Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 4 Bab 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 9

Bagian 1

“Baiklah, anak-anak. Pelajaran hari ini selesai sampai disini. File tugas 25 dan 26 sudah dikirim, selesaikan dan kumpulkan minggu depan.”

Dengan bunyi bel yang menunjukkan akhir jam pelajaran pagi, guru mematikan layar panel besar dan meninggalkan ruangan, setelahnya suasana santai memenuhi ruangan kelas yang luas.

Aku, menggunakan mouse model lama yang terhubung ke terminal[1] -ku, membuka tugas yang sudah diunduh untuk membacanya sekilas. Setelah menghela napas karena pertanyaan-pertanyaan panjang yang sepertinya akan memuakkan dan membuat otak mati rasa, aku mencabut mouse-nya dan menutup terminalku, melempar keduanya ke dalam tas ranselku.

Meskipun begitu, bunyi bel itu mirip dengan suara kapel di Kota Permulaan di lantai 1 Aincrad. Kalau mereka membuat nada itu walau mengetahui fakta ini, perancang sekolah ini pasti punya sense humor yang lumayan gelap.

Tentu saja, tidak satupun murid berseragam yang sama terlihat memikirkannya. Mereka mengobrol dengan ceria sambil meninggalkan ruang kelas dalam kelompok bertiga atau berlima menuju kantin.

Setelah menutup risleting ranselku, aku menyandangnya di pundakku dan hendak berdiri saat seorang anak laki-laki yang aku berteman baik dengannya dan duduk disebelahku mendongak dan bicara padaku.

“Ah, Kazu. Kalau kau mau pergi ke kantin, simpankan tempat duduk buatku.”

Sebelum aku dapat menjawabnya, murid lain yang duduk di sebelahnya menjawab sambil tersenyum lebar.

“Lupakan saja. Kazu punya pertemuan dengan sang «putri» hari ini.”

“Oh, gitu. Enaknya…”

“Ya, begitulah. Maaf ya.”

Aku mengangkat tanganku untuk mencegah keluhan rutin mereka dan keluar dari ruang kelas.

Aku berjalan cepat-cepat melewati koridor berwarna hijau pucat dan keluar ke halaman tengah melalui sebuah pintu keluar darurat, merasa lega saat suara waktu makan siang mulai menghilang, aku mengambil napas. Bata-bata baru mewarnai jalan yang dikelilingi oleh pepohonan. Gedung sekolah yang bisa aku lihat dari balik puncak pepohonan adalah beton kosong yang kelihatan dingin, tapi ternyata gedung ini bagus sekali yang sulit kupercaya bahwa ini gedung bekas yang ditinggalkan kosong oleh penggabungan menyeluruh.

Aku mengikuti jalur itu untuk beberapa menit lagi, melewati terowongan tumbuh-tumbuhan dan sampai di taman kecil melingkar. Sepanjang tepian taman, dikelilingi bunga-bunga, adalah bangku-bangku kayu polos, salah satu diantaranya diduduki oleh murid perempuan yang menengadah melihat langit sendirian.

Rambut coklat panjang menggantung lurus menutupi punggung blazer hijau gelap seragamnya. Kulitnya masih putih pucat, tapi sedikit warna merah seperti merah mawar mulai kembali ke pipinya baru-baru ini.

Kakinya yang jenjang dan ramping dibalut oleh stocking hitam yang ketat. Sosoknya, menatap lekat pada langit dengan ujung sepatunya membuat suara ‘pitter patter’ saat menepuk tanah, amat sangat menawan. Aku berhenti di muka taman, bersandar pada sebuah batang pohon, melanjutkan memerhatikan gadis itu dalam diam.

Tanpa kuduga dia menoleh ke arah tempat aku berada dan tersenyum begitu dia melihatku. Lalu ekspresinya berubah kaku dan ia menutup matanya, dengan sebuahn ‘fuun’, ia memalingkan wajahnya dariku.

Aku mendekati bangku tempatnya berada dengan tersenyum kecut dan memanggilnya.

“Maaf membuatmu menunggu, Asuna.”

Asuna melirikku sebentar, cemberut.

