Tate no Yuusha Jilid 4 Bab 5 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 80 : Pemberian Semangat[edit]

Bagian 1[edit]

“Tuan Kitamura, jangan sampai salah memanggil nama si Jalang.”


Mulut Motoyasu menganga saking kagetnya. Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Motoyasu?


“Sebagai puteri kerajaan, namanya adalah Jalang. Dan sebagai petualang, namanya adalah Pelacur.”

“Ke... Kenapa anda bisa setega ini! Apa anda benar-benar ibunya Malty?”

“Ya, itu benar. Tapi yang kau sebut itu adalah nama awal dia, sekarang namanya adalah Jalang.”


Sang ratu mengalihkan pandangan matanya, untuk memberi isyarat pada para prajuritnya.

Si Jalang pun segera ditarik dan dipisahkan dari Motoyasu.


“Tunggu! Apa yang kalian lakukan! Aku adalah-”

“Kau berani memprotes, petualang rendahan? Kau tidak punya kewenangan apapun di sini.”


“Harusnya anda tidak sekasar itu pada seorang gadis!”

“Tuan Kitamura... Jika kau tidak menyebut namanya dengan benar, maka setiap kali kau melakukan itu, aku akan menambahkan hukuman untuknya.”


Masih tidak mau mempercayai apa yang didengarnya, Motoyasu memelototi sang ratu.


“Ada banyak alasan kenapa namanya diubah. Pertama, si Jalang telah menuduh Tuan Iwatani memperkosanya. Kedua, dia telah memanfaatkan insiden yang mengancam keselamatan adiknya, Melty. Ada banyak alasan lainnya untuk hukuman ini, tapi kedua alasan itulah masalah utamanya. Dan ini masih termasuk hukuman yang ringan.”

“Kenapa anda bisa-bisanya berkata seperti itu!?”

“Aku yakin kau akan berterima kasih pada Tuan Iwatani, atas hukuman yang ringan ini.”


Setelah tidak mendapatkan apa yang dia mau, Motoyasu memelototiku dengan kesal.


“Pencucian otak-”


“Tidak ada kekuatan itu tidak pernah ada.”

“Ya, yang dikatakan Tuan Iwatani itu benar. Harap Tuan Kitamura tidak tertipu lagi dengan rumor palsu yang disebarkan Gereja Tiga Pahlawan. Tuan Iwatani telah mendapatkan kepercayaan masyarakat, atas kerja kerasnya sendiri.”

“Itu benar.”


Sepertinya sang ratu juga mulai sedikit kesal, karena kelakuan nekat puterinya yang tidak kunjung berubah. Apa si Jalang masih belum menyesal juga? Meski aku belum sepenuhnya mempercayainya, aku merasa kasihan pada sang ratu.

Sang ratu pun mengacungkan kipas lipatnya ke atas.


“Dengan ini aku nyatakan, bahwa semua tuduhan buruk pada Tuan Iwatani sang Pahlawan Perisai tentang memperkosa rekan petualangnya, sebagai omong kosong!”


*Prok Prok Prok Prok!!!*


Tepuk tangan para hadirin pun riuh terdengar.

Dengan ekspresi wajah yang “menakjubkan”, Motoyasu memandang ke sekeliling aula dengan gelisah.


“Kau... Kau pikir ini lucu, Naofumi?!”


Apa? Kau masih menganggapku pelaku pelecehan seksual?

Apa hasratmu untuk membentuk harem sekuat itu, hingga tidak mempedulikan apapun yang “wanita”mu lakukan?


“Baiklah, Tuan Kitamura... Mulai sekarang harap panggil dia dengan nama yang benar. Dan ingat baik-baik, setiap kali kau salah menyebutkan namanya, maka waktu pengabdiannya pada negeri akan diperpanjang.”

“Jangan bercanda!”


Entah kenapa, Motoyasu kembali memelototiku.


“Tuan Iwatani tidak ada hubungannya dengan hukuman ini. Sekarang, panggil si Jalang dengan benar.”

“S-Siapa yang mau memanggilnya begitu!?”

“Kalau begitu, aku akan memisahkanmu dari si Jalang, dan dia takkan pernah bisa menebus kesalahannya terhadap negeri ini. Bukankah begitu, Tuan Iwatani?”


