Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid05 Bab6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 6 - Kebenaran Darah[edit]

"Ini adalah tempat aman, kan?"

Melihat lingkungan sekelilingnya, Rushella tertawa dalam pengejekan diri.

Memang, ini adalah aman, sangat aman.

Tempat semacam ini, bahkan sinar matahari tak bisa masuk. Itu juga dilindungi oleh perpaduan baja.

Alarm akan terpicu jika terjadi penyerangan. Penjaga keamanan juga para ahli yang berpengalaman dalam berurusan dengan mahluk supranatural. Tentu saja, itu termasuk vampir.

Memang, ini adalah ruang bawah tanah dari MPD di Kasumigaseki—markas Badan Investigasi Supranatural.

Selain itu, Rushella saat ini berada di bagian terdalam dari markas tersebut, penjara dimana Fergus dulunya dikurung.

Meskipun dia tidak diborgol dan dia datang kesini secara sukarela, hal itu masih terasa tidak berbeda dari menjadi seorang narapidana.

"Jangan mengeluh. Peti matimu telah diangkut kesini dari gereja itu jadi istirahatlah yang cukup."

Berdiri dibelakang dia, Rangetsu berkata dengan enggan.

Tadi malam, dia telah pergi untuk menjemput Rushella.

Dalam hal ini, Rushella adalah yang terlebih dulu dibawa ke bagian yang bersangkutan dari MPD untuk menjalani interogasi seperti "apa kau meminum darah manusia selama kau menghilang" sebagai urusan formalitas.

Kemudian dibawah pengawasan Rangetsu, dia dijamu untuk makan dan mandi—setidaknya dia diperlakukan dengan hormat.

Pada akhirnya, setelah segala macam prosedur dan fasilitas bawah tanah dipersiapkan dengan benar, hari telah berlalu dan ini siang hari pada hari berikutnya.

"Tempat ini begitu gelap, tak ada konsep waktu. Jam berapa sekarang?"

"Apa yang kau keluhkan tentang kegelapan sebagai seorang vampir? Oke, tetap tenang dan jangan membuat keributan. Jika kau tidak bisa menjaga perilaku, kau akan tinggal disini selamanya, kau tau?"

"Hmph. Tempat ini telah jebol sebelumnya, apa ini benar-benar aman? Aku bisa melihat proses perbaikan diseluruh tempat."

"Sekarang hal itu sulit untuk dibantah... Namun, ini setidaknya tempat teraman di Jepang. Tinggal saja disini dengan patuh, demi kepentingan Kujou-kun juga."

"Aku tau."

"Kami masih bisa menyediakan darah. Beritahu kami dengan segera jika kau merasa haus."

Mengatakan itu, Rangetsu pergi. Rushella tidak menanggapi pada kata nasehat yang terakhir ini.

Tentu saja, dia tidak bisa melupakan rasa darah.

Darah Hisui yang manis, darah yang sangat manis.

Hanya dengan satu isapan, entah itu kekeringan pada tenggorokannya atau rasa haus dalam hatinya, semuanya terpuaskan.

Namun, dia telah menolak dengan tegas.

Dengan wajah suram, Rushella meringkuk di sudut dari sel persegi itu.

Tidak ada penerangan dalam ruangan tersebut. Kegelapan total.

Seorang manusia pasti akan jatuh kedalam ketakutan akan kegelapan dan berusaha mati-matian untuk melarikan diri. Tetapi Rushella malah merasa tenang.

Tidak, tempat dimana hatinya merasa benar-benar tenang dan santai adalah rumah dimana dia telah tinggal bersama dengan Hisui.

Namun, tempat itu bukan lagi rumahnya.

Itu bukanlah tempat yang dia miliki sejak awal, hanya tempat perlindungan sementara.

Mungkin... Tinggal disini akan lebih nyaman.

Menyeka air mata dari sudut matanya, Rushella memandang sekeliling ruangan.

Tempat ini tidak punya pemandangan dan tanpa dekorasi.

Bahkan didalam kegelapan, penglihatan Rushella berfungsi seperti biasanya. Matanya segera menangkap seluruh lingkungan ruangan—kemudian dia terkejut.

"...siapa itu!?"

Seseorang ada disini.

Berlawanan tatapannya, di sudut lain, seseorang duduk di sebuah kursi.

"Sebuah ruangan bersama? Kenapa aku tidak diberitahu tentang hal ini?"

Pihak lain tidak menjawab.

Suara dari sebuah korekkan terdengar. Sesaat setelahnya, cahaya redup muncul.

Sebuah lilin bergaya tua ditempatkan pada kaki orang itu. Cahaya lilin menerangi seluruh ruangan.

Itu tampaknya sebuah lilin wangi, memenuhi ruangan dengan aroma manis dari fantasi imajinatif.

"Ternyata kau...!"

Rushella tak bisa berkata apa-apa.

Mustahil.

Bagaimana bisa dia datang kesini?

Rushella tidak bisa mempercayai matanya sendiri—Miraluka tengah duduk tepat didepan dia.

Tetapi itu adalah kenyataan.

Miraluka duduk secara anggun dengan kaki disilangkan, telah berganti dari pakaian jubahnya, bersandar pada kursi dengan santai.

"Bagaimana kau ada disini!?"

"Aku ada disini sejak awal."

Dia menjawab secara acuh tak acuh.

Rushella terpaku ditempat dalam syok sementara Miraluka berbicara tanpa henti.

"Aku menebak bahwa kamu mungkin akan dibawa kesini untuk diisolasi. Melarikan diri dari genggamanku adalah mustahil, tetapi untuk mencapai tindakan pertahanan tertentu, tempat ini adalah pilihan yang terbaik. Oleh karena itu, setelah pertarungan singkat itu, aku datang kesini terlebih dulu untuk menunggu kamu."

Jelas-jelas itu tidak sesederhana dia datang kesini terlebih dulu.

Wanita ini secara mendasar berbeda dari para vampir atau entitas supranatural yang lain yang Rushella telah hadapi di masa lalu.

"Pengamanan polisi dari Badan Investigasi Supranatural ini benar-benar penuh lubang... Aku tidak percaya mereka membiarkanmu menginvasi tempat ini."

"Kau menyalahkan orang yang salah jika kau menyalahkan mereka. Meskipun mereka saat ini kekurangan tenaga, tembus pandang adalah keahlian vampir, apalagi seorang Leluhur Sejati seperti aku. Menyusup ketempat ini bukanlah tugas yang sulit jika aku serius. Ngomong-ngomong, salah satu Leluhur Sejati bahkan lebih berbakat pada tembus pandang daripada aku, tetapi dia tak lagi ada."

Kesedihan memenuhi mata Miraluka ketika menyinggung kematian rekannya.

Tapi Rushella tidak bisa berempati.

Dia hanya membalas dengan perasaan asli.

"Kau datang untuk membunuhku...?"

"Setengah benar, setengah salah. Aku tidak tertarik pada hidup atau matimu, tetapi itu hanya terkait dengan apa yang akan terjadi."

"Tak bisa dimengerti... Jika kau mendapati aku sebagai perusak pemandangan, katakanlah dengan jelas! Karena... aku mendapati kau sangat merusak pemandangan juga."

"Hmph, begitukah?"

Miraluka mengangguk dengan perasaan yang mendalam.

Melihat dia begitu sombong, Rushella mengeluarkan semua pikiran yang telah dia simpan dalam hatinya.

