Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 18 Bab 23

From Baka-Tsuki
Revision as of 11:53, 23 March 2019 by Synthesis13 (talk | contribs) (Created page with "===Bagian 1=== Koujiro Rinko sedang duduk di kursi ruang sub kontrol, mengatur lubang palka kecil ke arah kiri di depan consol. Cairan kristal yang muncul di atas lubang palk...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to navigation Jump to search

Bagian 1

Koujiro Rinko sedang duduk di kursi ruang sub kontrol, mengatur lubang palka kecil ke arah kiri di depan consol.

Cairan kristal yang muncul di atas lubang palka berkedip dengan huruf merah: [EJECTING…]

Desis udara terdengar keluar.

Akhirnya, sebuah objek hitam kecil berbentuk kubus muncul dari bekalang kaca jendela. Huruf di monitor berubah menjadi [COMPLETE].

Rinko mengulurkan tangannya yang gemetar, menggeser pintu dan mengambil objek didalamnya.

Benda itu terbuat dari logam. Sebuah kubus berukuran enam centimeter, dan lumayan berat. Tidak ada kabel sambungan; hanya ada enam angka yang terukir di salah satu sisinya dan ada lubang micro conector.

Jiwa milik «Alice» tersegel di dalamnya.

Saat sistem melaksanakan tugasnya, hanya ada satu kubus yang keluar dari dalam Light Cube Cluster yang terpasang di pusat Ocean Turtle.

Jiwanya pada saat yang sama telah bepergian dari dunia Underworld menuju Dunia Nyata.

Untuk sesaat, Rinko tak bisa berkata – kata, terisi oleh emosi yang tak bisa diungkapkan ia lalu berteriak pada microphone sambil menggenggam kubus itu:

“Asuna-san, Alice telah berhasil dikeluarkan! Tinggal kamu dan Kirigaya-kun; cepat!”

Ia masih berteriak sambil melihat monitor utama yang telah berubah menjadi hitung mundur berwarna merah:

“Hanya tersisa 30 detik sebelum tahap percepatan maksimum dimulai! Cepatlah log out!!”

Untuk sesaat, hanya ada keheningan.

Akhirnya, suara yang tak diharapkan keluar dari dalam speaker.

“Maaf, Rinko-san.”

“Ap…? Apa maksudmu…?”

“Maaf.. aku akan tetap disini. Terima kasih atas segalanya. Aku tak akan pernah lupa kebaikanmu, Rinko-san.”

Suara Yuuki Asuna yang begitu tenang, nyaman dan penuh keyakinan tersebut mengalir dari dalam speaker.

“Kuserahkan Alice padamu. Dia orang yang baik. Tak hanya penuh cinta, ia juga disayangi banyak orang. Demi nyawa – nyawa yang telah menghilang deminya... dan demi Kirito-kun, kumohon lindingi ia segenap tenaga agar tidak digunakan oleh pihak militer.”

Tal mampu berkata – kata, Rinko mendengar kata – kata Asuna yang ditujukan pada dirinya.

“Dan katakan pada semuanya: Maaf... terima kasih... dan selamat tinggal …”

Lalu, hitung mundur mencapai angka 0

***

Sebuah sirine panjang terdengar seirama dengan deruman mesin di dalam saluran kabel yang sempit.

Tanggal 7 Juli jam 10 pagi. Setelah 15 tahap percepatan selesai, sistem pendingin dibelakang tembol mulai mengeluarkan suara dengan keras. Beberapa kipas angin raksasa menghisap panas yang diciptakan mesin yang menopang Underworld. Jika seseorang di laut melihat Ocean Turtle sekaran, mereka mungkin bisa melihat uap panas yang muncul dari puncak piramid.

“……Begitulah…”

Higa Takeru berucap pelan.

“Yeah,” terdengar balasan Kikuoka Seijirou, saat ia memanggul Higa di punggungnya saat menuruni anak tangga.

