Tate no Yuusha Vol 2 Chapter 27 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pertumbuhan[edit]

Keesokan paginya.

Raphtalia belajar sampai larut semalam, jadi aku bangun dan menyelinap keluar kamar untuk memeriksa Filo.

Akan sangat merepotkan kalau dia mati kelaparan.

Aku kumpulkan obat-obatan herbal karena belum selesai aku racik kemarin.


“Kweek!”


Aku mendengar suara parau dari kandang.

Melihat sosoknya, kaki dan lehernya bertambah panjang, bentuknya berubah seolah dia itu manju[1]. Kubilang dia terlihat sangat mirip dengan Burung Unta.

Perubahannya menakjubkan. Pertumbuhannya benar-benar berbeda dari unggas yang aku tahu.

Tingginya sekitar tinggi dadaku, jadi masih mustahil untuk seseorang mengendarainya.

Gu…

Tampaknya dia kelaparan. Itulah makanya aku membeli beberapa makanan hewan dari peternakan dan membawanya kesini.

Pengeluaran goldnya cukup parah tapi masih lebih murah daripada harus membeli perlengkapan.

Melihat betapa pesatnya ia tumbuh hanya dalam sehari… Aku punya firasat buruk tentang ini.


“Kau. Baru sehari berlalu sejak kau lahir.”

“Kweeek!”

‘Surisuri’[2] Filo memelukku, yang membuatku tersenyum lembut begitu saja.

Ini tidak berarti muncul kecintaan pada binatang didiriku.

Aku hanya bersemangat untuk tahu apa yang bisa dia lakukan saat dia besar.

Menggunakan dia sebagai pengganti angkutan… Dadaku dipenuhi antisipasi.

Tunggu, aku bisa melihat sedikit warna putih dan merah jambu saat kulihat baik-baik pada bulu-bulunya.

Aku membiarkan perisai ini menyerap bulu itu sebagai cara perawatan.


-Persyaratan untuk Perisai Penjinak Iblis III telah terpenuhi.


  • Perisai Penjinak Iblis III.
-Kekuatan sejati terkunci. . . . . . Bonus Perlengkapan : Perbaikan Pertumbuhan (Sedang)


Hmm… Jadi tidak harus dengan darah. Mungkin ide bagus untuk memotong rambut Raphtalia dan menyerapnya lagi.

Padahal Firo baru saja lahir, tapi ia berlari dan bermain dengan semangat.


“Kwek!”


Walaupun dia bukan anjing, aku bermain bersama Filo dengan melempar batang pohon sampai jauh, lalu dia akan menangkapnya dan mengembalikannya kepadaku.

Kakinya kelihatan cepat, dengan tangkas menangkap dahan yang kulempar bahkan sebelum jatuh ke tanah dan cepat-cepat mengambalikannya.

Dia cukup cerdas.

Kukuku… Sepertinya roda keberuntunganku akhirnya berputar.

Aku tengah bermain dengan Filo sampai Raphtalia terbangun.

Sebuah jenis terapi yang menyegarkan. Peliharaan-peliharaan ini.


“Mm… Aku tidak pernah melihat Naofumi-sama memperlihatkan senyum yang begitu segar sampai sekarang.”


Raphtalia datang kepadaku sambil menggumamkan ketidaksenangannya.

Kalaupun iya, ini hanya senyuman licik.


“Ada apa?”

“Bukan apa-apa.”

“Kwek?”


Chon, chon[3]. Paruh Filo mematuk ringan Raphtalia.


Tampaknya dia ingin melakukan sedikit pendekatan.


“Ha~a… Mau bagaimana lagi.”


Raphtalia tersenyum sembari membelai wajah Filo dengan kedua tangannya.


“Kwee~ek…”


Filo mendekatkan diri kepada Raphtalia, menyipitkan matanya karena merasa nyaman oleh belaian.


“Sekarang, sebaiknya kita berjelajah kemana hari ini?”

“Benar juga. Bagaimana kalau pergi ke padang rumput di selatan agar menghemat pengeluaran makanan untuk Filo?”

“Fumu… Aku rasa begitu.”


Ramuan herbal dan juga rumput liar sudah tumbuh dengan berlimpah di sekitar sana. Aku juga berpikir itu adalah tempat yang bagus untuk dikunjungi.

Untuk sekarang, yang terpenting adalah menghemat uang untuk perlengkapan yang lebih baik.


“Yosh, kalau begitu ayo berangkat.”

“Kwek!”

“Baik!”


Yah, dengan riang kami pergi ke padang rumput sembari bertarung dengan monster dan sedikit menaikan level.


Aku : Lv 25

Raphtalia : Lv 28

Filo : Lv 15


Mengambil tanaman obat-obatan herbal diantara tumbuhan lainnya, kami fokus mencari makanan untuk Filo dan beberapa hasil panen lainnya.

Kami mengalahkan berbagai monster, memenuhi persyaratan membuka perisai dengan status bonus terbaik sekitar +1 atau 2.

… Resep Racikan Menengah untuk perisai ini masih belum ditemukan.


Sore hari itu.

Filo telah tumbuh menjadi Filorial yang menakjubkan.


“Cepat sekali…”


Penjaga penginapan dan pemilik peternakan terkejut. Mau bagaimanapun, tetap saja ini terlalu cepat.

