Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 17 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 67 : Hutan[edit]

Bagian 1[edit]

“Ada sebuah desa di barat daya dari sini.”


Dua hari berlalu sejak selesainya “urusan” Fitoria dengan Filo. Kami pun mendatangi desa, yang sebelumnya di sana terjadi masalah tanaman yang disebabkan oleh Motoyasu.

Ngomong-ngomong, pengaruh Pertumbuhan Kemampuan dari seri Perisai Filolial, lebih didahulukan daripada bonus pemakaian bentuk perisai yang lain. Karena Raphtalia dan Filo belum bisa menaikkan level, pemakaian ‘kemampuan bertarung’ akan sangat berguna dalam pertarungan kami.

Setelah aku menaikkan keahliannya selama satu jam lebih, bonus pemakaian dari semua bentuk Perisai Filolial level rendah akhirnya telah terbuka. Karena ini adalah hadiah yang berharga, ditambah keadaan yang kami hadapi sekarang, tentu saja aku akan memanfaatkan bantuan apapun yang kuterima. Sejak awal, bisa membuka semua bentuk perisai pada seri Perisai Filolial, sudah melebihi harapanku. Ditambah lagi, pengaruhnya membuat kecepatan Filo meningkat.

Yah, ini adalah hal yang bagus. Kami sangat beruntung... Sekarang yang menjadi masalahnya, desa di barat daya sudah menjadi hutan lebat lagi.


“Ini semua salahku...”

“Mungkin memang begitu.”


Kami terus berjalan menembus hutan lebat, dengan menepis tumbuh-tumbuhan yang kami lewati. Melty terkejut setelah tahu bahwa melebatnya hutan ini dikarenakan kesalahanku.

Saat berpikir bibit Bio Plant yang kuberikan ternyata tidak memperbaiki masalah para penduduk desa, rasanya tidak pantas juga aku menyalahkan Motoyasu.


“Tapi tidak ada monster aneh yang berkeliaran~”


Sembari memantau lingkungan sekitar, Filo bergumam begitu.


“Begitu ya...”


Mungkin perubahan yang kubuat pada bibitnya, lebih kuat dari dugaanku.

Sambil menyibakkan semak-semak dan dedaunan, kami bertemu dengan seorang penduduk desa.


“Ah, Tuan Pahlawan Perisai.”


Apa yang harus kami lakukan? Melarikan diri? Tidak, kudengar banyak penduduk desa yang tidak percaya, dengan tindakan kejahatan yang dituduhkan padaku.

Kalau para warga desa percaya dengan tuduhan itu, sudah dari awal mereka melaporkan keberadaanku pada pihak kerajaan.


“Berkat Tuan Pahlawan Perisai, kami bisa bekerja dengan tenang.”

“Maaf?”


Aku bertanya pada penduduk desa itu sambil memandang ke sekitar.


“Ini...?”

“Ya, apa anda belum menyadari, kalau daerah ini sudah menjadi daerah pertanian?”

“Yang kulihat sejauh ini hanyalah hutan yang lebat.”

“Kami bisa mengembangkan usaha pertanian dalam skala besar, berkat bibit yang Tuan Pahlawan Perisai berikan pada kami.”


Penduduk desa itu dengan bangga menunjuk ke arah tumbuh-tumbuhan di sekitar kami.

Terlihat ada banyak buah berwarna merah cerah mirip-tomat, yang menggantung pada banyak tumbuhan di sini.


“Sayangnya hanya satu jenis buah yang tumbuh, tapi buahnya telah menjadi produk khas desa kami.”

“Pemulihan desa kalian cepat juga...”


Bukankah ini baru satu bulan sejak ‘serangan tumbuhan’ terjadi di desa mereka? Ini cukup mengesankan.


“Lalu selama ini sama sekali tidak terjadi masalah pada tanamannya?”

“Tidak ada.”

“Kalau begitu... itu hal yang bagus, bukan?”


Penduduk desa itu tersenyum kecil mendengar jawabanku.

Dahulu kala, mungkin pencipta tanaman Bio Plant berharap kemakmuran seperti ini bisa terjadi. Sekarang, impiannya telah menjadi kenyataan tepat di depan mataku.

...Pemandangan yang cukup luar biasa.


“Jadi, Tuan Pahlawan Perisai akan pergi ke mana? Bukannya Silt Welt berada di jalur yang sebaliknya?”

“Yah, kami berencana melarikan diri lewat sini.”


