Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 8 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 83 : Pengetahuan Sihir[edit]

Bagian 1[edit]

“Syukurlah kapalnya tidak tenggelam, membuat kita terdampar, dan akhirnya kita terpaksa tinggal di pulau tak berpenghuni.”

“Jangan membuat candaan seperti itu, Raphtalia.”

“Itu bukan candaan, Tuan Naofumi.”

“Ngomong-ngomong, ayo kita segera pergi ke penginapan. Kita tidak bisa memulai pertukaran rekan kalau kita tidak tahu jadwalnya, kan?”


Itu mengingatkanku, sang ratu berpesan padaku agar memberi salam pada seseorang yang bertanggung jawab atas pulau ini.

Meski ini adalah pulau terpencil, pria itu pasti punya pengaruh yang besar, karena banyak orang yang mengunjungi pulaunya.


“Saya ucapkan selamat datang pada keempat Pahlawan dan rekan-rekan anda sekalian.”


Seorang yang membawa sebuah bendera seperti seorang pemandu wisata, dan bagiku terlihat mencurigakan, menghampiri party-ku saat kami menunggu ketiga Pahlawan lain pulih dari mabuk laut mereka.

Pria itu mengenakan seragam militer Melromarc, dan terlihat berusia senja... Bendera itu tidak cocok dipegang olehnya.


“Saya adalah Count[1] Hapenburg, dan saya telah dipercaya untuk mengelola Kepulauan Cal Mira ini.”

“A-aku mengerti...”


Satu-satunya Pahlawan yang keadaannya baik-baik saja adalah aku, jadi aku harus menjawabnya.


“Saya nantikan perkenalan kita selanjutnya.”

“Ah... Begitu pun kami.”


Kemudian setiap Pahlawan memberi salam pada Count Hapenburg, dan pada semua staf pemandu yang mengikutinya.


“Baiklah, Tuan Pahlawan sekalian... Akan saya ceritakan dari awal mula sejarah Kepulauan Cal Mira...”


Eh...

Dia benar-benar seorang pemandu wisata. Menyusahkan dan menjengkelkan...


“Kami datang ke sini bukan untuk melihat pemandangan...”


Lebih baik aku tidak ikut dalam perjalanan wisata dan mempelajari berbagai budaya pulau ini, karena di sini ada banyak poin EXP menggiurkan yang bisa kami dapatkan.


“Sudah sudah, tidak ada salahnya anda menyimak sebentar... Sejak dahulu kala, keempat Pahlawan telah melatih diri mereka di sini...”


Saat Count tersebut mulai bercerita, kami dipandu dan berjalan hingga melewati sebuah pasar.

Ada beberapa benda yang aneh di sana. Bukankah yang di sana itu seekor pinguin, kelinci, tupai, dan anjing yang memakai topi santa? Di sana juga terdapat sebuah tiang totem[2] dengan bentuk keempat binatang tadi, yang dihiasi dan ditumpuk ke atas satu sama lain.

Karakter pinguin memegang sebuah tongkat pancingan, kelinci memegang sebuah pacul, tupai memegang sebuah gergaji, dan anjingnya membawa segulung tali tambang.

Apa-apaan ini?


“Oh? Tuan Pahlawan Perisai ternyata memiliki mata yang tajam. Mereka berempat adalah ‘pelopor’ yang telah mengembangkan pulau ini, yaitu Pengin-chan, Usagi-chan, Risu-chan, dan Inu-chan.”


Semua namanya memakai bahasa Jepang. Tidak, mungkin ini dikarenakan sistem penerjemah pada “senjata legendaris”-ku.


“Ngomong-ngomong, yang telah menamai mereka keempat Pahlawan di masa lalu...”


‘Selera pemberian nama’ keempat Pahlawan masa lalu itu rasanya...

Ah, Count itu masih bercerita.


“Para Tuan Pahlawan telah berteman dengan keempat monster ini, dan memberi mereka nama yang mirip dengan binatang di dunia mereka.”


...lagipula selera pemberian nama mereka cukup buruk.

Apa nama keempat binatang ini tidak bisa diubah sedikit?


“Kalau begitu, apa keempat monster ini masih ada di pulau ini?”

“Tidak... Setelah mengembangkan pulau ini, mereka pergi untuk mencari daratan yang baru. Setelahnya, mereka tidak pernah terlihat lagi.”


... Singkatnya, keempat jenis monster itu menjadi hampir punah.

Dan juga, keberadaan mereka sendiri sudah cukup diragukan. Apalagi tentang monster yang menjadi “pelopor” pulau...


