Tate no Yuusha Vol 2 Chapter 25 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Hadiah Kehidupan[edit]

Nah sekarang, selanjutnya apa?

Aku ingat sisa ramuan dari serbuan yang lalu.

Walau aku sudah menyiapkannya sebelumnya, pada akhirnya aku tidak pernah menggunakannya. Mungkin lebih baik kalau menjual mereka ke toko obat.


“Ayo pergi ke toko obat lalu, ke pandai besi.”

“Naofumi-sama, kita tidak akan memperoleh bantuan lagi jadi kita perlu lebih hati-hati dengan harta kita. Kita harus menahan diri, jangan lagi seperti apa yang sudah kita lakukan sejauh ini.”

“Dimengerti.”

“Sekarang, kita akan baik-baik saja dengan perlengkapan saat ini. Pertimbangkan membeli yang baru kalau benar-benar butuh saja.”

“…”


Fumu, itu ide yang bagus.

Tapi, kami cuma punya barang murahan dibanding Pahlawan lainnya.

Aku pikir ide yang bagus untuk memberikan Raphtalia senjata yang lebih baik saat kami mulai bertarung dengan musuh yang lebih kuat.


“Baru beberapa hari semenjak kita mendapat senjata baru. Bayangkan apa yang Paman akan pikirkan.”

“Ya…”


Paman dari toko senjata sudah memberikan kita banyak pelayanan.

Walau dia menerima barang kami untuk ditukar, kami tidak akan bisa membeli perlengkapan yang lebih bagus dengan uang kami sekarang.


“Baiklah, saatnya menabung kalau begitu.”

“Ya!”


Yah bukan ide yang buruk untuk berhemat.


“Sekarang, ayo ke toko obat.”


Setelahnya, kita berangkat ke toko obat. Pemiliknya tersenyum ramah saat melihat kami.


“Apa? Apa yang terjadi?”


Biasanya, dia punya tatapan tak enak diwajahnya ketika melihat kami, jadi melihatnya tersenyum membuat bulu kudukku berdiri.


“Bukan apa-apa. Hanya ingin berterima kasih jika kau berkunjung.”

“Hah?”


Kami berdua kebingungan.


“Aku dengar kalian berdua menyelamatkan kenalanku di Desa Riyuuto. Mereka suruh aku untuk membantu kalian jika memungkinkan.”

“Oh… Begitu.”


Saat penyerbuan berakhir, semua warga Desa Riyuuto berterima kasih kepada kami. Sepertinya kenalannya adalah salah satu dari mereka.


“Jadi, terima kasih untuk pertolongannya.”


Si pemilik toko mengambil buku dari sebuah lemari dan menyerahkannya padaku.


“Apa ini?”

“Kau sudah pernah membuat obat-obatan level menengah, buku ini punya banyak resep untuk obat sejenis itu. Sekarang waktu yang bagus untukmu mencoba resep-resep ini.”

“…”


Perlahan kubuka buku resep level menengah ini. Jilidnya lumayan rusak tapi huruf-hurufnya masih tertulis jelas.

Ya. Tidak bisa kubaca.


“T-terima kasih. Akan aku baca nanti.”


Sudah seharusnya aku berterima kasih padanya karena membantu kami.

Resep-resep untuk obat dengan harga tinggi seharusnya bisa ditemukan disini.


“Senang mendengarnya.”


Aku merasa tertekan karena mungkin aku tidak akan memenuhi harapannya.

Aku sudah menyerah mencoba membaca bahasa dunia ini… tapi mungkin ide yang bagus untuk mulai belajar.


“Pemilik toko sihir juga memintamu untuk mampir.”

“Toko sihir?”

“Naofumi-sama, itu toko yang menjual buku-buku sihir.”

“Oh, begitu.”


Kukira itu hanya toko buku… tapi setelah kuingat lagi, mereka punya benda seperti bola kristal belakang toko.


“Dimana itu?”

“Toko besar yang ada dipinggir jalan utama.”


… Ahh. Salah satu toko buku terbesar di kota.


“Jadi, bagaimana aku bisa membantumu hari ini?”

“Ah, hari ini—“


Aku menjual ramuan-ramuanku dengan harga yang lebih tinggi dari biasanya.

