan berkata dengan kecepatan super cepat,
 
 
"Jika kau ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku,cepatlah.Adalah hal yang terlarang bagiku untuk masuk ke dalam kamar laki-laki setelah mandi,tapi kamar bagi tamu tak masuk hitungan sih.Namun,Sister Azariya akan mengomeliku jika ia tahu akan hal ini."
 
 
"Yah...aku benar-benar minta maaf deh.Kalau begitu akan kutanyakan saja.Sebenarnya..aku ingin dengar tentang kakak perempuanmu."
 
Mendadak,bahu ramping di balik gaun malam putihnya sedikit gemetaran.
 
 
"Aku tak punya onee-san."
 
 
"Beneran tuh?Aku mendengarnya dari Eugeo,tentang kakak perempuanmu,Alice..."
 
 
Bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan kata-kataku,Selka mengangkat kepalanya,membuatku sedikit kaget.
 
 
"Dari Eugeo?Ia mengatakakan padamu tentang Alice nee-sama?Sampai sejauh mana?"
 
 
"Ah..un,yah...Alice belajar Sacred Art di gereja ini...dan enma tahun yang lali,ia dibawa pergi ke Capital oleh Integrity Knight..."
 
 
"...Aku mengerti.."
 
 
Selka menghela nafas pelan dan menundukkan kepalanya,berbisik sembari melanjutkan kata-katanya,
 
 
"...Eugeo,ia masih belum mampu melupakan...tentang Alice nee-sama..."
 
"Eh...?"
 
 
"Semua orang di desa...tak peduli itu ayah,ibu,Sister,semuanya tak mengatakan apapun tentang Alice nee-sama.Kamarnya dibongkar beberapa tahun yang lalu...seolah-olah kamar Alice nee-sama tak pernah ada...itulah kenapa,kupikir semua orang telah melupakan tentang Alice nee-sama...jadi Eugeo..."
 
 
"Apa maksudmu ia lupa?Eugeo benar-benar merindukan Alice.Karena hal itulah...jika saja ia tak memiliki Sacred Task ini,ia mungkin telah bergegas menuju ke Capital."
 
 
Mendengar kata-kataku,Selka tetap diam seribu bahasa untuk sesaat,dan kemudian berbisik,
 
 
"Begitukah...kalau begitu,alasan Eugeo tak pernah tersenyum lagi adalah karena apa yang terjadi pada Alice nee-sama."
 
 
"Eugeo...nggak pernah tersenyum?"
 
 
"Ehh,Ketika nee-sama masih di desa,ia selalu tersenyum.Jarang sekali untuk melihatnya tak tersenyum.Aku masih sangat kecil waktu itu,namun aku masih mengingatnya dengan jelas...namun,setelah nee-sama pergi,aku hampir tak pernah melihat wajah tersenyum Eugeo.Juga...di hari-hari liburnya,jika ia tak mengurung diri di rumah,ia akan pergi ke hutan,menyendiri sepanjang waktu...."
 
 
Aku terus mendengar sambil membatin di dalam hatiku.Benar sekali Eugeo adalah seorang yang melakukan sesuatu dengan kalem,namun ia tak memberikan aura seorang introvert.Ia tersenyum sesekali ketika ia ngobrol denganku ketika kami menuju ke hutan,pulang kembali ke desa,dan bahkan saat istirahat.
 
 
Alasan kenapa ia tak mampu menunjukkan senyumannya pada Selka dan para penduduk desa kemungkinan besar karena— rasa bersalah.Alice,seorang yang disayangi dan diharap-harapkan untuk kedepannya,dibawa pergi,dan mungkin ia menanggung rasa bersalah semacam itu dengan tak sanggup melakukan apa-apa..?Ia takkan menyalahkan dirinya sendiri di depanku,yang orang luar yanng tak tahu apa-apa tentanng hal itu,jadi mungkin itulah alasannya.
 
 
Jika begitu perkaranya,jiwa Eugeo pastinya bukan sesuatu yang diciptakan oleh program.Ia punya kesadaran sejati dan jiwa sepertiku...dan Fluctlight.Selama 6 tahun yang telah berlalu ini,ia telah terluka parah oleh masalah yang menghantuinya.
 
 
Aku harus pergi ke Capital.Aku sekali menguatkan pemikiran ini dalam diriku.Bukan hanya untuk diriku sendiri,seiring dengan hal itu aku ingin membiarkan Eugeo pergi meninggalkan desa untuk bertemu dengan Alice dan membiarkan mereka bersatu kembali.Ide ini terus menerus membekas di dalam benak ku tanpa mampu kucerai beraikan.Kalau begitu masalahnya,aku harus menebang Gigas Cedar...
 
 
"...Hey,apa yang kau pikirkan?"
 
