Kokuhaku Yokou Renshuu Indo: Jilid 1 Latihan 8

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Serizawa Haruki

Ulang tahun: 5 April

Zodiak: Aries

Golongan darah: A

Teman masa kecil Natsuki. Di Klub Film. Tipe kakak lelaki yang nakal. Membuat film dengan selera prima.

—–

Latihan 8[edit]

Sabar, jangan terburu-buru.

Mengigau di bawah napasnya seperti mantra, Natsuki bermaksud menjaga tangannya bergerak.

Akhirnya, bersama dengan suara jarum menit yang tumpang tindih dengan jarum jam, dia melepaskan pemotong nada di tangannya.

“A-Aku selesai~!”

Selesai dengan semua pekerjaan, dia ambruk di tempat tidurnya.

Bahu dan lengannya terasa sakit karena terlalu sering digunakan selama beberapa hari berturut-turut, akan tetapi kini dia bisa memberi tangannya istirahat, rasa sakitnya terasa tumpul. Anehnya, bahkan rasa lelah itu terasa seperti lega baginya.

Menggerakkan lehernya saja, dia menatap jam di atas mejanya.

Rasanya sudah sekitar tengah malam, akan tetapi yang mengejutkan, itu sekitar dua jam lebih lambat dari yang dia kira.

‘Ack, kapan itu bisa selarut ini....’

Dia terkejut betapa cepatnya waktu berlalu, dan juga terkesan oleh betapa fokusnya dia.

Dia akan melakukan apa yang sangat ingin dia lakukan, dan menemukan kepercayaan diri.

Itulah yang dia janjikan pada dirinya sendiri, akan tetapi itu jauh lebih banyak dari yang diharapkannya.

Bagaimanapun, dia menyuruh Koyuki membaca naskahnya. Karena biasanya Koyuki membaca banyak manga, semua nasehatnya sangat membantu. Dan lebih dari segalanya, Koyuki peduli bagaikan itu adalah pekerjaannya sendiri, dan Natsuki merasa bahwa berkat dorongannya dia mampu terus menggambar.

‘Setelah pagi, pertama aku akan mengirim SMS ke mereka bertiga....’

Ketika dia berpikir tentang bagaimana dia mengumumkannya kepada mereka, wajah lain muncul di belakang pikirannya.

‘Mungkin aku harus memberi tahu Haruki juga, karena kita berdua sudah melakukan latihan pengakuan.’

Sudah sehari sebelum hasil kontes diumumkan bahwa Natsuki telah melakukan latihan pengakuan dengan Haruki di ruang kelas sepulang sekolah, jadi itu akan mencapai dua minggu sejak itu.

Walaupun hanya ada beberapa hari tersisa di bulan Oktober, masih belum terlihat Haruki telah menembak siapapun.

‘Mengetahui dirinya, dia mungkin memiliki beberapa alasan mengapa dia belum melakukannya.’

Mengingat betapa terkejutnya teman masa kecilnya tentang keberanian yang dia butuhkan untuk berlatih menembak, sangat mungkin dia tidak bisa mengambil langkah terakhir.

‘Bila aku bisa memberi contoh yang baik di sini, akankah aku bisa memberikan Haruki yang mendorong kebutuhannya?’

Lalu dia akan berterimakasih padanya, dan mungkin mulai menjadi sedikit lebih baik padanya?

Tidak, dia mungkin hanya mengejeknya dan mengatakan bahwa itu bukan urusannya.

Tak bisa mendinginkan sama sekali, pikiran aneh terus bermunculan satu demi satu di kepalanya.

Natsuki berguling di atas seprai, membalik perut untuk berbaring dengan punggungnya.

“...Aku ingin tahu apakah Yuu sudah tidur.”

Tiba-tiba penasaran, dia bergegas ke jendela.

Hati-hati jangan bersuara, dia membuka tirai untuk melihat rumah di sebelah.

Melihat cahaya redup dari jendela ruang sudut lantai dua, ternyata Yuu masih belajar.

“Wow, kamu belajar sampai larut malam ini juga....”

Sebelumnya, dia akan mengirim SMS padanya untuk mengatakan itu, tapi sekarang, dia hanya menggumamkan hal itu sendiri. Sejak apa yang telah terjadi selama musim panas, dinding tak terlihat yang telah terbentuk masih menjulang di antara mereka.

‘Tapi, begitu besok tiba....’

Dia merobohkan dinding yang tak terlihat itu dan pergi menemuinya.

Dan kali ini, itu takkan menjadi latihan; dia akan menembaknya secara asli.

