Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 13 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 63 : Bayangan[edit]

Bagian 1[edit]

Kami pun melakukan perjalanan menuju ke arah selatan, untuk terus mencari celah dari penjagaan para prajurit, yang berpatroli di sepanjang perbatasan negeri.

Montoyasu benar-benar membuatku geram. Sejak pengejaran itu, dia terus mengejar kami. Untungnya berkat lari Filo yang cepat, sampai saat ini kami bisa menghindari pertarungan total. Kami bisa kabur sebelum keadaannya semakin berbahaya.

Hal yang bagiku terasa aneh, adalah tidak terlihatnya tanda-tanda pengejaran oleh Ren maupun Itsuki.

Apa mereka berdua sudah menyerah dalam mengejar kami? Atau mereka sedang menyiapkan sergapan untuk kami di suatu tempat?

Sejak awal, tuduhan tentang aku yang mampu mencuci otak sudah tidak masuk akal.

Apa mereka berdua kehilangan minat untuk mengejarku, dan kembali berburu untuk meningkatkan level mereka? Ren bisa kupahami karena dari awal sifatnya memang tidak mudah percaya dengan sesuatu... Tapi apa kali ini aku sedang beruntung, karena Itsuki juga tidak terlihat batang hidungnya?

Dan kesimpulan yang bisa diambil sekarang, hanya Motoyasu yang tetap keras kepala ingin menangkapku.

Meski begitu, untung saja serangannya tidak sekuat Ren, dan dia tidak memiliki serangan jarak jauh seperti Itsuki. Jujur saja, kelihatannya Motoyasu lebih menginginkan Filo daripada membebaskan Puteri Kedua.

Namun, tetap saja berbagai masalah terus menumpuk dan bertambah...


“Apa yang harus kita lakukan...?”


Terasa tidak bertanggung jawab kalau aku menggerutu seharian, aku harus memikirkan langkah yang akan kami ambil selanjutnya.

Patroli di perbatasan negeri terlalu ketat. Apa ada suatu tempat yang bisa kita lewati dengan menyelinap?

Terus bertahan hidup sebagai buronan takkan menyelesaikan masalah apapun, dan hidupku akan berakhir saat Gelombang Bencana selanjutnya tiba. Mereka yang mengejar kami juga akan menghindari negeri Silt Welt. Dengan keadaan seperti ini, menyeberangi perbatasan dengan nekat bukanlah ide yang buruk.

Namun kalau begini terus, reputasi buruk kami takkan pernah hilang.

Malam itu, kami membahas tindakan yang akan kami lakukan selanjutnya di depan api unggun. Karena Filo itu bodoh, dia tidak kuajak dalam membahas masalah ini.

Raphtalia dan Puteri Kedua merespon pembahasanku, tapi jawaban mereka tidak beda jauh dari perkiraanku.


“Mungkin akan terasa sulit, tapi kalau kita mau menerobos mereka, inilah kesempatan kita.”


Mungkin rencana ini takkan berjalan dengan mulus. Tapi, selama ketiga Pahlawan lain tidak menyerangku sekaligus, harusnya kami bisa menerobos penjagaan di perbatasan.


“Kau benar... Kalau terus melarikan diri seperti ini, kita takkan bisa bertahan lama...”

“Iya...”


“Mel~!”


Filo yang kembali ke wujud manusianya, mengajak Puteri Kedua untuk bermain.

*Ssreb...*

Hm? Aku mendengar suara asing pada tengkukku.

Apa ini? Aku tidak merasa sakit walau ada benda yang menancap di tengkukku, tapi...

Aku segera berbalik, dan melihat sebuah benda mirip jarum terjatuh ke tanah.


“Tuan, musuh telah menyerang kita!”

*Wush!*

“Apa?”

Tate no Yuusha Volume 3 Image 12.jpg

Setelah memperingatiku, Filo langsung berubah ke wujud Ratu Filolial-nya.

Apa tadi itu sebuah ‘dart’[1] yang ditembakkan padaku? Atau itu adalah sesuatu yang ditembakkan Itsuki?

Aku tidak bisa memastikan keadaan sekitar, karena saat malam hari kemampuan melihat akan menurun.


“Aku tidak menyadari kedatangan mereka, hingga dart ini menancapku.”

“Apa?”


