Tate no Yuusha Jilid 3 Bab 11 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 61 : Bujukan[edit]

Bagian 1[edit]

“Wow...”


Tanpa sadar aku bergumam, saat memantau ke sekitar pos pemeriksaan perbatasan di timur laut.

Sungguh mengagumkan melihat keberadaan para ksatria dalam jumlah banyak, terlihat berpatroli di sana. Apa mereka seniat itu, hingga membawa satu pasukan untuk menangkapku? Apa yang akan si sampah lakukan kalau negeri lain menyerang? Aku tidak mengerti dengan yang dipikirkan si sampah itu...

Yah, memang aku mengira akan ada prajurit tambahan yang ditempatkan di pos pemeriksaan itu, tapi tidak sebanyak ini juga.


“Iblis perisai pasti kabur ke Silt Welt! Jangan sampai dia lolos!”

“Baik!”


Ini benar-benar menjengkelkan. Penjagaan mereka sangat ketat, bahkan sepertinya semut sekalipun takkan mereka biarkan lolos.

Kalau hanya aku, Raphtalia, dan Filo, bisa saja kami menerobos mereka semua. Tapi kami juga harus memikirkan keselamatan Puteri Kedua.

Sepertinya saat ini mustahil bagi kami untuk menerobos mereka. Meski kami menerobos langsung, mungkin ketiga Pahlawan lainnya juga sudah berada di sini... Yah, meski harusnya mereka belum pulih sepenuhnya, dari cedera yang mereka dapat pada gelombang kemarin.

Kalau aku menerobos untuk mengalihkan perhatian mereka, lalu Raphtalia, Filo, dan Puteri Kedua menyelinap melewati penjagaan mereka, juga sepertinya takkan berhasil...

Tapi, kenapa mereka bisa tahu, kalau aku akan pergi ke Silt Welt? Mungkin mereka pikir, itu adalah negeri yang paling mengancam bagi mereka. Walau bagaimanapun, aku terus membayangkan yang macam-macam.


“Apa yang harus kita lakukan...? Sepertinya kita tidak akan bisa melewati penjagaan mereka, apa kita harus berputar arah?”

“Tidak mungkin...”


Puteri Kedua terdengar menggumamkan sesuatu.


“Kenapa tidak mungkin?”

“Nampaknya ini adalah pengerahan pasukan untuk keadaan darurat. Saat seseorang melewati perbatasan negeri, tanda peringatan kerajaan akan berbunyi, dan para prajurit akan segera bergerak ke sana.”

“Penjagaannya sampai seketat itu...”


Yang terbayang olehku, tanda peringatan itu mirip suatu sistem alarm infra-merah. Pihak kerajaan mungkin telah memasangkan perangkat serupa di sepanjang perbatasan negeri.

Bahkan kalau kami terus berkemah di gunung, tinggal menunggu waktu hingga keberadaan kami terlacak oleh mereka.


“Filo, bisakah kau menghindari mereka sambil menarik gerobaknya?”


“Mereka semua sedang dalam posisi siaga. Selama sistem peringatannya masih berfungsi, tidak mungkin kita bisa lolos dari penjagaan mereka.”

“Hmm... Entah kenapa mereka bisa merencanakannya serinci ini.”

“Ini adalah rencana darurat yang dibuat oleh Ibunda, dana kerajaan tidak akan benar-benar digunakan, kecuali untuk keadaan darurat saja.”

“Keadaannya jadi semakin rumit...”


Amarahku semakin memuncak, meski tidak ada yang bisa kulakukan untuk melampiaskannya.


“Tidak bisakah kita lari ke Silt Welt, dengan melewati negeri lain?”


Perbatasan terdekat negeri ada di sini, dan kami tidak bisa begitu saja memutar dan mengambil jalan lain.

Kami pun kembali berpapasan dengan penduduk dari desa sebelah. Harusnya kami takkan ketahuan, karena sudah menyamar sedemikian rupa. Puteri Kedua dan aku tetap bersembunyi di dalam tumpukan jerami.


“Ah...”


Raphtalia dan penduduk desa itu saling berpandangan, dan suasananya menjadi hening.


“Tuan Pahlawan Perisai. Di sini sangat berbahaya, saya sarankan anda segera berputar arah.”


Kami langsung ketahuan? Aku harus memikirkan penyamaran Raphtalia yang lebih ampuh.


“Ah, desa kami semakin makmur, berkat bibit yang diberikan Tuan Pahlawan pada kami. Terima kasih.”


Saat kuperhatikan lebih seksama, ternyata orang ini berasal dari desa yang kudatangi, setelah aku mampir ke kota yang dulu dipimpin oleh diktator. Terlebih lagi, kelihatannya pria ini juga seorang pedagang keliling.


“Menurut saya, penyamaran anda berdua akan lebih baik, jika pakaian dan wajah anda dibuat lebih berdebu. Setelah melihat nona Rakun Demi-human yang cantik ini, saya tahu kalau ini adalah gerobak Tuan Pahlawan.”


Ternyata ini adalah salahku. Seperti yang kukira, Raphtalia adalah spesies yang penampilannya di atas rata-rata rakun demi-human yang lain. Atau Raphtalia menjadi terkenal selama perjalanan berdagang kami?

Sejak aku membeli Raphtalia, si pedagang budak mengatakan kalau rupa dan penampilan spesies rakun itu agak buruk. Dengan penampilan seperti itu, mereka bisa melakukan penyamaran dengan mudah.


“Maaf kalau kedatangan kami merepotkan kalian.”

“Jangan sungkan. Dibandingkan jasa yang telah diberikan Tuan Pahlawan Perisai untuk kami, ini hanyalah masalah yang sepele.”


Untuk membeli makanan dagangannya, aku pun memberinya beberapa koin perak.

Masalah persediaan makanan kami menjadi semakin serius karena napsu makan Filo. Saat kami melakukan perjalanan sebagai buronan, perutnya terus berbunyi tanpa henti. Aku khawatir kalau dia kurang makan, kecepatan berlarinya akan menurun.

Satu-satunya kelebihan yang kami punya, adalah kecepatan Filo dan kemampuan menyamar dari perubahan wujudnya. Kedua hal itu menjadi penyelamat kami dari incaran para pemburu imbalan[1] dan petualang di jalanan.


“Oh, ada pedagang keliling, ya? Aku ingin membeli sesuatu...”


Oh sial!

Seorang prajurit terlihat menghampiri pria itu.


“...Tuan Pahlawan Perisai?”


Sial, kami telah ketahuan oleh prajurit kerajaan! Saat aku hampir memerintahkan Filo untuk menghajarnya, dan segera pergi dari sini...


“Ini aku. Sebelumnya aku pernah ikut Tuan Pahlawan menghadapi Gelombang Bencana.”


Dan saat kulihat lagi, ternyata dia adalah salah satu dari para prajurit muda.

Aku jadi ingat, setelah pergi dari hadapan si sampah, aku belum menemui lagi kelima prajurit muda di ibukota. Aku sedikit khawatir, apa penduduk desa dan prajurit muda ini mau membantu kami? Dan pada saat itu, aku tidak tahu tentang adanya julukan Iblis Perisai.

Setelah memutuskan ikut denganku dalam pertempuran, pasti para prajurit muda menemui kesulitan dari atasan mereka. Mungkin mereka juga telah diturunkan jabatannya.


“...Apa jabatanmu dan yang lainnya telah diturunkan?”

“Tidak, entah kenapa kami tidak dianggap bersalah oleh pihak ksatria.”

“Begitu ya... Jadi kau berpatroli di perbatasan, bukan karena penurunan jabatan?”

“Bukan hanya aku saja, sebagian besar dari pasukan ksatria juga dipusatkan di daerah ini.”


Hanya untuk menangkapku!?

Oi oi. Sebenarnya sebesar apa kebencian si sampah itu padaku? Rasanya, apapun akan mereka lakukan agar bisa mencegahku tiba di Silt Welt. Mungkin tujuan mereka yang sebenarnya juga bukan untuk menangkapku. Pasti ada hal yang tidak kuketahui tentang negeri yang bernama Silt Welt. Dan sepertinya, kami memang takkan bisa pergi ke sana.

Rencana terbaikku = Sesuatu yang dibenci pihak musuh.

Walau aku belum menemukannya, pasti ada sesuatu yang bisa kumanfaatkan dari keadaan ini.

Bagian 2[edit]

“Di sini cukup berbahaya. Kumohon pergilah sesegera mungkin.”

“Aku berhutang budi padamu.”

“Jangan khawatirkan itu... Tuan Pahlawan, apa kau merasa tidak tenang karena kita bertemu di sini, dan aku bisa tahu, kalau kau adalah Tuan Pahlawan Perisai?”


...Tentu saja itu yang kurasakan.

Saat terjadinya gelombang ketiga, ketiga Pahlawan lain mungkin telah ikut serta dalam upaya memukul mundur Glass. Mungkin beberapa prajurit kerajaan menganggapku lebih kuat daripada ketiga Pahlwan itu, tapi... Aku juga akan dibunuh, kalau ketahuan bertemu dengan para prajurit muda lagi.

Untuk jaga-jaga, aku menyuruh Raphtalia mengganti pakaiannya dengan yang lebih jelek, dan mengolesi wajahnya dengan lumpur.


“Untuk sementara waktu, kami harus pergi dari sini.”

“Semoga kecurigaan pada anda bisa segera dihilangkan.”


Setelah berpamitan dengan pedagang keliling dan si prajurit muda, kami pergi ke selatan untuk memutar arah.



Perjalanan kami belum begitu jauh dari desa tadi.

Menurut kabar yang diceritakan si prajurit muda, Motoyasu dan Itsuki sedang menuju ke mari dengan menaiki kereta.

... Aku sempat mengintipnya sebentar. Salah satu penyihir dalam rombongan mereka, kelihatannya sedang merapalkan sesuatu.


“Di sana! Dia di dalam gerobak jerami itu!”


Aku benar-benar berharap bukan gerobak kami yang penyihir itu tunjuk. Perasaanku menjadi tidak enak. Motoyasu dan Itsuki segera mendekati gerobak kami.

Sial!

Kenapa kalian bergerak ke arah kami? Mungkin sihir yang dirapalkan penyihir bajingan itu, berfungsi untuk melacak keberadaan target.

Aku pun segera melompat turun dari gerobak. Filo yang telah memahami situasi di depan kami, juga berubah ke wujud Ratu Filolial-nya.


“Ternyata kau memang bersembunyi dalam gerobak itu!”


Mereka semakin mendekat. Ren pun telah menyusul Motoyasu dan Itsuki.

Sial... Apa situasi yang kami hadapi akan terus memburuk?


“Kami telah mengepungmu! Lepaskan Puteri Melty!”


Merasa menjadi seorang pembela keadilan, Itsuki menunjuk ke arahku dengan ekspresi wajah yang memancing amarahku.


“Siapa yang harus kulepaskan? Lagipula aku tidak sedang menculik Puteri Kedua.”


“Berhentilah terus mencari alasan, kami punya buktinya!”

“Itu benar. Keadilan takkan berpihak padamu.”


“Keadilan, huh...?”


Memangnya saat gelombang sebelumnya, para ksatria bersikap berdasarkan rasa keadilan? Kenyataannya, semua orang memiliki pandangan masing-masing tentang keadilan.

Tunggu... Kalau dipikirkan lebih dalam lagi, rasa keadilan pemuda ini cukup tegas juga.

Saat di ibukota, Ren sampai mengkhawatirkan nasib desa yang dilanda wabah, sedangkan Itsuki hanya membuang waktuku dengan sikap sok-adilnya. Bisakah kumanfaatkan celah ini?

Yah, tidak mungkin mereka percaya padaku, tapi aku akan tetap mencobanya. Aku tidak akan melewatkan kesempatan menyelesaikan masalah ini baik-baik. Dengan kata lain, jika aku bisa membenturkan rasa keadilan ketiga Pahlawan ini, mungkin kami masih bisa kabur dari sini.

Dengan begitu, terbentuklah suatu siasat yang jahat. Ini adalah situasi yang diidam-idamkan oleh para pecinta game.

Kalau siasatku ini berhasil, mereka bertiga akan meragukan tujuan dari negeri ini...


“Apa kalian sangat yakin, bahwa yang kalian perjuangkan sekarang adalah keadilan?”

“Kau ini bicara apa?”

“Lihatlah, sang puteri tidak terluka sedikitpun.”


Aku tunjukkan sosok Puteri Kedua pada ketiga Pahlawan itu, sembari tetap bersiap untuk menahan serangan, yang sewaktu-waktu bisa mereka arahkan pada kami.

Puteri Kedua menatapku dengan gelisah, lalu mengangguk ke arah ketiga Pahlawan itu.


“Tuan Pahlawan Pedang, Tuan Pahlawan Tombak, Tuan Pahlawan Busur... Sebenarnya Tuan Pahlawan Perisai tidak bersalah, bahkan dia telah menyelamatkan hidupku.”


Puteri Kedua tidak berbicara dengan nada kekanak-kanakannya, melainkan dengan sikap seorang Puteri yang sesungguhnya.

Ekspresi wajah mereka bertiga langsung berubah. Nyantanya, mereka baru sadar telah dimanfaatkan oleh pihak yang jahat.

Karena mereka bertiga sangat menjunjung tinggi keadilan, fakta ini akan membuat mereka merasa dipermalukan.


“Kumohon percayalah padaku. Saat ini sedang terjadi konspirasi besar di dalam negeri.”

“Tapi kenapa Puteri Melty mengikuti orang itu?”

“Aku telah memintanya untuk melindungiku.”


Puteri Kedua pun menjelaskan pada mereka, apa yang telah dialaminya.


“Bukankah kalian juga akan merasa aneh? Siapa yang akan diuntungkan jika Tuan Pahlawan Perisai menculikku?”

“I-Itu...”


Apa kau mau mencari dalih yang lain? Kebingunganmu terlalu jelas terlihat.


“Tapi, orang ini-”

“Apa negeri Melromarc tidak memberikan Tuan Pahlawan Perisai, perlakuan yang sama dengan Pahlawan sekalian?”

“Ya, itu benar...”

“Sudah lama Ibunda telah berpesan, ‘Di saat kemalangan menimpa negeri, semua rakyatnya harus bahu-membahu, dan bersatu untuk menyingkirkan ancaman tersebut...’. Tuan Pahlawan sekalian seharusnya tidak saling memusuhi. Tolong turunkan senjata kalian.”


Ketiga Pahlawan itu pun melemaskan cengkeraman pada senjata mereka, lalu berhenti mencurigaiku. Mereka terlihat masih ragu. ditambah mereka telah menelan kekalahan dalam pertempuran melawan gelombang ketiga.

Seperti yang dikatakan Puteri Ketiga, kami para Pahlawan, harus meningkatkan level dan sama-sama menjadi kuat. Dan itu tidak cukup dengan menaikkan level kami saja, tapi kami pun harus meningkatkan level senjata kami.


“Apa kalian mengerti? Ini adalah sebuah konspirasi. Akan kujelaskan semua yang kutahu pada kalian. Tapi kembali pada keputusan kalian, apa kalian tetap ingin menyerang kami atau sebaliknya.”


Setelah aku berbicara begitu, si jalang pun melangkah ke depan.


“Jangan dengarkan perkataan si Iblis Perisai!”


Sial! Kau perempuan jalang, aku baru mau menjelaskan keadaan kami yang sebenarnya. Kalau begini, aku harus berkata apa lagi?

Dan juga, apa si jalang itu tidak sedikitpun mengkhawatirkan keselamatan adiknya?


“Kejahatan ini sudah semakin jelas! Iblis Perisai telah menanamkan kekuatan pencuci otak yang kuat pada Puteri Kedua!”

Referensi :[edit]

  1. Pemburu imbalan adalah seseorang yang biasanya mengejar buronan/penjahat, untuk mendapatkan imbalan uang dari pihak yang menginginkan buronan tersebut ditangkap.