“Sebaiknya kamu siap untukku, Yuu!”

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

“Nacchan, ada kelinci di bento kamu!”

Mata Akari bersinar ketika dia melihat apel di kotak bento Natsuki yang tersebar di meja panjang di ruang persiapan seni.

“Hari ini pertempuran yang menentukan, jadi aku memohon pada ibuku untuk membuatnya untukku!”

Natsuki mengangkat kepalan tangan yang erat dan mengangguk dengan bangga.

Mendengar kata-kata “pertempuran yang menentukan,” Miou berhenti di tengah makan sandwich-nya.

“K-kalau dipikir-pikir, kamu akan selalu membawa itu setiap kali ada ujian atau sesuatu, kan....?”

“Ahaha! Miou, kenapa kamu yang terdengar gugup sekali?”

Natsuki tertawa terbahak-bahak, dan tak lama, Akari dan Miou mulai tertawa bersamanya.

Selama istirahat makan siang, Natsuki telah meminta penasihat mereka, Matsukawa-sensei, bila mereka dapat memeriksa ruang persiapan.

Karena dia harus mengajar kelas elektif seni selama periode kelima dan keenam, Matsukawa-sensei cepat-cepat membuka ruangan untuknya.

‘Maaf, Eri-chan-sensei! Aku hanya ingin mempersiapkan diri untuk ini!’

Jumat sore adalah pilihan, dan tentu saja, Natsuki dan yang lainnya memilih seni.

Yuu biasanya memilih untuk pulang lebih awal pada hari Jumat, akan tetapi karena tenggat waktu untuk klub film, belakangan ini, dia akan sering tinggal sampai bel sekolah terakhir.

Tapi Natsuki masih mengiriminya SMS pagi itu kalau-kalau mereka akhirnya kehilangan satu sama lain.

“Jujur saja, aku terkejut sekali ketika aku melihat SMS-mu.”

“Mengatakan sesuatu seperti, ‘Aku menyelesaikan manga, jadi aku akan menembak hari ini,’ kan?”

Melihat Akari dan Miou mengangguk setuju, Natsuki memiringkan kepalanya.

“Huh? Bagaimana bisa? Bukankah aku sudah memberi tahumu bahwa aku akan menembak setelah menyelesaikannya?”

“Mou, Nacchan!”

“Ya?”

Akari, yang duduk di depannya, mendadak memanggil nama Natsuki dengan tatapan tegas di wajahnya dan membungkuk ke depan.

Lalu dia menunjuk tepat di bawah mata Natsuki.

“Kamu belum cukup tidur, kan? Jadi aku berpikir mungkin lebih baik kalau kamu menunda pengakuannya nanti saja...”

“Baik Akari dan aku hanya bisa menyemangatimu dari pinggir, jadi kami khawatir, tahu?”

Sebelum dia menyadari, Miou, yang duduk di sampingnya, menatapnya dengan ekspresi serius, juga.

Pandangannya mulai kabur karena air mata yang bermunculan pada kebaikan kedua orang itu.

“...Akari, Miou, terima kasih banyak. Aku akan... Aku akan melakukan yang terbaik!”

“Nacchan, kami akan mendukungmu!”

Akari meraih tangannya dan mulai bergumam pelan seolah-olah untuk memberikan restunya.

Melihat ini, Miou juga mengulurkan tangannya, dan berkata dengan ekspresi bertekad yang jarang dia digunakan.

“Aku juga sudah mencari cara menghilangkan kegugupan, jadi bila kamu cemas, katakan saja padaku.”

“Miou-chan, bersiap seperti biasa! Itu akan menjadi bencana nyata jika dia menembak orang yang salah karena dia sangat gugup!”

“...Aku tidak menyangka kamu bisa menyalahkan itu pada kegugupan. Itu cuma bisa disebut ceroboh.”

Miou membuat balasan tajam untuk lelucon Akari yang berkepala dingin.

Itu hanya pertukaran konyol, tapi Natsuki merasa bahunya mereda.

‘Seperti yang mereka katakan padaku untuk bertindak seperti biasanya, seperti yang mereka lakukan sekarang.’

Sungguh luar biasa bahwa dia bersemangat pada pengakuan asli hari ini, tapi dia mungkin sudah sedikit terlalu memikirkannya.

Merasa lebih bersyukur kepada teman-temannya daripada perkataan yang bisa diungkapkan, Natsuki bersikap dengan jari telunjuk dan ibu jarinya mencuat.