“Oh, kenapa sih Kirito-kun selalu mencoba untuk melihatku dari jauh setiap kali kamu melihatku.”

“Maaf, maaf. Mungkin aku punya criteria yang diperlukan untuk menjadi penguntit?”

“Eh~”

Aku duduk di sebelah Asuna yang membuat wajah seperti takut sambil menjauh, dan merentangkan tangan lebar-lebar.

“Ah… Aku capek… dan lapar…”

“Kamu terdengar seperti bapak-bapak, Kirito-kun.”

“Sebenarnya, aku merasa seperti bertambah tua 5 tahun bulan ini… terus-”

Kutaruh tanganku dibelakang kepala, melirik ke samping ke arah Asuna.

“Bukan Kirito, tapi Kazuto. Soalnya tidak sopan menggunakan nama karakter ‘disini’.”

“Oh, begitu. Kalau begitu… lalu bagaimana denganku! Bukankah aku sudah ketahuan?”

“Alasannya karena, kamu membuat nama karaktermu sama dengan nama aslimu. …Yah, sepertinya aku juga ketahuan…”

Di sekolah «khusus» ini, murid-muridnya adalah para pemain yang tadinya adalah murid SMP dan murid SMA sebelum insiden SAO. Para ‘pemain orange’ yang memiliki riwayat pembunuhan yang serius menjalani lebih dari satu tahun sesi konseling termasuk pengobatan dan pengawasan. Orang-orang sepertiku yang menyerang orang lain demi mempertahankan diri, ditanyai tanpa meninggalkan catatan criminal seperti pencurian atau pemerasan.

Orang-orang menghindari untuk menggunakan nama mereka di Aincrad, tetapi wajah kami pada dasarnya sama dengan di SAO. Asuna rupanya segera dikenali setelah penerimaan masuk, dan aku dikenali karena aku cukup dikenal bagi sebagian pemain berlevel tinggi, dan dalam sejarah panjang kami aku mengungkapkan namaku dan beberapa hal lain pada mereka.

Pada dasarnya, mustahil untuk mengatakan bahwa semua itu tidak pernah terjadi dan melupakannya begitu saja. Itu bukanlah mimpi, dan pengalaman kami di dunia itu adalah sebuah kenyataan yang masing-masing kami harus membereskannya dengan cara kami sendiri.

Aku mengambil tangan kiri Asuna, yang sedang memegang keranjang rotan di atas lututnya, ke dalam kedua tanganku. Tangannya masih sangat kurus, tetapi sudah banyak membaik sejak hari pertama kali ia bangun.

Untuk bisa mengejar tanggal masuk sekolah, dia telah melalui rehabilitasi yang sangat berat. Hanya sampai baru-baru ini saja dia bisa berjalan tanpa menggunakan kruk[2] , tapi lari dan aktivitas berat lainnya sepertinya masih dilarang.

Setelah ia bangun, aku sering datang ke rumah sakit, melihat Asuna menggeretakkan giginya dan air matanya mengalir saat ia berjuang dalam latihannya untuk dapat berjalan, menyakitkanku seakan tubuhku ditusuk-tusuk. Aku dalam diam mengusap-usap jari-jarinya lagi dan lagi sambil mengingat hari-hari itu.

“…Kirito-kun.”

Mendengar suara yang terkejut, aku mendongak dan melihat sedikit rona diwajahnya.

“Tahu tidak sih? Kita kelihatan jelas dari kantin.”

“Apa…”

Melihat ke atas, di atas pepohonan, aku memang melihat jendela-jendela kaca besar di lantai paling atas sekolah. Aku melepaskan tangannya dengan panik.

“Oh, benar-benar deh…”

Asuna mendesah kaget dan dengan cepat memalingkan wajahnya lagi.

“Aku tidak akan memberi makan siang buat tukang bengong sepertimu.”

“Ah, jangan begitu dong.”

Setelah minta maaf mati-matian selama beberapa detik, Asuna akhirnya tertawa, dia membuka keranjang di lututnya. Ia mengeluarkan buntalan bulat yang tebungkus dalam tisu kertas dan memberikannya padaku.