“Ehh... mereka kelihatannya lezat~”


Filo mengatakan itu sembari meneteskan liur.

... Kalau aku pikir-pikir, monster ini saja sudah sangat gembira hanya karena menarik kereta. Kenyataan ini begitu misterius.

Kemudian sesuatu yang tertulis pada tiang totem, mencuri perhatianku.


“Apa itu?”

“Sepertinya ini adalah prasasti yang ditinggalkan oleh Empat Pahlawan yang dulu.”

“Menarik.”


Perlahan aku dekati prasasti itu.

Cukup tinggi kemungkinan bahwa keempat Pahlawan tersebut adalah orang Jepang. Bahkan kalau mereka bukan orang Jepang sekalipun, mungkin pada prasasti ini ada informasi penting dari tempat lain di Bumi. Kalau tulisan ini bukan dari bahasa Jepang, lalu dari bahasa apa?

Atau jangan-jangan...


“Oi! Ini bukan tulisan Jepang. Ini palsu!”


Setelah Motoyasu berseru begitu, kedua Pahlawan lain menghampiri prasasti tersebut, dan akhirnya memastikan kalau tulisan itu tidak bisa mereka baca.


“Ini aneh... Padahal menurut tradisi turun temurun, prasasti ini muncul saat Pahlawan yang baru akan datang ke sini...”

“Apa kau bercanda? Ini adalah tulisan sihir dari dunia ini.”


Tulisan sihir... Ini cukup merepotkan. Selain aku, ketiga Pahlawan ini tidak mempelajari tulisan dunia ini.

Bagaimana cara mengatakannya... Tulisan pada totem ini akan berubah, sesuai dengan orang yang menghampirinya. Begitulah sifat dari tulisan sihir.

Contohnya saja, jika aku mencoba membaca buku sihir Raphtalia tentang sihir ilusi, aku takkan bisa menerjemahkannya. Saat kucoba menerjemahkannya, tulisan dalam buku itu malah terlihat seperti kata-kata yang konyol.

Walau begitu, Raphtalia bisa memahami tulisannya, dan memakainya untuk rapalan sihir.

Meski ada bahasa yang umum untuk tulisan sihir, namun masih sulit dalam penggunaannya. Dan jika kau tidak memiliki kecocokan dengan jenis sihirnya, maka kau takkan bisa menggunakannya.

Bagian 2[edit]

“Apa kau bisa membacanya, Naofumi?”

“Yang kalian bertiga andalkan hanyalah bola kristal yang si Sampah berikan, sedangkan aku tidak mendapatkan apa-apa. Aku terpaksa harus belajar membaca tulisan dunia ini.”

“Jadi, apa maksud tulisan ini?”

“Biar kulihat...”


Setelah Motoyasu bertanya begitu, aku pun mencoba membaca dan menerjemahkan prasasti tersebut.

Tidak disangka, prasasti ini terdiri dari kata-kata yang sederhana.


“Aku adalah Pahlawan Perisai yang memerintah inti dari kekuatan. Aku telah membaca dan memahami satu legenda. Tingkatkan seluruh kekuatan...! Tzuvait - Aura!”


Aku bisa mengarahkan sihir ini pada orang lain! Hmm... Apa kuarahkan saja pada Filo?

Setelah melambaikan tanganku ke arah Filo, dia pun terselimuti “kain” sihir yang tembus pandang.


“Wa~! Tiba-tiba Filo merasa sangat bertenaga!”


Filo melompat-lompat ke sana ke mari. Bahkan dalam wujud manusia yang dia pakai sekarang, Filo sekarang bisa melompat sangat tinggi.

Dalam tampilan status-nya, semua atribut Filo telah meningkat.


“Aura... Sihir yang digunakan oleh Pahlawan Legendaris di masa lalu. Itu adalah sihir leluhur yang meningkatkan semua kemampuan seseorang.”


Gumam seorang rekan Itsuki dengan suara yang pelan.

Jadi ada juga legenda semacam itu?


“Hebat! Kami akan mempelajarinya juga!”


Seolah ini adalah sebuah game, Itsuki dan kedua Pahlawan lain pun mencoba membaca sihir yang telah kuterjemahkan.

Walau begitu...


“Huh...? Aku tidak bisa membacanya.”

“Aku baru ingat, kalian bahkan tidak bisa membaca tulisan dunia ini, apalagi tulisan sihir.”


Mereka bertiga menjadi kesal, karena biasanya mereka dengan mudah mempelajari sihir dari bola kristal.