“Itu akan baik-baik saja! Bagaimanapun, zodiak hari ini bilang bahwa Cancer adalah tanda yang paling menguntungkan!”

Sementara Natsuki memiliki seringai lebar di wajahnya, seakan menunjukkan kepercayaan dirinya dalam memilih hari ini secara khusus, yang lain tidak menunjukkan reaksi apapun.

Setelah keheningan singkat, Akari dan Miou bertanya dengan hati-hati,

“Jadi, mungkinkah, alasan bahwa kamu memilih menembak hari ini...”

“Karena zodiakmu adalah yang paling menguntungkan dalam pembacaan zodiak hari ini...?”

“Ya, benar sekali!”

Zodiak di “Berita Pagi” biasanya selalu benar. Bagi Natsuki, tak ada yang lebih bisa diandalkan daripada itu.

‘Huh? Mereka masih belum menunjukkan reaksi apapun...’

Apa mereka khawatir karena sepertinya dia hanya mengandalkan zodiak?

‘Yah, kalau begitu...’

Natsuki mengeluarkan kantong bulat dari tasnya.

“Tentu saja, aku memastikan untuk memiliki rencana balik untuk kurangnya tidurku juga. Tada!”

Ketika dia membuka kantongnya, hal-hal seperti maskara dan lip gloss mulai keluar. Dan kalau-kalau kosmetik yang dia miliki belum cukup, dia juga mengemas hal-hal yang diam-diam dia pinjam dari ibunya juga.

“Aku bisa menyembunyikan kantong mataku, dan bila aku membuat bulu mataku juga keriting, aku akan baik-baik saja!”

Saat Natsuki buru-buru membuka tutup maskara, keduanya tampak bebas dari kelumpuhan dan berteriak,

“Bentar! Kamu harus mencuci muka dulu!”

“Dan jangan lupakan foundation-nya juga! Sebenarnya, kamu akan baik-baik saja kalau cuma menggunakan bedak!!”

Saat teriakan Akari dan Miou bergema, sayangnya, bel yang menandakan akhir istirahat makan siang menimpali.

Saat jam yang dijanjikan semakin dekat tiap detiknya, semua yang bisa didengar Natsuki adalah detak jantungnya sendiri.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Di kelas yang sunyi, Yuu duduk sendirian dengan setumpuk dokumen.

Sinar mentari yang masuk dari jendela menghangatkan punggungnya, membuatnya tampak seperti hari pertama musim dingin masih jauh, bukan hanya sebentar lagi.

‘Kurasa salah satu dari sedikit hal baik tentang ruang kelas kami yakni mendapat banyak matahari.’

Klub Film, yang belum genap tiga tahun, adalah klub terbaru SMA Sakuragaoka.

Satu-satunya ruang kosong yang tersedia di ujung lorong di lantai tertinggi, membuatnya sedikit sulit untuk diakses. Terlebih lagi, saat ini ruangan tersebut digunakan sebagai gudang.

Setelah sedikit bekerja, yang Natsuki bantu, mereka berhasil membentuknya menjadi ruang klub seperti sekarang.

‘...Kalau dipikir-pikir, Natsuki tidur di kelas lagi hari ini.’

Selama beberapa hari terakhir, sepertinya dia belum cukup tidur, dan sering ada lingkaran hitam di bawah matanya.

Dia berasumsi bahwa Natsuki begadang untuk mempersiapkan rekomendasi dan ujian masuk, akan tetapi ketika mereka hanya menunggu surat penerimaan saja, kantong di bawah matanya tidak menunjukkan tanda-tanda memudar sedikitpun.

‘Aku bisa langsung tahu kalau aku hanya bertanya padanya secara pribadi, tapi...’

Sejak dia mendengar dari Souta bahwa Haruki telah menembak Natsuki, dia melakukan semua yang dia bisa untuk membuat jarak di antara mereka. Entah karena cemburu atau karena dengki, ini hanya sesuatu yang dia putuskan sampai dia merasa percaya diri dengan dirinya sendiri.

‘Tetap saja, aku tak bisa menahan rasa ingin tahu tentang bagaimana pengakuan Haruki berlalu.’

Siapapun akan ingin tahu apakah orang yang mereka sukai telah berkumpul dengan seseorang atau belum.

Namun, dengan pengakuannya pun, dia terkejut melihat betapa sedikit perilaku di sekitar Haruki dan Natsuki telah berubah. Mereka tampak lebih dekat daripada sebelumnya, akan tetapi hanya sebagai teman masa kecil dan tidak lebih.

