Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 12

From Baka-Tsuki
Revision as of 06:00, 25 May 2011 by Xenocross (talk | contribs) (editing)
Jump to navigation Jump to search

Bab 12

"…to! Kirito!

Asuna memanggil, dengan suara yang hampir seperti jeritan, memaksaku untuk bangun. Saat aku duduk, rasa sakit menusuk kepalaku dan membuat wajahku mengernyit.

"Owww…"

Aku melihat sekeliling dan menyadari kalau kami masih di ruang bos. Pecahan berwarna biru muda masih berterbangan di sekitarku. Sepertinya aku kehilangan kesadaran selama beberapa detik.

Asuna berlutut di lantai, dengan wajahnya berada tepat di depan mataku. Alisnya mengerut, dan dia menggigit bibirnya. Itu terlihat seperti kalau dia akan menangis.

"Kau idiot…! Kenapa…!? "

Dia berteriak, dan kemudian dia memelukku. Ini mengejutkanku hingga membuatku melupakan rasa sakitku sejenak. Aku hanya bisa berkedip karena terkejut.

"…Jangan memeluk aku terlalu keras. Kau akan membuat HPku menghilang. "

Aku berkata dengan nada bercanda, tapi Asuna menanggapinya dengan ekspresi yang benar-benar marah. Dia meminumkan sebuah botol kecil ke dalam mulutku. Cairan yang mengalir merupakan potion berkualitas tinggi yang rasanya seperti campuran dari jus lemon dan teh hijau. Itu akan menyembuhkan HPku sepenuhnya dalam waktu lima menit, tapi kelelahanku akan bertahan agak lama.

Asuna memeriksa untuk memastikan kalau aku telah meminum semuanya. Kemudian, ketika wajahnya mulai mengerut, dia menyandarkan kepalanya ke bahuku untuk menyembunyikannya.

Aku mengangkat kepalaku ke arah suara langkah kaki yang terdengar dan melihat Cline mendekat. Dia terlihat agak merasa bersalah karena mengganggu kami, tetapi dia tetap mulai berbicara .

"Kami sudah selesai menyembuhkan semua sisa anggota The Army, tapi Cobert dan dua anak buahnya telah meninggal…"

"…Ya. Ini pertama kalinya seseorang meninggal dalam pertarungan melawan boss sejak lantai 67…"

"Itu bahkan tidak bisa disebut sebagai pertarungan. Cobert idiot itu… Kau tidak bisa melakukan apapun jika kau mati ... "

Cline meludah. Lalu ia menarik napas panjang, menggelengkan kepalanya, dan bertanya padaku untuk mengubah mood.

"Tapi kembali ke topik, apa-apaan barusan itu!?"

"...Apakah aku harus menjelaskan hal itu kepadamu?"

"Tentu saja! Aku belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya! "

Tiba-tiba aku menyadari bahwa selain Asuna, semua orang yang berada di dalam ruangan menatapku, menunggu jawaban dariku.

"... Ini adalah sebuah skill ekstra: <Dual Blades>"

Ekspresi takjub terlihat dari anggota grup Cline dan sisa dari The Army yang selamat.

Semua weapon skill harus dipelajari dengan urutan tertentu tergantung jenisnya. Contohnya misalnya pedang, kau harus melatih skill one-handed straight sword sedikit sebelum <Rapier> dan <Two-Handed Sword> muncul di daftar skill.

Tentu saja, Cline tertarik, dan ia mendesakku untuk memberitahu sisanya.

"Jadi apa syarat yang harus dipenuhi adalah?"

"Aku pasti sudah menyebarkannya jika aku tahu itu."

Saat Aku menggeleng, Cline menghela napas dan bergumam.

"Kau benar…"

Weapon skill yang tidak memiliki syarat yang jelas untuk muncul disebut skill ekstra. Mereka bahkan kadang-kadang disebut syarat acak. Contohnya <Katana> Cline. Tapi <Katana> tidak terlalu jarang dan sering muncul selama kau terus melatih skill Curved Sword (Pedang Lengkung).