"Itu adalah kau setiap kali...! Ketika aku bersama dengan Hisui, kau selalu muncul! Kalau saja kau tidak ada... Kalau saja kau tidak ada...!!"

"Jika aku tidak ada, maka Hisui tidak akan hidup sampai hari ini."

Miraluka menjawab acuh tak acuh. Rushella tidak bisa berbicara balik.

Pemenang sudah diputuskan sejak awal.

Menyangkal dia berarti menyangkal Hisui.

"Kehidupan anak kecil itu hampir mati karena alasan yang konyol. Aku dulu percaya, untuk waktu yang sangat lama, bahwa manusia adalah mahluk bodoh. Mengambil seorang manusia dengan kemauan untuk membesarkan, aku tidak pernah mengetahuinya itu akan begitu menarik. Aku sekarang mengerti sedikit bagaimana perasaan rekan-rekanku yang tewas."

"Kau bilang itu pada kemauan...? Hisui, dia... selalu merasa... terhadap kamu...!"

Rushella menggepalkan tinjunya dan melotot tajam pada Miraluka.

Jutaan pemikiran berkumpul, membentuk tekanan yang tak terlihat dibebankan pada Miraluka.

Emosi-emosi negatif di penjara bawah tanah akhirnya berubah menjadi niat membunuh, bergabung ditangan Rushella.

Memegang belatinya dalam pegangan terbalik, dia mendekat pada musuh.

"Begitukah....? Dia mencintai aku, aku mengerti."

"Apa....!?"

"Dalam hal ini, kembalinya aku tidak sia-sia. Sekarang ada artinya bagiku untuk membunuhmu."

"Apa yang kau bicarakan!?"

Rushella sudah melaju pada dia tetapi Miraluka tetap tidak terpengaruh. Malahan, dia menunjuk pada pintu.

"Maukah kamu berganti lokasi? Tempat ini benar-benar menghilangkan mood."

"Maksudmu berganti ke sebuah tempat yang lebih sesuai untuk membunuh aku?"

"Aku tidak akan menyangkalnya. Tetapi setidaknya aku bisa memberimu hadiah untuk kau bawa ke neraka, bagaimana? Tentang asal-usulmu."

"....!? Kau tau tentang hal itu?"

"Hanya kabar burung secara tidak langsung, tetapi aku sudah menyelidiki identitasmu. Ikuti aku jika kau ingin tau."

Miraluka berjalan ke pintu.

Setelah ragu-ragu, Rushella mengikuti.

Meskipun ini adalah jalan menuju neraka, keinginannya yang kuat untuk mencari tau masa lalunya masih menang diatas segalanya.

Kali ini, penjara tersebut di diterobos dengan tenang dan elegan, tak seperti dua insiden yang sebelumnya dengan korban yang parah.

Nol korban, tak ada kerugian atau kerusakan.

Jumlah orang yang menemukan pelarian juga nol.

Beberapa menit setelahnya, ketika cahaya matahari yang terbenam mewarnai langit, kedua vampir itu tiba di permukaan tanah saling berdampingan.

※ ※

"Kujou-kun... Apa sesuatu terjadi hari ini?"

"Tidak ada."

Seusai sekolah, Hisui tengah mengemas barang-barangnya ketika tetangganya, Reina, bertanya dengan khawatir.

Bagaimanapun juga, Hisui hanya datang kesekolah pada siang hari, jadi itu wajar saja bagi dia untuk khawatir.

Tidak, bahkan jika itu tidak terjadi, dia masih akan khawatir terhadap Hisui.

Sejak Rushella pergi, itulah bagaimana Reina bertindak.

"Aku merasa kurang enak badan sebelumnya dan mengunjungi rumah sakit. Dokter bilang aku hanya kelelahan jadi tidak ada yang serius."

Ini tidak terhitung sebagai sebuah kebohongan.

Dia telah pergi kerumah sakit dan tak ada yang tidak biasa dengan kesehatannya.

"Benarkah....? Aku senang mendengarnya."

"Oh benar, aku lupa memberitahu kamu. Rushella sudah kembali."

"Eh, benarkah?"

Reina langsung tersenyum cerah.

Hisui juga mendapati senyumnya berseri-seri.

"Haruskah kita merayakannya? Bagaimanapun juga, ini sudah hampir Natal!"

"Natal huh..."

Hanya setelah mengatakan kata itu Hisui menyadari seberapa berlawanan hal itu dengan para vampir. Dia hanya bisa tersenyum masam.

Dalam iman rata-rata orang Jepang, seharusnya tidak ada efek yang merugikan pada Rushella. Tetapi mengingat situasi keluarga Reina, dia mungkin mengundang mereka untuk menghadiri misa disebuah gereja.

Menghabiskan Hari Natal di sebuah gereja kemungkinan besar adalah neraka bagi seorang vampir... Tidak, menyebutnya surga mungkin lebih tepat?

"Tidak apa-apa, tidak perlu. Jika kita mengatur acara semacam itu, dia mungkin menyesal karena kembali."

"Oke, aku rasa kamu ada benarnya... Natal seharusnya dihabiskan dengan keluarga bagaimanapun juga. Apa kamu akan menghabiskan waktu dengan nona yang berkunjung terakhir kali?"

Kata-kata ini menyebabkan dada Hisui sesak.

Memang, Hisui telah menghabiskan Hari Natal setiap tahun dengan dia dimasa lalu.

Hisui sudah mengetahui sejak lama bahwa Santa Claus tidak ada, tetapi disana ada Miraluka.

Setiap tahun, dia akan menerima sebuah hadiah, makan kalkun dan kue.

Sebuah Natal dilalui dengan seorang vampir—acara eksotik semacam ini telah terhenti sejak tahun lalu.

Musim dingin dari tahun ketiganya di SMP, dia telah melalui Natal yang kesepian, malam hari yang hening tanpa Miraluka.

Jadi, bagaimana dengan tahun ini?

"Dengan siapa kamu akan menghabiskan Natal?"

Reina bertanya lagi tanpa niat menyakiti.

Aku baik-baik saja melaluinya sendirian jika tak ada siapa-siapa—mungkin Hisui bisa mengatakan itu.

"...Aku tidak tau."

Tetapi dia menghindari pertanyaan dan memilih pelarian.

Reina ingin mengatakan sesuatu tetapi Hisui meninggalkan dia dan keluar dari ruang kelas.

Mei menonton dia pergi.

Kemudian seolah-olah memikirkan sesuatu, dia berjalan ke arah Eruru yang mengemas tas sekolahnya.

"Umm... Bisakah kamu tinggal sebentar? Aku rasa Senpai punya sesuatu untuk ditanyakan padamu."

"Dimengerti. Lalu ditempat biasa...? Lupakan, bagaimana kalau kantor dewan mahasiswa?"

"Tak masalah, ayo pergi."

Saat ini sudah senja.

Cahaya sore yang merah menutupi seluruh langit. Tak lama setelah itu, itu akan dilahap oleh kegelapan malam hari.

Siapa yang tau berapa banyak waktu yang telah berlalu. Miraluka dan Rushella telah sampai di taman dekat rumah Hisui.

Hanya ada sedikit pejalan kaki disini. Ditambah dedaunan yang tebal memblokir lampu jalan, tempat ini sangat gelap bahkan di siang hari, apalagi malam hari.

"Aku dulu sering membawa Hisui kesini. Tak ada anak-anak area ini dan taman-taman yang lain penuh sesak dengan orang-orang, sehingga aku hanya bisa membawa dia kesini. Sayang sekali bahwa kami tidak bisa mengalami apa yang orang-orang sebut acara keluarga."