Setelah memutuskan bahwa mereka tak bisa mencegah tahap percepatan maksimum, mereka berdua memutuskan untuk turun sekali lagi menuju saluran kabel, tetapi tugas membuat tubuh Higa menjadi lebih stabil memerlukan waktu delapan menit.

Bahkan saat Kikouka menuruni tangga ini ia mengucurkan keringat banyak, tahap percepatan Underworld telah dimulai bahkan sebelum mereka sampai ke saluran pembatas anti tekanan.

Sambil berdoa, Higa menyalakan radio dan memanggil Dr. Koujiro yang berada di ruang sub kontrol.

“Rinko-san… bagaimana kondisinya?”

Terdengar suara hening, lalu ia mendengar nada berat sebagai balasan.

“…Rinko-san?”

“…Maaf. Aku telah mengamankan Light Cube milik Alice tanpa halangan. Tetapi ....”

Sambil terisak, Dr. Koujiro menceritakan pada Higa apa yang telah terjadi.

Higa menahan nafasnya sambil memejamkan mata erat – erat.

“…Aku paham. Kita akan bekerja sekeras mungkin dari sini. Aku akan menghubungimu untuk membuka lubang palka selanjutnya.”

Higa memutus dan menghembuskan udara yang telah ia tahan lama, lalu mengambil nafas lagi.

Kikuoka tidak menanyakan situasi, mungkin karena bisa menebak kondisi saat ini. Ia menegagkan otot punggungnya.

“…Kiku-san…”

Perlu beberapa detik hingga Higa berhasil menyampaikan apa yang dikatakan Dr. Koujiro kepadanya.

***

Critter menatap hampa pada jendela baru yang muncul di monitor utama dan sebuah pesan muncul di dalamnya.

Catatan kecil berisi info jijka sebuah Light Cube telah dikeluarkan dan dikirim menuju ruang sub kontrol di sisi lain dinding anti tekanan.

Itu berarti «Alice» telah berhasil diperoleh RATH.

Ini berarti juga misi 10 jam mereka untuk menemukan dan menangkap Alice di dalam Underworld telah gagal total. Semua usaha yang dilakukan Vassago dan Kapten Miller hingga masuk kedalam, memimpin pasukan Tanah Kegelapan untuk menginvasi Kerajaan Manusia, membuat peperangan luar biasa yang akan membuat perfilman Hollywood merasa iri, dan hahkan menyeret puluhan ribu pemain game online dari Amerika, Cina, dan Korea kedalam peperangan, benar – benar sia – sia.

Critter mengaduk – aduk rambutnya, bersin, lalu mengubah pemikirannya.

Dengan sisa delapan jam hingga kapal penghancur datang, apakah mereka memiliki kesempatan untuk merebut Alice secara paksa?

Tak mungkin bagi mereka untuk menerobos dinding pemisah yang sangat tebal dari sisi sini. Akan tetapi, lain ceritanya jika bisa dengan mudah membuka pembatas tersebut seperti RATH.

Tetai mengapa mereka membuka pembatas tersebut? Apakah RATH berpikir jika mereka mampu menahan kami dengan sebuah robot dan granat asap?

Bagaimana jika itu semuanya hanya pengecoh …? Jika mereka memiliki alasan lain untuk membuka dinding pembatas, apa alasannya?

Critter berkata pada pasukan yang telah mulai bermain kartu lagi.

“Yo, robot yang barusan datang dari atas, apakah ia memiliki bom atau senjata yang terpasang?”

Sosok Han yang tinggi dan berotot menjawab:

“Yah, aku telah memastikannya sih. Robot itu sama sekali tidak memiliki persenjataan sama sekali, apalagi sebuah bom. Mereka mungkin menggunakannya sebagai perisai pelindng, tetapi robot itu berhenti bergerak setelah kami menembakinya. Dan para tentara yang ada dibelakang langsung mundur.?”

“Hmm… —Orang – orang Pasukan Pertahanan Jepang tidak dipanggil tentara, mereka dipanggil personel.”

Critter memutar kursinya kedepan setelah mendengar hal tersebut.