‘Dan aku juga mendapat beberapa SMS aneh dari Natsuki.’

Mengambil gawai dari meja, dia membuka SMS Natsuki.

Tidak ada judul, dan isi SMS-nya singkat.

 

“Bisakah aku minta bantuanmu besok?

Tunggu aku di ruang kelas pukul 18.20. “

 

Waktu yang dia tunjuk adalah lima menit sebelum bel sekolah terakhir.

Dia tidak bisa membayangkan apa yang bisa Natsuki rencanakan untuknya di sana, pada waktu itu, di tempat itu.

‘Apakah dia ingin melakukan satu latihan pengakuan terakhir sebelum yang asli....?’

Apakah itu sebabnya dia memilih waktu dan tempat khusus, untuk mengatur suasana hati?

‘...Masih ada waktu sebelum itu, jadi kurasa aku akan sedikit bersih-bersih.’

Tidak peduli berapa lama dia merenungkannya, jawabannya takkan datang kepadanya.

Kembali menatap pada jadwal kerja yang dia buat di rumah, bahkan tidak satu menit pun berlalu sebelum dia mencubit pangkal hidungnya dengan frustrasi.

Sudah satu minggu sejak OSIS mendengar tentang film baru mereka untuk memperingati kelulusan mereka, dan menawarkan untuk mengadakan pemutaran sehari sebelum upacara.

“Aku terkejut bahwa Haruki setuju dengan mudahnya.”

Pada awalnya, Yuu dan anggota Klub Film lainnya menentangnya.

Mereka lebih suka penonton yang tertarik secara pribadi untuk menonton film, tapi sebagai acara yang diatur oleh OSIS, program tidak memiliki arti khusus.

Sesaat setelah dia selesai mendengar tawaran itu, Haruki tidak peduli dengan berbelit-belit, dan menolaknya dengan tajam.

“Kalau kita memutarnya sehari sebelum upacara, ada kemungkinan besar akan ada bias dengan pemirsa, kan? Karena kita ingin melihatnya dengan pikiran terbuka, itu akan menjadi masalah bagi kita.”

Namun, Ketua OSIS takkan mundur, dan bersikeras dengan penuh semangat,

“Tapi aku penggemar Klub Film!”

“Apa, sungguh? Wow, trims!”

Yang pertama dimenangkan adalah Souta.

Dia adalah yang paling jujur ​​dan berpikiran sederhana dari ketiganya, dan mulai menyeringai pada Ketua OSIS setelah komentar itu.

‘Ya ampun, dengan mudahnya Souta jatuh dengan cara itu juga.’

Terlepas dari apa yang dikatakannya, sudah jelas bahwa Haruki memagari hal itu.

Yuu telah diam sepanjang waktu untuk memegang posisinya, tapi dia tak bisa terus terlihat seperti tsundere yang sangat keras kepala.

Ketua, yang tampaknya didorong oleh perubahan perilaku mereka, mulai berbicara lebih panas dari sebelumnya.

“Kami sangat menghormati kalian, dan yang kami inginkan adalah film kalian untuk ditonton oleh sebanyak mungkin orang!”

Pada akhirnya, perkataan itu telah menjadi langkah kemenangan, dan film peringatan kelulusan mereka kini akan diputar untuk seluruh sekolah.

‘Yah, bagus sekali kami menerima tawaran itu, tapi jadwal ini gila...!’

Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, karena itu adalah acara yang disponsori oleh OSIS, mereka harus mengadakan rapat staf secara teratur untuk memastikan film akan selesai tepat waktu.

Dalam skenario terburuk, biarpun mereka belum selesai sampai upacara kelulusan, mereka harus menyelesaikannya sampai istirahat musim semi.

Dan begitulah cara Yuu dan yang lainnya, yang telah melakukannya dengan mudah, kini berlari seperti celana mereka terbakar.

“Tapi jika ada satu hal yang pasti, yaitu Mochita sama sekali tidak memiliki bakat sebagai seorang sutradara.”

Yuu tertawa lemah.

Saat berikutnya, seakan diberi isyarat, pintu berguncang.

Belakangan ini, pintunya lebih buruk daripada sebelumnya, dan ketika pintu itu terbuka dengan suara merintih, Haruki mengintip, terengah-engah dengan bahunya yang terangkat.

“H-Hei... Maaf sudah menunggu.”

“Ahem! Ini, uh—kerja bagus.”

Dia akan berbicara cepat dengan Haruki begitu dia muncul, akan tetapi dia menyadari bahwa sekarang bukan waktunya untuk itu.

