Editing Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 12 Bab 8

Jump to navigation Jump to search

Warning: You are not logged in. Your IP address will be publicly visible if you make any edits. If you log in or create an account, your edits will be attributed to your username, along with other benefits.

The edit can be undone. Please check the comparison below to verify that this is what you want to do, and then save the changes below to finish undoing the edit.

Latest revision Your text
Line 251: Line 251:
   
 
Pikiran Eugeo sangat tenang, tapi meski begitu, dia tidak dapat menahan api kemarahannya, dengan lemah berpengaruh di kesadarannya.
 
Pikiran Eugeo sangat tenang, tapi meski begitu, dia tidak dapat menahan api kemarahannya, dengan lemah berpengaruh di kesadarannya.
 
 
—Integrity Knight, kau juga sama dengan Raios dan Humbert. Kau angkuh, sombong dan mempercayai dirimu sendiri bahwa kau selalu benar. Kau yakin bahwa kau adalah, penjelmaan dari keadilan, bahwa benar-benar tidak memiliki kemungkinan kalah.
 
—Integrity Knight, kau juga sama dengan Raios dan Humbert. Kau angkuh, sombong dan mempercayai dirimu sendiri bahwa kau selalu benar. Kau yakin bahwa kau adalah, penjelmaan dari keadilan, bahwa benar-benar tidak memiliki kemungkinan kalah.
   
Line 290: Line 289:
   
 
Patner berambut hitamnya dengan pelan mengangguk dengan ekspresi yang menjadi kaku seperti yang diduga pada teriakan seraknya.
 
Patner berambut hitamnya dengan pelan mengangguk dengan ekspresi yang menjadi kaku seperti yang diduga pada teriakan seraknya.
 
 
"En...Entah bagaimana. Kelihatannya itu menembus melalui di antara celah jari kakiku."
 
"En...Entah bagaimana. Kelihatannya itu menembus melalui di antara celah jari kakiku."
   
Line 1,610: Line 1,608:
 
Itu benar bahwa Kirito telah kalah tak terhitung jumlahnya oleh Solterina-senpai, yang dia layani sebagai valet, sejauh yang Eugeo tahu. Tapi Eugeo mempercayai bahwa dia tidak benar-benar berhubungan dengan latihan atau pertandingan praktek. Seolah-olah dia hendak mengatakan bahwa dia benar-benar kalah oleh swordswoman di suatu tempat, di pertarungan nyata di masa lalu...
 
Itu benar bahwa Kirito telah kalah tak terhitung jumlahnya oleh Solterina-senpai, yang dia layani sebagai valet, sejauh yang Eugeo tahu. Tapi Eugeo mempercayai bahwa dia tidak benar-benar berhubungan dengan latihan atau pertandingan praktek. Seolah-olah dia hendak mengatakan bahwa dia benar-benar kalah oleh swordswoman di suatu tempat, di pertarungan nyata di masa lalu...
   
Pada saat itu, kaki kanan Kirito tiba-tiba terlihat di depan dan menyandung kaki Fanatio. Tubuh bagian atasnya terhuyung dan kedua pedang itu mengeluarkan percikan api saat itu terpisah. Tanpa menunggu jeda, dia menusukkan pedang hitamnya dengan satu tangan.
+
Pada saat itu, kaki kanan Kirito tiba-tiba terlihat di depan dan menyandung kaki Fanatio. Tubuh bagian atasnya terhuyung dan kedua pedang itu mengeluarkan percikan api saat itu terpisah. Tanpa menunggu jedea, dia menusukkan pedang hitamnya dengan satu tangan.
   
 
Tetapi, tangan kanan Integrity Knight itu bergerak dengan sangat cepat dan pedang tipisnya menangkis pedang hitam dari sisinya seperti mahluk hidup. Memperbaiki posturnya sementara menghindari lintasan tusukan itu, dia mengambil langkah ke belakang untuk memperlebar jarak.
 
Tetapi, tangan kanan Integrity Knight itu bergerak dengan sangat cepat dan pedang tipisnya menangkis pedang hitam dari sisinya seperti mahluk hidup. Memperbaiki posturnya sementara menghindari lintasan tusukan itu, dia mengambil langkah ke belakang untuk memperlebar jarak.
Line 1,635: Line 1,633:
 
Pada jarak sedekat itu, mereka berdua sangat sulit untuk menggerakkan kaki mereka dan terus bertahan terhadap serangan tebasan dan tusukan secara terus menerus dan menghindarinya hanya dengan menggerakkan tubuh mereka atau menangkisnya. Pemandangan di sekitar mereka berdua seolah-olah banyak bintang yang bercahaya, terlihat, dan menghilang, satu demi satu. Bahkan suara dari besi yang berhantaman dengan besi benar-benar sangat hebat, mengingatkan seseorang pada duet instrument perkusi.
 
Pada jarak sedekat itu, mereka berdua sangat sulit untuk menggerakkan kaki mereka dan terus bertahan terhadap serangan tebasan dan tusukan secara terus menerus dan menghindarinya hanya dengan menggerakkan tubuh mereka atau menangkisnya. Pemandangan di sekitar mereka berdua seolah-olah banyak bintang yang bercahaya, terlihat, dan menghilang, satu demi satu. Bahkan suara dari besi yang berhantaman dengan besi benar-benar sangat hebat, mengingatkan seseorang pada duet instrument perkusi.
   
Senyuman dingin terlihat pada wajah Kirito yang terlihat pucat saat dia melakukan tehnik dengan kekuatan tersebut, itu kelihatan seperti Kirito benar-benar bergabung dengan pedang hitam. Pertarungan jarak dekat seharusnya mampu untuk menahan lawannya menggunakan cahaya Solus, tapi kelihatannya dia sekarang hanya dipenuhi dengan kegembiraan yang keluar darinya dengan skill pedang yang dilatihnya dengan seluruh isi hatinya.
+
Senyuman dingin terlihat pada wajah Kirito yang terlihat pucat saat dia melakukan tehnik dengan kekuatan tersebut, itu kelihatan seperti Kirito benar-benar bergabung dengan pedang hitam. Pertarungan jarak dekat seharusnya mampu untuk menahan lawannya menggunakan cahaya Solus, tapi kelihatannya dia sekarang hanay dipenuhi dengan kegembiraan yang keluar darinya dengan skill pedang yang dilatihnya dengan seluruh isi hatinya.
   
 
Di sisi lain, Fanatio seharusnya tidak memiliki alasan untuk mengikuti keinginan musuhnya. Jika dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk menyerang Kirito dari belakang, mengambil celah itu untuk memperlebar jarak, dan menembak sinar cahaya lagi, seharusnya tidak akan ada kesempatan Kirito untuk menahannya kali ini.
 
Di sisi lain, Fanatio seharusnya tidak memiliki alasan untuk mengikuti keinginan musuhnya. Jika dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk menyerang Kirito dari belakang, mengambil celah itu untuk memperlebar jarak, dan menembak sinar cahaya lagi, seharusnya tidak akan ada kesempatan Kirito untuk menahannya kali ini.
Line 1,662: Line 1,660:
   
 
Bahkan Eugeo, yang terbaring di lantai yang agak jauh, dapat merasakan panas di kulitnya dari gelombang udara yang disebabkan oleh pedang yang saling berhantaman. Rambut hitam Kirito dan Fanatio dengan keras terurai, pedang mereka bertubrukan, dan mereka berdua berganti posisi.
 
Bahkan Eugeo, yang terbaring di lantai yang agak jauh, dapat merasakan panas di kulitnya dari gelombang udara yang disebabkan oleh pedang yang saling berhantaman. Rambut hitam Kirito dan Fanatio dengan keras terurai, pedang mereka bertubrukan, dan mereka berdua berganti posisi.
 
 
Eugeo kehilangan nafasnya untuk sesaat ketika wajah Fanatio telihat di pandangannya.
 
Eugeo kehilangan nafasnya untuk sesaat ketika wajah Fanatio telihat di pandangannya.
   
Line 1,736: Line 1,733:
 
Kata-kata dari pemimpin tertinggi sebelumnya, Cardinal, terulang di pikirannya. Kalimat upacara ''«release recollection»'', membangkitkan semua ingatan senjata, melepaskan kekuatan yang tak terkendali. Kekuatan yang mampu untuk menghilangkan Life seseorang yang tidak hanya menyerang musuh, tapi dirimu juga.
 
Kata-kata dari pemimpin tertinggi sebelumnya, Cardinal, terulang di pikirannya. Kalimat upacara ''«release recollection»'', membangkitkan semua ingatan senjata, melepaskan kekuatan yang tak terkendali. Kekuatan yang mampu untuk menghilangkan Life seseorang yang tidak hanya menyerang musuh, tapi dirimu juga.
   
Pelepasan Heaven Piercing Sword memberikan luka yang hampir fatal pada mereka berdua dari jarak dekat, dengan luka yang sangat besar pada empat knight di sekelilingnya juga, dari serangan awal. Ornamen suci di aula besar yang diluar jangkauannya juga dan itu telah secara cepat terbakar, sementara kaca jendela yang mahal tersebar secara berturut-turut. Ada beberapa sinar cahaya yang hampir tertembak menuju Eugeo dan dua anak perempuan yang lumpuh itu, terbaring di dekatnya, tapi meski begitu, mereka akan terkena serangan langsung cepat atau lambat.
+
Pelepasan Heaven Piercing Sword memberikan luka Yang hampir fatal pada mereka berdua dari jarak dekat, dengan luka yang sangat besar pada empat knight di sekelilingnya juga, dari serangan awal. Ornamen suci di aula besar yang diluar jangkauannya juga dan itu telah secara cepat terbakar, sementara kaca jendela yang mahal tersebar secara berturut-turut. Ada beberapa sinar cahaya yang hampir tertembak menuju Eugeo dan dua anak perempuan yang lumpuh itu, terbaring di dekatnya, tapi meski begitu, mereka akan terkena serangan langsung cepat atau lambat.
   
 
Tidak peduli berapa banyak cahaya yang dipancarkan, sacred instrument yang ditempa dari ribuan cermin besar benar-benar tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti Ujung pedang itu bersinar dengan jeda sekitar satu detik, menembak sinar cahaya tanpa mempedulikan untuk membidik.
 
Tidak peduli berapa banyak cahaya yang dipancarkan, sacred instrument yang ditempa dari ribuan cermin besar benar-benar tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti Ujung pedang itu bersinar dengan jeda sekitar satu detik, menembak sinar cahaya tanpa mempedulikan untuk membidik.
Line 1,794: Line 1,791:
 
Normalnya, semua itu adalah es yang dingin. Tidak ada madu atau keharuman yang dibuat oleh kelopak keras dan transparan itu, tapi sebagai gantinya, mawar itu mulai mengeluarkan hawa dingin yang berwarna putih. Air di dalam seluruh aula itu telah dikelilingi kabut tebal pada saat itu, berkilauan dan bercahaya. Sumber dari hawa dingin itu—telah menahan Life knight itu.
 
Normalnya, semua itu adalah es yang dingin. Tidak ada madu atau keharuman yang dibuat oleh kelopak keras dan transparan itu, tapi sebagai gantinya, mawar itu mulai mengeluarkan hawa dingin yang berwarna putih. Air di dalam seluruh aula itu telah dikelilingi kabut tebal pada saat itu, berkilauan dan bercahaya. Sumber dari hawa dingin itu—telah menahan Life knight itu.
   