Sebagian besar sepuluh lebih skill ekstra yang telah ditemukan sampai sekarang, termasuk <Katana>, paling sedikit ada sepuluh orang yang menggunakan mereka. Kecuali <Dual Blades>ku dan satu skill ekstra yang lain.

Sepertinya kedua skill itu dibatasi hanya untuk satu orang, jadi mereka bisa disebut sebagai <Unique Skill>. Aku telah menyembunyikan keberadaan Unique Skill ku sampai sekarang. Tapi mulai hari ini, berita bahwa aku adalah pengguna Unique Skill yang kedua akan menyebar ke seluruh dunia. Tidak mungkin aku bisa menyembunyikannya setelah menggunakannya di depan begitu banyak orang.

"Aku kecewa Kirito. Kau bahkan tidak bisa mengatakan padaku bahwa kau mempunyai skill yang mengagumkan. "

"Aku sudah akan memberitahumu jika aku tahu kondisi untuk membuat itu muncul. Tapi aku benar-benar tidak tahu pikir bagaimana hal itu terjadi. "

Aku menjawab keluhan Cline dengan mengangkat bahu.Tidak ada sedikit pun kebohongan pada apa yang aku katakan. Sekitar setahun yang lalu, aku membuka jendela kemampuanku suatu hari dan menemukan nama <Dual Blades> muncul di sana. Aku benar-benar tidak punya petunjuk tentang kondisi apa untuk membuatnya muncul.

Sejak itu, aku hanya melatihnya saat tidak ada orang di sekitar. Bahkan setelah aku hampir menguasainya, aku jarang menggunakannya terhadap monster kecuali keadaan darurat. Selain menggunakannya untuk melindungi diri dalam bahaya, aku hanya tidak suka jenis skill ini karena terlalu menarik perhatian.

Aku bahkan berpikir bahwa akan lebih baik jika pengguna lain Twin Blades muncul ---

Aku menggaruk daerah sekitar telingaku dan bergumam.

"... Jika itu menjadi diketahui bahwa aku punya seperti skill langka, tidak hanya orang akan menggangguku untuk informasi ... mungkin menarik jenis masalah lain juga ..."

Cline mengangguk.

"Gamer Online mudah cemburu. Aku tidak akan karena aku seorang pria pengertian, tapi pasti ada banyak orang iri. Belum lagi ... "

Cline tiba-tiba berhenti bicara dan memandang Asuna, yang masih erat memelukku, dan tersenyum penuh arti.

"... Yah, anggaplah penderitaan sebagai cara lain untuk melatih dirimu, Kirito muda."

"Jadi, untukmu itu hanya masalah orang lain ...?"

Cline membungkuk dan menepukku di bahu, lalu berbalik dan berjalan ke arah sisa dari <The Army> yang selamat.

"Hei, kalian, bisakah kalian kembali ke markas kalian sendirian?"

Salah satu dari mereka mengangguk pada pertanyaan Cline's. Dia adalah seorang anak yang terlihat seperti ia masih berada di usia remaja.

"OK. Beritahu atasan kalian apa yang terjadi di sini hari ini dan bahwa mereka tidak seharusnya melakukan sesuatu hal bodoh lagi. "

"Ya. ... ... Dan, err ... ... terima kasih."

"Terima kasih pada dia yang di sana."

Cline menunjukku dengan jempolnya. Para pemain dari The Army berdiri dengan gemetar, berbalik arah Asuna dan aku, yang masih di lantai, dan membungkuk dalam-dalam sebelum berjalan keluar ruangan. Begitu mereka sampai lorong, mereka menggunakan kristal mereka untuk teleport keluar satu demi satu.Setelah lampu biru pudar, Cline meletakkan tangannya di pinggul dan mulai berbicara.