“Mhmm.”


“Gadis ini--”

“Tidak, aku tidak mau! Tuan Motoyasu!”


Si Jalang sadar situasi sekarang semakin merugikan dirinya, dan dia mulai memohon pertolongan Motoyasu.

Meski begitu, semua orang kecuali Motoyasu tahu, kalau yang dilakukan si Jalang sekarang hanya demi menyelamatkan dirinya saja. Tidak mungkin dia menyesali perbuatannya secepat ini.


“Ugh...”

“Tuan Kitamura harus mengerti, karena gadis ini sejak awal adalah seorang pecundang, dan tumbuh dewasa dengan memandang rendah pada orang lain.”

“Mein tidak seperti itu! Orang inilah yang bersalah!”


Motoyasu berseru dan menunjuk ke arahku.

Apa kau masih belum sadar, kalau posisi “spesial”-mu di kerajaan ini sudah tidak ada lagi? Apa kau akan tetap mempercayai semua kebohongan, yang selama ini selalu “disumpalkan” ke dalam otakmu?

Sebenarnnya aku bisa saja membiarkan sang ratu menangani masalah ini, tapi... Mungkin aku bisa mengakhiri perdebatan ini tanpa kekerasan.


“Baiklah. Kalau kau sangat ingin berduel, aku akan terima tantanganmu.”

“Tuan Iwatani... Apa kau yakin? Kalau begitu, akan kuizinkan kalian berdua bertarung untuk membuktikan siapa yang benar. Tapi aku tidak mengizinkan kalian saling membunuh.”

“Yah, aku mengerti. Dengan syarat, ini adalah pertarungan satu-lawan-satu.”


Aku tidak mau dihantam serangan sihir dari belakang lagi.


“Itu tidak perlu dipertanyakan lagi!”

“Yah, aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau kau tetap ingin bertarung, tapi coba pikirkan sejenak. Siapa target yang selalu gagal kau serang dengan jurus terkuatmu?”


Motoyasu terlihat sedikit gugup, dan terus menatapku.


“Kalau kau benar-benar ingin bertarung melawanku tanpa bantuan rekanmu, apa kau yakin bisa menang?”

“ *Kuh* ...”

“Ngomong-ngomong, aku bisa memulihkan diriku sendiri... Aku yakin kau bisa membayangkan, apa yang akan terjadi jika pertarungan kita tidak berakhir dengan cepat.”


Sekarang aku juga bisa balas menyerang, tidak seperti dulu.

Seperti yang kukira, semangat bertarung Motoyasu menurun drastis setelah dia mengingat pengalaman buruknya.

Bagian 2[edit]

“Sial...”


“Kalau Tuan Kitamura tidak menyebut namanya dengan benar, aku akan memisahkan kalian berdua.”

“Mama!”


“Ah...”


Si Jalang berteriak pada sang ratu, dengan ekspresi seseorang yang telah dijatuhkan harga dirinya.

Motoyasu mencoba bergumam pelan, dengan raut wajah yang begitu tertekan.


“Pelacur...”

“Perisai!! Aku tidak akan memaafkanmu!!!”


“Teruslah berbicara semaumu, Jalang!”


Setelah aku balas meneriaki si Jalang, sang ratu memerintahkan para prajuritnya untuk melepaskan si Jalang.


“Sudah cukup. Harap Tuan Kitamura mengerti, bahwa kau sudah tidak bisa lagi menyalahgunakan kewenanganmu, dengan mengajukan permintaan aneh yang akan merugikan Tuan Iwatani. Karena aturan yang kuterapkan, adalah memperlakukan semua Pahlawan dengan setara.”

“Bagian mana dari semua ini yang setara!?”

“Wah wah. Selama aku tidak berada di negeri ini, apa Tuan Kitamura menganggap aku akan memalingkan muka, terhadap semua kemalangan yang dibebankan pada Tuan Iwatani? Apa Tuan Kitamura pernah memperlakukan semua Pahlawan dengan setara?”


Ren dan Itsuki tiba saat perdebatan ini terjadi.


“Tuan Pahlawan Pedang, Tuan Pahlawan Busur... Harap kalian juga mengerti. Sebenarnya, puteriku si Jalang, yang telah memfitnah Tuan Iwatani. Sebagai hukuman untuknya, namanya sekarang diganti menjadi Jalang. Hukuman ini pun diputuskan sebagai bentuk simpati kami terhadapnya.”