Kecepatan segera berkurang sedikit demi sedit, tapi mereka tidak dapat mengumpulkan kekuatan yang dibutuhkan untuk menghancurkan ikatan mereka dari mawar es yang menghisap Life dari seluruh tubuh mereka. Sejak awal, upacara art ini bukanlah digunakan untuk membunuh musuh.
+
Kecepatan segera berkurang sedikit demi sedit, tapi mereka tidak dapat mengumpulkan kekuatan yang dibutuhkan untuk menghancurkan ikatan mereka dari mawar es yang menghisap Life dari seluruh tubuh mereka. Sejak awal, upacara art ini bukanlah digunakan untuk membunuh musuh. Eugeo memutuskan kemampuan art itu hanya untuk tujuan memperlambat gerakan Integrity Knight Alice.
Eugeo memutuskan kemampuan art itu hanya untuk tujuan memperlambat gerakan Integrity Knight Alice.
 
   
 
Empat knight itu benar-benar menjadi tak berdaya, tapi seperti yang diduga dari seseorang yang memimpin mereka, itu kelihatannya Knight Fanatio melihat pada kemampuan skill itu pada saat sulur itu berubah di dalam es dan melompat ke udara dengan usaha untuk melarikan diri.
 
Empat knight itu benar-benar menjadi tak berdaya, tapi seperti yang diduga dari seseorang yang memimpin mereka, itu kelihatannya Knight Fanatio melihat pada kemampuan skill itu pada saat sulur itu berubah di dalam es dan melompat ke udara dengan usaha untuk melarikan diri.
Line 1,849: Line 1,845:
 
Sumber dari cahaya itu adalah Knight Fanatio, yang seharusnya telah diselimuti sepenuhnya oleh lapisan dari sukur es dan dengan gerakannya yang benar-benar tersegel.
 
Sumber dari cahaya itu adalah Knight Fanatio, yang seharusnya telah diselimuti sepenuhnya oleh lapisan dari sukur es dan dengan gerakannya yang benar-benar tersegel.
   
Armament full control art tidak membiarkan penggunaannya menjadi benar-benar bebas setelah selesai mengucapkannya. Memegang senjata dengan kemampuan memperkuat serangan membutuh kosentrasi mental tingkat tinggi dari penggunanya. Eugeo, juga, harus tetap menggenggam gagang dari pedang yang menusuk pada lantai dan mempertahankan gambaran dari mawar es yang mekar secara berlimpahan jika dia tidak ingin knight itu lepas dari pengekangnya.
+
Armament full control art tidak membiarkan penggunaannya menjadi benar-benar bebas setelah selesai mengucapkannya. Memegang senjata dengan kemampuan memperkuat serangan membutuh kosentrasi mental tingkat tinggi dari penggunanya. Eugeo, juga, harus tetap menggenggam ganggang dari pedang yang menusuk pada lantai dan mempertahankan gambaran dari mawar es yang mekar secara berlimpahan jika dia tidak ingin knight itu lepas dari pengekangnya.
   
 
Setelah benar-benar mengontrol Heaven Piercing Sword, Knight Fanatio telah menembak sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya, telah melewati pertarungan pedang dengan kecepatan sangat tinggi dengan Kirito, dan pada akhirnya melepaskan tehnik terbesarnya dari serangan sinar cahaya yang tidak terkendali dan bertubi-tubi, memberikan luka fatal bahkan pada dirinya sendiri. Kosentrasi mentalnya seharusnya telah melemah dan melepaskan dari kondisi mengendalikan Heaven Piercing Sword—atau seperti itu yang Eugeo pikirkan.
 
Setelah benar-benar mengontrol Heaven Piercing Sword, Knight Fanatio telah menembak sinar cahaya yang tak terhitung jumlahnya, telah melewati pertarungan pedang dengan kecepatan sangat tinggi dengan Kirito, dan pada akhirnya melepaskan tehnik terbesarnya dari serangan sinar cahaya yang tidak terkendali dan bertubi-tubi, memberikan luka fatal bahkan pada dirinya sendiri. Kosentrasi mentalnya seharusnya telah melemah dan melepaskan dari kondisi mengendalikan Heaven Piercing Sword—atau seperti itu yang Eugeo pikirkan.
Line 1,859: Line 1,855:
 
"Kuh...!"
 
"Kuh...!"
   
Menggigit mulutnya, Eugeo memberikan kekuatan yang lebih pada kedua tangannya yang menggenggam gagangnya. Dipandu oleh gambaran pikirannya, mendekati sepuluh pucuk sulur es mendekati ke arah Fanatio dari sekitarnya.
+
Menggigit mulutnya, Eugeo memberikan kekuatan yang lebih pada kedua tangannya yang menggenggam ganggangnya. Dipandu oleh gambaran pikirannya, mendekati sepuluh pucuk sulur es mendekati ke arah Fanatio dari sekitarnya.
   
 
Sulur yang melambai pada tangan kanan Fanatio dan mengikat itu dengan gerakan yang sama, tanpa meninggalkan jeda apapun, dan menghentikan gerakannya.
 
Sulur yang melambai pada tangan kanan Fanatio dan mengikat itu dengan gerakan yang sama, tanpa meninggalkan jeda apapun, dan menghentikan gerakannya.
Line 2,334: Line 2,330:
   
 
Swordsman berjubah hitam itu yang masih berdiri dihadapan pintu besar, yang mungkin beberapa kali lebih tinggi darinya, menggapai itu dengan kedua tangannya dan mendorong itu hingga terbuka ke samping dengan kekuatan. Dengan sekejap, angin dingin yang berhembus ke dalam dan Eugeo dengan perlahan membalikkan wajahnya.
 
Swordsman berjubah hitam itu yang masih berdiri dihadapan pintu besar, yang mungkin beberapa kali lebih tinggi darinya, menggapai itu dengan kedua tangannya dan mendorong itu hingga terbuka ke samping dengan kekuatan. Dengan sekejap, angin dingin yang berhembus ke dalam dan Eugeo dengan perlahan membalikkan wajahnya.
 
===Bagian 3===
 
 
Apa yang terbentang di balik pintu itu adalah ruangan yang kira-kira seluas seperti ruangan tangga di sisi selatan dari koridor besar yang menghubungkannya dimana Eugeo dan Kirito telah menaikinya. Itu berbentuk persegi juga, dengan langit biru muda yang terlihat melalui jendela panjang dan sempit yang berjejer di sepanjang dinding yang berlawanan.
 
 
Tetapi, element yang penting tidak dapat terlihat pada bidang lantai dengan gabungan warna hitam dan putih pada ubinnya—tangga besar yang menghubungkan menuju lantai kelima puluh satu.
 
 
Tidak peduli bagaimana mereka memeriksa ruangan yang sangat luas itu, tidak ada tangga, atau bahkan satu utas tali yang dapat ditemukan. Hanya ada satu hal yang aneh, lubang yang melingkar ditengah-tengah lantai licin dan halus itu, dan tidak ada satu jalan yang digunakan untuk melanjutkan menuju ke atas yang terlihat pada pandangan Eugeo.
 
 
"Ti...Tidak ada tangga."
 
 
Berguman dengan keterkejutan saat dia melangkah menuju ruangan gelap dari belakang Kirito, Eugeo merasa aliran dari udara dingin di lehernya dan menurunkan bahunya. Itu kelihatannya patnernya telah menyadarinya juga, saat mereka berdua melihat ke arah atas secara bersamaan.
 
 
"...Apa.."
 
 
"Apa maksudnya ini..."
 
 
Dan mereka berdua menjadi terdiam secara bersamaan.
 
 
Tidak ada langit-langit. Sebuah ruangan, tidak, lubang dengan bentuk yang sama seperti ruangan yang memanjang melebihi apa yang penglihatan mereka dapat lihat. Mereka bahkan tidak dapat memperkirakan bagaimana tingginya itu terus berlanjut, tenggelam pada kegelapan dari langit biru.
 
 
Setelah mereka mengembalikan pandangan mereka dari atas atas yang jauh, mereka menyadari lubang ini mungkin bukan ruangan yang benar-benar kosong. Pintu, yang jauh lebih kecil dibanding dengan pintu di belakang mereka berdua, telah menempel di permukaan dinding pada ketinggian yang sesuai dengan setiap tingkat dari lantai kelima puluh satu dan selanjutnya, setiap dari itu dengan teralis panjang yang memanjang hingga mendekati bagian tengah lubang itu.
 
 
Dengan kata lain, mereka dapat melanjutkan menuju lantai atas jika mereka dapat mencapai teralis itu—Itu sudah pasti memang begitu.
 
 
Eugeo mengulurkan tangan kanannya dan mencoba melompat begitu saja tanpa berpikir.
 
 
"...Tidak mungkin itu akan sampai..."
 
 
Dia berguman dengan menghela nafas. Bahkan teralis terdekat, yang cukup normal, terpasang lebih tinggi dibandingkan dengan langit-langit «Grand Cloister of Spiritual Light» di belakang mereka dan demikian, bahkan melebihi dua puluh mel melalui perkiraan yang bebas.
 
 
Kirito, yang melihat ke atas dengan cara yang sama di sisinya, bertanya dengan suara lemah.
 
 
"Dengar...Aku hanya mengkonfirmasi di sini, tapi apakah tidak ada satupun sacred arts untuk terbang, bukan?"
 
 
"Tidak ada."
 
 
Jawaban yang singkat, tampa ampun sedikitpun.
 
 
"Maksudku, terbang di udara adalah kehormatan sepenuhnya yang diberikan untuk Integrity Knight, bukan? Dan mereka bahkan tidak terbang melalui art, mereka menaiki naga terbang mereka..."
 
 
"Jadi...Bagaimana sebenarnya manusia kembali dan pergi diantara lantai kelima puluh satu dan seterusnya?"
 
 
"Siapa yang tahu..."
 
 
Mereka berdua memiringkan kepala mereka secara bersamaan. Itu akan lebih bagus jika mereka dapat menghindari itu, tapi kelihatannya tidak ada cara lain selain kembali ke aula besar dan menanyakan cara menuju ke atas dari anak buah Fanatio yang terbaring—itu terjadi ketika mereka memikirkan itu.
 
 
"Hei, sesuatu sedang mendekat."
 
 
Kirito berbisik dengan suara gelisah.
 
 
"Eh?"
 
 
Dia melihat ke arah lubang itu lagi seperti yang diinstruksikan.
 
 
Dia memang melihat sesuatu mendekat. Seolah-olah melewati dengan menyentuh ujung dari teralis yang menonjol keluar yang terlihat seperti garis, bayangan hitam perlahan turun menuju mereka.
 
 
Saat dia melompat mundur dengan Kirito dan memposisikan tangannya pada ganggang pedang, Eugeo dengan kuat menatap pada bayangan yang mendekat.
 
 
Bentuknya adalah lingkaran yang sempurna. Mungkin dengan diameter dua mel atau lebih? Itu kelihatan seperti disk metal dengan bagaimana ujungnya dapat terlihat berkilauan dengan indah setiap waktu itu tertangkap oleh cahaya biru yang bersinar dari jendela sempit itu.
 
Tetapi, kenapa benda seperti itu dapat dengan lembut turun dari ruangan tanpa bantuan ataupun apapun yang seperti itu?
 