*wush wush wush wush*
*Huwk!*
*Ssreb Ssreb Ssreb Ssreb*


Dart dalam jumlah banyak melesat entah dari mana, dan Filo melebarkan sayapnya untuk melindungi Puteri Kedua. Apa Itsuki mampu menembakkan serangan sebanyak ini sekaligus?

Tidak, jangan pikirkan itu dulu!

Kegunaan utama dari dart yang ditiup, adalah penerapan racun pada ujung dart-nya. Filo dan aku akan baik-baik saja karena kami memiliki kemampuan Pertahanan terhadap Racun, tapi akan jadi berbahaya jika dart mereka mengenai Raphtalia atau Puteri Kedua.

Aku tidak tahu racun apa yang mereka gunakan. Kalau saja aku tahu, aku bisa membuat penawar untuk racunnya. Dan kebetulan aku sempat membawa beberapa penawar racun.

Tapi dalam keadaan seperti ini, aku tidak bisa menyembuhkan siapapun saat diberondong serangan begini!


“Ah...”


Aku menolehkan pandanganku pada Raphtalia. Dan saat itu juga, sebuah dart melesat ke arahnya.


“Air St-”


Aku segera meneriakkan Air Strike Shield untuk melindungi Raphtalia, tapi aku tidak tahu apa aku masih sempat.

*Sshuw...*

“!!!!!!!!!!!!!!!”


Seketika, terdengar suara pekikan melengking yang membuat dart tersebut berhenti dan terjatuh.


“Hampir saja, degozaru.”


Tiba-tiba, seseorang yang mengenakan pakaian hitam, muncul dan melindungi Raphtalia. Wajahnya tertutupi kain, hingga wajahnya tidak bisadilihat.

Dari suaranya, aku masih tidak tahu dia itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya siapa dia? Seorang ninja?

Degozaru?


“Cepat pergi, degozaru!”

*Trangg!! Trangg!!*
*Sshuw!! Sshuw!!*

Dalam bayang-bayang pepohonan dan semak-semak, bisa terdengar ada beberapa orang yang sedang bertarung.


“Tuan Pahlawan Perisai, serahkan ini pada kami dan pergilah dari sini, degozaru. Tunggu saya setelah anda meninggalkan tempat ini, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan anda, degozaru.”

“Apa yang sedang terjadi!”

“Tidak ada waktu untuk menjelaskannya sekarang. Akan saya ceritakan nanti, degozaru!”

“Tch! Raphtalia, Filo, Puteri Kedua!”


“Ya!”

“Baik~!”

“A-aku mengerti!”


Kami bertiga pun menaiki Filo, dan lari menghindari melesatnya banyak dart yang ditembakkan pada kami.


“Puteri Kedua, kau tahu siapa orang itu?”

“Sepertinya aku mengenalinya, mungkin dia adalah salah satu dari kelompok ‘pengawal rahasia’ yang dipimpin Ibunda...”

Bagian 2[edit]

Puteri Kedua menjelaskannya padaku dalam pelarian kami.


“Benarkah?”

“Ya. Aku kenal dengan pengawal yang telah menyelamatkan Nona Raphtalia. Dia adalah pemeran pengganti Ibunda.”

“Benar juga, gaya bicaranya pun terasa mirip.”


Apa dia itu wanita yang pernah berpapasan denganku di dalam aula istana, setelah aku pergi dari hadapan si sampah? Penampilan dan sikapnya meninggalkan kesan yang kuat.


“Jadi, sebenarnya apa yang sekarang terjadi? Kita telah disergap, tapi entah dari pihak mana yang melakukannya.”


Tebakan pertamaku adalah Itsuki, tapi orang itu mustahil akan melakukan sergapan seperti tadi. Dilihat dari kepribadiannya, Itsuki akan menghadapiku secara langsung.


“Jadi, di negeri ini ada kelompok pembunuh rahasia?”


Kalau begitu, ancaman yang ada semakin bertambah. Yah, mungkin para bangsawan dan para raja tidak sepenuhnya saling percaya satu sama lain. Dan hubungan itu bisa menyebabkan masalah besar, yang sepertinya mereka tangani dari balik layar.

Sebenarnya, dasar permasalahan kedua kubu itu tidak begitu rumit.