“Naofumi.”


Itsuki menoleh ke arahku dan menyebut namaku.


“Apa?”

“Kapan kau mendapatkan sihir penerjemah pada perisaimu?”

“Aku mempelajarinya sendiri! Jangan terus bergantung pada kemampuan senjatamu!”

“Dasar pelit!”


“Itu benar! Beritahu kami cara mendapatkannya!”


Yang benar saja, orang-orang ini...

Seakan Itsuki dan Motoyasu tidak mengerti dengan apa yang sudah kukatakan. Usaha yang sudah kalian kerahkan, akan terlihat hasilnya pada meningkatnya kemampuan senjata kalian.


“Saat aku bisa mempelajari sihir Aura, bukan berarti kalian juga bisa mempelajarinya.”

“Jadi itu jawabanmu. Kalau begitu, pasti ada sihir lebih kuat yang bisa kami dapatkan.”


Itsuki terlihat tersinggung.

Alasannya mungkin karena dia menganggap kemampuannya berada dibawahku, walau aku telah mengatakan jawaban yang sebenarnya. Ditambah serangannya juga tidak berpengaruh besar pada pertarungan melawan si Uskup.

Serangannya juga gagal mengenaiku saat aku masih menjadi buronan. Kemudian aku bertanya.


“Jadi, selanjutnya kita akan pergi ke mana?”

“Dengan terus mengikuti jalan ini, kita akan sampai beberapa penginapan di Kepulauan Cal Mira, dan untuk kendaraan yang ada...”


Akan kuambil garis besar dari cerita panjang Count.

Karena Pulau Cal Mira sekarang telah aktif, jumlah monster di sini pun mulai bertambah. Dan karena bertambahnya jumlah monster, situasi di sini pun jadi mengkhawatirkan, hingga para Pahlawan dan petualang dipanggil untuk menumpas mereka. Kami juga bisa memanfaatkan situasi-nya untuk menaikkan level kami.

Karena itulah, Count Hapenburg akan merasa terbantu jika kami menghabisi monster-monster di sini secepat mungkin. Sebenarnya kami boleh “merebut mangsa monster” yang sedang diburu para petualang lain, tapi akan lebih baik kalau kita menghindari masalah, seperti halnya ‘etika’ yang ada dalam game online.

Nanti akan ada sebuah perahu kecil yang mengantarkan penumpang untuk menyeberang ke pulau lain. Untuk kemungkinan terburuknya, aku harus menyeberang dengan cara berenang.

Penginapan yang telah disiapkan sang ratu untuk kami, adalah penginapan dengan kualitas tertinggi. Penginapan ini lebih baik dari semua penginapan yang pernah kutempati sebelumnya... Bahkan ini bisa dianggap sebagai hotel bintang 5 di dunia asalku.

... Apa penginapan ini, sebelumnya adalah bangunan kastil atau semacamnya?

Singkatnya, suasana di penginapan ini begitu mengesankan. Dindingnya terbuat dari marmer yang mengkilap. Ada sebuah patung di tengah ruangan penginapan, bukan air mancur seperti yang biasa dibangun dalam hotel di duniaku. Apa sekarang aku memang berada di Hawaii?

Saat dipandu menuju kamar masing-masing rombongan Pahlawan, kami berjalan di atas karpet yang mewah. Pihak penginapan juga telah memindahkan dan mengurus barang bawaan kami dan kereta Filo.


“Ini adalah jadwal yang menjelaskan setiap acara yang akan berlangsung, degozaru.”


Sosok Shadow yang pola bicaranya tidak asing itu, merubah wujudnya menjadi Melty.


“Melty?”

“Tuan~, dia bukan Melty...”


“Itu benar, degozaru.”

“Kau...”


Sungguh penyamaran yang membingungkan. Sesaat aku benar-benar menyangka Melty telah datang ke tempat ini. Bahkan aku tidak mengerti, bagaimana Shadow ini mengubah tinggi badannya.


“Baiklah, degozaru. Saya telah ditunjuk agar secara khusus membantu Tuan Pahlawan Perisai, degozaru.”

“Aku tahu keterampilan khususmu adalah menyamar... Tapi kenapa kau menyamar menjadi Melty?”

“Agar Tuan Pahlawan merasa lebih tenang, degozaru.”

“Tapi wujudmu ini membuatmu muak, hentikan saja.”

“Saya mengerti, degozaru.”


Shadow itu pun “melenyapkan” wujud Melty-nya, dan kembali menjadi sosok semula dengan pakaian ninja-nya.