"Yah, mari kita lihat ... Kami akan melanjutkan ke lantai 75 dan membuka pintu gerbang sana. Bagaimana denganmu? Kau bintang hari ini, apa kau ingin melakukannya? "

"Tidak, aku akan menyerahkannya kepadamu. Aku benar-benar capek. "

"Jika itu alasannya... berhati-hatilah dalam perjalananmu pulang. "

Cline mengangguk dan kemudian memberi isyarat kepada teman satu timnya. Keenamnya berjalan ke pintu besar di sudut ruangan. Dibalik itu seharusnya ada tangga ke lantai berikutnya. Pengguna Katana berhenti di depan pintu dan berbalik.

"Hei ... Kirito. Kau tahu ketika kau melompat masuk untuk menyelamatkan para anggota The Army ... "

"... Kenapa dengan itu?"

"Aku ... yah, benar-benar senang. Itu saja yang aku ingin katakan. Sampai ketemu lain waktu. "

Aku tidak mengerti apa yang ia katakan. Ketika aku memiringkan kepalaku, Cline memberiku acungan jempol, lalu membuka pintu dan menghilang melalui itu dengan grupnya.

Hanya Asuna dan aku yang tersisa di ruang besar bos . Api biru yang telah bergejolak dari lantai telah menghilang beberapa waktu lalu, dan suasana seram yang pernah memenuhi ruangan itu menghilang tanpa jejak. Cahaya lembut yang memenuhi jalan sekarang membanjiri ruangan ini juga. Tidak satu tanda pertempuran yang tersisa.

Aku mengatakan sesuatu kepada Asuna, yang masih menempatkan kepalanya di bahuku.

"Hei ... Asuna ...."

"... ... Aku begitu takut .... Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan ... ... jika kau mati. "

Suaranya gemetar lebih lemah dari yang pernah kudengar sebelumnya.

"... Apa yang kau bicarakan? Kau kan yang pertama kali menyerang masuk. "

Aku mengatakan hal ini saat aku meletakkan tanganku di bahu Asuna dengan lembut. Sebuah flag pelanggaran akan muncul jika aku memegangnya terlalu terang-terangan, tapi ini benar-benar bukanlah situasi dimana aku perlu khawatir tentang itu.Saat aku dengan lembut menariknya ke arahku, telingaku hampir saja ketinggalan suaranya yang kecil.

"Aku akan mengambil istirahat sejenak dari guild."

"Is, istirahat ... kenapa?"

"... Aku berkata bahwa aku akan menjadi satu tim denganmu untuk sementara waktu ... Apakah kau sudah lupa?"

Sesaat setelah aku mendengar hal itu... Disuatu tempat di dalam hatiku, muncul suatu perasaan yang hanya bisa digambarkan sebagai kerinduan yang kuat. Bahkan itu mengagetkan ku. Aku—solo player Kirito—adalah orang yang mengabaikan semua player demi menjaga diriku agar tetap hidup di dunia ini. Aku adalah pecundang yang telah berpaling dari teman satu-satunya dan melarikan diri 2 tahun lalu, pada hari saat semua ini dimulai. Orang seperti diriku, yang bahkan tak punya hak untuk mengharapkan seorang rekan—apalagi sesuatu yang lebih dari itu. Aku sudah menyadari hal ini dengan cara yang menyakitkan dan tak terlupakan. Aku telah bersumpah untuk tidak berharap lagi, tidak pernah merindukan perhatian orang lain. Tapi- Tangan kiri ku, yang sudah kaku, tidak ingin pergi dari bahu Asuna. Aku hanya tak bisa lepas dari kehangatan tubuh virtualnya Aku mengubur konflik yang bertentangan ini dengan emosi yang tak bisa dijelaskan, dan kemudian menjawab dengan jawaban singkat. “…okay.” Setelah mendengar jawabanku, kepala Asuna mengangguk sedikit dibahuku.

Keesokan harinya.