 
Telinga Eugeo dengan tajam mendengar suara, "whoosh", ketika piringan itu melewati dua lantai teralis diatas dengan kecepatan yang tetap. Lehernya menyadari udara dingin setiap waktu.
 
 
Eugeo tidak berlari, maupun menarik pedangnya, dia hanya tetap berdiri, tercegang, dan menatap bagaimana disk itu menyentuh teralis di atas kepala mereka dan turun dihadapan mereka berdua. Ketika disk yang melayang mendekat hingga hanya satu mel jauhnya, lubang kecil yang terbuka di bagian tengah di sisi bawah dan menyadari udara mengalir keluar dari tempat itu yang menyebabkan suara dan angin yang misterius.
 
 
Tetapi, bagaimana mungkin disk logam dapat melayang hanya dengan kekuatan angin—dia menanyakan itu saat suara whooshing semakin besar dan tingkat kecepatan dari disk logam itu terus menurun, akhirnya menjadi berhenti saat itu hampir menjepit pada lubang yang melingkar itu, berhenti pada lantai batu itu, dengan hanya sedikit hantaman dan getaran.
 
 
Permukaan atas dari disk itu dipoles halus seperti cermin. Detail dari kerajinan pada pegangan perak yang terpasang pada bagian pinggir yang melingkar. Ukuran pipa kaca itu kira-kira panjangnya sekitar satu mel dan tebalnya lima puluh cen berdiri tegak di bagian tengah—seorang gadis muda dengan tenang berdiri di sana dengan kedua tangannya di atas pipa itu, melingkar dengan bentuk kubah.
 
 
"......!?"
 
 
Eugeo mundur beberapa langkah lagi saat dia menaruh kekuatan pada tangan kanannya yang memegang gagang pedangnya. Dia meningkatkan pertahanannya, berpikir bahwa dia mungkin adalah Integrity Knight yang baru.
 
 
Tapi dia segera menyadari bahwa gadis itu tidak dilengkapi bahkan dengan satupun pisau di pinggang maupun punggungnya. Pakaiannya, polos, dengan rok hitam panjang, terlihat tidak cocok untuk pertarungan juga. Satu-satunya hal yang dapat dikatakan adalah sederhana, terlihat pada hem yang terajut pada apron putih yang menutupi dari dada hingga ke bawah lutunya, yang berarti dia tidak mengenakan aksesoris yang lain, pada dirinya.
 
 
Rambutnya berwarna cokelat terang, yang sedikit keabu-abuan, yang terpotong lurus pada atas alis dan bahunya, dengan hampir tidak ada ciri khas yang dapat dibedakan dari kulit pucatnya. Itu sangat teratur tapi bahkan tanpa emosi sedikitpun. Eugeo merasa umurnya kira-kira jauh lebih muda, tapi dia tidak yakin jika memang seperti itu.
 
 
Siapa sebenarnya gadis ini, Eugeo mencoba untuk melihat mata gadis itu, tapi dia bahkan tidak dapat melihat warnanya saat itu tersembunyi oleh bulu matanya yang menutupinya. Gadis itu, yang tidak mencoba untuk melihat wajah mereka berdua bahkan setelah disk itu berhenti, melepaskan tangannya dari pipa kaca yang aneh itu dan menaruh itu bersama-sama di depan apronnya, lalu selanjutnya menundukkan kepalanya dan mengeluarkan suaranya untuk pertama kalinya.
 
 
"Terima kasih atas kesabaran kalian. Lantai mana yang kalian ingin pergi, kalau boleh tahu?"
 
 
Suara yang memiliki tingkat intonasi vokal yang sangat rendah dan sama sekali tidak menunjukkan suatu jenis emosi. Eugeo bahkan tidak mendengar bagian dari apapun yang menyerupai rasa permusuhan, jadi dia perlahan melepaskan tangannya dari pedangnya. Kata-kata gadis itu sekali lagi terulang di pikirannya.
 
 
"Lantai mana...Tunggu...Jadi, kau akan membawa kita menuju lantai atas?"
 
 
Ketika dia bertanya dengan setengah percaya, dan setengah ragu-ragu, gadis yang menundukkan kepalanya yang telah kembali ke posisi semula sekali lagi.
 
 
"Tentu saja. Bolehkah aku tahu lantai yang kalian inginkan?"
 
 
"Sebenarnya...Bahkan jika kau mengatakan itu..."
 
 
Memiliki pikiran bahwa semua orang yang muncul dihadapan mereka di katedral adalah musuh, Eugeo menjadi bimbang, tidak mengetahui apa yang harus dia katakan sekarang. Kirito, yang berdiri di sampingnya, lalu berbicara dengan nada santai, Eugeo tidak mengetahu apa yang dipikirkan di kepalanya juga.
 
 
"Erm, Kita adalah seseorang yang dicari karena menyusup ke katedral...apakah tidak akan masalah dengan kami untuk menaiki ele<ref name="ele"> Kirito ingin mengatakan elevator</ref>, tidak, disk?"
 
 
Gadis itu sedikit memiringkan kepalanya, tapi dengan sekejap kembali ke posisinya semula dan menjawab.
 
 
"Satu-satunya tugasku adalah mengoperasikan disk yang bergerak ini. Aku tidak menerima perintah untuk menerima perintah apapun yang tidak berhubungan dengan itu."
 
 
"Aku mengerti. Jadi izinkan saya untuk mengambil tawaran anda."
 
 
Kirito mulai berjalan dengan cepat menuju ke arah disk itu sementara berbicara dengan kata-kata yang terlihat santai, jadi Eugeo memanggil dengan suara panik.
 
 
"H-Hei, kau yakin ini akan baik-baik saja?"
 
 
"Sebenarnya, itu tidak terlihat seperti ada cara lainnya menuju ke atas."
 
 
"Itu...Benar, tapi meski begitu..."
 
 
Eugeo sangat kagum tentang bagaimana dia dapat menaiki objek aneh itu dengan secara langsung tanpa rasa kewaspadaan setelah melewati semua dari itu dengan dua Integrity Knight yang masih anak-anak, tapi itu sangat benar bahwa tidak ada satupun dari mereka memiliki ide sedikitpun tentang bagaimana menggerakkan disk itu. Menenangkan dirinya dengan berpikir bagaimana mereka dapat melompat pada suatu teralis bahkan jika itu adalah jebakan, dia mengikuti di belakang patnernya.
 
 
Setelah mereka berdua memasuki disk melalui bagian kosong dari pegangan yang terlihat megah itu, Kirito menatap pada pipa kaca itu dengan ekspresi penasaran saat dia menginformasikan gadis itu.
 
 
"Erm, jadi tolong bawa kami menuju lantai tertinggi yang dapat kita pergi."
 
 
"Baiklah. Jadi kita sekarang akan menuju lantai kedelapan puluh, «Cloudtop Garden». Dimohon untuk tetap di dalam batas dari pegangan itu."
 
 
Respon itu segera datang tanpa membtuhkan waktu yang lama dan dengan tundukan kepala lainnya, gadis itu menaruh kedua tangannya diatas pipa.
 
Dia menghirup nafas di udara—
 
 
''"System call. Generate aerial element."''
 
 
Pengucapan upacara art yang tiba-tiba membuat Eugeo terbingung, menganggap itu adalah sekarang, tapi itu kelihatannya bukan seperti itu.
 
 
Setelah semua, aerial elements yang terlihat, bersinar hijau, berada di dalam pipa transparan itu. Tapi dia mendapat keterkejutan lainnya saat melihat jumlahnya. Itu seluruhnya berjumlah sepuluh— Dia pasti adalah pengguna art berangking tinggi untuk membuat element sebanyak ini hanya dengan satu gerakan.
 
 
Gadis itu menunjuk keluar jari jempol, telunjuk, dan jari tengahnya di antara sepuluh jari kecil itu yang dia punya di atas pipa kaca itu dan perlahan berguman.
 
 
''"Burst element."''
 
 
Tiga dari aerial elements tertembak keluar dengan cahaya hijau pada saat itu, menyebabkan suara keras yang terdengar dari bawah. Disk logam yang dinaiki oleh tiga manusia dengan segera mulai untuk naik seolah-olah itu ditarik terus oleh tangan yang tak terlihat.
 
 
"Jadi seperti itu! Jadi itu bagaimana benda itu bekerja, huh."
 
 
Eugeo akhirnya mengerti dasar dibalik bagaimana disk itu naik dan turun dengan Suara Kirito kelihatannya sangat senang. Aerial elements telah dilepaskan di dalam pipa kaca mengalir melalui disk, yang memungkinkan berat tiga manusia dan disk itu sendiri untuk diangkat ke atas oleh pelepasan dari ledakan yang dihasilkan oleh hembusan angin ke bawah.
 
 
Itu adalah mekanisme sederhana yang sekarang baru dia tahu, tapi gerakan disk itu sangat pelan hingga pada titik dimana itu hampir tidak dapat merasakan apapun. Disamping dari tekanan yang entah bagaimana dia rasakan saat mulai naik, yang melalui udara dengan hampir tidak terasa berguncang.
 
 
Lantai kelima puluh dengan cepat menghilang ke kejauhan di bawah dan Eugeo sekali lagi menyadari bahwa disk kecil ini dapat naik menuju katedral lantai kedelapan puluh, itu adalah, ketinggian yang cukup tinggi untuk menyentuh awan. Mengusap telapak tangannya yang berkeringat pada celananya, dia menggenggam erat pada pegangan itu.
 
 
Kirito yang ada di sampingnya, tetapi, hanya memiliki ekspresi tenang seolah-olah dia pernah menaiki sesuatu yang sama di masa lalu, menyebabkan dia berseru dan terkagum, meskipun perhatiannya kemudian beralih dari disk menuju manusia yang mengoperasikannya dan bertanya saat melihat ke arah gadis itu.
 
 
"Berapa lama kau telah melakukan pekerjaan ini?"
 
 
Gadis itu merespon dengan suara yang sedikit bingung, dengan wajahnya yang masih tersembunyi.
 
 
"Ini akan menjadi keseratus tujuh tahun semenjak sacred task ini telah diberikan padaku."
 
 
"Seratu..."
 
 
Bahkan melupakan tentang kekosongan di bawah kakinya, Eugeo membuka lebar matanya. Dia bertanya dengan terbata-bata sebagai ganti dari Kirito.
 
 
"S-Seratus tujuh tahun...kau telah mengoperasikan disk ini sepanjang waktu!?"
 
 
"Aku tidak mengoperasikan itu...Sepanjang waktu. Aku menerima istirahat makan di siang hari dan tentu saja, aku diperbolehkan untuk istirahat di malam hari."
 
 
"E-Erm...Itu benar-benar bukan yang aku maksud..."
 
 
—Tidak.
 
 
Itu bagaimana yang terjadi. Gadis itu pasti telah mendapati Lifenya telah dibekukan seperti Integrity Knight, dan hidup di atas satu disk logam untuk yang dapat dikatakan selama-lamanya.
 
 
Eugeo mempercayai bahwa nasib itu jauh lebih kejam, lebih terabaikan, dan lebih suram dibandingkan dengan Integrity Knight, yang memberikan seluruh waktu mereka untuk bertarung.
 