Terasa menjijikan, melihat wajah seseorang yang kukenal “dikuliti” seperti itu.


“Ngomong-ngomong... Kenapa cara bicaramu seperti itu?”

“ ‘Gozaru’? ”

“Ya, yang itu.”

“Ini sudah menjadi kebiasaan saya, degozaru. Saya bisa menghentikannya kalau memang diperlukan, degozaruyo.”


Itu mengingatkanku saat aku masih menjadi seorang buronan, seseorang yang menyamar sebagai penduduk desa telah membantuku. Sampai saat ini, aku tidak menyadari yang telah membantuku adalah Shadow.


“Tuan Puteri Melty menyukai cara bicara saya, jadi saya pun ditugaskan menjadi pengawal rahasia Tuan Puteri Melty, degozaruga.”

“Ah... Yah, tentu ini membuatmu lebih mudah dibedakan dari para Shadow yang lain.”

“... Anda seharusnya tidak seyakin itu bisa meneliti sesosok Shadow, degozaruyo.”

Bagian 3[edit]

Apa? Itu adalah kritik yang mencurigakan, rasanya Shadow yang berbicara padaku ini bukan Shadow yang pernah kutemui.

Yah, kalau dipikir lagi, akan jadi masalah jika sesosok Shadow bisa dikenali orang lain.


“Jadi, kau ini Shadow yang berbeda dari yang sebelumnya?”

“Anda salah paham, degozaru.”

“...”


Membingungkan saja!


“Saya hanya mengingatkan, agar anda tidak menilai siapa saya hanya dari kebiasaan berbicara saya, degozaru.”

“Terserah.”


Lagipula aku juga tidak mau tahu cara membedakan kalian, para Shadow. Sarannya itu tidak akan mengubah apapun.


“Apa kita bisa melanjutkan pembicaraan kita, degozaruka? Saya akan jelaskan tentang jadwal acaranya, degozaru.”

“Ah... tentang pertukaran rekan, bukankah dibutuhkan persetujuan dari semua Pahlawan?”

“Apa Tuan Pahlawan Perisai tidak setuju, degozaru?”

“Tidak, aku tidak setuju...”


Aku tidak tahu tentang Motoyasu, tapi Ren dan Itsuki sepertinya memiliki kebiasaan untuk menyembunyikan keberadaan mereka.

Sebenarnya, mereka bertiga tidak akan tahu apa yang selama ini kulakukan. Dan juga saat acara ini berlangsung, kecil kemungkinan terjadinya kebocoran informasi.


“Saya telah mendapatkan persetujuan ketiga Tuan Pahlawan yang lain, degozaru.”

“Apa?”

“Saya bilang, saya telah mendapatkan persetujuan mereka bertiga, degozaruyo.”

“Aku mengerti...”


Aku kecewa saat tahu mereka bertiga mau bekerja sama semudah itu. Apa aku saja yang telah salah menduganya?

Tenanglah, aku masih yakin mereka tidak akan mau ikut serta.


“Yang Mulia Ratu telah mengirim beberapa Shadow untuk ‘membujuk’ para Tuan Pahlawan, dan membuat mereka tertarik dengan kekuatan yang dimiliki Tuan Pahlawan Perisai, degozaru.”

“Yah...”


Kalau kupikir lagi, semua rekan mereka memandang rendah diriku. Jika aku menunjukkan performa yang mengesankan, selanjutnya apa yang akan mereka pikirkan tentangku?

Meski sebenarnya lebih baik aku ikut serta, karena terlalu berbahaya terus mengandalkan kekuatan dari Rangkaian Kutukan.


“Semua Tuan Pahlawan paling tertarik kepada Nona Filo.”

“Aku mengerti.”


Kekuatan Filo memang sangat kuat dibandingkan dengan level-nya. Menurut pengamatan Glass, kekuatan Filo ini menyaingi Ren, ditambah dia memiliki serangan sihir juga pergerakan yang cepat.


“Fue~?”


Filo yang tertidur di sampingku, terbangun dan menatapku dengan mata mengantuknya.

Maksudku... Ketiga orang itu tertarik pada Filo... Itu membuatku sedikit kesal.

Seperti yang kukira, itu pasti hanya kesalahpahaman saja.


“Lalu? Kapan pertukaran rekan dan informasi-nya dilakukan?”

“Saya telah menanyakannya pada setiap Tuan Pahlawan, degozaruka. Entah kenapa, semua Tuan Pahlawan kecuali Tuan Pahlawan Perisai, ingin segera melakukan pertukaran rekan, degozaru.”