Senang, aku mengambilnya dan membuka bungkusannya, didalamnya terdapat hamburger besar dengan daun selada yang menjulur keluar. Aromanya segera membuat perutku keroncongan, dan dengan cepat aku menggigitnya besar-besar.

“Ini… rasanya…”

Mataku terbelalak dan aku menengok pada Asuna sambil aku mengunyah cepat-cepat dan menelannya. Asuna tersenyum sambil berkata:

“Ehehe, kamu ingat?”

“Bagaimana mungkin aku bisa lupa. Ini adalah burger yang aku makan di lantai 74…”

“Yah, sulit sekali membuat ulang sausnya. Benar-benar cerita yang tidak masuk akal… berjuang mati-matian di sebelah sana untuk meniru rasa dunia nyata… dan sekarang saat aku sudah kembali, kutemukan diriku berusaha untuk membuat ulang rasa dunia itu disini.”

“Asuna...”

Aku mengingat dengan jelas hari-hari bahagia itu, dan sementara perasaan sentimental menyapu diriku aku sekali lagi menatap lurus ke Asuna.

Menatapku balik, Asuna berbisik sambil tersenyum.

“Ada mayonnaise menempel di mulutmu.”

Saat aku sudah menghabiskan dua hamburger besar jatahku dan Asuna menyelesaikan hamburger porsi kecilnya, istirahat makan siang hampir berakhir. Asuna menuangkan the herbal dari sebuah termos kecil, dan bicara sambil sambil memegang paper cup dengan kedua tangannya.

“Kirito-kun, apa saja kelas [3] siangmu setelah ini?”

“Hari ini ada dua kelas yang tersisa… benar-benar deh, mereka tidak menulis di papan tulis tapi pada panel EL[4] , kita tidak menulis di buku tulis tetapi pada PC tablet, dan PR dikirim lewat wireless LAN. Kalau seperti ini sama saja seperti belajar di rumah.”

Asuna tertawa dengan suara ‘fufu’ mendengarku mengeluh.

“Hanya sekarang saja kamu bisa menggunakan panel atau PC. Dalam waktu dekat, sekolah-sekolah akan memakai proyektor hologram… Terus, karena sekolah ini, kita bisa ketemu seperti ini.”

“Ya benar sih, tapi…”

Meskipun aku dan Asuna mengambil kelas elektif yang sama, karena kami beda angkatan, ada perbedaan kurikulum, jadi kami hanya bisa bertemu tiga kali seminggu.

“Dan sepertinya sekolah ini juga adalah model untuk generasi selanjutnya. Paling tidak, itu kata ayahku.”

“Heeh… Shouzou-shi, apa beliau baik-baik saja?”

“Iya. Beliau cukup tertekan selama beberapa waktu. Ayah berpikir dia tidak pandai menilai orang. Beliau mengundurkan diri sebagai CEO dan setengah pensiun, setelah menurunkan sebagian beban dari pundaknya, ayah mungkin bingung apa yang harus dilakukannya. Well, kalau ayah menemukan hobi, dia akan segera baik-baik saja.”

“Begitu…”

Aku meminum teh yang Asuna berikan padaku dan memandang ke langit bersamanya.

Bagi ayah Asuna, Yuuki Shouzou, pria itu mestinya adalah calon suami putrinya – Sugou.

Di hari bersalju itu, meski telah ditangkap di lapangan parkir rumah sakit, Sugou tetap melawan dengan cara yang buruk. Terus memilih diam, terus menyangkal, mencoba menyalahkan semuanya pada Kayaba Akihiko.

Akan tetapi, salah satu anak buahnya mengakui semuanya setelah dikonfirmasi adanya seorang saksi penting. Saat fakta bahwa 300 pemain SAO yang tidak kembali ternyata dikurung di sebuah server yang berada di kantor cabang RECTO Progress di Yokohama dan digunakan sebagai subjek penelitian tidak manusiawi dibongkar, rute Sugou untuk melarikan diri pun hilang. Sepertinya pengadilannya dimulai baru-baru ini, tapi Sugou mengajukan penilaian psikiatrik ulang. Meskipun tuntutan utamanya adalah penyerangan, apakah penculikan dan pengurungan akan dimasukan ke dalam tuntutan atau tidak cukup mengundang perhatian publik.