Aku juga membeli peralatan baru dengan uang barusan sebelum beranjak ke toko sihir.


“Oh, kau si Pahlawan Perisai. Kau sudah menolong cucuku.”

“Uh…”


Aku tidak tahu sama sekali siapa yang dia maksud tapi mungkin seseorang dari desa. Si wanita tua di toko sihir menyapa kami dengan halus.

Si wanita tua sedikit gemuk dan mengenakan pakaian seperti penyihir.


“Jadi apa yang kau butuhkan?”


Aku melihat sekeliling toko sihir yang kukira hanya toko buku.

Ada barisan buku apek dan banyak kristal ditaruh dibelakang kasir.

Bersama dengan benda-benda seperti tongkat, benar-benar terasa seperti toko sihir.

Ngomong-ngomong, bagaimana caranya menggunakan sihir di dunia ini?


“Apakah gadis muda disana itu temanmu?”

“Hmm? Ah.”


Aku mengangguk melihat Raphtalia.


“Tolong tunggu sebentar.”


Ucap si wanita tua dan mengambil sebuah bola kristal dari belakang kasir, kemudia ia mulai merapalkan suatu mantra.


“Baik, nah Pahlawan Perisai-sama. Bisa anda lihat kedalam bola kristal ini?”

“Ah, tentu.”


Ada apa ini?

Itu yang kupikirkan sambil menatap kedalam bola kristal.

… Bolanya bersinar sedikit tetapi aku tidak menyadari hal lainnya.


“Hmm… Nampaknya Pahlawan Perisai-sama cocok untuk sihir dukungan dan penyembukan.”

“Eh?”


Aku cocok untuk menggunakan sihir!?

Cepat ajari aku kalau begitu… yah aku tidak bisa banyak mengeluh karena aku tidak akan mengerti juga.


“Berikutnya gadis muda disana.”

“Ah, baik.”


Aku bergeser saat selanjutnya Raphtalia melihat kedalam bola kristal.


“Hmm. Sudah kuduga, gadis muda dari ras Rakun ini cocok untuk sihir cahaya dan kegelapan.”

“’Sudah kuduga’, berarti ini sudah biasa?”

“Ya… ras gadis ini berbakat untuk membuat ilusi menggunakan distorsi cahaya dan penyelimut kegelapan.”


Aku mengerti. Jadi ras Rakun itu mirip dengan Tanuki[1] . Bahkan di Jepang sendiri, Tanuki itu semacam mahluk yang bisa berubah wujud menjadi manusia.


“Jadi bagaimana sekarang?”

“Ini, hanya barang dari wanita tua di toko sihir ini.”


Kemudian si wanita tua menyerahkan tiga buku kepada kami.

Buku lagi! Padahal aku tidak bisa membaca, kenapa kau juga memberikan kami buku?


“Sebenernya aku ingin memberikan kalian bola kristal, tapi nyawa wanita tua ini bisa dalam bahaya jika itu kulakukan.”

“Apa maksudmu?”

“Bukannya Pahlawan Perisai-sama tahu kalau seseorang bisa belajar suatu mantra dengan mengeluarkan sihir yang sesuai dari bola kristal?”


Apa!? Berarti aku bisa menggunakan sihir meski tidak bisa membaca?


“Baru-baru ini ada pesanan banyak dari negeri ini… bola-bola kristal untuk para Pahlawan. Banyak yang sudah dikirim, apa Pahlawan Perisai-sama tidak tahu?”

“Tidak sama sekali.”


Karena raja sampah itu. Kemungkinan besar bola-bola itu diberikan pada pahlawan lainnya.

Astaga, mereka meninggalkanku untuk mati.


“Meskipun buku-buku sihir itu merepotkan, siapa saja bisa mengerti 10 mantera dalam satu bulan bila belajar dengan tekun.”


Jadi, 1 mantera dengan bola kristal dan sekitar 3 mantera tiap biki sihir; walau aku masih belum bisa membacanya. Tidak, karena dia bilang sebulan, mungkin ada hal yang lain di buku ini.


“Aku minta maaf.”

“Tidak tidak, buku-buku sihir ini lebih dari cukup.”