“Meski nyatanya, ‘kelompok pembunuh rahasia’ tidak ada bedanya dengan ‘kelompok pengawal rahasia’...”

“Jadi, dalam negeri ini ada beberapa kelompok’ pembunuh rahasia’ dengan komando yang berbeda?”

“... Aku tidak tahu.”

“Aku mengerti...”


Kurasa aku harus menanyakannya pada seseorang yang lebih tahu tentang kelompok ini.

Setelah berlari agak jauh, kami pun berhenti dan bersiap menghadapi kemungkinan munculnya musuh yang mengejar kami.


“Hmm? Dia sudah datang.”


Filo merasakan datangnya seseorang yang mendekat.


Tiba-tiba, seseorang yang berpenampilan mirip ninja, muncul di depanku.


“Maaf saya meminta anda untuk menunggu dulu, degozaruna.”

“Ah, jangan pikirkan itu. Berkat kedatanganmu, kami bisa lolos dari sergapan mereka.”

“Pertama-tama, saya akan memperkenalkan diri... Apa Tuan Puteri Melty pernah memberitahu anda tentang saya, degozaruka?”

“Dia bilang kau adalah seorang pemeran pengganti. Dan entah kau berasal dari kelompok pengawal rahasia, atau dari kelompok pembunuh rahasia.”

“Dugaan anda tidak sepenuhnya benar, degozaru. Kami adalah kelompok khusus yang melayani negeri, dan nama samaran kami adalah ‘Shadow’, degozaru.”

“Aku mengerti.”

“Selain itu, saya juga tidak memiliki nama, degozaru. Saya yakin, anda cukup memanggil saya dengan sebutan ‘Shadow’, degozaru.”


Shadow, huh... Apa kau ini ingin berlagak sok keren?

Aku penasaran, apa panggilan seperti ini, maknanya berbeda di antara duniaku dan penduduk dunia ini? Karena di dunia ini juga ada ninja, aku jadi teringat dengan Zaman Showa.


“Jadi, siapa oposisi kelompokmu?”

“Shadow dari negeri ini, dan dari pihak gereja, degozaru.”

“Bukannya kalian para Shadow dari kelompok yang sama?”

“Tidak semua Shadow bersatu dalam satu kelompok, degozaruyo. Ada beberapa kubu di dalam organisasi kami yang saling bertikai, degozaru.”


Berdasarkan informasi dari orang ini, ada banyak masalah yang sedang terjadi, tapi untuk sementara aku takkan berkomentar dulu...


“Kenapa kau membantu kami?”


Karena dari tadi merasa penasaran, aku mencoba menanyakan itu padanya. Walau ada beberapa kemungkinan yang kupikirkan, tidak ada satupun yang bisa dibuktikan kepastiannya.


“Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, degozaru.”

“Aku mengerti. Apa kau terikat ikrar untuk tetap merahasiakannya?”

“Yang bisa saya katakan adalah, saya adalah Shadow yang bekerja sebagai pengawal Tuan Puteri Melty.”

“Aku tidak percaya.”


Bahkan orang ini tidak muncul saat Puteri Kedua akan dibunuh, oleh ksatria pengikut pihak gereja.


“Sebelumnya saya tidak muncul, karena saya yakin Tuan Pahlawan Perisai sanggup melindungi Tuan Puteri, degozaru.”

“Bajingan kau...”


Itu berarti dia sudah tahu tentang percobaan pembunuhan Puteri Kedua, tapi dia tetap tidak membantu kami. Meski ini juga membuktikan, bahwa dia adalah seorang yang profesional dalam menjalankan misi-nya.


“Sebenarnya, saat itu saya sedang berada di tempat lain bersama Yang Mulia Ratu, namun Yang Mulia memerintahkan saya untuk mengawasi Tuan Pahlawan Perisai, degozaru.”


Sosok yang menamai dirinya Shadow itu, menunjuk suatu lokasi di pada peta.

Yang dia tunjuk adalah negeri tetangga, yang berada di barat daya posisi kami saat ini. Dan arah negeri itu berkebalikan dengan arah menuju Silt Welt.


“Saat ini, Yang Mulia Ratu sedang berada di wilayah ini, degozaru. Karena negeri ini berlawanan arah dengan lokasi negeri Silt Welt, yang menjadi tujuan Tuan Pahlawan Perisai untuk melarikan diri, penjagaan patroli di wilayah ini cukup longgar, degozaru.”