 
Disk logam itu perlahan tapi terus menerus naik. Gadis itu menyembunyikan semua emosinya di bawah bulu matanya yang menutupinya, menciptakan aerial element lagi ketika itu telah habis, dan melepaskan itu sekali lagi. Eugeo bertanya-tanya berapa banyak dia telah mengulangi kata, ''"burst"'', menggumankan itu dengan selama setiap putaran, tapi tentu saja, itu sangat mudah untuk melebihi imajinasinya.
 
 
"Kau...Siapa namamu?"
 
 
Kirito tiba-tiba bertanya.
 
 
Gadis itu memiringkan kepalanya untuk waktu yang terlama hingga sejauh ini, sebelum menjawab dengan berguman.
 
 
"Namaku...Aku tidak dapat mengingatnya. Semua nona dan tuan yang terhormat telah menganggapku sebagai «Elevating Operator». Elevating Operator...Itu adalah namaku."
 
 
Itu kelihatannya Kirito tidak memiliki respon untuk hal ini. Eugeo, yang secara tidak sengaja menghitung teralis yang telah lewat dan sekarang melebihi dua puluh, merasa keinginan yang mengisi keheningan yang menekan di belakangnya dan membuka mulutnya.
 
 
"...Hei...hei, kita di sini untuk mengalahkan orang terpenting dari Gereja Axiom. Seseorang yang memberikan kau sacred task ini."
 
 
"Aku mengerti."
 
 
Itu semua adalah jawaban gadis itu. Tapi Eugeo melanjutkan dengan kata-katanya, mungkin tanpa tujuan yang jelas di pikirannya.
 
 
"Jika...Gereja tidak ada lagi dan kau terbebas dari sacred task ini, apa yang akan kau lakukan...?"
 
 
"...Terbebas...?"
 
 
Setelah mengulangi kata itu dengan nada goyah, gadis yang bernama Elevating Operator itu terus saat mereka telah melewati lima teralis lainnya.
 
 
Setelah melihat ke arah atas, Eugeo menyadari langit-langit berwarna abu-abu terlihat oleh tanpa mereka tanpa sadar. Itu pasti adalah bagian dari katedral lantai kedelapan puluh. Mereka akhirnya hendak melangkahkan kaki mereka menuju bagian inti sebenarnya dari Gereja Axiom.
 
 
"Aku...tidak mengetahui dunia apapun selain dari disk yang bergerak ini."
 
 
Gadis itu tiba-tiba berbicara dengan kata-kata yang bimbang.
 
 
"Karena itu...Aku tidak dapat memutuskan untuk sacred task baru bahkan oleh desakan kalian...Tetapi, jika maksudmu dalam arti sesuatu yang ingin kulakukan..."
 
 
Wajahnya yang selalu tertunduk selama sepanjang waktu terangkat dan gadis itu menatap pada jendela yang, panjang dan sempit di dinding kanan—pada langit bagian utara yang cerah yang terbentang di luar itu.
 
 
"...Aku ingin untuk terbang bebas dari disk yang bergerak ini...menuju langit itu..."
 
 
Dia akhirnya dapat melihat mata gadis itu sekarang yang biru gelap, biru tua yang gelap, seperti langit biru di puncak musim panas.
 
 
Begitu aerial element terakhir bersinar dan menghilang, disk itu mencapai teralis ketiga puluh dan perlahan menjadi berhenti.
 
 
Gadis pengoperasi elevator itu melepaskan tangannya dari pipa kaca itu, menaruh itu bersama-sama di depan apronnya, dan menundukkan kepalanya dengan dalam.
 
 
"Terima kasih atas kesabaran kalian, kita telah sampai di lantai kedelapan puluh, «Cloudtop Garden»."
 
 
"...Terima kasih."
 
 
Baik Eugeo dan Kirito menundukkan kepala mereka dan berjalan menuju teralis dari disk.
 
 
Gadis itu mengangkat kepalanya sekali lagi, dan setelah tundukan yang ringan lainnya, dia menggerakkan disk itu untuk turun dengan aerial element yang lemah. Suara yang terdengar, seperti angin dingin dari musim dingin, dengan segera menghilang dari kejauhan dan tubuhnya menghilang menuju kedalaman dari kegelapan biru itu, dunia kecil dari besi itu, mengurungnya untuk selama-lamanya.
 
 
[[Image: Sword Art Online Vol 12 - 289.jpg|thumb]]
 
 
Eugeo mengambil nafas dalam tanpa menyadarinya.
 
 
"...Aku pikir sacred task terakhirku adalah yang terburuk di dunia ini ketika itu terlihat seperti tidak akan berakhir, tapi..."
 
 
Setelah dia berguman itu, Kirito mengangkat alisnya dan melihat ke arahnya.
 
 
"Jadi itu cukup bagus bahwa aku dapat pension setelah menjadi tua dan menjadi tidak dapat mengayun kapak itu, ketika aku membandingkan itu dengan sacred task gadis itu, itu hanya..."
 
 
"Cardinal mengatakan membekukan Life seseorang dari pengurangan secara alami melalui upacara art tidak melindungi terhadap penuaan jiwa. Itu perlahan akan melewati batas dari ingatan seseorang dan orang itu akhirnya akan hancur."
 
 
Kirito, yang menjawab dengan nada depresi, menggerakkan tubuhnya dengan kekuatan, seolah-olah mencoba untuk menghilangkan kalimat pemikiran itu, dan membalikkan punggungnya pada lubang yang dalam itu.
 
 
"Apa yang Gereja Axiom lakukan sebelumnya sangatlah salah. Karena itu kita disini untuk mengalahkan Administrator. Tapi itu tidak mengakhiri semuanya, Eugeo. Tantangan sebenarnya terbentang melebihi itu..."
 
 
"Eh...? Bukankah kita cukup untuk meninggalkan sisanya pada Cardinal-san dari sebelumnya jika kita mengalahkan Administrator?"
 
 
Kirito menggerakkan mulutnya ketika Eugeo bertanya, seolah-olah dia hendak mengatakan sesuatu, tapi ketidakpastiaan yang tidak seperti sikap pastinya yang biasa terlihat di mata hitamnya dan dia berakhir mengalihkan wajahnya.
 
 
"Kirito...?"
 
 
"...Tidak, mari kita bicarakan hal itu setelah kita mendapat kembali Alice. Ini bukan waktunya untuk memikirkan tentang sesuatu yang tidak perlu."
 
 
"Itu... benar, tapi meski begitu."
 
 
Kirito mulai berjalan melewati koridor dengan langkah cepat, seolah-olah ingin melarikan diri dari ekspresi yang berasal dari Eugeo saat dia memiringkan kepalanya. Eugeo mengejarnya dengan ekspresi yang tidak dapat dijelaskan, tapi perasaan tegang yang keluar dari dalam tubuhnya menyapu keraguan lemahnya dengan sekejap mata setelah pintu besar yang berdiri di bagian ujung dari koridor pendek itu terlihat oleh pandangan mereka.
 
 
Melihat bagaimana lima Integrity Knight telah berkumpul di lantai kelima puluh, orang yang mengkordinasikan tindakan perlawanan terhadap penyusup—kelihatannya Kepala Pemimpin yang Fanatio pernah sebut telah bermaksud untuk menghentikan mereka berdua dengan segala cara. Fakta bahwa mereka sebenarnya telah menghentikan serangan hebat knight itu dan mendapatkan kemenangan entah bagaimana itu pasti sangat mendekati keajaiban.
 
 
Mereka menembus barisan pertahanan dan memanjat hingga sedekat ini dengan lantai tertinggi sudah pasti bahwa Kepala Pemimpin itu akhirmya mengirim seseorang dengan potensi bertarung yang tinggi tanpa keraguan. «Komandan Integrity Knight» bersama dengan semua Integrity Knight yang tersisa, dan juga pengguna sacred art berangking tinggi, baik pendeta dan sister itu, mungki sedang menunggu di balik pintu ini, sebagai contoh—hal seperti itu mungkin benar-benar akan terjadi.
 
 
Tapi selama tidak ada jalan yang lain, kita tidak dapat melakukan apapun selain menembus halangan apapun yang berdiri dihadapan kita dari depan.
 
 
Kita dapat melakukannya. Dengan Kirito dan aku bersama-sama ada di sini.
 
 
Eugeo dengan kuat bertukar pandangan dengan patnernya, yang berdiri di sampingnya, dan mereka mengangguk bersamaan. Mengulurkan tangan mereka secara bersamaan, mereka menaruh telapak tangan mereka pada pintu kiri dan kanan secara berturut-turut dan dengan kuat mendorong itu.
 
 
Pintu batu itu perlahan mulai terbuka di kiri dan kanan dengan suara kelam.
 
 
"......!"
 
 
Kelima inderanya telah terhisap oleh warna yang menyebar dihadapan matanya, suara aliran air, dan aroma harum pada saat itu, menyebabkan sakit kepala yang sebentar.
 
 
Tidak ada kesalahan bahwa mereka berada di dalam menara. Lantai marbel putih seperti lantai di bawah dapat terlihat dari kejauhan.
 
 
Tetapi, ruangan yang luas itu tidak tertutupi oleh batu seperti bagaimana itu telah ada hingga sejauh ini. Sebaliknya, rumput tebal, yang nyaman terbentang di sana. Sacred flowers dari berbagai warna, kelihatannya adalah sumber dari aroma ini, telah bermekaran di sini dan diatas halaman itu.
 
 
Apa yang mengejutkan dia lebih jauh adalah aliran air murni, yang kecil mengalir dari jarak yang cukup dekat, permukaan airnya berkilauan dengan cahaya. Sebuah jalan dari batu bata yang kecil itu memanjang dari pintu dimana mereka berdua berdiri, membelah pada halaman, dan terus berlanjut setelah jembatan kayu yang terbentang di atas sungai kecil itu.
 
 
Bukit kecil yang terlihat dibalik sungai itu. Jalan itu berliku-liku pada tanah yang mendaki dengan bunga yang berlimpah bermekaran. Setelah mengikuti jalan dengan pandangannya, Eugeo menyadari satu pohon yang tumbuh di puncak bukit itu.
 
 
Itu bukanlah pohon yang besar. Dia dapat melihat daun hijau tua dan bunga, kecil berwarna orange dengan bentuk silang pada batang tipisnya. Cahaya Solus, menyinari dari jendela di dinding dekat langit-langit di atas, dengan tepat menyinari pada pohon dan bunga yang tak terhitung jumlahnya berkilauan seolah-olah itu dibuat oleh emas.
 
 
Batang tipis, yang berkaca juga disinari sinar matahari dan bersinar—dan bagian bawahnya, juga, benar-benar bersinar indah dengan warna emas yang berkilauan—
 
 
"Ah......"
 
 
Eugeo tidak menyadari suara pelan yang keluar dari mulutnya sendiri.
 
 
Setiap dan semua pemikiran yang dia punya menjadi berhenti dengan sekejap ketika dia melihat gadis yang duduk pada botong pohon dengan kelopak matanya yang tertutup.
 
 
Seolah-olah gadis itu adalah ilusi yang dibawa oleh sinar matahari yang bersinar indah melalui pohon itu, semua bagian tubuh gadis itu terkena sinar matahari. Armor yang hebat menutupi bagian atas tubuh dan tangannya dengan hiasan emas, rok panjangnya berwarna putih murni juga, dengan benang emas yang tersulam pada kain itu, dan bahkan sepatu kulit, putih yang dipoles memantulkan cahaya tanpa cela yang diterima dari sinar matahari yang menyinarinya.
 
