Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 22 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 72 : Perisai Kemurkaan[edit]

Bagian 1[edit]

“Meteor Sword!”

“Meteor Bow!”


Jurus Meteor yang menjadi kebanggaan Ren dan Itsuki ditembakkan untuk menyerang Uskup, namun dia kembali melindungi dirinya dengan dinding sihir yang baru, dan terus menjaga ekspresi tenangnya sembari memegang tombak legendaris tiruan.

Semua rekan Ren dan Itsuki juga menggunakan jurus dan sihir mereka, namun dinding sihir lainnya melindungi Uskup, agar tidak ada satupun serangan mereka bisa mengenainya.


“Kalian para peniru memang pantas memiliki kekuatan selemah ini.”


“Sial...”

“Ini buruk. Ternyata jurus rahasianya bisa mengatasi serangan kita.”


“Kalau kalian sendiri tidak yakin, lalu untuk apa kalian datang ke mari?!”


Meski telah dibantu kedua orang ini dan semua rekan mereka, peluang kami memenangkan pertarungan ini masih terlalu kecil.


“Apa kalian telah memikirkan rencana untuk melawannya?”

“Mau sampai kapan kau mengejek kami seperti itu?”


Senjata Ren dan Itsuki mulai bersinar, tapi kali ini mereka terlebih dulu mengumpulkan energi sebelum melancarkan serangan mereka.


“Thunder Slash!”

“Thunder Shot!”


Uskup itu membelalakkan mata dengan terkejut. Saat dia menerima serangan Ren dan Itsuki, dinding sihirnya mulai retak.


“Kau takkan sempat menangkisnya! Dengan begini, aku sudah cukup mengulur waktu!”


Dinding sihirnya sebelumnya telah dihancurkan Kutukan yang Membakar Diri, dan sekarang Motoyasu beserta kedua pahlawan busuk lainnya, juga bisa menghancurkan dinding sihir tersebut.


“Aku masih bisa bertarung... Tapi aku kehabisan SP.”

“Rengekanmu seperti seorang pecundang saja.”


Karena tidak kusangka mereka memiliki keterampilan bertarung yang kuat, sejauh ini aku belum ikut membantu mereka.

Apakah terlalu terlambat bagiku ikut bertarung? Apa aku terlalu mengkhawatirkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi nanti?


“Fufufu… para Pahlawan yang bodoh. Kalian pikir kalian bisa mengalahkanku, sang pemegang senjata legendaris?”


Para pengikut Uskup segera merapalkan sihir pemulihan untuk menyembuhkannya.

Ini mulai merepotkan. Serangan yang susah payah kami lancarkan, sekarang telah dipulihkan seketika.


“Jika teman-teman kami membantu menghadangmu, maka akulah yang akan mengalahkanmu. Itu adalah tugasku sebagai seorang Pahlawan.”

“Semuanya. Aria Penghukuman akan dimulai sekarang.”


Para pengikut Uskup mengangguk dan mulai merapalkan sihir.


“Semua peniru dan rekan-rekan mereka adalah makhluk jahat.”


Wow. Kesan fanatik dalam pernyataannya terlalu tajam.

Bahkan jika balabantuan yang Ren dan Itsuki panggil telah datang sekalipun, aku masih tidak yakin kami bisa memenangkan pertarungan ini.


“Baiklah, apa kita akan akhiri saja sekarang?”


Uskup itu benar-benar akan membunuh kami semua. Jurus Brionac telah disiapkan, dan sekarang dia menyerbu ke arah kami.


“Naofumi.”

“Apa?”


Ren menghampiriku dan bertanya.


“Ayo kita satukan kekuatan kita untuk mengalahkan orang ini.”

“Jujur saja, bekerja sama dengan kalian semua terlalu memuakkan bagiku.”


Padahal mustahil juga untuk bisa berhasil kabur dari tempat ini. Terlebih lagi, jika mereka kembali menggunakan mantra “Penghukuman”, sepertinya aku takkan bisa menahannya lagi.


“Seseorang harus menyerangku dan menganggapku sebagai musuh yang sangat dibenci, lalu aku harus bisa menjangkau Uskup itu. Setelahnya, menjauhlah dariku - seranganku akan melukai siapapun yang ada di dekatku.”


Satu-satunya serangan efektif yang kupunya adalah Kutukan yang Membakar Diri. Jika aku bisa mendekati Uskup itu, harusnya seranganku ini berhasil.


“Aku mengerti.”

“Kalau begiru, apalagi yang kalian tunggu!?”