Jadi robot tersebut adalah pengalih. Tetapi bahkan dengan granat asap, berlari melewati Hans, Brigg, dan lainnya tanpa disadari adalah hal yang mustahil.

Maka dari itu— Ia mengambil tablet komputer yang ada di meja dan membuka sketsa bagian dalam Ocean Turtle.

“Hmm… disini terowongan utama, dan ada sekat yang memisakhannya dari sini... ini pastinya tangga yang dilewati si robot....”

Pada saat itu, hitung mundur di layar mencapai titik nol, alarm kencang berbunyi. Percepatan waktu dalam Underworld telah dimulai lagi, perbuatan Brigg telah membuatnya mematahkan tuas yang mengatur batas percepatan hingga level tak masuk akal.

Tetapi hal tersebut bukanlah suatu masalah. Karena misi mengambil Alice talah gagal, Vassago dan Kapten Miller mungkin telah «tewas» saat dive dan akan segera ter log out di ruang sebelah.

Maka dari itu, Criter harus mengerjakan rencana selanjutnya sebelum Kapten Miller kembali.

Ia memperlebar dan menggeser denah Ocean Turtle dan akhirnya menyadari sesuatu.

“Oh, ada sebuah lubang palka kecil disini.... ‘Saluran Kabel’? Apa ini…?”

***

Setelah menerima informasi dari Higa Takeru, Rinko menarik nafas panjang dan duduk ke kursinya.

Ketetapan hati Yuuki Asuna untuk tinggal di Underworld karena Kirigaya Kazuto tak bisa kabur dari tahap percepatan, tindakan itu terlalu gegabah, namun — begitu menyentuh.

Hal itu mengingatkan dirinya akan, orang itu.

Pria yang ia sayagi telah meninggalkannya dan menghilang di dunia digital.

Jika ia memiliki kesempatan untuk bersamanya saat itu, apa yang akan aku lakukann? Apakah aku akan memanggang isi kepalaku menggunakan prototipe STL dan meninggalkan hanya kesadaranku saja?

“Akihiko-san… kamu…” Rinko berbisik hampir tak bersuara, sambil menutup matanya.

Sebuah «Dunia Alternatif yang sebenarnya» yang hanya dirasakan dalam Kastil Melayang Aincrad dan 10.000 pemain yang terjebak di dalamnya: itu adalah harapan milik... Kayaba Akihiko.

Tetapi ia telah menemukan sesuatu, telah mengetahui sesuatu selama dua tahun saat ia menghabiskan hidupnya di dalam kastil tersebut. Hal tersebut mengubah pemikirannya.

Masih ada sangat banyak hal yang harus dilakukan.

Ia menyadari jika SAO bukanlah sebuah akhir, malahan itu adalah sebuah permulaan. Itulah alasan dasar ia akhirnya menyelesaikan prototipe teknologi NerveGear yang merusak tubuhnya di pegunungan desa Nagano di sekitar hutan.

Ia meninggalkan data pengembangan kepada Rinko yang mana ia kembangkan menjadi alat FullDive khusus medis, «Medicuboid».

RATH dan Higa Takeru kemudian mengembangkan data tiga tahun percobaan milik seorang tester — seorang gadis muda — dari prototipe pertama Medicuboid, dan menyelesaikan STL.

Pada akhirnya, Underworld menjadi sebuah dunia alternatif yang tercipta dari mimpi Kayaba Akihiko.

Apakah itu berarti, Underworld telah menuntaskan mimpi Kayaba Akihiko?

Tidak, tak mungkin.

Mengapa? Karena lubang lain yang ia tinggalkan — potongan yang ia sebut dengan nama paket «The Seed» masih tidak cocok didalam teka – teki tersebut.

Ya, standarisasi pengembangan VRMMO menggunakan The Seed membuat para pemain jepang bisa bertahan melawan serangan negara lain dengan mengkonvert akun mereka.

Tetapi bahkan Kayaba tidak bisa menduga hal ini akan terjadi. Penyelamatan konversi akun mungkin hanyalah efek sampingnya.