Aku ragu, apa aku harus menceritakan keadaan kami pada penduduk desa itu atau tidak. Jadi aku memberinya jawaban yang samar.


“Aah... Sepertinya masalah yang anda hadapi cukup serius.”

“Singkatnya ini bukan masalah yang sederhana.”


Yah, lagipula bukan masalah mereka juga.


“Jangan khawatir, kami takkan melaporkan anda pada para prajurit ibukota.”

“Tindakan apapun yang kalian ambil nanti, aku ucapkan terima kasih.”


*Krubuuk...*


“Filo lapar~”


Filo menatap tomat-tomat yang tumbuh di sekitar sini dengan ekspresi kelaparannya. Aku jadi ingat, kebanyakan muatan untuk makanan Filo berasal dari desa ini.


“Makanlah.”


Penduduk desa itu menunjuk ke arah banyak buah yang besar untuk Filo makan.


“Yey~”


Saat Filo mulai melahap makanannya, penduduk desa itu juga memberikan beberapa buah-buahan pada kami bertiga.

Pada semua tomat ini terdapat sedikit rasa jeruk mandarin... Rasanya enak, tapi bagiku terasa ada sesuatu yang kurang. Bagi Raphtalia dan Melty, rasa buah ini sangat enak.


Saat kami beristirahat dan makan siang, beberapa penduduk desa menghampiriku, dan aku berikan beberapa makanan masakanku pada mereka.


“Setidaknya, kalian sudah membantuku.”


“Anda tidak perlu sungkan begitu.”

“Untuk sementara waktu, berhati-hatilah...”


Secara tidak langsung, mereka memperingatiku tentang tanaman yang sewaktu-waktu bisa menjadi berbahaya.


“Aku mengerti.”


Kami pun menghabiskan makan siang kami.


“Sampai jumpa.”

“Ya. Saya selalu mendo’akan agar Pahlawan Perisai bisa membuktikan ketidakbersalahan anda.”


Kami pun kembali menerobos hutan lebat menuju perbatasan negeri.

Baru 50 meter dari perpisahan kami dengan para penduduk desa, tiba-tiba kami terjebak dalam sebuah kurungan magis.


“Kya!?”

“Apa ini?”


“A-apa yang terjadi?”

Bagian 2[edit]

Panjang semua sisi kurungan ini kira-kira 40 meter. Sebuah kurungan yang terbuat dari petir.

Apa ini... sihir? Atau sebuah jebakan? Apa para penduduk desa telah menjebak kami, agar bisa menangkap kami di sini!?


“G-gawat! Tuan Pahlawan Perisai telah diserang oleh seseorang-!”


Para penduduk desa yang melihat kami, berteriak pada warga desa yang lain. Teriakan mereka terdengar semakin kencang.

Jadi, serangan ini... Bukan mereka yang melakukannya?


“Akhirnya aku bisa mengejarmu, Naofumi!”

“Kau... Motoyasu!”


Motoyasu beserta semua anggota party-nya, muncul setelah menerobos hutan yang lebat.

Apa kalian selama ini bersembunyi di hutan? Pasti kalian cukup kesulitan melakukannya.


“Naofumi, kau takkan bisa keluar dari perangkat sihir ‘Thunder Cage’ ini...”


Melty memeriksa kurungan ini, dan memberitahukannya padaku.


“Ini adalah jebakan yang telah diatur sebelumnya, pasti jebakan ini dipasang oleh seseorang yang sudah berpengalaman.”

"Untuk apa mereka memasang perangkap ini?”

“Untuk mencegah lolosnya siapapun yang terkurung di dalamnya.”


Aku mengerti. Jadi jebakan ini mereka gunakan, karena kami selalu mengandalkan kekuatan kaki Filo untuk melarikan diri.


“Mungkin aku bisa mematahkan jebakan ini, tapi aku butuh waktu cukup lama untuk melakukannya.”

“Apa kau tahu cara untuk menghilangkan jebakan ini sepenuhnya, Melty?”

“Untuk itu, kau harus jauhkan ‘kunci’ jebakan ini dari si penggunanya...”


Sesaat kupertimbangkan jawaban Melty, lalu aku tatap Motoyasu, kemudian Filo.


“Apa kita akan bertarung?”

“Sepertinya kita terpaksa harus bertarung.”


Raphtalia melompat turun dari punggung Filo, dan mengambil ancang-ancang dengan pedangnya.