"Hmph, pamer? Biarkan aku memberitahumu, aku punya kenangan juga, disini ditaman ini! Bagaimanapun juga, disanalah tempat Hisui dan aku bertemu!"

Rushella membusungkan dadanya dengan bangga dan menunjuk gang dimana dia bertemu dengan Hisui untuk yang pertama kalinya.

Memang, malam itu, dia menemui Hisui disini—kemudian menghisap darahnya.

Segalanya dimulai disini.

"Ya ampun, sungguh malang bagi bocah itu."

Hisui kemungkinan akan setuju jika dia mendengar itu.

Miraluka berjalan ke paviliun di pusat taman. Rushella mengikuti dengan cemberut.

Mereka berdua duduk di bangku kayu dan saling menatap.

Miraluka mengeluarkan dua gelas wine dan menempatkannya pada meja kecil. Dia mengambilnya dari rumah. Kemudian dia mengeluarkan sebotol wine dan menuangkannya kedalam gelas.

"Aku tidak minum."

"Aku tidak meracuninya. Racun tidak akan berguna pada kita berdua. Tidakkah kamu menyukai warna dan aroma ini? Kita tidak bisa menolak. Ini adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh semua vampir."

"...Hisui akan marah. Dia mengatakan bahwa dibawah umur tidak boleh meminum ini. Dia sendiri jelas-jelas dibawah umur."

"Oh benarkah? Ngomong-ngomong, dalam koleksiku ada sebotol wine yang dari tahun Hisui lahir. Apa kau tau kemana itu?"

"....Tidak tau."

Dia tidak mengakui bahwa dia adalah orang yang memecahkannya.

Insiden ini masih menyakitkan Rushella dalam hatinya.

Dia benar-benar membenci wanita ini.

"Oke.... Tentang aku, jika kau mengetahui sesuatu maka jawab aku dengan cepat! Aku tidak punya mood untuk minum dan mengobrol denganmu!"

Rushella meminta dengan keras sementara Miraluka mengambil segelas wine secara elegan.

Menikmati aroma dan wine yang kompleks, dia menatap Rushella.

"Total ada dua belas Leluhur Sejati dan kau bukan salah satu dari mereka."

"Lalu apa? Lalu siapa aku!?"

"Dua belas wanita... Beberapa dari mereka hampir tidak berbicara dengan aku, sementara yang lain tidak pernah menyukai aku. Tetapi kami akan berkumpul setahun sekali untuk bertemu. Semacam laporan akhir tahun, kurasa. Meminum wine merah, memakan roti, mengobrol dengan santai. Hal itu terasa sangat Hidup."

"Sebuah 'reuni' untuk para Leluhur Sejati huh? Hal itu begitu manusiawi darimu dan mereka. Diwaktu apa kau berkumpul setiap tahunnya?"

"Hari Natal."

Miraluka menjawab dengan penuh keseriusan tetapi Rushella hanya bisa menduga dia bercanda.

Mustahil.

Hal itu benar-benar benar-benar benar-benar sepenuhnya mustahil.

"Apa kau benar-benar seorang vampir!?"

"Apa yang salah dengan merayakan ulang tahun-Nya? Segala sesuatu tentang kita dimulai dari dia, dari hari ketika kami memeluk jasad-Nya dan meminum darah-Nya."

Rushella menyembunyikan tawanya setelah mendengar hal itu. Dia perlahan-lahan memahami bahwa apa terjadi selanjutnya terkait dengan identitas sejatinya.

"Kami akan berkumpul setiap tahun, tetapi dimulai pada suatu waktu, seseorang tidak hadir. Meskipun kami yang menghadiri tidak berkurang setiap tahun, hal itu setidaknya menyusut setiap abad. Beberapa dihancurkan oleh manusia, yang lain mencari kehancuran dirinya sendiri, yang lain mengalami kecelakaan. Pada saat jumlah kami menurun hingga setengah, seseorang angkat bicara. Dia mengatakan bahwa semuanya akan menjadi buruk pada tingkat ini dan para vampir akan punah suatu hari, jadi sesuatu harus dilakukan."

"Kenapa mereka memikirkan itu? Selama kita mau, kita bisa menciptakan pelayan dengan mudah...."

"Ketika seorang Leluhur Sejati binasa, itu akan berlaku pada semua pelayannya."

"Lalu memiliki keturunan dan penerus..."

"Kemampuan reproduksi seorang vampir jauh lebih rendah dari pada manusia. Bahkan dengan tubuh abadi, seseorang tidak bisa mengandung banyak anak pada akhirnya. Dan diantara mereka ada yang seperti aku, tak punya anak sepanjang hidup kami dengan tak berniat untuk prokreasi. Lalu apa? Untuk mempertahankan kemakmuran ras, pada akhirnya, jumlah dasar dari Leluhur Sejati perlu diperbanyak."

"Diperbanyak....!? Apa itu mungkin?"

Rushella memukul meja dan berdiri.

Seperti yang direncanakan oleh Fergus, asalkan garis keturunan langsung dari Leluhur Sejati dipertahankan, eksistensi vampir berdarah murni yang sangat dekat dengan Leluhur Sejati bisa dipertahankan.

Tetapi bagaimana bisa seorang Leleuhur Sejati sendiri diciptakan ulang?

Menatap wine didalam gelas, Miraluka melanjutkan tanpa berhenti. Teringat saat itu, ini adalah cairan yang pria itu sebut sebagai "darahku."

"Darah dari Tuhan yang kami minum tak lagi ada. Menurut legenda, ada beberapa relik suci yang bernodakan dengan darah itu, tetapi kebenarannya sulit untuk ditegaskan bagi mereka semua. Bahkan jika itu memang nyata, kesegarannya telah hilang. Sehingga metode yang lain harus ditemukan untuk mencari pengganti."

"Pengganti....?"

Kata ini membuat Rushella menjadi pucat.

Tetapi dia tidak berani berbicara.

"Memang. Pengganti yang paling dekat dengan Tuhan... Hal itu agak tabu untuk dikatakan. Sebaliknya, pengganti dengan kutukan yang paling terkonsentrasi dalam darah, dihukum oleh Tuhan, yaitu, darah dari Leluhur Sejati."

"......!"

"Memberikan darah seorang vampir pada vampir lain tidak berpengaruh. Tetapi berbeda jika memberikannya pada manusia. Entah itu ditelan atau disuntikkan secara langsung kedalam pembuluh darah, hal itu selalu menghasilkan vampirisasi tidak teratur, melahirkan monster ganas. Hal yang sama berlaku untuk darah seorang Leluhur Sejati, tentu saja. Namun, ada pengecualian diantara mereka."

"Pengecualian...?"

Wajah Rushella menjadi semakin dan semakin pucat.

Berhenti bicara.

Jangan katakan apa-apa lagi.

Sebuah suara meneriakkan itu didalam pikirannya.

"Aku tidak tau rincian tepatnya juga. Mereka meminta padaku, jadi aku memberikan darahku tetapi aku tidak tertarik bagaimana itu akan digunakan. Aku juga tidak tau pada siapa darah itu digunakan. Namun, setidaknya, kau lahir. Aku mendengar kasus yang langka telah berhasil. Si palsu yang telah meminum darah Leluhur Sejati. Mantan manusia. Pada masa anak-anak atau pubertas, bahkan mungkin sejak dalam kandungan—seorang Leluhur Sejati tertentu memberikan darahnya padamu. Ini mengakibatkan mengubahmu menjadi seorang vampir yang sangat dekat dengan Leluhur Sejati. Jika kau menanyakan apa identitasmu, kau adalah salah satu dari subspesies kami, apa yang mungkin orang sebut Pseudo Leluhur Sejati, mungkin?"