Kuarahkan sihir pendukung pada semua Pahlawan dan rekan-rekan mereka, lalu menyiapkan diriku untuk melindungi mereka yang bertarung dalam jarak dekat, baik itu dengan serangan fisik ataupun sihir.

Setelah poin pertahanan ditingkatkan oleh sihir pendukung, semua Pahlawan menyerang dengan formasi yang tidak-kusangka begitu terencana.


“Ayo maju!”


Kami pun mengincar Uskup terlebih dahulu. Uskup tersebut mengacuhkan kami dan tetap fokus pada jurusnya.

Satu-satunya cara agar aku mendapatkan kekuatan serangan yang kuat, adalah dengan menerima serangan yang kuat pula. Karena selama ini aku terus meningkatkan poin pertahananku, aku harus terkena damage yang besar untuk mengaktifkan keterampilan bertarungku.


“Naofumi!”


*TRANGG!!*


“Uoooooooooooooooooo!”

Tombak Motoyasu menghantam perisaiku, dan itu membuat Kutukan yang Membakar Diri kembali aktif. Para pengikut Uskup yang tidak menyanyikan Aria Penghukuman mencoba mensucikan api kutukanku, tapi dinding sihir Uskup itu tetap bisa dihancurkan lagi.

Segera kuteriakkan Air Strike Shield dan Change Shield, lalu kugunakan Kail untuk menarik mundur diriku ke belakang ketiga Pahlawan yang lain. Kemampuan Khusus dari Kail membuatku bisa mengaturnya sesuai kemauanku, jadi kuikatkan tali Kail itu di tanganku, dan Kail-nya sendiri kugunakan sebagai “jangkar”.


“Thunder Slash!”

“Lightning Spear!”

“Thunder Shot!”


Ketiga Pahlawan lain menggunakan jurus terkuat mereka untuk menyerang Uskup.


“Brionac!”


*ZZHHUUUWWW!!!*
*BZZT BZZT BZZT!!!*


Walau begitu, Uskup tersebut menangkis semua serangan itu dengan jurusnya!

Jurus ketiga Pahlawan dan Uskup saling menabrak satu sama lain, dan tembakan energi dari kedua pihak tersebut menimbulkan suara percikan listrik di udara.


“Goooooooooooooo!”

“Yooooooooooooo!”

“Heaaaaaaaaaaaaa!”


Aku jadi teringat dengan anime lama di mana dua arus energi saling bertabrakan, dan terus beradu untuk menentukan tembakan energi siapa yang paling kuat[1]

Semua rekan Pahlawan juga ikut mendukung dengan sihir mereka, dan Uskup itu pun sedikit demi sedikit semakin tertekan.

Bagian 2[edit]

Atau itulah yang kupikirkan...


“Fufu… Hanya sebesar itukah kekuatan kalian?”


Senyum Uskup tersebut masih belum hilang.

Tidak mungkin! Dia tidak sedang mengerahkan seluruh kemampuannya!?


“Tidak... Masih belum! Aku menolak dikalahkan secepat ini!”


“Itu benar! Kami masih bisa bertarung!”


“Yah, kita akan tingkatkan kekuatan serangan kita!”


Mereka bertiga menggunakan seluruh SP untuk memperkuat “tembakan energi” mereka.

Meski hanya sedikit, aku ingin membantu mereka juga. Tapi... Aku tidak bisa menyingkirkan perasaan tidak enak ini, bahwa ada sesuatu yang salah di sini.


“Baiklah, mungkin kita harus mengakhiri pertarungan ini secepat mungkin?”


Uskup itu bergumam dengan nada yang sama, dan terus meningkatkan kekuatannya.

Sial! Kalau kami mati di sini, itu akan sangat merepotkan! Maksudku, aku memang ingin ketiga Pahlawan ini mati, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat...

Aku pun mendorong ketiga Pahlawan itu agar menepi dan berhenti melancarkan jurus mereka, aku menggantikan posisi mereka.


*ZZHHUUWWW!!!*
*TRRANGG!!!*


Aku tetap menahan serangan Uskup itu dengan perisaiku, walau rasa sakitnya hampir tak tertahankan olehku.

Setelah beberapa saat - yang terasa sangat lama, akhirnya serangan energi itu lenyap.


“Haah…haah…”

"Menarik... Tidak kusangka Iblis Perisai mampu menahan seranganku."


Uskup itu berkata dengan datar sembari memutar-mutar tombaknya.


"Kau baik-baik saja?"