 
Kata-kata Selka menarikku kembali dari alam berpikirku.Aku mengangkat wajahku dan berkata padanya,
 
 
"Bukan apa-apa kok...Cuma berpikir soal sesuatu.Seperti yang kau bilang,Eugeo benar-benar peduli pada Alice."
 
 
Tepat ketika aku mengatakan kata-kata yang ada dalam hatiku itu,wajah Selka sedikit gemetar.Alis mata indah dan mata besar itu menampakkan sebentuk ekspresi kesepian.
 
 
"Aku...tahu.Persis seperti yang kuduga."
 
 
Sambil menjatuhkan bahunya dan membisikkan kata-kata semacam itu,bahkan seorang kepala balok sepertiku menyadarinya.
 
 
"Selka..apa kau menyukai Eugeo?"
 
 
"A..Apa yang kau katakan?"
 
 
Alis matanya melengkung ke atas memperlihatkan tatapan protes,namun wajahnya telah merona merah sampai ke lehernya.Kupikir ia akan menundukkan kepalanya,namun ia malah berkata dengan terlihat sedikit tegang.
 
 
"...Hanya saja,aku tak bisa menerimanya..tak peduli itu ayah atau ibu,bahkan mereka tak pernah berkat begitu,mereka akan menghela nafas ketika mereka membanding-bandingkan aku dengan nee-sama ketika ia tak ada,dan orang dewasa yang lain pun sama.Itulah kenapa aku minggat dari rumah dan pindah ke gereja.Bahkan ketika aku datang kemari...hal itu sama halnya dengan Sister Azariya.Aku merasakannya ketika beliau mengajariku Sacred Art yang beliau akan bilang kalau nee-sama cuma membutuhkan satu kali penjelasan sebelum mampu memperlajarinya—namun Eugeo tak seperti itu...ia terus menerus menghindar dariku.Mungin ia akan memikirkan nee-sama saat ia melihatku.Semua ini...bukan salahku!Aku bahkan tak ingat wajah nee-sama...!"
 
 
Sosok mungil dibalik gaun malam tipis itu menegang,dan sejujurnya,hatiku sangat tersentuh.Ini mungkin sebab sampai saat ini,di sudut pikiranku,aku selalu berpikir bahwa dunia ini sedang melalui beberapa simulasi,dan meski Selka dan yang lain mungkin bukanlah program,mereka semua adalah eksistensi sementara.Aku memandang gadis dua belas tahunan yang terus menangis ini,dan tak tahu apa yang harus kulakukan seiring tubuhku yang menjadi kaku.Selka menggunakan tangan kanannya untuk menyeka air matanya.
 
 
"...Maaf.Aku jadi terlalu terbawa suasana."
 
 
"Nggak.nggak papa kok.Yah,jika kau merasa ingin menangis,kurasa yang terbaik adalah menangis saja."
 
 
Ngapain juga aku mengatakan hal ini?Meski aku merasa begini,kalimat yang nampaknya berasal dari idola drama yang populer di Jepang pada abad 21 ini membuat Selka tersenyum sembari mengangguk dengan polos.
 
 
"...Un,yeah.Aku merasa sedikit senang.Sudah lama sejak aku menangis di depan orang lain."
 
 
"Heh.Kau lebih hebat,Selka.Aku menangis di depan orang lain ketika seumuran dirimu,tahu. "
 
 
Benakku mengingat-ingat waktu aku menangis di depan Asuna dan Suguha sambil berkata begini.Selka membelalakkan matanya dan memandangku,
 
 
"Nah...Kirito,kau sudah mendapatkan kembali ingatanmu ya?"
 
 
"Ah..nggak,nggak kok,tentu saja nggak...aku hanya punya feeling semacam ini...t,toh,aku ya aku,bukan orang lain...itulah kenapa aku cuma berpikir kalau kau perlu melakukan apa yang kau mau kau lakukan,Selka."
 
 
Ini dia kalimat klise yang lainnya.Selka merenung sesaat,kemudian menganggukkan kepalanya.
 
 
"...Yeah.Aku...mungkin tak mampu menghadapi fakta bahwa aku memiliki nee-sama yang selalu ada di depanku..."
 
 
Sembari melihatnya mengatakan kata semacam itu dengan sikap teguh,aku benar-benar merasa bersalah karena akulah yang akan membawa pergi
 
Eugeo jauh darinya.
 
 
Tepat ketika aku sedang berpikir keras,menara lonceng di atas kami menyanyikan melodinya.
 
 
[[File:Sword Art Online Vol 09 - 309.jpg|thumb|thumb]]
 
 
"Ah...sekarang sudah jam 9.Aku harus kembali ke kamarku.Oh ya...apa itu semua yang ingin kau dengar,Kirito?"
 