Yuu berdeham dan membalas kata-kata yang muncul di tenggorokannya.

“Menunggumu. Jalan memutar apa yang kamu ambil hari ini?”

“Uhh, ya.... Omong-omong, dimana Mochita?”

Meskipun penasaran tentang Haruki menghindari pertanyaan itu, sesuatu yang jarang dia lakukan, Yuu melanjutkan dengan perubahan topik.

“Di sesi briefing bagi mereka yang lulus ujian masuk.”

Membuktikan bahwa kepercayaan dirinya tidak hanya untuk pertunjukan, Mochita adalah yang pertama dari tiga orang yang lulus ujian masuk rekomendasi.

“...Kamu baru saja mengikuti ujian untuk penerimaan umum, kan, Yuu?”

Pada pertanyaan mendadak itu, dia bertanya-tanya apakah dia harus menanyakan alasannya kali ini.

Namun, dia ingat apa yang dia dengar dari Souta dan berhenti.

“Aku dengar Haruki mungkin belajar di universitas di Amerika.”

Bahkan sampai hari ini, baik Yuu maupun Souta tidak pernah mendengar Haruki menyebutkan apapun tentang itu sendiri.

Haruki akan memunculkan ambisinya sendiri ketika waktunya tepat. Meskipun itu memberinya kekuatan untuk mengilhami orang-orang di sekitarnya, itu juga membuatnya terlihat seperti membutuhkan dukungan untuk masalahnya sendiri.

Itu seperti mereka semua berjuang sendiri, dan Haruki memiliki tekad yang kuat untuk menyembunyikan strateginya sampai dia yakin itu akan membuahkan hasil.

‘Mungkin itulah sebabnya dia tidak mengatakan apa-apa kepada kami.’

Meyakinkan dirinya akan hal ini, Yuu tersenyum seakan tak ada yang salah.

“Kemungkinannya rendah, tapi aku akan mencoba mengajukan rekomendasi bulan depan juga.”

“...Begitu, ya.”

“Ya.”

Percakapan berhenti di sana, dan suara Haruki menarik kursi bergema tidak menyenangkan.

‘Ini... Ini aneh.... aku tidak pernah menyangka aku akan berusaha keras untuk berbicara dengan Haruki. ‘

Tentu saja, dia tidak bisa menyebutkan nama Natsuki, tapi entah kenapa, rasanya bagaikan tabu untuk memunculkan sesuatu tentang Miou juga.

Tapi selain itu, mereka berdua adalah teman dekat masa kecil.

Ada saat-saat ketika dia bermaksud untuk memilih topik pembicaraan yang sepenuhnya acak, dan pada akhirnya mereka akan mengaitkannya dengan cara yang tidak terduga. Sebenarnya, baru kemarin, mereka mulai berbicara tentang kuis, namun entah bagaimana Natsuki hampir muncul dalam percakapan, membuatnya panik.

Setelah Yuu menghabiskan beberapa menit lebih tenang, Haruki tiba-tiba angkat bicara.

“Apakah kamu ingat video yang aku buat tahun itu?”

“Huh? Ya, film dokumenter di klub bisbol, kan?”

Film pendek yang Haruki tunjukkan padanya di musim dingin tahun kedua mereka yakni sebuah karya yang dia hasilkan sepenuhnya sendiri.

Dia ingat itu adalah film indah yang berpusat di sekitar musik dan gambar, dan dialog disimpan hingga minimal.

“Kalau dipikir-pikir, bukankah kamu bilang bahwa kamu mengirimkannya pada kontes? Bagaimana hasilnya...”

Tiba-tiba, ini menjadi topik pembicaraan.

Dan ketika pertanyaannya beralih menjadi keyakinan, perkataan berikutnya menjauh darinya.

‘Tunggu, jadi alasan kenapa Haruki merasa gelisah akhir-akhir ini adalah karena....’

Haruki mengangguk dengan sedikit mendengus dan menyelesaikan kalimat Yuu.

“Aku memenangkan hadiah utama.”

“Selamat... benar?”

Yuu bertanya dengan suara gemetar, dan Haruki memaksa tawa dan mengangkat bahu.

“Mm, trims. Aku cukup senang dengan fakta bahwa aku menang juga.”

“Lalu, apa masalahnya? Apa ada semacam hadiah atau ketentuan tambahan?”

Dia cukup yakin bahwa dia tahu apa itu, tapi dia harus memastikan.

Dengan tidak sabar, dia berdiri dan berjalan menuju Haruki.