 
Tetapi, apa yang berkilauan paling terang adalah rambut panjang, yang banyak terurai. Rambut lurus, yang seperti emas dicairkan, membuat lengkungan yang sempurna saat itu terurai menuju pinggangnya dari kepala kecilnya, menghasilkan aliran dari cahaya yang indah.
 
 
Sinar yang hampir dia lihat setiap hari, di waktu yang dulu di masa lalu. Dia tidak tahu apakah nilainya atau keindahannya, sehingga menarik rambut itu dengan bercanda dan mengikat ranting pada itu.
 
 
Cahaya emas itu, menggambarkan pertemanan, keinginan, dan cinta yang samar-samar, telah berubah hanya denganwaktu satu hari, tidak mendapat arti apapun selain dari kelemahan, keburukan, dan sikap pengecut Eugeo. Dan kilauan itu yang dia seharusnya tidak akan pernah melihatnya lagi sekarang berada di dalam jangkauannya sekali lagi.
 
 
"Ah... Ali... ce..."
 
 
Bahkan tanpa menyadari suara serak yang keluar dari mulutnya sendiri, Eugeo berjalan maju dengan terhuyung-huyung.
 
 
Dia secara tidak teratur mengikuti jalan batu bata itu. Tidak ada aroma menyegarkan dari sacred flowers maupun suara menyejukkan dari air yang memasuki kesadaran Eugeo lebih jauh lagi. Hanya panas dari tangan berkeringatnya yang dengan erat mencengkram pada jubah bagian dadanya dan pisau yang kelihatannya bergetar di dalam jubahnya yang mengurung Eugeo dari dunia ini.
 
 
Melewati jembatan yang terbentang di atas sungai kecil itu, menghitung dari lereng terdekat. Sudah kurang dari dua puluh mel untuk sampai ke puncak bukit itu.
 
 
Ketika melihat ke atas, dia dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu yang sedikit tertunduk ke bawah. Tidak ada emosi yang terlihat pada kulit, putihnya yang bisa dibilang mulus. Dia hanya tetap terdiam dengan matanya tertutup, pikirannya kelihatannya terhanyut diantara kehangatan sinar matahari dan aroma bunga.
 
 
—Apakah dia tertidur?
 
 
Jika aku mendekat seperti ini dan cukup menusuk sedikit dengan pisau pada jari yang saling terpegang di atas pangkuannya...Bukankah itu akan mengakhiri segalanya?
 
 
Itu adalah ketika pikiran itu terlintas pada pikiran Eugeo.
 
 
Tangan kanan Alice terangkat tanpa suara dan jantung Eugeo berdetak saat langkahnya berhenti.
 
 
Mulut indahnya bergerak dan suara yang dirindukannya mencapai telinganya.
 
 
"Berikan aku sedikit waktu lagi. Itu sudah lama semenjak kita mendapat cuaca bagus seperti ini, jadi aku ingin untuk membiarkan anak ini untuk bejemur di bawah sinar matahari lebih lama lagi."
 
 
Kelopak matanya, tersambung oleh bulu mata emasnya, perlahan terbuka.
 
 
Kedua matanya berwarna biru, yang tidak dapat dibandingkan di dunia, menatap lurus pada Eugeo.
 
 
Eugeo melihat pandangan dari tatapan Alice yang melunak, senyuman terbentuk di mulutnya.
 
 
Tetapi, warna terang di mata birunya tidak berwarna lembut dari langit seperti waktu yang dulu. Itu adalah warna es yang tetap membeku selama sepuluh tahun, tidak akan meleleh tidak peduli berapa banyak sinar matahari yang menyinarinya. Tertusuk oleh pandangan dinging yang menganggap mereka penyusup, Eugeo tidak dapat menggerakkan kakinya.
 
 
Seperti yang diduga, pertarungan tidak dapat dihindari.
 
 
Bahkan jika dia kehilangan ingatannya, dia harus menarik pedangnya kepada gadis itu, yang tanpa keraguan adalah Alice Schuberg dari Rulid. Untuk mengembalikan dia kembali ke bagaimana dia seharusnya. Tidak peduli bagaimana sulitnya dia mengetahui pertempuran ini bisa diterima.
 
 
Tubuhnya merasa kekuatan sebenarnya Integrity Knight Alice Synthesis Thirty dua hari yang lalu, ketika pipinya telah diserang oleh sarung pedangnya. Eugeo mungkin munkin tidak sadar saat terkena satu serangan itu, tapi dia bahkan tidak dapat untuk mengikutinya dengan matanya.
 
Itu akan membuktikan bahwa berikutnya akan mustahil untuk mengalahkan swordswoman dengan kemampuan seperti itu tanpa menerima luka yang berat, bukan?
 
 
Dia bukanlah musuh yang dapat dihadapi dengan bersikap lunak.
 
 
—Meski begitu, dapatkah aku benar-benar menebas bahkan sehelai rambut pirang itu?
 
 
Melihat saat aku bahkan tidak dapat mengambil langkah maju lainnya, lupakan untuk menarik pedangku.
 
 
Kirito berbicara dari belakang Eugeo, yang masih berdiri dari konflik yang mendadak, kata-katanya sangat jelas meskipun itu entah bagaimana sedikit serak.
 
 
"Kau tidak bertarung di sini, Eugeo. Cukup pikirkan tentang menusuk dengan benar pisau Cardinal pada Alice. Aku akan menghentikan serangannya untukmu bahkan dengan mempertaruhkan hidupku."
 
 
"Ta...Tapi."
 
 
"Tidak ada cara yang lain, situasi akan menjadi lebih buruk jika semakin lama kita terseret dalam pertarungan. Aku akan menahan serangan pertama Alice daripada menghindarinya dan menahannya seperti itu, jadi gunakan pisau itu dengan segera. Mengerti?"
 
 
"......"
 
 
Dia dengan kuat menggigit mulutnya. Pada akhirnya, dia telah membuat Kirito yang berdarah baik pada pertarungan melawan Deusolbert dan pertarungan melawan Fanatio. Meskipun bagaimana rencana berbahaya dengan melawan Gereja Axiom awalnya tidak lebih berasal dari keinginan pribadi Eugeo.
 
 
"...Maaf."
 
 
Ketika dia berguman itu dengan malu, Kirito menjawab dengan nada yang sedikit mirip dengan nada biasanya.
 
 
"Kau tidak perlu untuk meminta maaf. Aku akan mendapati kau harus membayar semua itu beberapa kali lebih banyak dengan segera....Namun, kesampingkan masalah itu..."
 
 
"...? Apa ada masalah?"
 
 
"Tidak...Dari apa yang aku dapat lihat, dia tidak terlihat seperti dia benar-benar bersenjata. Di samping itu...Siapa yang dia bicarakan ketika dia mengatakan, 'anak ini'...?"
 
 
Diberitahu seperti itu, dia memfokuskan matanya pada Alice, yang masih duduk di atas bukit. Kelopak matanya sekali lagi tertutup dan sedikit melihat ke bawah, dia melihat ke arah pinggangnya, sarung pedang emas yang telah tergantung di sana ketika mereka pertama kali bertemu dengannya di Akademi Master Pedang benar-benar tidak ada di sana sekarang.
 
 
"Mungkin dia meninggalkan pedangnya ketika dia istirahat atau sesuatu seperti itu...Itu akan menjadi bantuan yang hebat, bagaimanapun juga."
 
 
Berguman dengan nada yang menunjukkan keyakinannya yang kurang pada hal seperti itu, Kirito menggosok ganggang pedang hitamnya dengan tangan kirinya.
 
 
"Itu tidak baik kepada Alice, tapi itu tidak seperti kita dapat menurutinya sampai dia selesai berjemur di bawah sinar matahari. Entah dia memiliki pedang atau tidak, bertarung dengannya sekarang akan mencegah dia dari mengucap full control art setidaknya. Sejujurnya, itu akan sangat baik jika kita dapat berharap jika kita dapat menyelesaikan ini tanpa dia menggunakan itu."
 
 
"Aku rasa kau benar...Full control artku tidak menggunakan banyak Life dari pedangku, jadi aku percaya aku masih dapat menggunakannya dua kali lagi untuk hari ini, bagaimanapun juga..."
 
 
"Itu akan sangat membantu. Dapat dikatakan, satu kali lagi adalah batas dari sisiku. Dan seharusnya masih ada Komandan Integrity Knight setelah Alice. Baiklah...Ayo pergi."
 
 
Kirito mengambil langkah maju dengan mengangguk pelan.
 
 
Meyakinkan pikirannya, Eugeo mengikuti di belakang.
 
 
Meninggalkan jalan batu bata yang memutar di sekitar bukit, mereka langsung menuju puncaknya. Langkah kaki mereka bergema di halaman.
 
 
Alice perlahan berdiri ketika mereka berdua telah memanjat hingga setengah perjalan ke bukit. Mata dinginnya yang bahkan tidak menunjukkan satupun emosinya menatap ke bawah pada mereka berdua dibalik kelopak matanya yang lembut itu.
 
 
Seolah-olah pandangan melakukan suatu jenis upacara art, kedua kakinya bertambah berat dengan sekejap. Tidak peduli bagaimana itu sudah jelas bahwa tidak ada sarung pedang yang terlihat pada Alice, Eugeo merasa kakinya menolak untuk mendekati gadis itu lebih jauh lagi. Apakah rasa takut telah terukir pada badannya setelah menerima satu hantaman di pipinya? Tapi bahkan jika memang begitu, cara berjalan Kirito juga kelihatannya seperti kehilangan kekuatannya juga, saat dia berjalan di depan, bukan?
 
 
"...Pada akhirnya, kalian telah berhasil berjalan hingga sejauh ini, bukankah begitu."
 
 
Suara Alice yang jelas menggetarkan udara sekali lagi.
 
 
"Aku menilai dengan memiliki Eldrie sendiri untuk bersiap-siap di taman mawar akan cukup untuk menanggulangi bahkan dengan kesempatan kalian berdua dapat melarikan diri dari penjara bawah tanah. Tetapi, kau telah mengalahkannya dan lebih jauh lagi, menebas Deusolbert-dono dan bahkan Fanatio-dono yang memiliki sacred instruments, melangkah pada tanah di «Cloudtop Garden» ini."
 
 
Alisnya melengkung membentuk ekspresi merengut yang samar-samar. Suara pelan dari mulut cherry blossom itu terdengar sangat sedih.
 
 
"Apa sebenarnya yang memberikan kekuatan seperti itu pada kalian berdua? Kenapa kalian sampai ingin untuk mempengaruhi kedamaian dari Dunia Manusia? Kenapa kalian tidak mengerti bahwa setiap Integrity Knight yang terluka akan menjadi suatu kemunduran besar pada persiapan terhadap kekuatan kegelapan?"
 
 
—Ini semuanya untukmu, semuanya untuk itu.
 
 
Eugeo meneriakkan itu di dalam hatinya. Tapi dia tahu bahwa itu tidak akan berarti apa-apa pada Integrity Knight Alice yang berdiri di hadapan matanya bahkan jika dia mengatakan itu keluar. Dengan kuat menggeretakkan giginya, Eugeo hanya menaruh semuanya untuk menggerakkan kakinya untuk maju.
 
 
"Seperti yang aku pikirkan—itu kelihatannya aku harus menanyakan itu dengan pedangku. Baiklah...Jika itu adalah apa yang kalian berdua inginkan."
 