Selka memiringkan kepalanya seiring bertanya,dan aku menjawabnya dengan ‘Nggak,ini sudah cukup.’
 
 
"Begitu.Aku akan kembali ke kamarku kalau begitu."
 
 
Selka bangkit dari kasur dan menuju pintu,namun setelah beberapa langkah,ia berhenti dan menoleh,
 
 
"Boleh kubilang...Kirito.Apa kau juga tahu kenapa nee-sama dibawa pergi oleh Integrity Knight?"
 
 
"Eh..ahh.Kenapa?"
 
 
"Aku tak tahu sama sekali.Ayah takkan mengatakan apapun...aku pernah bertanya pada Eugeo dulu,tapi ia tak mengatakannya padaku.Kalau begitu,apa alasannya?"
 
 
Aku meragu untuk sejenak,namun ketika aku mengingat alasan itu,mau tak mau aku mengatakannya.
 
 
"Yah...Kupikir itu begini,mereka pergi ke gua tertentu di ujung paling atas sungai dan melewati Mountain Range at the Edge,dan tangannya menyentuh Tanah Kegelapan,itu sih yang kudengar..."
 
 
"...Aku tahu...ia melewati batas Mountain Range at the Edge..."
 
 
Selka nampak merenung akan sesuatu,namun segera ia mengangguk dan meneruskan,
 
 
"Besok adalah hari libur,tapi waktu sembahyang-nya sama dengan biasanya.Jangan lupa bangun.Aku tak sudi membangunkanmu."
 
 
"A,Akan kucoba."
 
 
Sekejab,Selka tersenyum,lalu membuka pintu sebelum pergi.
 
 
Kudengar langkah kakinya menjauh sebelum merebahkan tubuhku ke kasur.Aku benar-benar ingin mendapat beberapa informasi tentang gadis misterius yang dipanggil Alice,namun Selka,yang kala itu baru berusia 5 atau 6 tahun,benar-benar tak memiliki ingatan sedikitpun,seperti dugaanku.Apa yang ku tahu adalah perasaan Eugeo untuk Alice sangatlah besar.
 
 
Aku menutup mataku dan mencoba mengingat-ingat sosok gadis yang dipanggil Alice itu.
 
 
Namun pikiranku pastinya takkan bisa menggambarkan wajahnya,seiring dengan adanya secercah cahaya keemasan terlintas di mataku.
 
 
Esoknya,aku dengan dengan penuh rasa sakit sadar seberapa kecil bagian diriku sebenarnya yang memikirkan tentang hal itu.
 
   
 
===Bagian 4===
 
===Bagian 4===
Line 2,627: Line 1,717:
 
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?"
 
"Bagaimana lukamu? Apa masih sakit?"
   
"Un,aku berusaha memulihkan diri sepenuhnya dengan banyak beristirahat.Tapi masih ada sedikit bekas goresan tersisa.Juga…Aku tak tahu jika ini hanya imajinasiku,namun nampaknya Dragon Bone Axe menjadi benar-benar ringan."
+
"Un,aku berusaha memuihkan diri sepenuhnya dengan seharian beristirahat.Tapi masih ada sedikit bekas goresan tersisa.Juga…Aku tak tahu jika ini hanya imajinasiku,namun nampaknya Dragon Bone Axe menjadi benar-benar ringan."
   
 
"Nampaknya begitu.42 dari 50 ayunan kapaknya mengenai tepat di bagian intinya."
 
"Nampaknya begitu.42 dari 50 ayunan kapaknya mengenai tepat di bagian intinya."
Line 3,260: Line 2,350:
 
<div align=right>(Alicization Beginning Selesai)</div>
 
<div align=right>(Alicization Beginning Selesai)</div>
   
===Afterworld===
+
===Afterword===
   
 
Ini dia Kawahara Reki.Aku sekarang sudah menerbitkan volume pertama di tahun 2012『Sword Art Online 9 Alicization Beginning』.
 
Ini dia Kawahara Reki.Aku sekarang sudah menerbitkan volume pertama di tahun 2012『Sword Art Online 9 Alicization Beginning』.
Line 3,279: Line 2,369:
 
<br />
 
<br />
   
<div align=right>Suatu hari di bulan Desember 2011, Kawahara Reki</div>
+
Suatu hari di bulan Desember 2011, Kawahara Reki
   
 
<noinclude>{{SAOIndo Nav|prev=Jilid 9 Selingan I|next=Jilid 9 Catatan Pengarang}}</noinclude>
 
<noinclude>{{SAOIndo Nav|prev=Jilid 9 Selingan I|next=Jilid 9 Catatan Pengarang}}</noinclude>

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)

Template used on this page: