Tate no Yuusha Jilid 2 Bab 9 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 34 : Perjalanan Menaiki Kereta[edit]

Bagian 1[edit]

Hmm…


“Uuu... Apa kita sudah sampai?”


Saat kami sudah sampai tujuan, aku memandangi Raphtalia yang kelihatannya hampir pingsan, dan aku hanya bisa menghela napas melihatnya begitu. Sebelumnya dia terlihat baik-baik saja, tapi mungkin setelah dibawa lari oleh Filo tadi, baginya itu sudah terlalu berlebihan.


“Apa kita sudah sampai di pondok?”


Sepertinya Filo terlihat belum kelelahan. Setelah menghentikan gerobaknya, dia pun mulai berlarian sambil bersenda gurau. Raphtalia terlihat tidak sehat setelah dia menapakkan kakinya ke tanah.


“Baiklah, kita akan angkat kayu ini ke gerobak.”


Aku membantu penebang kayu itu mengangkut batang pohon ini ke dalam gerobak. Aku juga sedikit membantu menebang beberapa pohon. Berkat keterampilan dari perisaiku, kualitas kayu yang kudapat jadi meningkat.

Saat aku masih menebang, aku menyuruh Raphtalia untuk meneruskan latihan berkendaranya.

Perisaiku bereaksi pada kayu ini, jadi kubiarkan perisai ini menyerapnya.

Perisai Pohon Kino telah Terbuka. 
Perisai Pohon Les telah Terbuka. 
Perisai Pohon Kino
Bonus Pemakaian : Keterampilan Mengolah Kayu 1
Perisai Pohon Les
Bonus Pemakaian : Manual Mengolah Kayu untuk Pemula

Kedua bentuk perisai itu berasal dari cabang seri Perisai Kayu. Kedua pohon itu kelihatannya menjadi jenis kayu paling umum dipakai untuk kerajinan kayu di dunia ini. Pohon Kino di sini mirip dengan Hinoki[1] dari duniaku, tapi pohon ini mengeluarkan sedikit aroma wangi. Pohon Les di sini juga mirip dengan Sugi[2], tapi tekstur kayunya setelah dipotong terlihat berbeda, tergantung dari lokasi mana pohonnya didapat.

Kedua pohon ini sedikit aneh. Yah, lagipula rincian itu tidak terlalu penting juga.



Beberapa hari kemudian...

*Buk, buk, buk*

Dengan menggenggam sebuah palu kayu, aku bekerja dengan giat untuk mengubah gerobak kami menjadi sebuah kereta kuda. Sepertinya keterampilanku telah berkembang pesat, dikarenakan Keterampilan Mengolah Kayu 1 yang telah terbuka beberapa hari lalu.

Aku mulai memasangkan kerangka untuk kereta kami. Setelah itu, aku harus menutupi bagian atasnya dengan kain yang tebal.

Pembangunan kembali desa Riyuuto terus berlanjut dengan lancar, dan sepertinya sekarang mereka bisa menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan kami.

Beberapa penduduk desa melihatku yang sedang merombak gerobak ini menjadi kereta, bahkan mereka pun mau membantuku juga.


“Baiklah, sepertinya ini sudah cukup bagus.”

“Sepertinya memang sudah selesai.”


Aku dan beberapa penduduk desa yang membantuku ini, langsung bersorak karena telah menyelesaikan pembuatan keretanya. Ini adalah sebuah kereta kuda, tapi penarik keretanya nanti adalah seekor Filolial... Yah, terserah lah.


“Semuanya, terima kasih sudah membantuku.”

“Itu sama sekali bukan masalah. Tuan Pahlawan sudah banyak membantu kami, jadi setidaknya inilah yang bisa kami lakukan untuk anda.”


Para penduduk desa itu tersenyum ramah setelah membantuku. Mereka memperlakukanku dengan baik karena aku telah menyelamatkan hidup mereka, tapi aku tidak boleh terlena oleh kebaikan mereka.

Walau begitu, tetap saja aku merasa bersyukur dengan keberadaan mereka di sini.


“Aku senang kalau kalian berpikiran seperti itu.”

“Anda pernah bilang akan mulai berdagang, ya?”

“Kelihatannya aku memang cocok melakukan pekerjaan seperti itu. Melakukan perjalanan dari desa ke desa, lalu dari kota ke kota untuk mengantarkan barang, kemudian menjual barang apapun yang kudapatkan di sepanjang jalan, bisa juga mengantarkan orang-orang...”

“Saya mengerti...”


Yah, mereka terlihat tidak mengerti dengan apa yang kumaksud.

Baiklah, memang benar kalau itu bukan pekerjaan yang biasa dilakukan seorang Pahlawan seperti Motoyasu. Bukan berarti aku sangat ingin mengambil jalan pintas menuju kesuksesan, tapi karena sekarang aku punya Filo, sebaiknya aku memanfaatkan kemampuannya semaksimal mungkin.


“Hm? Waah... Gerobaknya berubah jadi kereta-.”


Filo yang sedang bermain-main dalam wujud manusianya, terlihat terkejut saat dia melihat gerobak kami yang sudah menjadi kereta kuda.


“Apa nanti Filo akan menarik kereta ini?”


Tanya Filo, dengan tatapan matanya yang penuh harap.


“Yah, itu benar. Mulai sekarang, kau akan menarik kereta ini saat kita menjelajah ke seluruh negeri.”

“Benarkah!?”


Filo langsung bersorak dengan gembira. Duh, kalau aku ada di posisi-nya, sudah jelas aku tidak mau melakukan pekerjaan kasar seperti itu.


“Apa kita harus naik benda itu lagi...”


Raphtalia menggumamkan ketidaksetujuannya. Sepertinya Raphtalia tidak begitu bersemangat, karena dia masih merasakan mabuk perjalanan.


“Nanti juga kau akan terbiasa. Bertahanlah sampai kau tidak merasa mual lagi.”

“Baiklah.”


Lalu aku mendekati Filo, dan mengatakan “pesan” ini berkali-kali.


“Filo, tugasmu apa saja?”

“Uhmm, tugas Filo menarik kereta ke manapun Tuan ingin pergi.”

“Benar.”

“Dan menendang pria tombak itu kalau aku melihatnya.”

“Itu juga benar.”


“Yang terakhir itu salah! Kenapa Tuan Naofumi menyuruhnya melakukan itu?”


Dengan terkejut, Raphtalia memprotes ucapanku itu.


“Kenapa...? Kau menatapku seakan aku sudah mengatakan hal yang aneh.”


‘Kalau kau melihat Motoyasu, langsung tendang dia’. Aku rasa tidak ada yang salah dengan perintah itu. Yang benar saja, kalau aku harus terus mengatur setiap hal kecil dari mereka berdua, rencanaku bisa jadi terhambat.

Bagian 2[edit]

“Baiklah, kita akan berangkat untuk menawarkan jualan yang kita punya. Aku kan bersembunyi di dalam kereta. Raphtalia, kapanpun kita tiba di sebuah desa atau kota, cobalah menawarkan barang jualan kita.”

“Baiklah... akan kulakukan.”


Di luar desa Riyuuto, ketenaranku masih cukup buruk. Jadi, kalau aku keluar dari kereta dan mencoba menawarkan daganganku, situasinya akan jadi serba salah, dan akhirnya daganganku tidak akan terjual. Karena itulah aku menunjuk Raphtalia untuk menjual dan mengurus tawar-menawar dagangan kami.

Penampilan Raphtalia sendiri cukup menarik, dan sekarang dia juga sudah tidak pemalu lagi. Mungkin dia memang cocok ditugaskan untuk menangani para pembeli.


“Baiklah, ayo kita berangkat.”


Setelah persiapan kami selesai, kami pun mengisi kereta dengan barang-barang kami, dan menyuruh Filo untuk menarik keretanya.


“Ah, Tuan Pahlawan.”

“Hm? Ada apa?”


Di antara semua penduduk desa yang ikut mengantar sebelum kami berangkat, seorang pria melangkah mendekatiku. Pakaiannya terlihat lebih mewah warga desa yang lainnya.


“Aku adalah pimpinan yang bertanggungjawab atas wilayah di mana desa Ryuuto ini berada. Tuan Pahlawan Perisai, aku ucapkan terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untuk desa ini.”

“Jangan khawatirkan itu. Lagipula, desa ini juga cocok untuk disinggahi selama aku berburu.”

“...Silahkan, terimalah ini.”


Pimpinan itu berkata, sambil menyerahkan sebuah gulungan surat padaku.


“Apa ini?”

“Karena kau akan menjadi pedagang, aku yakin surat itu akan berguna. Itu adalah selembar surat Pengecualian Pajak Perdagangan.”

“Pengecualian Pajak Perdagangan?”

“Ya. Di negeri ini, kalau kau mau berdagang, kau harus membayar pajak yang ditetapkan setiap pimpinan wilayah di desa, atau kota tempat kau akan berdagang.”


...Begitu ya. Baiklah, kalau aku memberitahu mereka kalau aku ini seorang Pahlawan, maka...

Tidak, karena nama baikku sudah tercemar, mereka malah akan lebih mempersulitku.


“Tapi di saat itu tiba, kau bisa menunjukkan surat Pengecualian Pajak yang telah dibubuhi stempel-ku ini. Kalau kau memegang surat ini, kau akan terbebas dari tagihan pajak. Aku harap surat ini berguna untukmu.”

“Uhmm... Apa kau yakin memberikan surat ini padaku?”

“Ya. Aku tidak akan sanggup menghadapi rakyatku, kalau aku tidak memberi imbalan setimpal pada Tuan Pahlawan, yang telah banyak berjasa untuk desa ini. ”


Kalau dipikir lagi, daerah ini adalah sektor pertanian dari wilayah Merlot Mark. Tempat ini cukup banyak dilewati orang-orang, jadi pimpinan ini juga mempunyai pengaruh dan martabat yang sesuai untuk memimpin wilayah ini. Pasti para penduduk desa mengabarkan tentangku pada pimpinan wilayah, karena aku sudah membantu memperbaiki kerusakan desa Ryuuto akibat serangan gelombang sebelumnya.

Karena ketenaranku yang buruk sudah menyebar luas, sang raja pasti akan mengancam semua bangsawan berniat membantuku. Jadi demi rakyatnya, pimpinan ini mungkin memaksakan dirinya untuk menanggung malu demi membantuku...

Tapi, kenyataannya dia menemuiku dengan senyum gembira di wajahnya.


“... Aku memberikan surat ini padamu karena khawatir dengan reputasi burukmu, bisa berdampak buruk pada bisnis-mu di masa depan.”


Ternyata dia memberikan surat ini padaku dengan niatan yang baik. Kalau begitu, aku bisa menanggapinya dengan sepenuh hati.


“Terima kasih. Akan kugunakan surat ini baik-baik.”

“Semoga kau selamat dalam perjalananmu.”

“... Yah, aku berangkat sekarang.”


“Kalau anda butuh bantuan, tolong ijinkan kami untuk membantu anda.”

“Kalau kalian bisa menjalani hidup yang lebih baik dan makmur, itu saja sudah lebih dari cukup.”

“Baik!”


Dan perjalanan kami untuk berdagang pun dimulai.



Pertama-tama, aku mencoba menjual obat-obatan. Walau persediaan kami tidak banyak, tapi kami menjual semua itu dibawah harga pasar.

Dagangan utama kami adalah ramuan obat dan suplemen bernutrisi. Kedua obat itu bisa kubuat dengan kualitas lebih tinggi, hingga harga jualnya pun menjadi lumayan tinggi. Dan kapanpun kami berhenti di sebuah desa, aku akan membeli tanaman obat yang aku tahu, dan di sepanjang jalan akan kuramu semua tanaman itu menjadi obat.

Karena lari Filo cukup cepat, kami seringkali bisa tiba di desa lain dalam waktu satu hari, tapi ada keadaan tertentu di mana kami harus tidur di luar. Saat hal seperti itu terjadi, kami hentikan keretanya, lalu menyalakan api unggun dan menyiapkan makan malam.


“Tuan! Tempat di samping Filo masih kosong! Ayo kita tidur bareng!”

*Puk puk*

Filo dalam wujud monster-nya memberi isyarat agar aku duduk di sampingnya.


“Terlalu sesak kalau aku tidur di sampingmu...”


Sepertinya Filo sangat ingin tidur di sampingku. Di penginapan, aku menyuruh Filo agar tidak berubah ke wujud monster-nya. Dan saat kami tidur di luar seperti ini, dia jadi sedikit manja.

Yah, tidak akan jadi masalah kalau kita tidur di luar seperti ini. Kurasa tidak apa-apa membiarkannya lebih bebas sekali-kali...


“Filo, kau benar-benar menyukai Tuan Naofumi, ya.”

“Iya! Aku tidak akan kalah dari kakak Raphtalia.”

“Kenapa kau sampai berpikiran begitu!”


Kapanpun Raphtalia dan Filo mulai berdebat, aku tidak bisa membedakan apa hubungan mereka ini memang akur, atau sebaliknya. Filo sendiri masih anak-anak, jadi dia masih suka meluapkan emosi-nya karena banyak hal.

Oh, tunggu... Raphtalia juga sebenarnya masih kecil, kan? Jadi secara mental, umur mereka berdua itu sama.


“Ya ya. Kalian berdua cepat tidurlah. Akan kubangunkan kalian kalau sudah waktunya gantian berjaga-...”

“Ahh- Tuan mulai memperlakukan Filo seperti anak kecil lagi-!”

“Itu benar! Tolong jangan perlakukan aku seperti anak kecil!”


“Oh benar juga-! Raphtalia dan Filo sekarang sudah besar, ya-...!”


“Kau tidak sungguh-sungguh saat mengatakannya!”

“Iya! Tuan jahaaat!”


Dan dengan percakapan bodoh seperti itu, hari-hari kami untuk berdagang pun terus berlanjut.

Referensi :[edit]

  1. Hinoki : Pohon cemara Jepang.
  2. Sugi : Pohon cedar Jepang.