 
Kata-katanya seperti desahan, Alice menaruh tangan kanannya pada batang pohon di sampingnya sebagai penyanggannya.
 
 
Tapi dia tidak memegang pedang—
 
 
Eugeo memikirkan itu di waktu yang hampir sama saat Kirito berseru "tidak mungkin".
 
 
Cahaya itu terlihat pada saat berikutnya da pohon kecil yang tumbuh di atas puncak bukit itu menghilang.
 
 
"——!?"
 
 
Meskipun terlambat, aroma, yang penuh dengan aroma manis dan tenaga, sangat banyak melayang, lalu menghilang tanpa jejak.
 
 
Sebelum mereka mengetahuinya, tangan kanan Alice telah memegang sesuatu yang seperti pedang panjang dengan bentuk. Tidak hanya sarungnya, tapi semuanya dari penahan hingga gagangnya dibuat dari emas yang menyilaukan. Desain yang berbentuk bunga silang menghiasi penahan itu.
 
 
Eugeo tidak dapat segera mengerti pada apa yang terjadi.
 
 
Pohon itu telah menghilang, dan pedang itu muncul. Dengan kata lain, pohon itu telah berubah menjadi pedang? Tapi Alice tidak mengucapkan upacara art apapun. Bahkan jika itu hanya art ilusi atau sacred art berangking sangat tinggi untuk perubahan, itu sangat mustahil untuk membuatnya tanpa mengucapkan kalimat upacara.
 
 
Tidak. Jika pohon itu mengganti penampilannya hanya berdasar pada bayangan pikiran Alice—pada dasaranya, itu akan berarti—
 
 
Setelah sampai pada kesimpulan beberapa saat lebih cepat, Kirito mengeluarkan desahan yang dalam.
 
 
"Sial, ini benar-benar tidak bagus... apakah pedang itu sudah menjadi full control state?"
 
 
Melihat ke arah mereka berdua yang masih berdiri di sana, Alice mengangkat pedangnya secara horizontal dengan kedua tangannya.
 
 
Jyaa! Pedang itu, dicabut dari sarungnya dengan deritan, aura terang berwarna emas kekuningannya bahkan jauh lebih terang dari sarungnya, bersinar berkilauan saat itu memantulkan cahaya Solus.
 
 
Kirito melancarkan serangan kuat beberapa saat kemudian. Itu masih tidak jelas kekuatan jenis apa yang ada pada pedang yang dipegang Alice, tapi dia menilai bahwa itu akan sangat baik untuk membawa pada pertarungan jarak dekat sebelum control art itu diaktifkan. Dengan kuat merusak rumput hijau, dia memanjat delapan puluh persen dari bukit itu hanya dengan sepuluh langkah.
 
 
Sementara memegang pada rantai yang ada di dadanya, Eugeo dengan susah payah mengejar menuju patnernya juga. Kirito kelihatannya tidak memiliki keinginan untuk menarik pedangnya. Itu kelihatannya dia mencoba untuk menghentikan serangan pertama Alice dengan tubuhnya seperti yang dia katakan. Bahkan jika itu menyegel gerakannya, itu tidak akan bertahan lama. Sehingga, Eugeo harus memenuhi tugasnya untuk menusuk dia dengan pisau tanpa membiarkan kesempatan itu terlepas.
 
 
Ekspresi Alice bahkan tidak berganti sedikitpun sementara melihat ke arah swordsman berjubah hitam yang mendekat. Dengan gerakan yang kelihatan santai, dia perlahan mengacungkan pedang di tangan kanannya.
 
 
Kirito hampir untuk memasuki jangkauan tebasannya. Itu kelihatannya akan menjadi art menyerang dengan jangkauan jauh seperti Deusolbert atau Fanatio. Jika memang seperti itu, bahkan jika serangan awal akan menghentikan gerakan Kirito, Eugeo seharusnya masih dapat berada dalam jangkauan untuk menusuknya dengan menggunakan jeda itu.
 
 
Meyakinkan pikirannya dalam sekejap, Eugeo mengganti pendekatannya dari sudut yang berbeda dengan Kirito dan terus berlari.
 
Tangan kanan Alice perlahan mengayun ke depan.
 
 
Pedang emas itu—menghilang.
 
 
"!?"
 
 
Untuk akuratnya, itu tidak menghilang. Itu akan jauh lebih akurat untu mengatakan bahwa itu terpencar. Pedang itu terbagi menjadi ratusan atau ribuan serpihan dan menyerang Kirito seperti badai emas.
 
 
"Guah!!"
 
 
Ditelan dengan kilauan yang tak terukur, Kirito telah terjatuh, membuatnya tidak dapat bergerak, dengan rintihan.
 
 
Memanfaatkan seluruh dari kesempatan yang dibuat oleh patnernya, Eugeo menggeretakkan giginya dan berlari ke depan.
 
 
Tetapi, angin emas yang menyerang Kirito tidak berhenti di sana. Itu menyebabkan suara seperti angin dingin dan merubah arahnya ke kiri di udara, menyapu Eugeo dari sisinya.
 
 
Dia dapat dengan susah payah tetap berdiri dengan kakinya setelah hantaman itu. Seolah-olah dia terlempar oleh tangan raksasa, Eugeo terjatuh di sisi kiri saat itu juga.
 
 
Setiap serpihan, yang jika diukur tidak lebih dari sepuluh cen, memiliki berat yang absurd. Terlempar ke halaman, Eugeo mengalami rasa sakit yang membakar seluruh tangan kirinya yang melindungi wajahnya dengan sekejap saat angin emas itu menyerangnya dan menahan keinginannya untuk berteriak dan menggeliat kesakitan.
 
 
Tak terhitung serpihan emas, yang menghentikan serangan mereka berdua dengan mudah, membuat lengkungan saat itu melayang dan kembali ke samping Alice. Tetapi, itu tidak kembali ke bentuk pedang tapi tetap melayang di sekitar knight itu.
 
 
Jika dilihat lebih dekat, semua serpihan kecil itu telah membentuk silang bahkan oleh bentuk wajik yang lebih kecil saat itu tergabung bersama-sama. Itu memiliki desain yang sama dengan penahannya—yang berarti itu memiliki bentuk yang sama seperti bunga dari pohon yang tumbuh di bukit itu.
 
 
"—Apa kalian mengejekku? Bagaimana mungkin kalian bahkan dapat berlari ke arahku tanpa menarik pedang kalian?"
 
 
Alice menyindir mereka dengan tenang bahkan tanpa mengekspresikan satupun emosi seperti biasanya.
 
 
"Serangan sebelumnya dimaksudkan untuk disampaikan sebagai peringatan. Tetapi, serangan berikutnya akan melenyapkan semua Life kalian.
 
Tunjukkan padaku semua yang kalian punya, untuk demi semua Integrity Knight yang kalian berdua telah kalahkan hingga sejauh ini juga."
 
 
Dia bersikap—lunak?
 
 
Meskipun kekuatan absurd itu...?
 
 
Di dalam penglihatan Eugeo saat dia meringis dari dalam hatinya, tak terhitung bunga emas membuat suara keras "jyakii" secara bersamaan.
 
Ketika dia berusaha melihat lebih keras, dia melihat ujung dari empat kelopak, yang seharusnya berbentuk lingkaran dan halus, sekarang menjadi runcing hingga ke titik dimana itu jauh lebih tajam dibandingkan dengan ujung pedang. Dia tidak akan lolos hanya dengan terjatuh seperti sebelumnya jika dia dihantam dengan benda seperti itu. Kulitnya akan terkoyak dan itu mungkin bahkan akan menebas ke dalam tulangnya.
 
 
Sebuah ketakutan yang sangat dalam mengubah bentuknya menjadi air dingin dan memaksakan itu pada Eugeo, melumpuhkan perutnya.
 
 
Bahkan jika hanya ada satu dari bunga seperti itu, Lifenya akan berkurang secara drastis jika itu memotong ke dalam organ dalamnya. Dan meski begitu serpihan yang berkilauan di sekitar Alice sekarang, seperti hujan bunga yang hebat, berjumlah melebihi dua atau tiga ratus.
 
Itu akan mustahil untuk menangkis semuanya dengan pedang dan bahkan dapat dikatakan, itu akan sangat mustahil untuk menghindari badai bunga itu yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi dan tak terkendali di udara. Dengan kata lain, full control art Alice benar-benar luar biasa dan kuat—
 
 
Ya, itu benar-benar luar biasa.
 
 
Armament full control art dengan sacred instruments benar-benar kemampuan yang sangat kuat, tapi meski begitu, ada batasnya. Sifat asli dari art ini adalah mengubah «ingatan» yang dimiliki oleh asal dari senjata, seperti itu, apakah itu panas, dingin, keras, panas, dan seperti itu, menjadi kemampuan menyerang dan itu tidak dapat melakukan apapun selain menghilangkan aspek lainnya, dengan lebih mengkhususkan pada satu area yang khusus.
 
 
Seperti full control art Wakil Komandan Integrity Knight Fanatio yang dipantulkan oleh cemin kecil yang dibuat oleh Kirito, sebagai hasil dari mengkhususkan terlalu banyak dari menusuk di satu titik dengan memusatkan sinar cahaya.
 
 
Itu tidak diketahui keberadaan macam apa yang pohon kecil itu yang kelihatannya adalah asal dari sacred instrument Alice, tapi jika kekuatan di dalamnya dibagi menjadi sangat kecil, menjadi berjumlah sangat banyak—seperti itu, jika itu hanya mengejar akurasi, setiap kelopak telah kehilangan banyak kekuatannya. Tidak peduli bagaimana Eugeo memikirkan itu, terkena satu serpihan yang panjangnya bahkan tidak mencapai satu cen memiliki kekuatan seperti tangan raksasa, saat dia telah mengetahui dengan tubuhnya, melalui teori itu.
 
 
Jika itu dapat membuat fenomena seperti itu, pohon kecil itu yang bermekaran dengan bunga orange seharusnya memiliki prioritas yang sangat tinggi, bahkan melebihi asal dari pedang Kirito, «Pohon Iblis», Gigas Cedar...
 
 
Kirito yang terjatuh di depan, di sisi kiri, kelihatannya juga memikirkan hal yang sama seperti Eugeo dalam sekejap, saat dia mengangkat wajahnya dengan eskpresi keterkejutan dan ketakutan.
 
 
Tetapi, dia yang tidak mengerti arti dari menyerah, menatap ke arah Eugeo dengan mata yang memiliki kilauan dan menggerakan mulutnya secara perlahan.
 
 
«Ucapkanlah». —Segera mulai itu.
 
 
Benar, itu sudah tidak mungkin untuk menerobos badai kelopak itu dari depan. Karena itu, tidak ada pilihan lain selain untuk menahan pemiliknya dengan full control art Blue Rose Sword. Alice telah menyebarkan pedang yang hanya tersisa gagangnya dengan gerakan yang sama dengan kelopak itu sebelumnya. Dengan kata lain, itu akan berarti awan bunga itu tidak dimanipulasi seluruhnya oleh pemiliknya.
 
 
Masih dalam keadaan terjatuh, Eugeo perlahan mengusap tangan kirinya pada gagang Blue Rose Sword dan mulai mengucapkan full control art dengan volume yang hampir tidak dapat didengar. Tidak ada yang dapat dilakukan jika Alice menyadarinya dan menyerang, tapi Kirito seharusnya akan melakukan sesuatu tentang itu.
 