"Pseudo Leluhur Sejati...."

Rushella memahami istilah ini.

Dengan kata lain, yang disebut palsu.

Sebuah mahluk buatan yang diciptakan oleh kebutuhan Leluhur Sejati.

Dia adalah eksistensi palsu sejak awal.

Rushella meluncur turun dari bangku dan jatuh ke tanah.

Terguncang tentang asal-usulnya sendiri, dia tidak mampu untuk menahan tubuhnya.

"Siapa... aku...?"

Menatap Miraluka, dia mencari jawabannya.

Tetapi Miraluka tidak peduli tentang dia sama sekali, yang dia lihat hanyalah wine.

"Bagaimana bisa aku tau? Mungkin seorang karakter biasa yang bisa kau temukan dimana saja, tetapi aku menduga kau telah mengalami modifikasi. Kau tidak punya ingatan mungkin karena kau tidak pernah mengalami kehidupan dalam masyarakat manusia sejak awal. Hanya mencari sebuah media yang sesuai, menanamkan sedikit pengetahuan dasar, kemudian kau dilahirkan. Sejak kau bangun seolah-olah kau telah berhibernasi, usiamu yang sebenarnya mungkin sama dengan penampilanmu. Tetapi hatimu seperti bayi yang baru lahir, seorang Leluhur Sejati polos dan murni. Alasan kau menyukai Hisui hanyalah sebuah proses penanaman mirip dengan sebuah penetasan.[1] Bisa dikatakan, konstitusi spesialnya, memungkinkan kamu untuk minum dari dia sesukamu dengan cara semi-abadi, mungkin salah satu alasannya."

Rushella tetap runtuh, duduk di tanah.

Semuanya sia-sia.

Masa lalu yang dia harapkan untuk ditemukan tidaklah ada sejak awal.

Dia menyesali mencari asal-usulnya.

Satu-satunya ukuran identitasnya—seorang vampir Leluhur Sejati—juga runtuh sepenuhnya.

"Mereka menempatkanmu didalam peti mati setelah lahir, diawetkan dengan tepat kemudian menyimpan dengan aman dilokasi yang berbeda—itulah yang aku dengar. Aku tidak pernah menyangka untuk menemukan salah satu dari mereka tertidur disekitarku."

"Kenapa menaruh aku di pegunungan semacam itu...? Leluhur Sejati yang menciptakan aku kemudian meninggalkan aku...?'

"Kau harus bertanya pada Leluhur Sejati yang menciptakanmu. Sayangnya, dia tak lagi ada. Dia menciptakanmu dan yang lainnya untuk berjaga-jaga, tetapi dia binasa terlebih dulu. Disisi lain, seseorang seperti aku yang tidak peduli tentang perkembangbiakan ras berakhir selamat. Sungguh nasib yang berkebalikan."

Miraluka menurunkan gelas wine-nya, berdiri dan berjalan mendekati Rushella.

Menyangga dirinya sendiri dengan tangannya, Rushella terus mundur.

"...Aku mengerti tentang diriku sekarang. Tetapi kenapa kau harus membunuh aku... Apakah itu karena melihat aku menyinggungmu...? Dimatamu, aku adalah seorang penipu, sehingga kau tidak tahan...!?"

"Tidak, aku merasa bersyukur padamu malahan. Eksistensimu benar-benar asuransi yang sangat baik."

Matahari hendak terbenam.

Tatapan merah menusuk Rushella.

Berbicara secara normal, mata mistik tidak berpengaruh pada vampir sendiri.

Tetapi cahaya dari mata Miraluka sangat mengintimidasi. Rushella hanya terkapar di tanah.

"Apa tujuanmu...!?"

Miraluka tersenyum tanpa ampun dan menunjuk dada kiri Rushella.

Itu adalah yang dia targetkan kemarin.

Ini adalah tujuan akhirnya selama ini.

"Aku ingin jantungmu."

※ ※

"Apakah ada sesuatu yang sudah kamu ketahui? Bukan hanya Hi-kun, bahkan Eruru-chan membuat penampilan serius?"

Kelompok tersebut tengah berkumpul disekitar meja panjang di kantor dewan mahasiswa. Mei adalah yang pertama kali berbicara.

Sekarang ini, orang yang hadir adalah dia dan Eruru, serta Kirika yang telah menyediakan kantor dewan mahasiswa.

Presiden dan anggota lainnya dari dewan mahasiswa tidak ada, membuat ini tempat yang sempurna untuk percakapan rahasia.

"Kujou-san melakukan pemeriksaan menyeluruh pagi ini."

"Oh my, kalian berdua sudah berkembang pada poin itu? Haruskah aku memasak kacang merah dan beras untuk merayakan?"

"...Sudou-san."

Kirika memarahi Mei karena bermain-main dan mendesak Eruru untuk melanjutkan dengan tatapannya.

"Objek pemeriksaan adalah konstitusi Kujou-san."

"Oh kamu sudah memeriksanya sebelumnya, kan? Tetapi tidak ada yang dihasilkan pada akhirnya, bukan?"

"Memang. Tidak ada kesimpulan tertentu yang dicapai kali ini juga. Namun, lebih banyak waktu yang dihabiskan pada analisa fisiologi, maka beberapa dari niat vampir Miraluka bisa disimpulkan sebagai hasilnya."

"Apa yang terjadi? Kenapa dia ingin membunuh Rushella?"

Eruru tidak menjawab Kirika. Malahan, dia menanyai dia dan Mei pertanyaan yang lain.

"Biarkan aku bertanya pada kalian berdua. Bagaimana kalian akan menghancurkan seorang vampir?"

Kenapa menanyakan ini sekarang? Mei dan Kirika bertukar tatap dalam kebingungan.

"Hmm, mengekspose mereka pada sinar matahari... Menusuk mereka pada jantung?"

"Memenggal kemudian menghancurkan kepala... Meskipun itu begitu ganas bahwa aku tidak benar-benar mau melakukannya."

Eruru mengangguk dalam diam, tampaknya puas dengan jawaban klise ini.

"Tepat. Sebaliknya, menyerang kepala dan jantung akan menyebabkan luka yang fatal bagi vampir. Lokasi-lokasi ini tidak bisa di regenerasi."

"Aku tau hal itu tetapi apa hubungannya dengan insiden saat ini?"

"Apa kamu menyiratkan bahwa Miraluka sebenarnya palsu... Yang asli sudah mati?"

Eruru menggelengkan kepalanya dan membantah pertanyaan Kirika.

"Tidak, dia kemungkinan besar adalah yang asli, itulah sebabnya Kujou-san merasa begitu gelisah. Seperti yang dia katakan pada kita, Miraluka memiliki kekuatan regenerasi terbesar diantara semua vampir. Bertahan pada kemauan saja kemungkinan besar benar. Tetapi dia saat ini sangat lemah. Dia tidak punya banyak waktu."

"Regenerasi belum sempurna? Aku pikir aku tidak melihat dia kesakitan atau tidak nyaman?"

Mei berusaha keras mengingat apa yang telah terjadi tetapi tidak bisa mengidentifikasi sesuatu yang tidak biasa.