Apa tujuan dirimu sebenarnya? Mengapa perlu menggabunggan banyak dunia Virtual dalah sebuah standar yang sama...?

Kotak logam duralumin penyimpan Light Cube milik Alice sedang ada diatas konsol.

Menjadi gerbang kumpulan elemen quantum, Light Cube ini tidak mudah berubah bentuk, tetapi karena friver elektrik dari gerbang tersebut yang ada di dalamnya memerlukan arus listrik, jiwa Alice akan tertidur saat disegel didalamnya.

Membelai permukaan perak dengan tangan kanannya, Rinko berbalik menuju sosok mirip manusia yang ada di pojok kiri ruang sub kontrol — tubuh mekanis «Niemom».

Memasukkan Light Cube Alice ke dalam colokan di kepala robot tersebut akan membuatnya terisi oleh jiwa Alice dan bisa bergerak serta berbicara.

Ia berpikir seperti itu... tetapi Rinko menggelengkan kepala. Bukan saatnya untuk hal tersebut, tidak saat Kazuto dan Asuna masih dalam bahaya; terlebih lagi karena lebih ramping dari Ichiemom, tubuh Niemom yang tidak feminim akan membuat Alice terkejut saat terbangun.

Sambil terdiam, ia menarik tangan kanannya dari kotak logam, dan—

“Dr. Koujiro,” sebuah suara datang dari belakang, ia berbalik.

Kapten Nakanishi berdiri disana setelah kembali dari ruang sub kontrol.

“Persiapan telah selesai untuk membuka sekat pemisah. Kami akan memulainya.”

“Ah… oke. Terima kasih banyak.” Ia membalas, lalu mengecek jam pada monitor. Sudah semenit berlalu sejak tahap percepatan maksimum dimulai. Disana sudah... 10 tahun.

Tak terduga. «Umur Jiwa» milik Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna sudah melebihi umurnya.

Bahkan seteiap bertambahnya menit dan detik, sangat penting sekali agar mereka berdua bisa log out secepat mungkin. Jika mereka bisa keluar sebelum batas umur jiwa habis, masih mungkin untuk menghapus ingatan keduanya setelah tahap percepatan maksimum dimulai. Tetapi secara teori, hal itu bisa dilakukan tak lebih dari dua belas menit.

—Higa-kun, Kikuoka-san.

—Cepatlah!!

Rinko berdoa sambil menggigit bibirnya.

***

Tenggorokan Letnan Kolonel Kikuoka terasa sakit. Keringat bercucuran di seluruh bajunya, bahkan merembes hingga ke pakaian milik Higa.

Beberapa kali, Higa ingin mencoba menuruni tangga ini seorang diri.

Setelah menelan obat penahan rasa sakit dosis tinggi, luka di bahunya tidak langsung sembuh dan tubuhnya seperti kehilangan berat akibat kehilangan banyak darah.

Meskipun begitu— Higa berpikir.

Sejujurnya, ia tak ingin menempatkan Letnan Kolonel Kikuoka untuk bertarung di situasi mereka saat ini.

Mereka telah mengamankan tujuan utama Project Alicization, sebuah Fluctlight «A. L. I. C. E.». apa yang akan mereka lalukan mulai sekarang adalah menganalisan framework milik Alice, mengidentifikasinya mengapa ia berbeda dengan Fluctlight lainnya, dan mereka akan segera bisa membuat bottom-up AI secara banyak. Jepang akan mendirikan batu loncatan dalam era senjata otomatis di masa yang akan datang, lalu terbebas dari dominasi sistem militer Amerika — tujuan RATH diciptakan akan segera terpenuhi.

Hal ini seharusnya menjadi ambisi milik Kikuoka Seijirou.

Inilah alasan mengapa ia ikut campur dalam Insiden SAO, bahkan melakukan pemindahan sementara dari Kementrian Hubungan dalam Negeri dan Komunikasi, dan juga mengapa ia menciptakan karakter «Crysheight» agar selalu bisa berhubungan dengan para pemain VRMMO.