Jawab Raphtalia sambil tersenyum. Aku ikut mengangguk.


“Jadi berapa banyak sihir yang bisa kami gunakan?”

“Semua ini level pemula. Untuk level yang lebih tinggi... tolong beli bukunya.”

“Ah- Ah.”


Ini adalah toko. Jadi tidak sepantasnya kami tidak bersyukur karena dia sudah merugikan bisnisnya dengan memberikan buku-buku ini begitu saja.


“Terima kasih.”


Sulit untuk mengungkapkannya tapi kami menerima buku-buku ini darinya.


“Ha...”


Aku mendesah.

Aku tidak begitu suka belajar. Apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dengan nilai rendah seperti diriku dengan buku-buku ini?

Baiklah. Akan kupastikan untuk menguraikan resep dan mantera di buku-buku ini.

Itu yang ingin aku katakan.

Aku agak berharap perisaiku mempunyai kemampuan ‘menerjemah bahasa tertulis’.

Ada kemungkinan besar perisaku memiliki resep-resep untuk berbagai obat-obatan. Aku seharusnya bisa menggunakan mereka jika kucoba.

Tetapi, aku bingung pilihan mana yang lebih baik, menghabiskan tenaga untuk mencari di dalam percabangan dari perisaiku atau belajar bahasa untuk mengerti resep obat-obatan dari buku-buku ini?

Dengan pilihan yang kedua, aku harus berurusan dengan biaya dan masalah lainnya.

Tetap saja... hanya memikirkan tentang kemungkinan perisaiku memiliki cara untuk menerjemah bahasa dunia ini membuatku kehilangan semangat.


“Mari belajar sihir bersama.”


Raphtalia dengan senang mengatakannya padaku.


“Tapi aku tidak bisa membaca tulisan dunia ini.”

“Eh, itu makanya kita harus mempelajarinya bersama.”

“Yah... Kurasa itu boleh juga.”


Yah, tidak akan menyakitkan untuk belajar sambil membuat obat.


“Ngomong-ngomong, kapan serbuan selanjutnya?”

“Hm? Ah, sebentar.”


Aku melihat lambang dipojok penglihatanku dan memeriksa menu untuk jadwal serbuan berikutnya.

Berikutnya: 45 hari dan 14 jam.


“Dalam 45 hari.”


Bukannya ini setiap bulan!?

Hmm, yah setelah diingat, baru sekitar 2 bulan sejak aku dipanggil kesini.

Kalau begitu, mungkin batas waktunya lebih lama kali ini.

Baru beberapa hari berselang antara Raphtalia menjadi seorang budak dan lalu bertemu denganku.

Sebulan itu... sudah lama berlalu.


“Yah, punya banyak waktu itu bagus.”


Ada kemungkinan kita tidak banyak menghasilkan apa-apa dalam waktu selama itu.


“Untuk sekarang, apakah kita sudah selesai dengan urusan kita disini?”

“Hmm... kita sudah mengembalikan kutukannya dan menjual obat-obatan. Kita juga sudah menerima buku-bukunya. Kurasa sudah.”


Raphtalia mengingatkan.

Harus kembali kesini karena kita melupakan sesuatu akan membuang banyak waktu.


“Ayo cari makanan lalu setelahnya naikan level sedikit.”

“Baik.”


Sarapan hari ini mengejutkanku. Karena indera pengecapku sudah kembali.

Aku bisa tahu kalau sesuatu itu rasanya enak.


  • Persyaratan untuk Perisai Mortar telah terbuka.[2]
- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Pencampur Pemula


  • Persyaratan untuk Perisai Beaker telah terbuka.[3]
- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Bonus Larutan Cair


  • Persyaratan untuk Perisai Yagen telah terbuka.[4]
- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Kemampuan Bercocok tanam 2


Setelah makan, kami meninggalkan kota dan bergerak ke arah Desa Riyuuto.

Di dekat sana ada tempat dengan jumlah monster yang lumayan banyak.

Aku tidak tahu tempat untuk menaikkan level bagi Pahlawan lainnya. Karena satu-satunya cara untuk mencari tempat-tempat seperti itu hanya dengan bertanya ke penduduk setemat atau mencari sendiri.