 
Seperti yang dia duga, Kirito bangun dengan gerakan yang berlebihan, saat Eugeo mulai mengucapkannya, dan berteriak dengan suara tegang.
 
 
"Aku ingin untuk meminta maaf untuk melakukan hal yang tidak sopan pada Integrity Knight yang terhormat! Aku, Swordsman-in-training Kirito, secara resmi ingin meminta, untuk bertarung dengan menggunakan pedang biasa dengan Integrity Knight Alice!"
 
 
Setelah memukul dadanya dengan tangan kanannya dan membungkukkan badannya, dia memegang pedang pada bagian gagangnya di bagian kiri pinggangnya. Pedang hitam legam tertarik dengan suara keras dan melengking "jyari" dan telah diangkat tinggi seolah-olah itu mencoba untuk membelah menjadi dua cahaya emas yang menutupi knight itu.
 
 
Alice menatap dengan keras kepada swordsman berjubah hitam dengan mata biru itu terasa seolah-olah itu dapat melihat ke dalam semuanya dan menjawab setelah mengedipkan matanya satu kali.
 
 
"—Baiklah, aku akan mengetes bagaimana dalamnya hati buruk yang berada pada kalian melalui ilmu pedang."
 
 
Dia perlahan mengayun gagang pedang di tangan kanannya. Dan dengan itu, tak terhitung bunga emas yang melayang di sekitarnya berterbangan menuju tangan Alice dengan suara dari aliran angin, meninggalkan sedikit celah saat itu menyatu di depan gagang yang dipegangnya. Suara metal "jyakin" terdengar dan kelopak itu menyatu, mengembalikan bentuknya menjadi pedang emas panjang.
 
 
Menghadapi Alice, yang memposisikan pedangnya di posisi tengah dengan gerakan anggun dan mulai begerak seperti itu, Kirito, yang mempersiapkan pedangnya dengan posisi rendah, dia lalu berteriak padanya sekali lagi.
 
 
"Salah satu dari kita tak dapat dihindari akan kalah setelah saling menyilangkan pedang, jadi aku memohon agar kau dapat memberitahuku satu hal sebelumnya. Aku yakin bahwa pohon di atas bukit sebelumnya adalah bentuk sacred instrumentmu di waktu yang lalu, tapi kenapa pohon kecil seperti itu memiliki kekuatan seperti itu?"
 
 
Itu sudah pasti bahwa itu adalah pertanyaan untuk mengulur waktu, tapi Kirito benar-benar ingin mengetahui misteri dibalik full control art pedang emas itu, mungkin. Tentu saja, Eugeo sangat tertarik pada itu juga. Dia menajamkan pendengarannya sementara melanjutkan mengucapkan upacara art.
 
 
Alice berhenti setelah mengambil tiga langkah ke depan. Dia tetap terdiam untuk sebentar, dan lalu menggerakkan mulutnya dengan gerakan yang pelan.
 
 
"Tidak ada tujuan untuk memberitahu kalian berdua dengan kematian kalian yang sudah dekat, tapi...Aku rasa itu dapat menjadi sebagai bantuan dalam perjalanan kalian menuju Celestial World. Sacred instrumentku bernama, «Fragrant Olive Sword». Seperti yang dikatakan namanya, itu adalah pohon zaitun harum dengan tidak ada satupun aspek yang beraturan sama sekali."
 
 
Pohon zaitun harum adalah pohon berukuran kecil yang membuat bunga kecil berwarna orange di musim gugur. Itu sangat jarang untuk tumbuh di daerah sekitar Rulid, tapi sekarang dia telah mengtakannya, dia telah melihat berkali-kali di pusat. Itu tidak dapat dikatakan bahwa itu jenis yang langka, seperti Gigas Cedar yang hanya ada satu-satunya di dunia.
 
 
"Ya, itu hanya pohon kecil seperti yang kau katakan. Kecuali itu hanya satu-satunya yang bertahan selama ini. —Tempat ini dimana Katedral Pusat dibangun sekarang adalah «Starting Land» yang diberikan kepada manusia oleh Dewi Pencipta Stacia di masa lalu yang sudah lama berlalu. Sumber air panas yang indah mengalir keluar dari pusat desa kecil dan satu pohon zaitun harum itu tumbuh pada pinggirnya...atau seperti itu yang bagian pertama dari catatan penciptaan katakan. Pohon itu adalah bentuk asal dari pedangku. Aku harap kalian mengerti ini, Fragrant Olive Sword ini adalah keberadaan tertua diantara semua hal di alam Dunia Manusia."
 
 
"Ap...Apa yang kau katakan..."
 
 
Sebagai perbandingan dengan Kirito yang keheranan, Alice melanjutkan merangkai kata-katanya secara bersamaan tanpa emosi.
 
 
"Pedang ini adalah bentuk renkarnasi dari pohon yang diberikan oleh Dewi Pencipta. Atributnya adalah «keabadian yang terus ada». Bahkan salah satu kelopak yang melayang itu dapat membelah batu saat tersentuh atau menghancurkan tanah...Seperti yang telah kalian rasakan dengan tubuh kalian sendiri sebelumnya. Apa kau mengerti apa sebenarnya yang kau lawan dengan pedangmu?"
 
 
"...Yeah, aku benar-benar mengerti sekarang."
 
 
Kirito berbicara dengan cara bicara sopannya telah menghilang.
 
 
"Aku mengerti, ini adalah immortal object pertama yang dipasang oleh Dewi Pencipta...Jadi seperti itu, huh. Huh, hal yang datang pada kita menjadi lebih dan lebih menggelikan... bahkan jika begitu, itu tidak seperti aku dapat melanjutkan dengan terpaku."
 
 
Kirito perlahan mengayun pedang hitam, yang mungkin jauh lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan Fragrant Olive Sword bahkan jika itu memiliki tipe asal mula yang sama, dengan posisi bagian atas tubuh dan berteriak.
 
 
"Jadi sekarang, Integrity Knight Alice...Mari kita mulai lagi pertarungan kita!"
 
 
Udara itu bergetar saat swordsman berjubah hitam itu menghentakkan kakinya ke tanah. Dia menyerbu ke depan menuju Alice, yang berdiri di puncak bukit, dengan kecepatan yang membuat itu sulit dipercaya bahwa dia bergerak ke atas bukit.
 
 
Tidak peduli bagaimana kuatnya pedang Alice, Kirito pasti berpikir bahwa dia dapat mendapat keuntungan jika dia membawa skill tebasan beruntun dalam pertarungan jarak dekat. Fanatio dapat menahan dengan kecepatan tinggi dari skill tebasan beruntun di pertarungan sebelumnya karena dia telah mempelajari itu melalui keadaaan pribadinya, dia seharusnya adalah pengecualian diantara Integrity Knight.
 
 
Saat Kirito dan Eugeo memprediksikannya, Alice patuh mengangkat pedangnya di atas kepala terhadap tebasan bawah Kirito. Dia tidak akan dapat untuk melindungi bagian tengahnya ketika tebasan bawah itu tersambung menuju bagian tengah dengan kecepatannya.
 
 
Pedang yang diayunkan oleh Kirito ke bawah berubah menjadi petir hitam dan berhantaman dengan Fragrant Olive Sword, mengeluarkan percikan api putih kebiruan.
 
 
Tetapi, itu tidak segera berlanjut menuju serangan kedua seperti teori tersebut.
 
 
Setelah semua, dibandingkan dengan bagaimana pedang Alice yang hanya bergerak sedikit, Kirito, seseorang yang menyerang, telah terdorong dengan berat ke belakang seperti dia telah memukul batu besar dengan ranting, menggoyahkan posisinya.
 
 
"Uoah..."
 
 
Berbalik menuju Kirito yang telah kehilangan keseimbangannya pada permukaan tanah yang miring dan terhuyung dua, tiga langkah, Alice mendekat dengan gerakan kaki yang halus seperti aliran air.
 
 
Bahkan saat jari dari tangan kirinya yang terulur sedang menunjuknya. Tubuhnya cukup lebar, pedang emasnya terangkat lurus ke belakang. Itu adalah tradisional style yang tidak dapat dikatakan cocok untuk pertarungan sebenarnya tidak seperti Aincrad style, tapi penampilannya ketika berdampingan dengan rambut pirangnya yang terurai dan roknya yang berkibar sangat indah seperti lukisan yang berbingkai.
 
 
"Eeeh!"
 
 
Pedang itu membuat lintasan setengah lingkaran saat itu melancarkan serangan bersamaan dengan teriakan keras dan jelas itu. Kecepatannya benar-benar menakutkan. Tapi gerakan itu benar-benar jauh dari terlalu berlebihan.
 
 
Setelah memperbaiki posisinya, Kirito memiliki waktu yang cukup untuk menaruh pedangnya pada sisi kirinya.
 
 
Gakaan! Dua pedang itu saling berhantaman dengan suara keras.
 
 
Seseorang yang berputar seperti gasing sementara terlempar jauh kali ini sekali lagi adalah Kirito. Menahan tangannya pada rumput, dia menghindari dari hampir terjatuh ke bawah sementara meluncur ke bawah menuju dasar bukit itu.
 
 
Hingga saat ini, Eugeo, juga, mengerti apa yang telah terjadi di hadapan matanya setidaknya.
 
 
Beban dibalik tebasan individual mereka benar-benar berada pada level yang berbeda.
 
 
Kirito memiliki pedang hitam, memiliki prioritas yang bisa dibilang paling tinggi diantara hampir semua sacred instrument, dan skill tebasan beruntun dari Aincrad style, yang mengalahkan sejumlah Integrity Knights, tapi Fragrant Olive Sword yang Alice bawa mungkin menyembunyikan beban beberapa kali lebih berat dari pedang hitam di dalam itu sendiri. Itu adalah tugas yang cukup sulit untuk menghentikan serangannya, lupakan menangkisnya, ketika itu diayun dengan kecepatan seperti itu.
 
 
Tidak, itu bukanlah menjadi akhirnya. Saat itu menjadi jelas dari pertarungan sebelumnya, Kirito adalah seseorang yang terpukul mundur bahkan ketika dia menyerang. Ini bukanlah suatu pertarungan.
 
 
Kirito sepertinya telah menyadari fakta itu dan dengan cepat berdiri, meskipun dia mengambil beberapa langkah menuju ke belakang dengan ekspresi ketakutan. Alice mengejar dia ke belakang seolah-olah dia meluncur.
 
 
Pertarungan ini dapat dikatakan menjadi pertarungan pertama Kirito dalam dua tahun yang menjadi pertarungan yang tidak seimbang.
 
 
Alice memberikan tebasan demi tebasan dengan gerakan penari. Kirito mencoba yang dia bisa untuk menahannya tapi mendapati sedikit terlempar setiap waktu. Dia pasti memiliki kesempatan untuk menyerang balik jika dia dapat menghindar hanya dengan menggeser tubuhnya, tapi pedang Alice benar-benar cepat dengan arahan yang tepat meskipun ukurannya besar, membuat itu sulit menghindarinya dengan baik.
 
 
Menyelesaikan dengan mengucapkan upacara art bahkan sementara gemetar dengan ketakutan, Eugeo mengejar pada mereka berdua yang terus bergerak di sekitar. Dengan suatu hal telah berlanjut hingga sejauh ini, dia tidak memiliki pilihan selain untuk mengaktifkan armament full control art sementara Kirito entah bagaimana menahan serangannya.
 