“Ah... Tentu.”

“A-Aku mengerti.”


“Dimohon untuk mematuhi peraturan ini, sebagai bentuk permintaan maaf pada Tuan Iwatani atas semua masalah yang dia alami sebelumnya. Karena kalian, para Tuan Pahlawan, telah mendapatkan banyak kebijakan khusus yang tidak didapat Tuan Iwatani.”


Sang ratu pernah mengatakan, untuk sementara waktu, aku akan diberikan perlakuan khusus oleh pihak kerajaan... Tapi para Pahlawan yang lain kelihatannya tidak begitu yakin dengan ketidakbersalahanku. Motoyasu berdiri di samping si Jalang dengan khawatir, selagi si Jalang menatap sang ratu dengan ekspresi yang tidak senang.

Setelah Ren dan Itsuki menganggap situasi sekarang sudah terkendali, mereka berdua masih berdiri mematung dengan raut wajah yang sulit ditebak. Seolah dalam hati mereka berkata “Itu benar...” saat menatap Motoyasu, yang mereka anggap telah di anak emaskan oleh si Sampah selama ini.


“Jalang, mengganti namamu saja sepertinya belum membuatmu jera, dan karena kau telah membuat masalah bagi Tuan Iwatani, aku akan menambah hukumanmu.”

“Diam! Jangan panggil aku Jalang!”

“Sepertinya kau belum menyesal sedikitpun... Kalau begitu, tidak ada pilihan lain.”


Sang ratu menepuk kedua tangannya, lalu seorang penyihir kerajaan pun datang dan membawakannya satu wadah tinta.


“A-Apa yang akan anda lakukan!?”


Motoyasu meninggikan suaranya, karena merasa suasana sekarang mulai mengancam. Para prajurit segera menahan Motoyasu, selagi penyihir tersebut memulai upacara untuk si Jalang. Sang ratu menusukkan jarum pada jarinya, lalu meneteskan darahnya ke dalam tinta tadi.

Itu... Jadi begitu ya, ternyata “itu” yang akan dilakukan sang ratu.


“T-Tidak! Lepaskan aku!”


Seperti yang diduga dari si Jalang, dia sadar apa yang akan terjadi padanya. Dia mati-matian terus berontak, namun para prajurit menahannya agar tetap diam.

Meski Motoyasu tidak tahu apa yang sedang terjadi, akhirnya dia berhasil melepaskan diri dan menyiapkan tombaknya.


“Hentikaaaaaaaaaaan!”


Kau pikir aku akan membiarkanmu mengganggu ritual ini?

Untuk mengurung Motoyasu, kurubah bentuk perisaiku menjadi Perisai Kemurkaan dengan berusaha mengendalikan amarahku.


“Shield Prison!”


“T-Tidak! Pergi kalian! Kalian pikir aku ini siapa!?”

“Bukankah kau hanya seorang petualang biasa? Tidak, tunggu... Kau adalah seorang penjahat. Ini adalah hukuman bagi tindakanmu memberikan racun pada Tuan Iwatani.”


Saat sang ratu mengingatkan posisi si Jalang, dia memberikan isyarat pada penyihir kerajaan.

Kemudian campuran tinta tersebut diteteskan pada dada si Jalang, dan seketika lambang stigma muncul di sana.


“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”


Setelah si Jalang berhenti berteriak, lambang tadi pun menghilang, berbeda dengan yang terjadi pada Raphtalia.

Pada badan Raphtalia, lambang stigma-nya tetap membekas... Sedangkan lambang pada si Jalang segera lenyap.


“Ini adalah tanda kutukan budak tingkat tinggi. Biasanya tanda itu tidak akan muncul sebelum syarat pengaktifannya terpenuhi. Dan saat tanda itu muncul, maka hukuman yang telah ditentukan, akan diaktifkan.”


Berarti itu adalah tanda kutukan, yang mirip dengan kontrak kutukan pada Filo?


“Syaratnya adalah menyerang Tuan Iwatani. Dengan serangan langsung dengan fisik atau sihir, ataupun serangan tidak langsung dengan racun, semuanya tidak diizinkan!”