Mencari tempat berburu yang layak hanya dengan melihat peta lumayan sulit; cukup untuk dibilang tantangan.

Walau bukannya kami saling berlomba, tapi sedikit membuat frustasi juga tertinggal oleh pahlawan lainnya. Untuk bertarung dengan monster-monster baru dan mengembangkan perisaiku terdengar tidak buruk.

Selagi aku meninggalkan banyak detil, banyak perisai yang telah terbuka. Walau kemampuanku telah naik, itu sendiri menjadi masalah kecil.

Karena perisaiku, pertahananku telah banyak berkembang. Statusku yang lainnya seperti agility, stamina, kekuatan sihir dan SP telah naik semuanya. Semuanya kecuali serangan.

Karena alasan itu, selama serbuan sebelumnya aku tidak terkena luka sama sekali.

Selagi kami dalam perjalanan...


“Ngomong-ngomong, bisakah aku menyerap monster dari serbuan?”


Aku benar-benar lupa tentang itu setelah kembali dari penyerangan, tapi aku ingin tahu jika perisaiku bereaksi terhadap mereka.

Jadi di dekat Desa Riyuuto, kami menemukan kerumunan jasad dari serbuan.

-Persyaratan untuk Perisai Netherworld Locust telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Pertahanan +6


-Persyaratan untuk Perisai Netherworld Bee telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Agility +6


-Persyaratan untuk Perisai Netherworld Corpse Eater Demon telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Pencegah pembusukan (Kecil)


Berikutnya aku periksa jika ada perisai-perisai lainnya yang terbuka karena ini.

Tetapi, persyaratan untuk seri perisai ini tidak perpenuhi dan hanya satu yang baru terbuka.


-Persyaratan untuk Perisai Sengatan Lebah telah terbuka

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Serangan +1
- Efek Istimewa: Perisai Jarum (Kecil) Racun Lebah (Kelumpuhan)


Dengan ini kita terus bergerak. Penduduk desa tengah membuang bangkai Chimera.


“Hei.”

“Ah, Pahlawan Perisai-sama.”


Karena usaha kami dahulu, penduduk desa menerima kami dengan ramah.


“Itu boss dari serbuan?”


Gerutuku sambil melihat ke bangkai Chimera itu.

Aku perhatikan baik-baik mahluk yang disebut seekor Chimera, tapi untuk suatu alasan... tidak terlihat seperti monster dari dunia ini.

Mungkin karena warnanya atau sesuatu, tapi aku tidak bisa menjelaskan kenapa.


“Mahluk yang mengerikan.”

“... Ya.”


Penduduk desa setuju denganku.

Aku bertanya-tanya apakah pahlawan lainnya atau pasukan ksatria sudah mengambil bagian Chimera ini. Yang tersisa dari daging dan bulunya sudah diambil.


“Boleh aku ambil sebagian juga?”

“Silahkan, lagipula kami kesulitan membuangnya juga. Kau butuh kami untuk membantumu dan menyiapkan peralatannya?”

“Kedengarannya tidak buruk... tapi kelihatannnya tidak banyak yang bisa aku gunakan.”


Bulunya sudah dikuliti jadi tidak mungkin membuat sesuatu seperti baju pelindung. Jadi, yang tersisa tinggal... daging dan tulang.. dan ekor ularnya.

Kepalanya sudah diambil. Dilihat lagi, sepertinya ia punya 3 kepala.

Yah siapa peduli, Aku dan Raphtalia memotong bangakinya dan perisaiku menyerap potongannya.


-Persyaratan untuk Perisai Daging Chimera telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Kemampuan memasak+


-Persyaratan untuk Perisai Tulang Chimera telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Resistensi[5] Kegelapan (Sedang)


-Persyaratan untuk Perisai Kulit Chimera telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Pertahanan +10


-Persyaratan untuk Perisai Taring Chimera telah terbuka.

- Kekuatan sejati terkunci...
- Bonus perlengkapan: Kemampuan [Merubah Perisai], Pengolah Penawar Racun+, Resistensi Racun (Sedang)
- Efek Istimewa: Taring Ular Beracun (Sedang), Mengait


Yang terakhir ini tampaknya punya banyak bonus yang berguna. Penambahan pertahannya juga lumayan tinggi.