 
Setelah hanya bergantian lima kali menyerang dan bertahan yang tidak membutuhkan waktu lama, Kirito telah terdorong hingga ke dinding barat. Di belakangnya adalah dinding marbel keras dengan semua rute melarikan diri telah terpotong.
 
 
Menghunuskan pedangnya pada musuh, yang sekarang terjebak dalam keadaan sulit. Alice berbicara dengan ekspresi menyegarkan.
 
 
"Aku mengerti. —Kau adalah orang kedua yang dapat menahan seranganku hingga selama ini. Itu kelihatannya kau telah memanjat menara ini dengan tingkat yang cukup dari ketetapan hati dan keyakinan. Tetapi...Itu semua tidak cukup untuk menjatuhkan gereja. Seperti yang aku pikirkan, aku tidak dapat membiarkan kalian berdua untuk menganggu hukum Dunia Manusia."
 
 
Knight emas itu berdiri dengan postur halus yang tidak menunjukkan celah. Dia mungkin dapat dengan sekejap menangani dengan pengaktifan upacara art dari Eugeo, bahkan jika dia berada di belakangnya.
 
 
Kirito—katakan sesuatu. Untuk sebentar saja tidak apa-apa, buat dia menurunkan pertahanannya.
 
 
Eugeo berdoa dengan semua yang dia punya saat dia berlari, tapi patnernya hanya menyandarkan punggungnya pada dinding marbel, kedua matanya bersinar, dan bahkan tidak berusaha untuk mencoba berbicara satu katapun.
 
 
"Jadi baiklah—persiapkan dirimu."
 
 
Fragrant Olive Sword telah membuat lintasan busur saat itu mengarah ke langit, terayun vertical.
 
 
Keheningan yang singkat.
 
 
Menebas melalui udara, cahaya emas itu menyerbu.
 
 
Kedua matanya terbuka hingga pada batasnya, Kirito menggerakkan tangan kanannya dengan sangat cepat hingga itu menjadi samar-samar.
 
 
Dia tidak menahannya, tapi membiarkan serangan itu berlalu. Pedang itu telah menyentuh tepat pada sudut terendah dan serangan keras Alice yang mengerikan telah dihindari dengan sedikit kesempatan.
 
 
Apa yang Fragrant Olive Sword telah tusuk ke dalam dengan hantaman keras adalah—satu cen bagian kiri dari kepala Kirito, dinding marbel yang halus. Beberapa helai rambut hitam yang terpotong tersebar ke udara dan menghilang.
 
 
Kirito dengan segera melompat menuju Alice. Dia menjepit tangan kanan knight itu dengan tangan kirinya dan memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya. Dia bahkan tidak pernah gemetar meskipun sekali sampai sekarang, tapi pipi Alice masih merengut seperti waktu sebelumnya.
 
 
Sekarang.
 
 
''"Enhance armament!!"''
 
 
Eugeo menusuk Blue Rose Sword pada halaman di bawah kakinya dengan teriakan itu.
 
 
Sekelilingnya menjadi membeku dengan warna putih dengan sekejap. Gelombang es yang menyebar keluar dengan kekuatan yang bergerak dengan cepat, menelan Kirito dan Alice yang kira-kira sepuluh mel jauhnya.
 
 
Tak terhitung sulur es dengan segera menjangkau kaki mereka secara sekaligus. Semuanya menjadi jelas, pengekang biru saat itu melingkar dan mengikat di sekitar mereka berdua yang menghubungkan mereka. Jubah hitam Kirito dan armor putih Alice yang terlihat menjadi tertutup oleh lapisan es yang tebal.
 
 
Kirito—Alice, maafkan aku!
 
 
Meneriakkan itu di dalam hatinya, Eugeo melanjutkan membuat sulur es. Itu sangat meragukan beberapa jumlah pengekang akan cukup dengan Integrity Knight Alice sebagai targetnya.
 
 
Sulur yang melilit pada mereka satu demi satu dengan suara keras yang segera berganti menjadi es yang tebal.
 
 
Pilar transparan dengan beberapa lapis, menyerupai biji kristal, berkilauan dengan kedua swordsman dan swordswoman terperangkap di dalamnya.
 
 
Semua yang tertahan diluar adalah tangan kanan Alice dan Fragrant Olive Sword yang dipegangnya, tertusuk pada dinding. Ekspresi Alice, menunjukkan sedikit keterkejutan, dan ekspresi Kirito, bersiap untuk mati, yang masih tersisa di dalam es biru itu.
 
 
Semuanya akan berakhir dengan menusukkan pisau itu pada tangan itu.
 
 
Eugeo melepaskan tangannya dari Blue Rose Sword dan berdiri. Membiarkan pedangnya akan melepaskan full control art, tapi es yang tebal itu seharusnya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mencair normalnya. Dengan erat menggenggam pisau di sakunya dengan tangan kanannya, dia mengambil satu, dua langkah ke depan—
 
 
Dia mengambil langkah ketiga saat cahaya emas itu meledak.
 
 
"Ah......"
 
 
Pedang Alice, yang tertusuk pada dinding, terpencar menjadi tak terhitung kelopak bunga pada pandangan Eugeo yang ketakutan.
 
 
Zaa... Suara yang keras itu bergema saat badai emas dari bunga itu menyelimuti es itu.
 
 
Eugeo tidak dapat melakukan apapun selain melihat dengan terpaku saat pedang kecil, berbentuk silang itu berputar seperti tornado, dengan cepat memotong es itu. Life Eugeo kelihatannya akan menghilang jika dia lurus menuju badai itu, bahkan sebelum mengambil satu langkah ke depan.
 
 
Memotong es itu, badai bunga itu melayang di udara setelah hanya lapisan tipis yang tersisa.
 
 
Es itu hancur dengan suara singkat pada saat itu juga.
 
 
Melempar Kirito, yang masih tertahan, menuju Eugeo dengan tangan kirinya, Alice berbicara dengan nada yang tetap tidak berbeda sementara mengibaskan serpiha es yang menempel pada rambutnya.
 
 
"—Bukankah kalian berdua meminta pertarungan dengan menggunakan pedang? Itu sedikit cocok sebagai hiburan, tapi...Itu sudah jelas bahwa hanya es saja tidak memiliki kesempatan untuk menahan bungaku. Giliranmu akan datang berikutnya, jadi jangan berlaku semaumu dan cukup tunggu."
 
 
Ketika dia dengan ringan mengulurkan tangan kanannya keluar, kelopak bunga yang melayang di sekitar dengan sekejap berkumpul dan kembali menuju pedang aslinya—
 
 
''"Enhance armament!!"''
 
 
Kirito adalah seseorang yang berteriak.
 
 
Tidak ada yang tahu kapan dia menyelesaikan mengucapkan full control art, tapi untaian kegelapan melesak keluar dari pedang hitam yang digenggam oleh kedua tangannya.
 
 
Tujuannya bukanlah Alice itu sendiri—
 
 
Itu adalah Fragrant Olive Sword tepat sebelum itu dapat tergabung secara bersamaan.
 
 
"Eh...!"
 
 
Alice mengeluarkan suara terkejut untuk pertama kalinya.
 
 
Tombak kegelapan itu menyebarkan kelopak bunga yang tak terhitung dan membuat mereka dilluar kendali.
 
 
Guaaah! Suara gemuruh yang memekakkan telinga saat badai, kegelapan yang hitam pekat dan emas, dengan keras berhantaman. Itu terjalin, serta berputar secara bersamaan, dan menghantam pada dinding marbel di belakang Alice.
 
 
"Eugeo——!!"
 
 
Teriak Kirito.
 
 
Benar, ini pasti, adalah, kesempatan terakhir.
 
 
Eugeo menarik pisau dari dadanya dan menghentakkan kakinya ke tanah.
 
 
Hanya delapan mel menuju Alice.
 
 
Tujuh mel.
 
 
Enam mel.
 
 
Lalu. Sesuatu yang melebihi perkiraan semua orang terjadi.
 
 
Kekuatan abnormal yang dimiliki oleh tombak dengan menggabungkan full control arts dari kedua sacred instruments mengenai dinding Katedral Pusat dan tak terhitung retakan menyebar pada seluruh dindingnya.
 
 
[[Image: Sword Art Online Vol 12 - 315.jpg|thumb]]
 
 
Bersamaan dengan suara keras yang kelihatannya bahkan mengguncang Celestial World, dinding marbel besar itu—dinding putih itu, yang terpikir tidak dapat hancur seperti «immortal walls», runtuh.
 
 
Batu-batuan itu terlempar keluar dan lubang besar yang tercipta dengan cepat dihadapan matanya.
 
 
Eugeo menatap pada langit biru dan kumpulan awan putih yang terlihat dari luar, dengan tertegun.
 
 
Tiba-tiba, hembusan angin keras menjatuhkan Eugeo dari belakang dan dia terdorong menuju rumput-rumputan. Udara di dalam menara itu dihisap melalui lubang di dinding itu. Dua orang yang tepat di sekitar lubang itu tidak dapat melakukan apapun selain untuk menahan tekanan udara itu.
 
 
Pemandangan dari swordsman berjubah hitam dan knight emas yang terikat denang satu sama lain terlempar keluar menara yang terbakar sendiri dihadapan mata Eugeo.
 
 
"Uwaaaaah!!"
 
 
Sementara berteriak, Eugeo merangkak menuju lubang di dinding.
 
 
Apa yang dapat aku lakukan—membuat tali dengan sacred arts—tidak, aku akan menggunakan es dari Blue Rose Sword untuk menyelamatkan mereka berdua.
 
 
Dia tidak diberikan waktu untuk menaruh pemikiran itu menjadi perbuatan.
 
 
Batu yang membuat dinding marbel itu yang seharusnya telah terjatuh keluar berkumpul secara bersamaan seolah-olah waktu telah diputar kembali dan mulai untuk bergabung secara bersamaan pada seluruh dinding itu.
 
 
Clung, clung, suara keras itu berbunyi setiap kali lubang itu menutup—
 
 
"Aaaaaah!!"
 
 
Dan dengan rapi tertutup dihadapan mata Eugeo, teriakan keluar darinya sementara dia berlari secepat yang dia, seolah-olah tidak ada apapun yang telah terjadi.
 
 
Dia dengan cepat memukul dengan tangannya, dua, tiga kali.
 
 
Bahkan setelah kulitnya rusak dan darah menyembur keluar, dinding yang baru itu tetap tidak rusak, tidak menunjukkan satupun tanda-tanda rusak.
 
 
"Kirito——!! Alice———!!"
 
 
Dinding marbel putih dan terang itu dengan kejam menutupi teriakan Eugeo.
 
 
<div align=right>(Alicization Rising Selesai)</div>
 
   
 
===Catatan Penerjemah dan Referensi===
 
===Catatan Penerjemah dan Referensi===

Please note that all contributions to Baka-Tsuki are considered to be released under the TLG Translation Common Agreement v.0.4.1 (see Baka-Tsuki:Copyrights for details). If you do not want your writing to be edited mercilessly and redistributed at will, then do not submit it here.
You are also promising us that you wrote this yourself, or copied it from a public domain or similar free resource. Do not submit copyrighted work without permission!

To protect the wiki against automated edit spam, we kindly ask you to solve the following CAPTCHA:

Cancel Editing help (opens in new window)