Si Jalang memelototi sang ratu dengan berlinang air mata.


“Mei... Pelacur, kau baik-baik saja?”


Setelah Motoyasu terbebas dari kurungan perisaiku, dia berlari menghampiri si Jalang dan membopongnya. Aku ingin tahu, apa Motoyasu telah memilih keputusan tepat.

Setelah menerima “serangan balik” yang telak ini, pasti Motoyasu dan si Jalang merasa sangat tertekan.


“Baiklah, bisa kita kembali membahas urusan kita?”


Sungguh perubahan emosi yang cepat. Apa ini termasuk kelebihan dari sang ratu? Sang ratu terkesan berhati dingin.


“... Urusan apa itu?”


Ekspresi wajah Ren dan Itsuki juga menjadi kaku.


“Ya, aku yakin yang akan kujelaskan ini akan menarik minat Tuan Pahlawan sekalian.”


Apa yang sebenarnya yang akan sang ratu katakan?

Bagian 3[edit]

Aku terus menyimak perkataan sang ratu,walau masih merasa ragu tentangnya.


“Sebuah negeri yang berada di seberang lautan, yaitu Pulau Cal Mira... Sekarang telah menjadi aktif. Aku meminta keikutsertaan semua Tuan Pahlawan untuk pergi ke sana.”


Pulau apa yang dimaksud sang ratu? Kenapa pulau itu disebut telah aktif?


“Uoooooooooooo!?”


Ketiga Pahlawan itu menjadi bersemangat.

Motoyasu... apa kau sudah melupakan nasib si Jalang? Padahal baru tadi kau dan si Jalang dipermalukan.


“Acara apa itu? Apa akan muncul sesuatu di sana?”

“Karena Tuan Iwatani belum mengetahuinya, akan kujelaskan dulu. Pulau itu hanya aktif setiap 10 tahun sekali, dan ada fenomena pada waktu aktif-nya, poin EXP yang didapat di sana akan jauh lebih banyak.”


Penjelasan sang ratu bisa diringkas seperti ini.

Pulau yang disebut Cal Mira, adalah pulau yang terkenal dijadikan sebagai tujuan wisata liburan, dan banyak monster yang menghuni tempat tersebut. Saat masa aktif-nya yang terjadi setiap 10 tahun, pulau itu juga terkenal di kalangan para petualang, yang ingin meningkatkan level mereka dengan cepat.

Nampaknya, acara ini akan sangat membantu keempat Pahlawan, yang merasa level-nya masih lemah.


“Tentu saja, kami telah menyewa pulau tersebut. Aku minta semua Pahlawan ikut serta.”


Dalam game online, apa acara ini mirip dengan event dungeon khusus? Apa monster di sana memiliki poin EXP lebih besar, daripada ketangguhan bertarung mereka?

Kalau kau seorang gamer, kau pasti akan sangat menanti event semacam ini. Walau begitu...


“Persiapannya telah selesai, dan aku ingin semua Tuan Pahlawan ikut serta dalam acara besar ini.”


“Acara besar?”

“Apa yang harus kami lakukan di sana?”


Sang ratu kemudian menjawab pertanyaanku dan Ren.


“Di Pulau Cal Mira, semua Tuan Pahlawan akan melakukan pertukaran rekan, dan informasi satu sama lain. Tentu saja, itu pun kalau kalian berempat setuju.”


...............


“Apa---!?”

“Apa---!?”

“Apa---!?”


Akhirnya sang ratu mengucapkan permintaan yang aneh.



Di hari berikutnya.


“Tidaaaaaaaaaaaak!”


Di depan mataku, sang ratu menyiksa si Sampah dengan membekukannya.

Aku merasa lega saat melihat wajah kesakitan si Sampah.


“Sungguh... Tuan Iwatani ternyata memiliki informasi yang luas.”


Setelah mendengar tentang Pulau Cal Mira, aku setuju untuk ikut serta,agar kami bisa meningkatkan level kami bertiga di sana.

Berdasarkan perbincanganku dengan sang ratu, kolam air panas di Pulau Cal Mira juga menjadi tempat yang bagus untuk berendam. Terlebih lagi, sepertinya kolam air panas di sana bisa menyembuhkan kutukan.

Tapi ada satu masalah.