“Oh...”


Karena beberapa kemungkinan yang kuat, kupikir aku akan lebih dihargai jika melarikan diri ke negeri Demi-human. Salah satunya adalah, aku tahu penduduk di negeri Demi-human pasti memihak pada kelompok yang mempercayai Pahlawan Perisai, sama seperti negeri ini mempercayai Gereja Tiga Pahlawan.

Kalau keadaannya memang begitu, mungkin aku bisa mengasingkan diri ke negeri itu, dan berhasilnya diriku tiba di sana juga akan sangat merugikan si sampah. Meski negerinya mengerahkan banyak sumber daya dan prajurit untuk menjaga perbatasan, telah membuat rencana penerobosanku tersebut mustahil dilakukan.

Jarak menuju Silt Welt bisa ditempuh Filo dalam dua setengah minggu, namun kami akan sulit melakukan perjalanannya, jika para Pahlawan lain bisa membaca rencanaku.

Meski kita harus mengambil jalan memutar, aku tetap ingin pergi ke sana.


“Ada banyak hal yang memicu perkembangan situasi ini, degozaru. Saya akan bekerjasama dengan Tuan Pahlawan Perisai sebisa mungkin, degozaru.”

“Apa maksudmu?”

“Saat ini, para petinggi pihak Gereja Tiga Pahlawan sedang membahas tentang pergerakan Tuan Pahlawan Perisai, degozaru. Jadi karena tidak ada pilihan lain, saya harus mendatangi dan memberitahukan berita ini pada anda, degozaruyo.”

“Hmm... Dengan kata lain, mereka punya alasan tersendiri untuk terus mempertahankan tuduhan bodoh mereka, tentang aku memiliki kemampuan untuk mencuci otak.”

Bagian 3[edit]

Sebagian besar kegiatan yang kulakukan hanya menjual obat-obatan, dan menolong para penduduk yang kesulitan. Meski begitu, salah satu tindakanku itu telah menyelesaikan masalah yang disebabkan ketiga Pahlawan lain.

Nampaknya karena berbagai kejadian tersebut, banyak penduduk negeri yang mulai mempertanyakan legenda buruk tentang Pahlawan Perisai yang disebarluaskan pihak gereja. Jika mereka bisa membuktikan bahwa aku memiliki kemampuan pencucian otak dengan jangkauan yang luas, maka keimanan para pengikut Gereja Tiga Pahlawan akan pulih kembali.

Tapi, bukankah jika aku bisa membuktikan ketidakbersalahanku, pihak Gereja Tiga Pahlawan akan mendapatkan pukulan telak?


“Apa yang akan kita lakukan, degozaru? Kalau anda akan berangkat ke Silt Welt, apa anda membutuhkan bantuan saya, degozaruka?”

“Itu...”


Membebani orang lain sedangkan aku sendiri duduk santai, bukanlah kebiasaanku. Bahkan kalau tanpa pikir panjang aku memilih untuk melarikan diri, tetap saja saat Gelombang Bencana tiba, aku akan terpanggil ke tengah-tengah musuh. Itu sangat tidak mengenakkan.

Pihak gereja, lalu si jalang, dan si sampah... Mereka semua ingin menangkap dan menyiksaku. Daripada tetap bersikeras pergi ke negeri lain dan ternyata malah menghampiri sebuah jebakan, mungkin pilihan ini lebih efektif. Kalau pilihan ini berjalan lancar, hari-hariku di sini akan lebih mudah untuk dilalui.

Tapi...


“Apa yang akan didapat sang ratu setelah sang ratu membantuku? Bukankah tindakannya bisa membawa kehancuran bagi Gereja Tiga Pahlawan?”

“Saya tidak bisa menjawab itu, degozaru.”


Walau Shadow sudah pasti adalah bawahan sang ratu, dia hanya menjawab pertanyaanku tentang sang ratu, namun tidak memberitahu apa yang harus kulakukan selanjutnya.


Puteri Kedua adalah tokoh yang harus kami dan ‘pengawal rahasia’ lindungi. Karena Shadow ini adalah bawahan sang ratu, jangan sampai aku melakukan sesuatu yang akan merugikannya. Sejauh yang bisa kupertimbangkan, pertemuan dengan sang ratu akan lebih menguntungkan bagiku.