Terlebih lagi, tindakan pertama Kikuoka adalah menutup erat –erat dinding pembatas dan menjaga Light Cube milik Alice sebelum kapal perang Aegis datang. Ia tidak akan melunak bahkan jika Fluctlight milik Kirigaya Kazuto dan Yuuki Asuna masih berada di dalam Underworld, mulai hancur; bahkan jika mereka akan mengurung Dr. Koujiro yang jelas – jelas menolak tindakan seperti itu.

“…Sedikit tidak terduga… kan?” Kikuoka ngos – ngosan dan Higa sendiri tak bisa berhenti ngomel.

“N-Nah, itu… Yah, bagaimana aku ngomongnya ya? Menurutku itu tidak seperti kepribadianmu, Kiku-san…”

“Memang…”

Kikuoka sedikit tertawa, sambil terus menuruni anak tangga.

“Tetapi… aku sudah bilang kan. Ini adalah tidakan... yang terduga.”

“O… Oh?”

“Aku adalah pria... yang berani mengambil pilihan terburuk. Sekarang ini.... kukira lebih baik.... jika musuh.... masih memiliki rencana untuk merebut kembali Alice.”

“Skenario... terburuk?”

Apakah benar ada situasi terburuk selain musuh menyadari saluran ini dan akan menyerang dari bawah jika kita membuka dinding pembatas?

Tetapi sebelum Higa melanjutkan spekulasinya, telapak sepatu Kikuoka telah menyentuh dinding titanium.

Saat komandan berhenti. Higa menyalakan radionya.

“Rinko-san, kita telah sampai! Buka dindingnya, kumohon!!”

***

“Whoa… beneran terbuka!” Critter berteriak, melihat notifikasi pembukaan dinding penahan tekanan di monitor.

Tetapi mengapa? Untuk apa?

Tak masuk akal. Jika mereka telah mendapat Alice, mengapa RATH dengan sengaja melemahkan pertahanan mereka?

Tetapi tak ada waktu untuk memikirkannya. Critter memutar kursi dan memberikan perintah pada pasukan.

“Umm… Ahh, Hans dan kalian semua, naiki tangga, semuanya kecuali Brigg! Tembaki sepuas kalian dan amankan pusat pelindung!”

“Ngomong sih gampang…”

Hans memprotes sambil mengangkat senapan mesinnya. Lebih dari sepuluh anggota lain menirunya.

“Hei… Tunggu sebentar, apa tugasku?”

Brigg juga protes dan kelihatan kesal, Critter menatapnya dan menjentikkan jarinya.

“Aku punya tugas lain untukmu. Sesuatu yang penting, cocok untukmu.”

Mulutnya berkata seperti itu, tetapi pikirannya lain. Jika memungkinkan, lebih baik ia menempatkannya ke suatu tempat yang bisa dijangkau.

“Lihat, aku ingin kau ikut denganku untuk mengecek saluran kabel ini. Firasatku mengatakan jika musuh—”

“Oh… Oh, Begitu. Kedengarannya bagus.”

Brigg menyeringai lebar dan mengecek senapannya. Critter menghembuskan nafas dan menepuk punggungnya.

Ia mengikuti Hans dan lainnya dari ruang kontrol utama menuju lorong, tetapi sebelum ia berlari ke arah lain, Critter menangkap sesuatu dari pintu bagian dalam — Ruang STL 1.

—Coba pikir, apa yang membuat si idiot Vassago tidak log out? Ia tidak jalan – jalan disana, kan?

Ia ingin mengecek Vassago, tetapi Brigg langsung berlari. Tanpa pilihan, Critter mengejarnya dari belakang.

Mereka sampai ke tempat tujuan dalam waktu beberapa menit. Jika dilihat koridor hanya sepanjang dinding bagian dalam. Tetapi di dalam peta menunjukkan ada sebuah saluran kabel yang menuju bagian atas dibalik pintu kecil di bagian kiri dinding. Tentu saja, saluran itu juga tertutup rapat, tetapi jika dugaannya tepat—

Ia menggenggam pintu baja dengan tangan berkeringatnya dan memutar berlawanan arah jarum jam.