Berbeda dengan Yuu, yang terlihat kesal, Haruki menjawab dengan suara yang dipenuhi tawa ringan.

“Tajam seperti biasa, Yuu. Bonusnya adalah aku diundang untuk belajar di luar negeri untuk kuliah.”

“…Sudahkah…. Kamu memberi tahu yang lain tentang ini?”

“Belum, kamu yang pertama. Aku berencana untuk memberi tahu Mochita tentang hal itu besok juga.”

Sambil mendengarkan detak jantungnya dengan irama yang meresahkan, Yuu bertanya dengan suara serak,

“Dan bagaimana dengan Natsuki....?”

“Mm, aku tidak yakin tentang membiarkannya tahu. Mengetahui dirinya, dia hanya akan khawatir.”

“Bagaimana apanya…?”

Apakah dia menyangkal semua tanggung jawab bahkan setelah dia menembaknya?

Rasanya dia bisa berteriak, akan tetapi melihat ekspresi sedih di wajah Haruki membuat napas masuk ke tenggorokannya.

‘Ugh, ini lagi... Kenapa aku merasa tidak nyaman...?’

Kenapa Haruki tampak ragu-ragu, padahal dia biasanya selalu menghadapi semuanya?

Apa karena dia pikir dia tidak bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dia tanggung jawab?

‘…Ah! Itu semua masuk akal bagiku.’

Seakan jatuh dari langit, jawabannya mendadak datang padanya.

Kemungkinan besar, orang yang Haruki suka adalah Miou.

Tapi sejak kontes, dia menyadari bahwa dia tidak bisa menembaknya tanpa memenuhi tanggung jawab.

‘Ketika aku bertanya apakah dia pacaran dengan Miou atau tidak, dia tak mengatakan apa-apa, tapi dia juga tidak menyangkalnya,’

Tidak, itu bukan karena dia tidak mau menjawab; dia tidak bisa.

Dia mungkin tidak khawatir tentang Yuu dan Souta menyebarkan desas-desus tentang dia menyukai Miou, tapi dia mungkin mengira mereka akan mendesaknya tentang mengapa dia belum menembaknya. Jika itu benar, maka satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah diam saja.

“Dan apa gunanya bertanya? Bila aku memberi tahumu bahwa aku pacaran dengan Aida…. Tidak, itu tidak benar. Bila aku mengatakan bahwa aku menyukai orang lain selain Natsuki, kamu akan merasa lega, bukan? Terus apa?”

Haruki benar-benar mendorong Yuu waktu itu.

Seakan berkata, “Biarpun aku tidak bisa melakukannya, pastikan kamu melakukannya.”

“Yuu, kamu sangat menyukai Natsuki, bukan? Maka, percayalah diri sedikit.”

Dia tidak mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab.

Dia hanya memberinya dorongan dari belakang, sebagai teman masa kecil, dan sebagai pria lain.

Itulah mengapa Yuu melihat Haruki di matanya dan berkata kembali padanya,

“Jangan sampai kamu berani meninggalkan penyesalan juga, kalau begitu.”

Haruki membelalakkan matanya sedikit, dan kemudian tertawa lembut.

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Setelah Akari dan Miou melihatnya pergi, Natsuki menuju ke ruang kelas 3-2.

Saat dia menaiki tangga yang tenang, jantungnya berdetak semakin cepat saat semakin dekat.

Pada saat dia sampai di pintu kelas, jantungnya berdetak sangat cepat, rasanya seperti melompat keluar dari dadanya.

‘Rasanya seperti sebelumnya.’

Mengepal bagian depan kemejanya, ingatan akan pemandangan dari hari musim panas itu datang kembali.

Di bawah trackpants yang dia kenakan di bawah roknya, kakinya gemetar.

‘Tapi itu tidak akan seperti terakhir kali...’

Sudah tiga bulan sejak dia mulai melakukan latihan pengakuan, dan sekarang, langkah kaki musim dingin sudah dekat.

Hari demi hari, lingkungan yang mengelilingi Natsuki dan yang lainnya berubah.

‘Aku sudah berubah sejak saat itu juga!’

Seperti ketika dia berdiri di papan loncat ketika berenang, Natsuki perlahan menarik napas dalam-dalam.

Di kepalanya, dia mendengar nada “Dalam aba-aba, bersiap” memanggil gema di kepalanya, dan menggunakan itu sebagai waktunya, dia membuka pintu.

“Yuu! Maaf telah membuatmu menunggu!”

“Ada apa denganmu, bersemangat sekali? Sepertinya kamu siap untuk duel atau sesuatu.”