Karena dia telah kalah seburuk itu dalam kontes kekuatan, dia bisa menyimpulkan bahwa Miraluka sangat kuat, tidak lemah.

"Dia cacat tetapi tidak kesakitan. Itu sebabnya serangan kita gagal. Aku mendapati itu aneh pada saat itu dan Kujou-san mungkin menyadarinya. Dia mungkin tidak memberitahu kita karena dia menolak untuk mengakuinya. Kali ini, serat itu telah menepi pada matanya juga."

"Apa maksudmu? Dia tampak sangat normal dalam penampilan, kan? Apa kekurangannya?"

Melihat Kirika kebingungan, Eruru menunjuk pada dada kirinya sendiri.

"Dia tidak punya jantung."

" "HUH!?" "

Mei dan Kirika tertegun tak bisa berkata apa-apa sementara Eruru melanjutkan:

"Kemarin, peluru perakku tertembak kearah jantungnya. Peluru tersebut sudah pasti menembus dada. Misalkan peluru tersebut terblokir oleh tulang rusuk, atau tetap berada dalam jantung, dia seharusnya menderita luka yang parah, tetapi dia masih berhasil untuk hidup. Tapi peluru tersebut benar-benar menembus tubuhnya dengan efek yang sama dengan tongkat kayu menusuk jantung, namun dia tidak binasa. Kenapa?"

Tak bisa dimengerti.

Bagaimana bisa seseorang tau?

Mei dan Kirika hanya bisa mengguncang kepalanya dengan wajah pucat.

"Jawabannya sederhana. Dia tidak punya jantung sejak awal. Kerena jantung itu tidak berada disana, itu tidak bisa dihancurkan. Oleh karena itu tembakan peluru menembus dengan mudah karena tidak ada hambatan, karena tidak ada jantung disana."

"Umm... Tunggu, tunggu dulu, bagaimana bisa dia hidup tanpa sebuah jantung!?"

"Apakah jantungnya rusak dan tidak diperbaiki untuk suatu alasan!? Tetapi jika itu yang terjadi, dia seharusnya hancur, kan?"

Tak satupun dari mereka bisa menerimanya. Eruru secara acuh tak acuh menjelaskan hasil dari pemeriksaan Hisui.

"Jantungnya masih ada. Bahkan sekarang ini, jantung itu saat ini berdetak. Namun, itu berada diluar tubuhnya."

Mei dan Kirika saling menatap.

Menilai dari percakapan sebelumnya, jawabannya berada tepat didepan mereka.

"Mungkinkah... jantungnya..."

"Didalam tubuh Kujou-kun...."

"Memang. Jantungnya telah ditranplantasikan pada Kujou-san. Kujou-san mengalami luka parah diluar negeri dengan kerusakan parah pada jantungnya. Tak ada jalan lain untuk menyelamatkan dia. Operasi tersebut mungkin dilakukan tanpa menggunakan obat bius tetapi pada saat itu, Kujou-san tidak dalam kondisi untuk peduli apa tepatnya yang Miraluka lakukan pada dia. Namun, dia tampaknya ingat secara samar-samar. Bekas luka yang tersisa pada dadanya, konstitusi spesial yang menjadikan vampirisasi tidak efektif, serta kenangannnya tentang Miraluka melakukan penekanan dada secara mati-matian. Menilai dari bekas luka bedah dan ECG, dia pasti telah menjalani sebuah operasi. Tak seperti dhampir seperti aku, dia adalah manusia dengan kekuatan vampir bersemayam didalam tubuhnya."

Penjelasan ini membawa pada keheningan panjang.

Miraluka berhasil bertahan hidup dengan jantungnya berdetak diluar tubuhnya.

Keajaiban pemeliharaan kehidupan semacam ini hanya dimungkinkan dilakukan oleh seorang vampir abadi.

Namun, hal ini tidak mungkin bisa dipertahankan seterusnya.

"Sekarang ini, tubuhnya adalah cangkang kosong tanpa sebuah inti. Justru karena dia adalah seorang Leluhur Sejati, dia hampir tidak tergantung pada kehidupan. Bahkan dengan jantungnya berada diluar tubuhnya, selama jantung tersebut tetap baik-baik saja, dia tetap abadi—itulah tepatnya seorang vampir."

"Berapa lama dia bisa bertahan seperti ini?"

Mei bertanya dengan serius.

Apakah jantungnya ada atau tidak ada didalam tubuhnya, itu tidak apa-apa asalkan dia hidup.

Setidaknya Hisui akan puas.

Tetapi jika kebangkitannya hanya sementara, jika dia tak lagi kekal... Dia pasti merencanakan sesuatu sebagai hasilnya.

"Karena jantungnya tidak ada didalam tubuhnya, dia mungkin akan binasa kapan saja. Setidaknya, dia saat ini begitu lemah hingga dia bahkan tidak bisa menyembuhkan cidera dari memblokir peluru dengan tangannya. Dia mungkin tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Alasan dia mengumpulkan sejumlah besar darah kemungkinan besar untuk menemukan sebuah solusi. Tetapi dia mendapati bahwa hal itu sia-sia entah itu dia mencari kualitas atau kuantitas. Oleh karena itu, dia sekarang menganggap Rushella sebagai harapan terakhirnya untuk keselamatan."

"Menggunakan dia.... sebagai cadangan jantung?"

Kirika menyimpulkan.

Jantung originalnya tengah mempertahankan kehidupan Hisui dan tentu saja tidak bisa diambil.

Oleh karena itu, dia hanya bisa mencari pengganti.

Menggunakan kemampuan regenerasi seorang vampir, mentransplantasi organ atau anggota tubuh orang lain bukanlah masalah sama sekali.

"Memang. Tetapi ini adalah sebuah jantung bagaimanapun juga, jadi itu tidak bisa digantikan begitu mudah. Jantung manusia sudah pasti tidak akan bekerja sementara vampir biasa belum tentu bisa memuaskan dia. Oleh karena itu, dia memilih jantung yang paling dekat dengan dirinya sendiri, yang paling dekat dengan jantung seorang Leluhur Sejati. Jawabannya adalah... Rushella."

Eruru menyimpulkan.

Setelah keheningan sejenak, Mei berkata:

"Akankah ini... berhasil? Itu adalah jantung bagaimanapun juga? Jika mengambilnya dan memasangnya akan berhasil, dia tidak harus melalui begitu banyak masalah."

Kirika juga setuju. Tindakan ini bisa mengarah pada kesia-siaan.

"Bahkan jika transplantasinya berhasil, tak ada jaminan berapa lama dia akan hidup. Maka bukankah Rushella-san akan mati sia-sia? Jika jantungnya diambil dari tubuhnya, Rushella-san sudah pasti akan binasa seketika."

"Memang, mungkin kalian berdua benar. Miraluka selamat adalah sebuah keajaiban. Kujou-san mempertahankan jantung tersebut juga sebuah keajaiban. Mereka berdua bertemu lagi adalah keajaiban yang lainnya. Namun, dia mempertaruhkan segalanya pada hal ini. Kemungkinan besar, dia telah mencoba segala macam solusi setelah kembali tetapi tak ada yang berhasil. Tetap saja, dia berpegang teguh pada kehidupan, menolak untuk menyerah."

"Itu pasti untuk Hi-kun."

"Perempuan adalah gender paling lemah, namun mereka sangat kuat sebagai ibu... Bukan, lebih tepatnya, hal itu adalah dedikasi seorang wanita."