Saat ia mendorong pintu baja tersebut, hal yang pertama kali Critter lihat dalam cahaya lampu oren adalah sebuah terowongan dengan dalam dua meter dan tinggi satu meter. Terowongan itu berhenti pada sebuah dinding yang menjulang ke atas, dimana ada sebuah tangga yang terpasang.

Dan tepat dibawah tangga itu, ada sebuah bungkusan kain—

“…Whoa?!”

Ia mengenali sosok tersebut, Critter mundur dan menabrak dagu Brigg yang ada dibelakang. Tetapi rasa sakit itu langsung menghilang saat ia membuka lebar matanya.

Ada sesuatu didalam kain tersebut, bukan kain, namun pakaian. Seseorang yang agak kurus tergeletak disana. Brigg mendorong Critter kesamping dan mengangkat senjatanya, tetapi ia berkata:

“Ia sudah mati.”

Cukup yakin, lehernya telah berputar agak miring. Agak tegang, Critter masuk ke terowongan dan mengeceknya.

“Tunggu… bukankah ini orang itu? Informan dari RATH …? Apakah mereka membunuhnya saat tahu jika ia mata – mata? Tetapi, membunuhnya seperti ini …”

Memastikan lagi, ia menyentuh tubuh si korban dan merasakan rasa dingin di ujung jarinya. Menilai dari suhu tubuhnya, ia mungkin telah mati saat pembatas dibuka pertama kali. Apakah ini berarti orang ini mencoba menuju bagian bawah terowongan? Dan ia kehilangan pijakan lalu terjatuh dan tewas?

Jika seperti itu, mengapa pembatasnya dibuka lagi?

Critter ingin memeriksa saluran pembatas lebih dekat, dan ia ingin menarik jasad ini yang menghalangi jalan. Tetapi ia tak ingin melakukannya seorang diri.

Ia mundur dari terowongan dan memerintah Brigg:

“Bantu aku memeriksa jika saluran ini telah aman.”

Si sosok besar tersebut lalu memasuki terowongan dan menarik mayat ini keluar. Lalu ia masuk lagi dan mencoba naik, melihat ke saluran diatas sana.

Bahkan insting milik Critter mengatakan jika menolehkan kepalamu keatas itu berbahaya, tetapi kemudian—

“Siallll!!” Brigg berteriak. Ia mengangkat senjatanya dan menembak.

Retina Critter terpenuhi cahaya kekuningan dari dua tembakan yang berbeda, suara tembakan memenuhi telinganya.

Mundur dan menahan teriakan, ia melihat tubuh raksana Brigg menghantam lantai, seolah dihantam oleh palu yang tak terlihat.

“Whoa!! Apa yang terjadi?!” ia berteriak, sambil mundur ke belakang. Brigg terbaring tak bergerak ditempat mayat sang mata – mata tergeletak sebelumnya. Critter tak perlu melihat ada darah yang menetes untuk memastikan jika Brigg telah menemui ajalnya. Ada seorang prajurit RATH diatas sana dan telah menembaknya.

—Sekarang apa?

Keringat dingin bercucuran, Critter mulai berpikir.

Mengambil senjata dari tangan kanan Brigg lalu kembali menembaki musuh diatas sana? Tak mungkin! Aku hanyalah ahli komputer; pekerjaanku adalah berpikir dan mengetik di keyboard.

Ia lanjut berpikir sambil mundur menuju ruang kontrol utama.

Setidaknya ia tahu jika RATH menggunakan serangan agresif. Akan tetapi, daya serang pasukannya lebih unggul. Jika terjadi baku tembak, RATH mungkin akan kalah, jika mereka tidak berhati – hati, mereka mungkin akan kehilangan seluruh lantai bagian atas, lalu mereka akan kehilangan Alice juga kan?