Sambil tertawa, Yuu meletakkan buku yang dia baca di meja.

‘Duel... huh... kurasa memang seperti itu.’

Anehnya setuju dengan pengamatannya, Natsuki berjalan cepat ke jendela tempat Yuu.

Yuu berdiri dari tempat duduknya juga, dan menunggunya untuk menghubunginya. Sudah lama sekali sejak mereka bicara sendiri seperti ini. Hanya merasakan matanya menatapnya membuat wajahnya mulai memanas.

“Jadi, bantuan macam apa yang kamu minta hari ini?”

Setelah Natsuki hanya sekitar tiga langkah, Yuu menanyakan ini dengan nada menggoda.

Natsuki berhenti, dan mengulurkan amplop yang dia pegang di bawah lengannya.

“Aku menyelesaikan ini semalam.”

Yuu tampak terkejut, dan berkedip dalam kebingungan.

Dia hanya berdiri di sana dengan tatapan kosong di wajahnya sampai Natsuki melambaikan amplop ke arahnya dengan tidak sabar.

“Oh, ya, maaf....”

Akhirnya Natsuki memintanya untuk mengambil amplop itu, tapi Yuu masih terlihat bingung.

Meskipun dia berpikir itu aneh, Natsuki mulai menjelaskan isi amplop itu.

“Itu adalah naskah yang kusebutkan sebelumnya. Maukah kamu menjadi yang pertama membacanya?”

Suaranya retak karena gugupnya, dan dia tak bisa tersenyum seperti biasanya.

Tapi tetap saja, penting bahwa dia telah mengambil langkah pertama ini, Natsuki berkata pada dirinya sendiri saat dia menunggu jawaban Yuu.

“Jika ini adalah ‘latihan’ juga, aku tidak akan membacanya.”

Kata-kata yang dia dengar sebagai jawaban itu tidak terduga.

Merasa seperti ditikam di dada, tanpa sadar Natsuki mundur selangkah.

‘Tidak, seharusnya aku tidak merasa sakit sekarang.’

Ini adalah apa yang pantas dia dapatkan karena memperlakukan Yuu dengan sangat buruk sepanjang waktu; Yuu tidak bersalah.

Dia tahu itu, tapi fakta bahwa dia tidak dianggap serius membuat air mata mengancam akan tumpah.

“Lalu…. Kalau itu ‘yang asli’, apakah kamu akan membacanya?”

Dia mengatakannya. Kali ini, akhirnya dia berhasil mengatakannya.

Penasaran dengan reaksi Yuu, dia mendongak untuk melihat ekspresi sedih di wajahnya.

“‘Lalu’….? Natsuki, apa kamu tidak masalah dengan ini?”

“Tentu saja, aku katakan itu, bukan?”

‘Apa itu yang membuatnya bertindak seperti ini?’

Bingung, Natsuki terus menekannya, tapi dia malah terlihat lebih kecewa.

“...Rasanya aku tidak memahamimu lagi.”

“I-Itu kalimatku! Apa sebenarnya yang ingin kamu katakan?!”

Apa yang Yuu katakan telah membuatnya meledak, dan tanpa berpikir dua kali, Natsuki membalas kata-kata hangat padanya.

Yuu langsung terlihat kesal, dan seolah mencoba untuk tenang, dia mengusap rambutnya.

‘Kenapa jadi begini...?’

Sepertinya mereka bahkan tidak ada di halaman yang sama.

Dalam semua kebingungannya saat ini, yang dia tahu hanyalah situasinya telah melampaui pemahamannya.

Sambil menahan dorongan untuk menangis, Natsuki menatap ke arah kakinya.

“...Para guru akan segera mengunci semuanya, jadi ayo kita pulang untuk hari ini.”

Sambil mendesah, Yuu berbalik dan mulai berjalan pergi.

Dia meninggalkan amplop dengan naskah di atas meja Natsuki ketika dia melewatinya, dan hendak meninggalkan ruangan.

“Tunggu!”

Sebelum dia sempat berpikir dua kali, Natsuki menangkapnya dan meraih pergelangan tangannya.

Dia menghentikannya berjalan lebih jauh, tapi Yuu tidak berbalik kembali. Natsuki mencoba membuatnya berbalik ke arahnya dengan paksa, tapi dia tidak cukup kuat untuk membuatnya bergerak.

‘Aku tidak tahan lagi berakhir seperti ini, tanpa bisa memberi tahunya bagaimana perasaanku...!’