Saat aku menoleh ke belakang, yang kulihat hanyalah pemandangan yang samar. Semua area kecuali area tepat di belakangku, telah hancur lebur.

Namun berkat mereka yang mendukungku di belakang, hanya sedikit damage yang kuterima.


”Tzuvait - Heal!”


Berkat sihir pemulihan itu, luka yang kudapat segera terpulihkan.

Jika ketiga Pahlawan itu tidak terlebih dulu menangkal serangan Uskup dengan jurus gabungan mereka, mungkin sekarang aku sudah mati.


“Sial…SP kita…”

“Aku juga.”


“Sama.”


Aku beri mereka beberapa Obat Penyembuhan Jiwa, walau sepertinya kami tidak punya cukup waktu untuk memulihkan diri.


*Yooooooooo!!!*


Tiba-tiba aku mendengar suatu teriakan perang yang nyaring. Sepertinya balabantuan yang Ren sebut telah datang.


"Baiklah, aku sudah bosan meneruskan permainan dengan iblis ini. Akan kumusnahkan kalian, dan memanggil keempat Pahlawan yang sesungguhnya. Tapi, untuk sekarang biar kubuat mereka sibuk dulu."


Uskup itu merubah wujud tombaknya menjadi pedang, dan mengambil ancang-ancang. Wujud pedangnya mirip dengan sosok burung phoenix. Mungkin ini adalah jurus yang lebih kuat daripada Brionac.

Gawat... balabantuan pasukan keamanan pasti belum tahu Uskup memiliki senjata rahasia. Hampir dipastikan pasukan mereka akan langsung hancur.


"Semuanya, mari sama-sama kita panggil hukuman suci untuk mereka."


Dia berencana menyerang bersama semua pengikutnya. Walau tidak banyak, proses perapalan mantra mereka memberi kami sedikit waktu.


"Jadi hanya sampai sini saja perjuangan kita..."


Wajah ketiga pahlawan menjadi pucat.Tidak peduli seberapa nekat kami bertindak, peluang keberhasilan kami tetap rendah...

Tidak, bukankah keadaan ini juga mirip saat aku bertarung melawan Motoyasu? Pantaskah kuakui, kalau aku sudah berusaha keras? Apa aku benar-benar telah melakukan yang terbaik?

Tiba-tiba, aku jadi teringat sesuatu.

Ini adalah pertaruhan yang sangat beresiko, lagipula riwayat kami sebentar lagi akan tamat. Tidak ada salahnya kami mengeluarkan semua kemampuan yang kami punya.


“Ren, ke sini sebentar.”

“Ada apa? Apa kau punya rencana lain?”


Setelah kuminta Ren untuk menghampiriku, dia menurutiku walau tetap terlihat mencurigaiku.


*Deg Deg...*


Denyutan pada perisaiku semakin kuat, dan sekarang perisaiku mulai bergetar. Sampai sekarang, sengaja kutahan amarah dari Inti Naga terhadap Ren.

Ya... Bertambahlah... Berikan padaku amarah yang lebih besar!


"Raphtalia, ulurkan tanganmu..."

"Baik."


Berkat Raphtalia, aku bisa mengendalikan besarnya aliran amarah dari Perisai Amarah.

Aku genggam tangan Raphtalia, dan mengarahkan perisaiku pada Ren.

Lalu aku tatap Motoyasu dan si Jalang, yang membuatku mengingat gejolak kemurkaan yang ingin kuhindari sebelumnya.

Kemudian aku merasa telah melupakan semuanya, yang tersisa hanyalah kabut hitam pekat dan kebencian yang kuat.


Perisai Amarah telah mengalami pertumbuhan dikarenakan kebencian yang meluap.
Perisai Amarah dari Rangkaian Kutukan
telah ditingkatkan menjadi Perisai Kemurkaan!


Perisai Kemurkaan 3
Bonus Pemakaian : Keterampilan bertarung [Change Shield (Serangan)] , [IronMaiden] , [Blutopfer][2]

Kemampuan Khusus : Kutukan yang Membakar Diri, Peningkatan Kekuatan Fisik, Amukan Naga, Auman Amarah Rekan, Pembagian Energi Sihir, Zirah Amarah (Menengah)


“UOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOH!!!”

Seketika, hatiku tenggelam dalam amarah yang gelap.

Referensi :[edit]

  1. KA... ME... HA... ME... HAAAAAAAAA!!!
  2. Blutopfer dalam bahasa Jerman adalah "Pengorbanan Darah". (keterangan dari sumber terjemahan)