Para gadis tersenyum masam.

Kita benar-benar tidak bisa menang melawan dia—senyum mereka membawa kesadaran diri semacam itu.

Sang Leluhur Sejati yang telah memiih kehancuran demi seorang anak laki-laki. Sekarang, dia tengah mencari kehidupan untuk anak laki-laki yang sama.

Mereka bertiga terdiam. Eruru melihat ponselnya.

Sebuah pesan teks dari Rangetsu.

"Dia bilang Rushella-san telah menghilang. Kemungkinan, dia tidak akan pergi sendiri... Miraluka mungkin berkunjung."

"Oh my, sungguh menjengkelkan! Para vampir benar-benar tidak memberi kita istirahat!"

"Mau bagaimana lagi... Dia melakukan hal itu untuk Kujou-kun bagaimanapun juga."

Mei dan Kirika berdiri dan meninggalkan kantor dewan mahasiswa.

Eruru hendak mengikuti mereka ketika mereka menanyai dia pada saat yang sama.

"Kamu tidak memberitahu Hi-kun?"

"Jauhkan dia... Bukankah ini buruk?"

Eruru berjuang secara internal juga.

Tidak ingin dia terlibat, ini adalah niat baik hati Eruru—selama mereka bisa menangani masalah ini, itu akan menjadi yang terbaik.

Namun, Eruru memilih sesuatu yang lain.

"Silahkan pergi duluan, kalian berdua. Oogami-san sudah mengingat baunya jadi itu harusnya mudah untuk melacak dia. Kalian berdua temuilah Oogami-san terlebih dulu."

"Oke, aku serahkan Hi-kun padamu♪"

"Kami akan menunggumu."

Eruru melihat mereka pergi kemudian berlari melalui koridor ke ruang kelas kosong itu.

※ ※

"Hisui-kun, kamu terlihat seperti itu adalah akhir dari dunia."

Hisui tengah terkapar pada meja. Touko melayang-layang santai disampingnya.

Touko sebenarnya cukup menjengkelkan tetapi hari ini, Hisui mendapati kehadirannya menenangkan.

Melihat semuanya menjadi rumit, mungkin dia adalah satu-satunya orang yang tidak terlibat.

"Touko-san, kamu sangat bersemangat meskipun kamu sudah mati."

Setelah mengatakan itu, dia menyadari dia terlalu sarkatis.

Tetapi Touko tidak keberatan. Mengangkat tangannya, melengkungkan lengannya dan membuat pose energik.

"Ya♪ kamu harus menikmati hidup secara maksimal!"

"Yah, kehidupanmu sudah berakhir, Touko-san..."

"Tentu saja belum. Roh yang terikat bumi masih membutuhkan cinta!"

"Kamu lebih baik berdoa untuk cinta di kehidupanmu yang selanjutnya. Ngomong-ngomong, tidakkah kamu ingin pergi ke alam baka?"

"Perasaan sangat penting untuk hal seperti itu. Ketika waktunya tiba, aku mungkin menghilang tanpa punya kesempatan untuk menyelesaikan berkata 'Aku sangat senang....'"

Touko tertawa sedih.

Setelah berpikir lebih jauh, Hisui menyadari kehadirannya melemah. Bagaimanapun juga, sebagian besar orang tidak bisa merasakan eksistesinya.

Pada saat orang-orang bisa melihat dia, mereka mungkin sudah mati.

"...Touko-san, bagaimana dengan keluargamu? Apakah kamu ingin pindah, karena kamu tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengatakan selamat tinggal pada mereka, bagaimana kalau mencari mereka... dan bertemu mereka atau semacamnya?"

"Hmm, situasi keluargaku tidaklah terlalu baik. Aku pikir mereka sudah pindah jadi aku tidak harus mengunjungi mereka dengan sengaja. Menjadi terlalu terikat pada hal-hal dari kehidupanku tidak akan membantu. Aku harus hidup dengan menatap ke masa depan!"

"Ya, kamu sudah mati...."

Hal itu bukanlah candaan bagi orang yang sudah mati untuk menasehati orang yang hidup tentang bagaimana untuk hidup.

"Ngomong-ngomong... Apa yang membuat kamu gelisah, Hisui-kun? Apakah wanita cantik itu?"

"Ya, cukup banyak. Dia saat ini hidup mungkin karena aku. Itu terasa dia merangkak keluar dari kuburan karena dia terlalu khawatir tentang aku. Jelas-jelas itu adalah sesuatu yang membahagiakan tetapi aku tidak bisa merasa bahagia, sungguh cacatnya aku. Aku tidak berharap dia lebih baik mati, tetapi..."

"Tapi?"

—Bisakah dia diam saja dan mengabaikan kematian Rushella?

Memang, dia telah bertanya dirinya sendiri.

Dia harus berbicara dengan Miraluka dan bertanya apakah ada solusi lain.

Namun, Miraluka pasti sudah memikirkan jenis pertanyaan ini.

Sebelum mengungkapkan dirinya sendiri, dia pasti telah mencoba banyak solusi.

Namun, tidak menemukan apa-apa, batasnya mendekat.

Oleh karena itu—

"Sebenarnya, jangan membuat segala hal menjadi terlalu rumit, oke?"

Touko yang optimis berbicara sambil berputar-putar di udara.

Melihat dia begitu optimis, Hisui membalas dengan kasar.

"Apa maksudmu? Aku menghadapi perang antara ibu mertua dan pengantin wanita. Bagaimana caranya aku bisa keluar dari situasi yang tanpa harapan seperti ini?"

"Hmm, memilih diantara mereka berdua, siapa yang paling penting, tetapi apakah kamu benar-benar perlu tersiksa atas hal semacam ini?"

Touko masih melayang kesana-kemari di samping.

Tampaknya terlepas dari dunia fana, dia hanya berbicara sebagai seorang pengamat dan orang yang lebih tua.

"Karena kalian semua hidup. Tak seperti aku, kalian hidup. Orang yang penting, hal yang penting, ini akan meningkat seiring berjalannya waktu. Jika kamu memberi peringkat pada segala sesuatu dan memilih apa yang paling penting, bukankah itu artinya menyerah pada begitu banyak hal?"

"...."

"Bukankah itu lebih baik untuk menjalani kehidupan lebih serakah, memeluk semua orang di dadamu?"

Touko tersenyum lembut.

Hisui tersenyum juga.

Oh aku mengerti sekarang.

Sebenarnya, dia sudah tau sejak lama.

"Sesepuh memang berbeda bagaimanapun juga."

"Bagaimanapun aku terlihat, aku seperti seorang kakak perempuan! Apa kamu tau kenapa aku begitu hebat?"

"Sekarang aku tau. Tetapi jangan pergi sampai aku meninggalkan sekolah ini, oke?"

"Ya, aku akan tinggal disini selama sepuluh tahun lagi!"

Itu terlalu lama—Hisui hanya bisa berkomentar dalam hatinya.

Kemudian dia meninggalkan ruang kelas kosong tersebut dan berakhir berpapasan dengan Eruru di koridor.

"Kariya...."

"Rushella-san telah menghilang. Dia kemungkinan besar bersama dengan ibu angkatmu. Apa kamu akan pergi?"

"Ya."

"Mungkin salah satu dari mereka akan berakhir dengan kematian. Lebih tepatnya, aku mungkin menembakkan pistolku."