Menyadari bahwa ini mungkin kesempatan terakhirnya, dia berteriak ke arah punggungnya yang tidak bergerak.

“Semua yang kukatakan tentang latihan pengakuan adalah bohong! Kmaulah yang aku suka, sampai aku tidak bisa menahannya!”

Yuu berbalik dan balas menatapnya dengan mata lebar.

Natsuki merasa ingin melarikan diri, akan tetapi dia menggigit bibirnya dan bertahan.

“A-aku tidak begitu feminin... cemburu dengan mudah, dan aku tidak suka kalau aku tidak sering berkencan... Aku idiot egois yang membuat hal bodoh, tapi...”

Ketika dia berbicara, air mata terus muncul.

Apa dia menangis karena dia sedih, atau hanya karena dia tidak bisa menahan emosinya lagi?

Yang dia tahu bahwa dia memiliki perasaan untuk Yuu, perasaan tidak ingin dibenci oleh Yuu.

Dan itulah mengapa dia menantang batas dari perasaan itu.

“Tapi aku ingin kamu pacaran denganku!”

Dia bisa mendengar napas yang tertekan, terpisah dari detak jantungnya yang keras.

Yuu membuka dan menutup mulutnya beberapa kali, mencari kata yang tepat.

Setiap detik terasa seperti keabadian, dan Natsuki bisa merasakan pikirannya melayang jauh di suatu tempat.

Seluruh tubuhnya mulai terasa lemah, dan cengkeramannya di tangan Yuu mengendur.

‘Mungkin... itu benar-benar tidak ada harapan.’

Mengetahui betapa baiknya Yuu, dia mungkin memikirkan bagaimana menolaknya tanpa menyakiti perasaannya.

Jika dia hanya berbohong lagi dan mengatakan bahwa ini adalah latihan lain, Yuu tidak perlu merasa terbebani olehnya. Itu layak mempertimbangkan menarik kembali sekali lagi, dan memikirkan kembali strateginya.

‘...Tidak, kalau aku melakukan itu, tidak ada yang akan berubah.’

Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa itu demi Yuu, akan tetapi dalam kenyataannya, dia hanya berusaha untuk tidak terluka.

Meskipun Natsuki benci mengakuinya, dia tahu betapa lemah dan tidak adilnya dia. Dia tidak bisa terus berbohong pada dirinya sendiri lagi.

Dan yang lebih penting, jika dia melarikan diri, semua kerja kerasnya sampai titik ini akan sia-sia.

‘Aku sudah memutuskan bahwa aku tidak akan melarikan diri lagi.’

Menggigit bibirnya, Natsuki menatap kembali Yuu.

Yuu tampaknya telah mengambil keputusan juga, dan tidak lagi tampak begitu bermasalah.

Natsuki terpesona oleh tatapan teguh dan tegas di matanya.

“Jelas, aku satu-satunya yang bisa tahan denganmu, kan?”

Ekspresi kaku Yuu pecah, diganti dengan ekspresi yang terlihat seperti sesuatu antara tertawa dan menangis.

‘Dia satu-satunya...? Lalu, itu berarti....’

Saat Natsuki membalas tatapannya, dia menepuk kepalanya.

Ketika dia menatapnya dengan mata yang penuh dengan kegelisahan dan antisipasi, dia menariknya ke dalam pelukannya.

“Wha— Huh?!”

“Akhirnya aku menangkapmu,”

Dia mendengar suara gemetar Yuu berkata dari atas dia.

Dia bisa merasakan tangan hangat di belakang kepala dan punggungnya, dan di depannya, ada pundak Yuu.

‘T-Tunggu, ini....’

Akhirnya menyadari bahwa Yuu memeluknya, pipinya yang bernoda air mata penuh dengan panas lagi.

‘Ah... aku bisa mendengar detak jantung Yuu.’

Sama seperti bagaimana Natsuki bisa mendengar detak jantungnya dengan telinganya, Yuu pasti merasakan detak jantungnya juga. Berdiri dekat seperti ini, dia merasa jantung mereka yang berdetak terpisah secara bertahap mulai berdetak secara sinkron.

“Natsuki,”

Yuu berkata dengan suara paling baik yang pernah Natsuki dengar saat Yuu berbicara.

Dia mengangguk sedikit, dan dia memperkuat lengannya di sekelilingnya.

“Aku juga, aku merasakan hal yang sama.”

“...Aku senang.”

Hari itu, Natsuki berpegangan tangan dengan Yuu untuk pertama kalinya.

Bukan sebagai teman masa kecil, tapi sebagai pacar. —–