Apakah komandan RATH telah memprediksi skenario yang «lebih buruk» daripada itu? Apakah RATH berpikir jika kami memiliki bahan peledak untuk menenggelamkan Ocean Turtle? C4 yang kami miliki hahkan tak bisa menembus dinding pembatas....

Bahan peledak....

Critter menahan nafasnya. Kedua mayat yang terbaring di lantai telah melupakannya.

Kami punya.

Hanya ada satu cara untuk meledakkan Ocean Turtle, mengirim Light Cube Alice dan pekerja RATJ ke lautan.

Misi merebut Alice menjadi tak mungkin lagi, jika tidak berhasil makan kami harus menghancurkan Alice. Tetapi, bisakah ia meledakkan Ocean Turtle dan kesepuluh kru untuk mencapai tujuan tersebut?

Tak mungkin ia bisa membuat keputusan seperti itu sendiri. Hasilnya pasti akan menghantuinya seumur hidup.

Critter berdiri dan berlari menuju ruang kontrol utama, mencari pendapat sang kaptennya.

***

“Ki… Kiku-san! Kau tak apa, Kiku-san?!!”

Higa mengomel dengan nada cemas. Musuh telah muncul di bagian bawah saluran kapel dan menembakkan tiga tembakan.

Tak ada jawaban, sambil melindungi Higa, Letnan Kolonel Kikuoka telah pingsan sambil memegang senjata di tangan kanannya.

—Tak mungkin. Hei, jangan meninggalkanku. Aku masih membutuhkanmu.

“Ki…”

Kikuoka-saaaaaaaaan!!

Ia hendak berteriak saat sang letnan sedikit terbatuk.

“Ugh… Ahh, sial… aku tertembak. Sepertinya aku tepat saat memutuskan memasang rompi anti peluru …”

“Itu… Itu salahmu! Ngapain kamu kesini sambil memakai baju ala Hawai …?”

Higa bernafas lega dan melihat punggung Kikouka sekali lagi.

“Kau tak terluka, kan?”

“Yah, kukira aku tertembak sekali dibagian rompi. Kau terluka? Sepertinya ada peluru yang memantul.”

“T… Tidak. Aku dan komputerku tak terkena tembakan.”

“Kalau begitu ayo cepat. Konektor perbaikan tepat di depan sana.”

Membopong punggung Kikouka sambil menuruni tangga lagi, Higa berkata pada dirinya sendiri: Sedikit tak terduga.

Letnan Kolonel Kikuoka menurutnya adalah tipe orang yang tak punya kemampuan fisik, tetapi sekarang otot punggungnya terasa seperti baja, dan keahlian menembak yang ia tunjukkan — bahkan dalam posisi sambil bergelantungan di tangga dan menembak dengan sebelah tangannya, tembakannya tepat mengenai sasaran: tepat pada tenggorokan dan dada musuh.

—Dan setelah lama aku mengenalnya aku masih tak bisa menebaknya.

Perlahan menggelengkan kepalanya, Higa menarik kabel dari kantongnya dan menghubungkan menuju konektor perbaikan yang kini hampir terlihat.

***

Critter semakin mempercepat langgaknya, mendobrak ruang kontrol utama dan mendengar suara tembakan dari atas tangga.

Tak ada jejak Kapten Miller atau Vassago didalam ruang ini? Apakah mereka belum keluar dari STL? Lima menit telah berlalu sejak tahap percepatan maksimum.

Ia masih ingin ragu – ragu untuk memberitahu mereka atas apa yang ada di benaknya. Ia tahu saat mereka berdua mendengarnya, mereka pasti akan melakukan tindakan tersebut. Mereka adalah tipe orang yang tak ragu untuk mencabut nyawa orang yang tak bersalah saat melakukan misi.

Tanpa menunggu, Critter membuka puntu ruang STL 1.

“Kapten Miller! Alice telah diambil musuh... …”

Kata – kata selanjutnya tertahan.

Gabriel Miller terbaring didepannya pada mesin STL 1. Bagian kepala atasnya tertutupi mesin, dan ekspresi yang tak pernah ia lihat muncul di wajah sang kapten.