"Tak masalah. Aku akan berusaha menghentikan mereka."

"Sungguh orang yang bodoh. Kenapa kamu tidak berhenti mengganggu konflik diantara para vampir?"

"Jangan mengatakan itu. Jika kamu terlibat pertarungan dengan seseorang, aku akan berusaha menghentikannya juga."

"....."

Eruru terdiam.

Menatap Hisui, ekspresinya tak terbaca.

"....Apa? Bukankah kita harus buru-buru?"

Hisui mendesak.

Oleh karena itu, Eruru akhirnya meneguhkan dirinya sendiri untuk berbicara.

"Aku punya sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Sejak lama, aku ingin memberitahumu hal ini."

"Apa?"

"Aku... Aku..."

Menarik nafas dalam-dalam, dia menatap pada mata Hisui dan berkata:

"AKU BENAR-BENAR MEMBENCIMU!!"

"Huh?"

Hisui kebingungan.

Dia sepenuhnya gagal memahami.

"Uh, aku tidak pernah mendapatkan perasaan kamu menyukai aku... Tetapi aku tidak pernah menduga untuk mendengar sesuatu yang begitu kasar dari kamu secara langsung."

"Aku selalu ingin mengatakan padamu kata-kata itu."

"Hmm, tak apa, mau bagaimana lagi... Disisi lain, aku sangat menyukaimu."

Seketika, seluruh wajah Eruru menjadi merah cerah.

Hisui tidak menyadarinya dan melanjutkan.

"Kamu adalah seseorang dengan hati, kamu sangat banyak membantu aku... Terimakasih."

"....."

"Jadi... Mari kita terus bersama."

Segera setelah dia mengatakan itu, Hisui merasa dia telah ditendang pada tulang kering. Kekuatan itu terasa seperti cukup untuk mematahkan tongkat kayu.

"Ouch, apa-apaan sih!?"

"Diam, itulah yang aku benci tentang kamu! Bagaimana bisa kamu menjadi perhatian pada orang lain sepanjang waktu, bagaimana bisa kamu begitu tampan dan gagah, bagaimana bisa kamu dilahirkan dengan kecerdasan seperti itu, segala sesuatu tentang kamu membuat aku kesal!"

"K-Kamu tidak perlu sejauh ini..."

Ditolak oleh dia sepenuhnya, Hisui merasa sedikit sedih.

Melihat Hisui memasang wajah semacam itu, Eruru tampaknya menjadi marah. Adapun kenapa dia marah, Hisui benar-benar tidak bisa mengerti.

"Dalam hal apapun, jagalah dirimu sendiri untuk tetap sama, cara aku membenci kamu! Jangan sembarangan mengubah dirimu sendiri, hal itu akan semakin menjengkelkan! Jadi... jadi... tetaplah sama seperti biasanya!"

"....Hmm, oke... baiklah."

Hisui menjawab dan ditendang lagi.

Saat dia hendak memprotes, Eruru meraih tangannya.

"Oke, cepat!"

"Aku tau! Haah, apa yang begitu membuat kamu kesal..."

Sambil berlari sepanjang koridor, Hisui bergumam dalam kebingungan.

Dibelakang mereka, Touko dengan senang melihat mereka pergi.

※ ※

"Jantungku...?"

Rushella menutupi payudara kirinya.

Memang, itu adalah dimana Miraluka mengincar terakhir kali.

Tetapi kenapa?

"Apa kau mengatakan kau ingin menghancurkan aku sepenuhnya karena aku menghalangi jalanmu...!?"

"Jika aku ingin menghancurkanmu, aku akan melakukan itu sejak lama. Aku hanya menginginkan jantungmu, itu saja."

"Aku bertanya padamu tujuanmu...!"

"Pernahkah kau mendengar tentang transplantasi jantung? Karena... aku tidak punya..."

Miraluka melepas jubahnya kemudian melepaskan sebuah tali untuk mengungkapkan payudara kirinya.

Pada payudara putih dan pucat itu, melampaui milik Rushella dalam volume, sebuah lubang peluru dengan jelas bisa terlihat.

Itu adalah sebuah lubang kosong yang tertinggal pada dada tersebut setelah tertembus oleh sebuah peluru.

Draculea V05 - BW09.jpg

"Kau...!"

"Siapa yang tau kapan luka ini akan sembuh. Tetapi lebih tepatnya, apakah aku bisa bertahan sampai hari dimana luka itu akan sembuh juga tidak diketahui. Sekarang ini, aku bahkan tidak punya setengah dari kekuatan sejatiku."

"Kenapa...? Tak seperti aku, kau adalah Leluhur Sejati yang sebenarnya, kan!?"

"Memang, justru karena itu, aku berhasil bertahan hidup, nyaris gagal. Tetapi aku sudah memberikan jantungku pada Hisui. Aku hidup karena jantungku masih berdetak, tetapi ini adalah batasnya. Seperti sebuah jam rusak yang akan berhenti berputar pada akhirnya. Jadi... aku hanya bisa mendapatkan pengganti baru, pengganti yang sangat dekat dengan aku. Bahkan jika hasilnya adalah sebuah perjudian... aku hanya bisa mengambil pertaruhan itu."

Rushella akhirnya memahami niat Miraluka.

Dia menginginkan tubuhnya, jantungnya.

Tubuh ini, diciptakan sebagai cadangan Leluhur Sejati, kini melaksanakan tugasnya, sungguh ironis.

"Kau memilih mati sekali... untuk menyelamatkan Hisui. Sekarang, kau telah kembali untuk Hisui dan kau akan hidup untuk dia. Apakah itu yang terjadi?"

"...Terus hidup justru adalah kehidupanku sebagai seorang vampir. Aku akan melakukannya bahkan dengan biaya menghancurkanmu."

"Begitukah....? Baiklah, ambil saja, aku tidak peduli."

Seperti Miraluka, Rushella mengungkapkan payudara kirinya.

Setelah matahari terbenam, angin malam berhembus melewati dada putihnya.

"Bolehkah? Aku agak spesial, sementara kau akan segera binasa setelah jantungmu diambil?"

"Tentu. Ini adalah satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.... untuk pria itu."

Wajah Miraluka menjadi gelap.

Wajah cantiknya setenang danau sampai sekarang. Tanda-tanda samar dari tawa telah muncul.

Tetapi dia masih melangkah maju.

Mengulurkan tangan, tangan kanannya berubah menjadi senjata pembunuh.

Rushella menutup matanya erat-erat dalam penyerahan diri, membusungkan dadanya, menawarkan segalanya.

Pada saat-saat terakhir, langkah kaki terdengar dari belakang.

Miraluka melihat kebelakang. Yang datang terkait dengan Hisui.

Mereka adalah Mei, Kirika dan Rangetsu.

"Mencoba menghentikan aku?"

Mereka bertiga mengangguk bersamaan.

"Kenapa? Dia adalah rival kalian bertiga. Dan ini adalah konflik diantara vampir. Kenapa mengganggu?"

"Untuk mendapatkan poin sayang!"

Mei menjawab secara langsung.

"Itu benar, jika sesuatu terjadi pada anak ini, jika kami menonton tanpa melakukan sesuatu, dia pasti akan membenci kami. Aku tidak mau itu."

Kirika tersenyum sedih.

"Juga, jika kau berhasil... Aku akan dikeluarkan oleh mereka. Aku sudah tidak punya banyak kehadiran."

Rangetsu menyatakan dengan martabat seorang yang lebih tua.