Apa yang orang itu kerjakan, riset jahat tentang pencucian otak menggunakan teknologi Full Dive, terbukti sebagai sebuah teknologi yang tidak mungkin diciptakan diluar teknologi NERvGear generasi pertama. Selain itu, hampir semua NERvGear sudah dimusnahkan, bisa dikatakan, hasil penelitian Sugou justru memungkinkan tindakan pencegahan untuk dibuat.

Untungnya, ketiga ratus orang yang dijadikan subjek itu tidak memiliki ingatan tentang mereka dijadikan subjek eksperimen manusia. Tidak ada gangguan pada otak mereka, dan tidak ada pemain yang mengalami kerusakan mental. Setelah penanganan medis yang cukup, dikatakan bahwa sangat memungkinkan bagi para pemain untuk rehabilitasi dan kembali ke masyarakat.

Meski begitu, RECTO Progress dan ALfheim Online… Bukan, game ber-genre VRMMO sendiri, menerima pukulan besar.

Dari awal, insiden SAO saja sudah membuat kegelisahan public yang signifikan. Kejadian itu disimpulkan sebagai peristiwa gila dari sebuah kejahatan mengerikan yang dilakukan seorang pria gila sendirian, dan sekarang… insiden yang disebabkan oleh Sugou di dunia ALO yang sebelumnya dipuji-puji karena keamanannya sebagai game VRMMO, menarik perhatian untuk kemungkinan bahwa semua dunia VR dapat dieksploitasi untuk tindak kejahatan.

RECTO Progress akhirnya dibubarkan, tapi kantor utama RECTO juga menderita kerusakan yang cukup besar, dan semua anggota tim managemen dibawah CEO diganti, walau begitu, mereka beruntung karena dapat melewati krisis tersebut.

Pengoperasian ALO dihentikan. Tentu saja, lima atau enam game VRMMO lain yang masih beroperasi, walau secara tidak langsung, juga menerima pukulan besar dalam bentuk berkurangnya jumlah pengguna. Mungkin masih tidak mungkin untuk melarikan diri dari kemungkinan penghentian dengan sisa pendapatan yang sedikit.

Dalam situasi itu, sesuatu yang dapat merubah akar yang telah melemah dan hampir tercabut itu adalah –

«World’s Seed» yang Kayaba Akihiko amanahkan padaku.

Aku harus mencari tahu soal Kayaba.

Bersamaan dengan runtuhnya SAO pada November 2024, Kayaba Akihiko juga mati, hal itu menjadi jelas dua bulan yang lalu – Maret 2025.

Selama Kayaba Akihiko menjadi heathcliff dalam Aincrad selam dua tahun, dia bersembunyi dalam vila di gunung di kedalaman sebuah hutan di Prefektur Nagano.

Tentu saja, NERvGear Kayaba tidak mengurungnya dalam «Ikatan Kematian», sehingga dia bebas untuk log out, tapi sebagai kepala guild KoB, dia sepertinya terus-menerus log on untuk paling lama selama seminggu.

Orang yang membantunya adalah seorang mahasiswa pascasarjana yang berada di jurusan yang sama dalam studi dalam departemen industri di Universitas Tokyo, dan terdaftar telah membantu Divisi Pengembangan Argus.

Sepertinya Sugou juga bekerja di laboratorium yang sama selama masa studinya dan menyimpan bara persaingan pada Kayaba sambil pura-pura mengagumi Senpai-nya itu. sepertinya wanita ini juga dirayu oleh Sugou beberapa kali – aku mendengar semuanya ini langsung dari orangnya waktu ia dibebaskan dengan jaminan bulan lalu.

Aku menerima alamat emailnya setelah memaksa seorang agen dari kantor pusat penyelamatan darurat, dan setelah banyak keraguan, aku mengiriminya email yang berisi, ‘Aku tidak ingin membicarakan tentang kebencian, aku hanya ingin tahu rinciannya.’ Baru seminggu kemudianlah ada balasan. Dia menaiki kereta express dari tempat tinggalnya sekarang di prefektur Miyagi dan datang ke tempatku, namanya adalah Koujiro Rinko. Kami pergi ke sebuah coffee shop didekat Sasiun Tokyo dimana aku mendengarkan cerita yang dengan bimbang ia ceritakan.