Tetapi, menggunakan perisai ini membutuhkan level tinggi dan membuka lebih banyak Seri Chimera.

Melakukannya nanti juga tidak apa, tapi ada besar kemungkinan nantinya ini akan berguna untuk serbuan berikutnya.


“Bagaimana dengan sisanya?”


Aku tanya para penduduk desa.


“Toh nanti akan kami kubur juga, jadi ambil apapun yang kau butuhkan.”

“Baik...”


Walau sedikit disayangkan, yang tersisa kebanyakan hanya daging dan tulang.

Kurasa kami bisa simpan tulangnya, tapi dagingnya bisa kita gunakan untuk dijadikan dendeng.

Tidak mungkin bisa untuk di makan sih.

Itu dia. Kurasa nantinya bisa digunakan untuk bahan suatu ramuan sihir.

... Tapi aku tidak yakin kalau ada yang akan membelinya... Ditambah, akan jadi buruk kalau sisanya membusuk. Akan seram juga kalau dengan suatu cara dagingnya bisa beregenerasi jika tidak diawetkan dengan benar.

Lalu tulangnya, kurasa akan baik-baik saja.

Tetapi, bagaimanapun kurasa kami perlu waspada.


“Kalau begitu akan kuambil sebanyak mungkin.”

“Um, tapi akan sedikit berat.”

“Bisa aku minta para penduduk untuk mengurus sisanya?”

“Eh? Jika Pahlawan Perisai-sama meminta..”

“Cukup ambil dagingnya dan keringkan, tapi sisakan sedikit dan cari jika yang mau membeli sebagian. Itu akan membantu pemulihan desa ini. Harusnya ada orang yang mau membeli daging dari monster penyerbuan untuk di teliti.”

“Ya, seharusnya ada.”


Penduduk desa nampaknya tertarik dengan dana pembangunannya jadi mereka terima saranku.

Aku mengurus isi perutnya dan bagian yang mudah busuk lainnya dengan menyerapnya menggunakan perisaiku. Matahari telah terbenam ketika kami tiba di Desa Riyuuto.

Setengah dari desa hancur tapi warga yang selamat semua berkumpul di rumah-rumah yang masih utuh.

Kami mendapatkan satu kamar di penginapan dan dengan tenang menghabiskan sisa hari dengan beristirahat.


“... Meskipun aku ingin membantu untuk membangun kembali desa ini, rasanya kami tidak punya waktu sebebas itu untuk memikirkan orang lain saat ini.”


Hari ini, kami dibantu oleh penduduk Desa Riyuuto.

Mereka berterima kasih atas bantuan kami dengan sisa-sisa Chimera itu, tapi bagi kami menerima makanan gratis dan kamar itu terlalu berlebihan.


“Kau benar. Tapi akan lebih baik kalau kita bisa melakukan sesuatu yang setimpal.”


Penduduk desa yang bisa membaca dan menulis telah memberikan kami daftar alfabet dunia ini.

Dengan kata lain, tabel Hiragana. Atau tabel alfabet dalam Bahasa Inggris.

Setelah itu, karena Raphtalia bisa membaca sedikit, aku memintanya untuk menunjuk huruf-huruf dan mengajarkanku pelafalannya sampai perlahan aku bisa menafsirkan tabelnya.


Dengan ini, mungkin kata-kata bisa kutulis tapi mengerti seluruhnya akan sulit.

Untuk saat ini aku tidak perlu buru-buru untuk belajar huruf-huruf ini.

Disela-sela membuat obat-obatan, aku berusaha keras untuk mengingat karakter-karakter ini.



Translator note[edit]

  1. Rakun dari Jepang.
  2. Alat untuk menumbuk obat
  3. Gelas kimia/laboratorium
  4. Alat untuk menumbuk obat, tapi yang menggunakan sejenis roda
  5. Kekebalan terhadap serangan / effect dari monster bertipe magic.
Sebelumnya Chapter 24 – Undian Telur Kembali ke Halaman Awal Selanjutnya Chapter 26 - Filo