“... Bukankah kita tidak perlu melakukan pertukaran informasi?”


Aku ingin mendengar lebih banyak tentang tempat-tempat di sekitar Pulau Cal Mira... Meski tidak mengenakkan rasanya kalau harus menanyakannya pada ketiga orang itu.


“Aku ingin menjadi yang pertama melakukan pertukaran informasi, tapi mungkin nanti akan muncul beberapa masalah. Apa permintaanku ini bisa diterima?”

“Tidak apa-apa. Karena menurut jadwal, pertukaran informasi dilakukan di hari pertukaran rekan, degozaru.”

“Aku mengerti. Jadi, berapa lama kita tinggal di tempat ini?”

“Lama waktu seluruh perjalanan dan acaranya adalah 12 hari. Setengahnya akan digunakan untuk pertukaran rekan, degozaru. Kalau Tuan Pahlawan Perisai menginginkannya, pertukaran rekan bisa dilakukan sesegera mungkin, degozaru.”

“Yah... Untuk sekarang, itu terlalu cepat.”

“Waktu takkan terasa berlalu, degozaru.”

“Kami baru saja melakukan ‘wisata keliling’ tadi...”

“Kalau begitu, saya tidak berkata lebih jauh, degozaru... Karena Tuan Pahlawan Perisai masih belum memahami banyak hal, degozaru, saya akan menjelaskannya sebaik mungkin, degozaru.”


Cerita panjang Shadow tersebut seperti ini.

Kelihatannya pertukaran rekan ini melibatkan semua rekan Pahlawan, tapi hanya Pahlawan-nya saja yang berpindah kelompok. Untuk urutan perpindahan kelompoknya, pertama aku bertukar rekan dengan Motoyasu, yang kedua dengan Ren, dan yang ketiga dengan Itsuki. Raphtalia, Filo, dan semua rekan Pahlawan lain tetap diam bersama rekan-rekan asal kelompoknya.


“ ‘Permainan hukuman’ macam apa ini, sampai aku mendapat giliran pertama bertukar dengan kelompok si Jalang?”

“Setengah hari telah berlalu sejak kita tiba di pulau ini, degozaru. Dimohon pertimbangkan baik-baik, degozaru.”


Tentu saja karena terpotong waktu perjalanan, waktu yang akan dipakai bersama si Jalang dan party-nya akan menjadi yang tersingkat. Aku harus memikirkannya baik-baik.


“Kalau begitu, aku pergi dulu. Kalian berdua, berjuanglah.”


Saat aku berjalan ke arah pintu kamar, aku memperhatikan Raphtalia dan Filo.

Untuk sementara, party kami akan dibubarkan. Yah... itu tidak jadi masalah, karena mereka adalah budakku.


“Baik...”


Raphtalia mengangguk dengan cemas, dan Filo sepertinya tidak paham dengan apa yang terjadi sekarang.


“Kalian akan menjadi rekan Motoyasu. Berhati-hatilah, orang itu hanya memikirkan selangkangannya saja. Kalian tidak boleh lengah... Filo. Jika orang itu membuat masalah, langsung tendang dia.”

“Baik~”


“Tuan Naofumi... Aku tahu itu, tapi...”


Raphtalia nampaknya sedikit gelisah.

Berbicara tentang Motoyasu, selama ini Pahlawan Tombak telah menjadi musuh kami hingga sekarang. Mungkin sekarang orang itu gemetar, karena saking gembiranya bisa satu party dengan Raphtalia dan Filo. Untuk sekarang, kelihatannya gencatan senjata dengan orang itu, mustahil dilakukan.

Untuk saat ini, kita akan mencoba menahan diri dan berteman dengan Motoyasu, sembari terus mengamatinya.


“Kalah begitu, saya akan mengantar anda, degozaru.”


Dengan perasaan tidak menentu yang sulit kusingkirkan, aku pun pergi ke luar kamar penginapan...

Referensi :[edit]

  1. Count adalah gelar kebangsawanan Eropa yang bermakna sekutu, sekutu kaisar/duta kaisar, pemimpin angkatan bersenjata, atau dapat juga diserupakan dengan gubernur yang memimpin sebuah provinsi/wilayah lebih kecil yang disebut county. (dikutip dari Wikipedia)
  2. Totem adalah makhluk halus (roh), benda keramat, atau tanda yang melambangkan sekelompok orang seperti keluarga, marga, garis keturunan, atau suku. (dikutip dari Wikipedia)