Sepertinya Kayaba sudah memutuskan untuk mati bersama dengan runtuhnya dunia SAO bahkan sebelum peristiwanya terjadi. Tapi merupakan cara yang tidak biasa untuk mati. Sepertinya dia merombak sebuah mesin FullDive untuk melakukan scan berkekuatan super tinggi pada otaknya, yang membakar otaknya dan membunuhnya.

Kemungkinan scan itu berhasil bahkan tidak ada 1 banding 1000, - dan meskipun tidak berdasar, ia mengatakan padaku bahwa ia merasa bahwa Kayaba berhasil.

Kalau memang seperti yang Kayaba maksudkan, seluruh ingatan dan pikirannya, semua sinyal listrik dalam otaknya mestinya menjadi kode digital dan berada dalam network sebagai otak eletronik sungguhan.

Setelah beberapa keraguan, aku menceritakan padanya tentang bagaimana aku berbincang dengan kesadaran Kayaba di server SAO dulu, dan bagaimana dia membantuku menyelamatkan Asuna, dan apa yang dia amanahkan padaku.

Ia menundukkan kepalanya untuk beberapa menit, dan setelah sebutir air mata jatuh, berkata padaku:

‘Aku mengunjungi vila gunung tempatnya bersembunyi dengan maksud untuk membunuhnya. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Karena hal itu, banyak orang muda kehilangan nyawa mereka.

Apa yang dia dan aku telah lakukan bukanlah sesuatu yang bisa dimaafkan.

Kalau kamu membencinya, hapuslah benda yang dia berikan padamu.

Tapi seandainya… seandainya kamu menyimpan sesuatu selain kebencian padanya dalam dirimu…”


“—Kirito-kun. Hei, Kirito-kun. Tentang pertemuan offline hari ini…”

Asuna menyodokku dengan sikunya, dan aku meneguhkan diri.

“Ah – maaf. Aku tadi melamun.”

“Ohh. Nggak disana atau disini, kamu tetap tipe orang yang santai saat sedang rileks.”

Asuna menggeleng-gelengkan kepalanya seakan ia terkagum, lalu dengan senyum cerah, mengistirahatkan kepalanya di pundakku.

Bagian 2

Di dekat jendela sisi barat kafetaria, menempati meja bundar ketiga dari selatan, saya mengisap keras dengan sedotan, mencoba untuk mendapatkan terakhir kalinya minuman yogurt strawberry dari bawah kotak minuman itu. Suara yang dihasilkan untuk kebiasaan hebat yang harusnya tidak boleh di keluarkan oleh seorang gadis. Menempati kursi dihadapan saya , Ayano Keiko mengerut.

“Mou, Liz... Rika-san, tolong minum sedikit lebih tenang.”

“Tapi itu... ah-, Kirito, terlalu sangat dekat...”

Saya bisa melihat bangku di melewati atas pohon dari dimana mereka duduk, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang duduk dengan bahu mereka saling bersentuhan.

“ah... begitu menyakitkan hati, melakukan hal itu di sekolah...”

“Ya, itu hobi yang buruk, mengintip!”

Saya melihat kepada Keiko untuk sesaat sebelum berbicara dalam nada yang sedikit tidak menyenangkan.

“Mengatakan begitu, bukankah Scilica juga melihat mereka beberapa saat yang lalu.”

Keiko, Scilica pengguna pisau belati - mungkin kelihatan berlawanan - menunduk dengan wajah nya yang memerah, dan mulai memasukkan udang pilaf ke dalam mulutnya. Saya meremukkan kotak minuman yang telah kosong dan melemparkan nya kedalam tempat sampah yang beberapa meter jauhnya, kemudian meletakkan wajah saya di meja dan mengeluarkan desahan yang besar.

"Ahh... jika jadinya seperti ini, kita harusnya tidak setuju untuk <<Satu Bulan Genjatan Senjata>>!"

"Tetapi bukankah itu ide Liz-san?! Kita harus membiarkan kedua nya untuk lovey-dovey untuk hanya satu bulan, kamu bilang... itu benar-benar naif."

"Kamu punya nasiyang menempel di wajahmu tuh."

Sekali lagi, saya mendesah, kemudian melihat melalui kaca jendela di awan putih yang lewat.

Bagaimana dia tahu alamat mail saya? Saya masih tidak tahu, tetapi di pertengahan Februari saya tiba-tiba menerima sebuah e-mail dari Kirito.

Saya terheran, dalam kepala saya mendengar bunyi gong untuk sedetik ketika dengan perasaan gembira pergi ke tempat pertemuan, bagaimanapun, apa yang Kirito katakan kepada saya di toko kopi jauh lebih mengejutkan.

Kirito kelihatannya terlibat dalam kegemparan besar dengan <<ALO incident>>. Saya diberitahu diantaranya yang terlibat. Asuna adalah tipe korban spesial.

Dia mengatakan Asuna benar-benar ingin melihat saya, tentu saja saya langsung terbang untuk mengunjungi nya. Melihat sosoknya, seperti roh es yang meleleh, insting protektif saya untuk dia di Aincrad, terpicu sangat kuat.

Untungnya, Asuna mendapatkan kembali semangatnya hari demi hari dan bisa bersama kita di sekolah. Ketika saya melihat Asuna lagi, lebih daripada melihat dia sebagai rival, saya ingin untuk melindungi dia seperti seorang adik. Dengan teman di depan saya yang mencintai Kirito pada jalan yang sama, saya membentuk aliansi <<Ayo melihat mereka berdua dalam kehangatan selama May>> - perjanjian dilakukan. Tapi.

Mendesah untuk ketiga kalinya, saya menelan potongan terakhir dari sandwich BLT saya, dan kemudia melihat ke Scilica.

"Apakah kamu akan pergi ke pertemuan off-line hari ini?"

"Tentu saja. Lyfa... Suguha-chan juga datang. Saya tidak bisa mengunggu untuk bertemu dengan dia secara off-line untuk pertama kalinya."

"Scilica, kamu punya hubungan yang sangat baik ya dengan Lyfa."

I melihat ke dia ketika memasang senyum menggoda.

"Itu pasti karena itu? Disana ada perasaan kedekatan, karena kamu berdua sama sebagai <<imouto>>."

"Muu..."

Pipi Scilica memerah sambil dia memasukkan udang yang terakhir ke mulutnya, memberangut, dan kemudian tersenyum lagi.

"Liz-san juga benar-benar seperti <<one-san>> hari ini."

Untuk beberapa detik, ketegangan mereka seperti percikan ledakan di antara mereka, kemudian mereka menaikkan kepala mereka untuk melihat awan, dan mendesah bersamaan.

Bagian 3

Toko Egil <<Kafe Dicey>>, di depan pintu hitam, tergantung papan hitam yang tidak ramah,dengan huruf yang kasar mengatakan ' Dipesan untuk hari ini'.

Saya menoleh ke Suguha yang di belakang saya dan mengatakan:

"Sugu, apakah kamu telah bertemu dengan Egil?"

"Yeah, I pergi berburu dengan dia dua kali di sisi lain. Dia orang yang sangat besar!"

"Saya beritahukan ke kamu, benda asli itu seperti itu juga. Jadi persiapkan mental."

Di luar mata lebar Suguha, Asuna tertawa geli.

"Saya juga, saya terkejut untuk pertama kali saya datang ke sini."

"Sejujurnya, saya juga takut."

Setelah mengetuk kepala Suguha dengan pandangan menakutkan, saya mendorong membuka pintu sambil muka saya tersenyum lebar.

Seperti suara bel yang berbunyi dengan suara 'clang-clang', teriakan kebahagian, suitan, dan tepuk tangan berbunyi nyaring keras untuk menutupi itu.

Catatan Penerjemah dan Referensi

  1. Mungkin turunan dari pc tablet dan pad yang ada saat ini.
  2. alat bantu berjalan
  3. Mata pelajaran
  4. Electroluminescence →http://en.wikipedia.org/wiki/Electroluminescence