Alasannya bisa jadi karena Perbaikan Pertumbuhan (Kecil) dan (Sedang)


“… Seandainya saja aku memperhatikan tintanya saat membeli Raphtalia… “

“Ahaha…”


Aku penasaran apakah Raphtalia juga ingin tumbuh seperti itu.

Biki…

Terdengar sebuah suara yang mirip tulang retak.


“Kwweek!”


Sesaat kemudian, Filo, yang telah tumbuh besar sampai orang sudah bisa untuk menungganginya, duduk dihadapanku.


“Kau ingin aku untuk naik?”

“Kwek!”


Memutar kepalanya selagi aku naik ke punggungnya, Filo berkicau seolah ini alami.


“Kalau begitu ayo jalan.”


Tapi apakah baik-baik saja tidak memasang pelana atau tali kekang?

Selagi memikirkan itu, aku naik karena dia ingin aku menungganginya. Cukup kokoh berkat perisainya.

Akan baik-baik saja kalaupun aku terjatuh.

Menungganginya… tidak terlalu buruk karena bulu-bulunya.

Tampaknya tidak ada masalah bahkan untuk menjaga keseimbanganku dengan baik.


“Kwek!”


Filo berdiri dengan siap.


“Uwa!”


Pemandangannya lumayan tinggi. Begitu. . . Jadi ini rasanya melihat dari atas Filorial.

Aku tidak tahu karena belum pernah menunggang sebelumnya, tapi, menunggangi binatang itu, terasa seperti mendapat pengalaman baru.


“Kweeek!”


Filo mulai berlari selagi aku memikirkan betapa ceria kicauannya!


“Kau, hey!”

“Na, Naofumi-sama—“


Drap drap drap!

Wa, begitu cepat! Pemandangannya berlalu begitu saja, dan suara Raphtalia menjauh dalam sekejap.

Drap drap drap!

Aku ingin menguji Filo. Saat ia dengan enteng berkeliling kota, dan berhenti di depan kandang.

Dan duduk, lalu aku turun.


“Apakah anda baik-baik saja!?”


Raphtalia berlari ke arah ku dengan cemas.


“Oh, ya. Aku baik-baik saja. Tapi memang cepat sekali.”


Filo bahkan nampak tidak kelelahan dan mulai merawat bulunya sendiri.

Aku terkejut ketika kecepatannya melampaui yang aku bayangkan. Aku mungkin sudah membeli sesuatu yang bagus.


“Kalau begitu, cukup untuk hari ini, ayo kembali ke kamar kita.”


Tiba-tiba, seseorang mencengkram kerah baju pelindungku.

Saat aku melihat kebelakang, aku melihat Filo menarik leherku dengan paruhnya.


“Ada apa?”

“Kwweeek!”


Aku diminta untuk jangan pergi oleh sebuah kicauan yang terdengar seperti ratapan.


“Hn?”


Yah baiklah.

Dan, saat aku mencoba untuk pergi, lagi-lagi aku ditarik.


“Apa?”

“Kwwwek!”


Filo menuntut dengan sedikit tidak senang dan mengetuk kakinya ke tanah.


“Eeh, bukannya sudah cukup mainnya?”

Filo menggelengkan kepalanya ketika Raphtalia bertanya.


Dia mengerti tutur kata?


“Apakah kau kesepian?”


Aku mengangguk kasar pada keduanya.


“Kwweek!”


Ia mulai memohon dengan membentangkan sayapnya.


“Walaupun begitu…”


Aku tidak mau tidur di kandang, dan aku tidak bisa membawa monster sebesar ini ke kamar tidur didalam penginapan.


“Mari kita temani dia disini sampai dia tertidur.”

“Mm… yah, baiklah.”


Dia ini memiliki tubuh yang besar, padahal baru 2 hari berlalu semenjak ia menetas. Walau seekor binatang, masih terlalu dini untuk meninggalkannya di kandang ketika malam.

Hari itu di kandang, aku belajar huruf-huruf dunia ini bersama Raphtalia.

Filo memperhatikan kami dengan tenang sambil beristirahat di sarangnya.

Biki


“Ah… memang tidak bisa membaca huruf semudah itu!”


Kalau ada perisai yang bisa melakukannya aku ingin segera mencarinya.


“Mau bagaimana lagi, aku pikir akan buruk untuk Naofumi-sama kalau terus mengandalkan sesuatu seperti perisai legendaris.”

“…Raphtalia. Kau bahkan sudah belajar untuk berkata seperti itu sekarang ya.”

“Ya. Maka dari itu, mari belajar sihir dan bahasa bersama.”


…Sial.

Tidak ada yang bisa membuat hal ini mudah. Sembari berharap usahaku tidak percuma, kami melanjutkan belajar di kandang sampai Filo terlelap.

Setelahnya, kami kembali ke kamar dan mulai membuat obat dengan tumbuhan yang baru tadi didapat.

... Hasilnya, yah, jangan tanya – karena aku tidak bisa menguraikan resepnya.



Translator note[edit]

  1. Manju
  2. Efek suara mengeluskan diri pada seseorang
  3. Suara patukan seperti ‘tuk tuk’
Sebelumnya Chapter 26 – Filo Kembali ke Halaman Awal Selanjutnya Chapter 28 – Tendangan untuk Lari