Jujur saja, aku tidak bisa menebak apa tujuan sang ratu yang sebenarnya. Berdasarkan penjelasan dan tindakan Puteri Kedua, tujuan sang ratu adalah untuk mencegah terjadinya peperangan antar negeri ini dan negeri lain.

Lebih jauh lagi, sang ratu memahami apa yang selama ini terjadi padaku, karena legenda gila tentang iblis perisai yang telah mengakar begitu dalam di negeri ini.

Shadow juga mengatakan “saya ingin bekerjasama”. Sepertinya sang ratu memiliki pandangan yang berbeda dengan Gereja Tiga Pahlawan. Walau itu hanyalah sebatas kesimpulanku yang paling menguntungkan...

Hmm... Mungkin sang ratu bukanlah musuhku.

Meski masih ada keraguan dalam menganggap sang ratu sebagai kawan, mencoba menemui sang ratu masih lebih baik daripada terus lari dari kejaran prajurit kerajaan seperti sekarang.


“Kau telah menyelamatkan Raphtalia, karena itu aku akan mengikuti saranmu. Apa aku hanya perlu bertemu dengan sang ratu?”


Tuduhan pihak gereja hanyalah kebohongan belaka, dan sepertinya tidak ada pilihan bagiku, selain turut ikut serta dengan rencana sang ratu.


“Aku tidak suka bertindak berdasarkan sudut pandang yang dimiliki orang lain, namun tawaran ini sepertinya demi kebaikan kita bersama. Tapi kalau kau sampai berani menipuku...”

“Saya mengerti, degozaru. Kalau begitu, saya akan segera pergi, degozaru. Berhati-hatilah, karena kami tidak tahu kapan para Shadow pihak gereja akan muncul, degozaruka.”

*Sshuw...*

Setelah berkata begitu, seketika sosoknya pun lenyap dari hadapan kami. Meski yang terakhir kuucapkan itu hanya candaan saja, sepertinya dia menanggapinya dengan serius.


“Bisakah kita mempercayainya?”


Jujur saja, aku sedikit mencurigainya.


“Tidak apa-apa... karena Ibunda juga mempercayainya.”

“Aku tidak mengerti dengan pola pikir ibumu...”


Setidaknya, sudut pandang sang ratu berbeda dari si sampah dan si jalang.

Sejauh ini, sikap sang ratu padaku kuanggap cukup bersahabat, namun anggapan itu hanya berdasarkan informasi yang diberikan Puteri Kedua dan Shadow. Tujuan sang ratu yang sebenarnya masih belum kuketahui.

Aku juga tidak bisa menyangkal bahwa perkembangan situasi sejauh ini, bisa saja merupakan siasat lainnya dari pihak Gereja Tiga Pahlawan untuk membunuh Puteri Kedua. Aku tidak melihat ada pilihan yang lain, jadi jika ini adalah konspirasi sang ratu untuk membunuhku, maka aku akan benar-benar tamat.

Aku tidak ingin mempercayainya, tapi masih ada kemungkinan Puteri Kedua benar-benar telah dibuang oleh kedua orangtuanya. Tapi, aku mengambil keputusan ini untuk mengetahui tujuan sang ratu yang sebenarnya.

Sekarang aku tidak lagi bisa menentukan suatu hal sebagai murni kebaikan maupun kejahatan. Pada akhirnya, kami melanjutkan perjalanan dengan mengganti arah menuju barat daya, lawan arah dari Silt Welt.


“Dengan begitu, aku telah memutuskan tujuan perjalanan kita sekarang.”

“Baik, Tuan Naofumi. Ayo kita pergi.”


“Baiklah. Ayo kita pergi, Filo.”

“Filo juga akan berusaha yang terbaik~!”


Kami pun mengambil langkah pertama kami dalam pelarian tanpa arah ini. Tujuan perjalanan kami sekarang adalah menuju ke barat daya.

Referensi :[edit]

  1. Dart adalah senjata dengan ujung runcing mirip anak panah, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Dart ditembakkan dengan cara dilempar, atau setelah dimasukkan ke dalam sebuah selongsong bambu/besi, ditiupkan dengan kuat hingga melesat ke arah sasaran.