Meski aku tidak akan kesulitan di sana, Raphtalia dan Filo masih belum melakukan Peningkatan Class, yang berarti mereka takkan bisa menaikkan level. Saat aku mengatakan itu pada sang ratu, dia “menyeret” si Sampah hingga situasi ini terjadi.

Setelah pembekuan terhadap si Sampah memaksanya untuk mengaku...


“Kalau begitu tidak ada pilihan lain. Tolong mulailah perjalananmu setelah meningkatkan Class di ruangan Jam Pasir Naga bersama rekan-rekanmu.”

“Apa anda tidak akan ikut berangkat ke pulau itu?”

“Ada urusan dalam negeri yang harus kuselesaikan. Sebagai gantinya, aku akan mengirim beberapa Shadow.”


Yah, sudah kuduga.


“Berbicara tentang keberangkatan ke pulau itu, kenapa kami harus saling melakukan pertukaran rekan dan informasi...?”


Sepertinya suasana sekarang menjadi tidak mengenakkan.


“Apa kau tidak setuju dengan rencananya?”

“Tidak, dari awal aku tidak suka dengan mereka bertiga.”

“Dengan melakukan pertukaran informasi pada ketiga Tuan Pahlawan yang lain, mungkin kau akan menemukan cara yang berbeda untuk menjadi lebih kuat.”

“Yah...”


Itu bisa menjadi salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan.

Kalau harus jujur... Akan merepotkan untuk mengalahkan mereka tanpa menggunakan Rangkaian Kutukan pada perisaiku. Tinggal menunggu waktu sebelum mereka bertiga membuka Rangkaian Kutukan mereka sendiri, meski dalam penggunaannya, aku masih lebih unggul daripada.

Aku tidak suka dengan rencana sang ratu, tapi mungkin akan berguna ke depannya.


“Kenapa kami harus bertukar rekan juga?”

“Agar kau bisa memperhatikan cara rekan-rekan mereka bertarung dalam kelompok.”

“Hanya itu saja?”

“Tidak, jangan lupa dengan pertukaran informasi-nya. Jika mereka tidak waspada, mungkin kau bisa mempelajari bagaimana mereka memperkuat diri.”


Aku harus berhati-hati dalam mempertimbangkan keputusan ini. Hal sebaliknya dari yang diharapkan bisa juga terjadi. Tapi jika aku memikirkan tentang serangan gelombang, sangat penting bagi kami semua untuk menjadi lebih kuat.

Karena ke depannya kami para Pahlawan akan bertarung bersama, akan sangat membantu jika aku tahu bagaimana cara mereka bertarung.


“Ternyata si Sampah bisa mengusulkan ide sebagus ini.”

“Jadi rencana ini berasal dari usulan si Sampah!?”

“Yah, meski awalnya rencana ini dibuat untuk memberikan perlakuan khusus pada Tuan Kitamura.”


Aku mengerti, jadi rencana ini dibuat untuk mencuri informasi dari para Pahlawan yang lain.

Si Sampah ini cukup cerdik juga, meski aku tidak merasa akan menjadi bagian dari rombongan yang berangkat menuju Pulau Cal Mira.


“Dengan begitu, apa kau mau ikut serta?”

“Itu ide yang bagus. Mungkin akan menguntungkan jika aku ikut.”

“Karena penghitungan kas negara masih belum selesai, aku tidak tahu berapa banyak dana bantuan yang bisa kusiapkan untuk Tuan Iwatani. Kau bisa mendapatkannya nanti setelah kembali dari acara tersebut.”

“Anggapanku, semua biaya hidup di sana telah ditanggung, benar?”

“Tentu saja, kami akan menanggung semua biaya tersebut. Baiklah, bisa kita pergi ke ruangan Jam Pasir Naga sekarang? Karena persiapannya telah selesai, kita akan membuat kontrak sihir di sana.”

“Aku mengerti. Ayo kita pergi.”


“Baik.”

“Baik~!”


Ngomong-ngomong, malam kemarin Filo tidur bersama Melty, karena Melty ingin tidur di dalam bulu-bulu Filo. ...Aku ingat saat seorang pengajar di istana menjerit setelah memasuki kamar Melty.

Bersama sang ratu dan Melty, kami pun pergi ke ruangan Jam Pasir Naga.

Referensi :[edit]