“Raphtalia, kau sedang tidak mengenakan zirah. Mundurlah.”

“Tapi...”


“Apa Filo boleh ikut bertarung~?”

“Yah.”


Motoyasu akan menjadi lemah saat berhadapan dengan gadis cantik manapun. Dan sejauh ini, dia selalu menjadi “korban kekerasan” Filo.

Mungkin...


“Melty, bisakah kau mematahkan kurungan ini?”

“Aku akan mencobanya... Tapi jangan terlalu berharap banyak.”

“Raphtalia. Saat aku dan Filo bertarung, terus lindungi Melty!”


“Baik!”

“Akan kuselesaikan ‘kasus pencucian otak’ ini dengan tiga orang.”


Yang benar saja, siapa juga orang waras yang akan percaya, bahwa ada sebuah perisai yang memiliki kekuatan pencuci otak? Jujur saja, kupikir orang yang menjebakku lah yang sanggup melakukan pencucian otak. Meski begitu, Motoyasu adalah salah satu Pahlawan, yang disebutkan dalam menu Bantuan tentang Empat Senjata Suci.

Yang dipikirkan rekan petualang = Tidak mencurigai sesama rekan petualang.

Ada juga si jalang dan si sampah yang mendukung orang ini. Akan cukup bodoh bagiku, mempercayai orang seperti Motoyasu sebagai seorang yang bisa kuajak bekerja sama.


“Tuan Motoyasu, kumohon... Tolong selamatkan adikku dari pencucian otak si iblis perisai!”


Hei jalang! Jangan menambahkan minyak ke dalam api!


“Tuan Pahlawan Perisai! Dan... ‘si Tombak’...”


Seorang penduduk desa memanggil kami dari luar kurungan sihir, dan menatap Motoyasu dengan ekspresi kecewanya.

Aku bisa membayangkan alasan sikap penduduk desa itu dengan mudah. Meski Motoyasu adalah salah satu tokoh dari ajaran Tiga Pahlawan, karena “biang masalah” terjadinya serangan tumbuhan muncul lagi di desanya, tetap saja penduduk desa itu terlihat tidak senang dengan keberadaan Motoyasu.


“Kalian para penduduk desa pasti telah dicuci otak juga!”


Motoyasu, orang itu sudah sepenuhnya “terhipnotis” dalam khayalannya sendiri.

Dia menatap mataku dengan tajam, dan menyiapkan tombaknya.


“Aku tidak akan kalah seperti sebelumnya.”

“...Tekad macam apa itu?...”


Aku telah terpanggil ke dunia paralel, dan di hari kedua, Motoyasu sudah memandang rendah diriku. Bukankah akan terasa memuaskan kalau aku membalas semua perbuatannya di sini?

Aku rubah perisaiku menjadi bentuk Perisai Ular Chimera, dan segera mengambil ancang-ancang menghadapi Motoyasu.

Rekan Motoyasu terdiri dari si jalang dan dua wanita lainnya... Harusnya ada seorang rekan pria dalam party-nya, tapi yang kulihat hanya Motoyasu seorang. Apa dia telah membuang “pengganjal” dalam formasi harem-nya?

Party-ku dengan party Motoyasu berhadapan satu sama lain. Pada formasi party-ku, Filo berada di posisi paling depan, dan dibelakangku Melty mencoba mematahkan kurungannya sembari dilindungi oleh Raphtalia.


“Jika Tombak dan Perisai bertarung, siapakah yang akan menang...? Tentu saja aku yang akan menang!”


Motoyasu berseru sembari tersenyum dengan sangat yakin.


“Kali ini jangan menjadi seorang pengecut. Apa kau akan berbuat curang lagi? Tahu dirilah, dasar ‘pelawak’!”


Motoyasu hampir mengatakan sesuatu, tapi segera mengurungkan niatnya. Sepertinya kata-kata sudah tidak lagi dibutuhkan dalam keadaan ini.

Baiklah, aku yang sekarang sudah berbeda dari yang sebelumnya.

Melty tidak bisa ikut bertarung, tapi masih ada Raphtalia dan Filo. Dalam situasi di mana aku bisa memanfaatkan kekuatan penuh perisaiku, aku tidak akan kalah.

Sekarang... Kita akan buktikan siapa yang lebih kuat!


“Uoooooooooooooh!!!”

“Heaaaaaaaaaaaaa!!!”


Aku dan Motoyasu bergerak maju, dan menyerbu satu sama lain.

Referensi :[edit]