Tidak, lebih tepatnya jika Critter belum pernah melihat ekspresi manusia seperti ini.

Mata birunya menonjol, seperti mau keluar. Mulutnya menganga lebar, rahang sang kapten seperti hendak terpisah. Lidahnya menjulur keluar. Ia seperti makhluk asing.

“Ka… Kap… ten…?”

Critter ketakutan, lututnya gemetaran hebat. Ia yakin jika mata Kapten Miller bergerak, ia pasti akan langsung menjerit.

Butuh beberapa detik baginya untuk bisa bernafas normal. Lalu ia menggerakkan tangan kanannya dan menyentuh lengan kiri yang menjuntai di atas kasur.

Tak ada detak nadi.

Terlebih lagi, kulitnya sedingin es. Tanpa ada luka sedikitpun, Kapten penyerang Ocean Turtle telah tewas.

Mencoba menahan isi perutnya agar tidak keluar, Critter berteriak.:

“Vassago… bangunn! Kapten telah.... t-tewas …”

Ia berjalan menuju mesin STL 2.

Kali ini Critter mengeluarkan teriakan melengking.

Wakil Kapten Vassago Casals terlihat tidur nyenyak pada awalnya. Matanya tertutup rapat, dan lengannya masih di posisi semula.

Tetapi—

Rambut hitam panjang miliknya....

…sekarang menjadi berwarna aputih, seperti seseorang yang telah berumur ratusan tahun.

Tak perlu lagi mengecek nadi Vassago, Critter mundur perlahan. Otak Critter yang berisi penuh dengan logika sekarang ini yakin jika ia tidak segera meninggalkan ruangan ini, ia akan bernasip sama seperti keduanya.

Ia menjangkau pintu dan menutupnya dengan kaki kanan.

Bersiul tak terkendali, Critter mulai mengumpulkan pikirannya.

Ia tak ingin menyelidiki apa yang terjadi pada Kapten atan Vassago, dan ia tak ingin tahu. Ia hanya menduga jika hal buruk menimpa mereka di dalam Underworld, sehingga Fluctlight mereka hancur.

Singkatnya, misi telah gagal. Dengan kematian komandan mereka, ia tak bisa membuat keputusan untuk menghancurkan Alice dan kapal ini. Ia tak punya alasan untuk tetap berada disini.

Critter mengambil penghubung di konsol dan berbicara didalamnya.

“Hans… kembali. Brigg, Vassago, dan Kapten telah tewas.”

Beberapa detik kemudian, anggota timnya masuk ke ruang kontrol utama dan ekspresi kaget terlihat di wajah mereka.

“Brigg tewas?! Mengapa?!”

“Ia… ia tertembak dari atas, di dalam saluran kabel …”

Hans belum selesai mendengarkan dan kini ia mengangkat senjatanya lalu berbalik, tetapi Critter menghentikannya.

“Berhenti! Mereka telah mengambil Light Cube ALice. Tak ada gunanya kita bertempur …”

Hans diam sesaat. Ia berteriak dan memukul dinding, lalu maju menuju Critter.

“…Tidak, kita masih memiliki perintah, jika kita tak bisa mendapatkan Alice maka kita akan menghancurkannya. Kau punya suatu ide, benar kan?”

Terintimidasi oleh lengat berotot milik Hans yang mendorongnya, Critter mengangguk pelan.

“Yah… Yah, aku punya ide sih... tidak, kita tak bisa mengambil tindakan tersebut tanpa kapten.”

“Katakan padaku sekarang!!” Hans mengancam dan mengarahkan senjatanya ke tenggorokan Critter. Terisi oleh amarah dari sahabatnya selama bertahun – tahun menjadi pegawai di Glowgen, Critter tak bisa menolak.

“Me… Mesin…”

“Mesin? Mesin kapal?”

“Yeah… mesin utama Ocean Turtle adalah sebuah pembangkit nuklir …”

Bagian 2

Catatan Penerjemah dan Referensi