Semua orang setuju.

"Kapan dia belajar untuk menangkap hati perempuan begitu baik? Aku tidak tau apakah aku harus senang atau sedih tentang hal itu."

Miraluka mendesah putus asa dan tersenyum.

Pada saat ini, penyusup baru telah tiba, memperdalam senyum Miraluka.

Hisui dan Eruru tiba satu demi satu.

Hisui membawa pedang salib suci dari rumah, Tzara Blade.

Pada bilah pedang tersebut, batu permata memancarkan cahaya merah memberi warna merah pada sekeliling.

"Kamu membawa jimat yang aku tinggalkan padamu? Apa niatmu? Menghancurkan aku dengan itu?"

"...Tidak."

"Bertarung menggunakan kostitusimu? Tubuhmu membawa potensi bagi manusia untuk melawan vampir. Jika manusia bisa berdiri sejajar dengan vampir, maka tidak akan ada lagi konflik diantara mereka. Mungkin hidup berdampingan bisa diwujudkan. Apa kamu berpikir menggunakan kekuatan ini untuk melawan aku?"

"Tidak."

"Lalu apa yang akan kamu lakukan?"

Hisui mengarahkan Tzara Blade pada dirinya sendiri.

"Jantung ini, aku kembalikan padamu."

Menutup matanya, Hisui menusuk dadanya sendiri dengan bilah tersebut.

Darah terciprat kemana-mana.

Kirika menjerit sementara Mei dan Rangetsu tercengang.

Eruru rupanya telah memprediksi adegan ini, memalingkan wajahnya, dia menahan bau darah tersebut, mati-matian mempertahankan kewarasannya.

"Apa yang kau lakukan...!?"

Miraluka akhirnya menunjukan keterkejutan pada wajahnya.

Dia tidak memberi Hisui pedang ini untuk tugas semacam ini.

"Apa kau mencoba untuk menyia-nyiakan segala sesuatu yang telah aku lakukan!?"

"...kau satu-satunya yang menyia-nyiakan segalanya. Aku tidak mau kehilangan dirimu lagi. Begitu juga aku tidak mau kehilangan Rushella."

Hisui menekan dada kirinya yang berdarah seperti mata air.

Pendarahan tersebut membuat kulitnya yang awalnya pucat menjadi semakin pucat. Tanda seperti duri muncul pada lehernya.

Mode Anti-Drac.

Tetapi perubahan ini hanyalah sebuah hasil yang diperlukan. Hal itu bukanlah tujuannya.

"Ini awalnya milikmu... Kukembalikan padamu sekarang. Ini sudah cukup. Jangan melakukan apapun pada Rushella."

"....."

"Bagaimana dengan aku? Bukankah ada jantung buatan? Ada banyak solusi jadi aku akan hidup, entah bagaimana... Jika tidak, gunakan kekuatan vampirmu untuk membuat aku berhibernasi atau segel aku, terserah apa maumu. Aku akan menunggumu, entah itu membutuhkan satu dekade atau satu abad, untuk membuat aku hidup. Jadi berhenti, ini sudah cukup...."

Hisui mati-matian menggunakan pedang salib suci untuk menopang tubuhnya.

Rushella berlari mendekat untuk memeluk dia.

"Bertahanlah, jangan mati!!"

"Jangan menganggap aku mati begitu mudah. Kau mengatakan itu sebelumnya, kan...? Jadi jangan mati. Serta, kamu juga."

Ketiga kata-kata terakhir diarahkan pada Miraluka.

Dia belum cukup dewasa untuk mengirim semua orang yang dia sayangi pada akhir yang sempurna.

Dia tidak cukup keren untuk meninggalkan segalanya untuk orang yang disayangi.

Jadi dia tidak punya pilihan.

Dan Miraluka—dia tersenyum, tersenyum samar dengan kepuasan.

"Mengagumkan."

"Huh...?"

"Sepertinya kamu tidak membutuhkan aku lagi. Kali ini akan menjadi perpisahan yang sebenarnya."

Semua orang yang hadir menjadi tegang.

Daripada menghancurkan Miraluka, mereka hanya ingin melindungi Hisui.

Para gadis berusaha untuk menyelamatkan hidup Hisui.

Dan Hisui, untuk menghindari kehilangan dia lagi....

Tetapi waktu sangatlah kejam

Garis wajah Miraluka runtuh sedikit demi sedikit.

Dimulai dari tepian, tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi abu.

"Kenapa...!? Hei!"

Hisui mendekat.

Dia ingin memeluk Miraluka, tetapi anggota tubuh yang runtuh tersebar dalam angin, meninggalkan hanya badannya di tangan Hisui.

"Kenapa... Kenapa!? Kenapa melakukan ini....!? Hei, cepat minumlah darah, sebanyak yang kamu perlukan, minum darahku! Jika kamu mati untuk yang kedua kalinya, aku benar-benar tidak akan memaafkan kamu!"

"Aku sudah mati sejak awal. Juga, aku tidak membutuhkan darahmu. Memangnya siapa aku yang tengah kau peluk ini?"

"Tak ada waktu untuk bercanda... hei!"

"Darahmu.... simpan itu untuk dia."

Mata Miraluka bertemu dengan tatapan Hisui.

Tetap dimana dia berada, sang Leluhur Sejati yang terakhir tersenyum lembut.

Seperti seorang ibu menyerahkan putranya, seperti kakak menyerahkan adiknya, seperti seorang wanita menyerahkan kekasihnya....

Dia berkata pada Rushella:

"Teruslah meminum darah Hisui. Nilai sejati dari mode Anti-Drac adalah dalam darahnya—melemahkan vampir. Rasa darahnya sangat baik dan menyebabkan kecanduan. Maka vampir menjadi semakin lemah. Suatu hari, kau akan menjadi manusia sepenuhnya."

"Kau..."

Rushella ingin melangkah maju tetapi dia berhenti.

Akhir yang sekejap ini, saat perpisahan ini, harus dibiarkan untuk mereka berdua saja.

"Selamat tinggal selamanya."

"Hei, bertahanlah, aku masih belum—"

Sebelum dia bisa mengatakan segalanya.

Terimakasih, selamat tinggal, aku mencintaimu.

Tak satupun dari hal ini bisa dikatakan pada dia.

Masih sama, tak ada yang berubah.

Dia hanya bisa menyaksikan tak berdaya, sama persis dengan hari itu dimasa lalu.

Oleh karena itu, dia hanya bisa mencium udara. Itu adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan.

Hanya tanda bibirnya yang tersisa didunia ini, tidak menghilang untuk waktu yang sangat lama.

Tetapi ketika bibir mereka terpisah, kecantikan dalam pelukannya telah lenyap.

Sisa-sisa abu yang indah mempertahankan wajah tersenyum saat-saat terakhir Miraluka, akhirnya berhamburan dimalam hari. Menghilang dalam angin.

Hisui memeluk abu erat-erat dalam pelukannya, menangis tak terkendali.

Sejak Miraluka mati, ini adalah pertama kalinya dia menangis.

Tangisannya bergema diantara langit dan bumi, bertahan untuk waktu yang lama.

Tinggal disamping Hisui, Rushella menemani dia. Bahkan ketika yang lain telah pergi, dia masih tinggal. Selama-lamanya......

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. konsepnya sama seperti dengan seekor burung yang baru menetas dan memandang burung dewasa yang pertama kali dilihat sebagai induknya.


Sebelumnya Bab 5 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Final Chapter