Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid05 Bab1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 1 - Crimson Return[edit]

"Maaf, aku meminta maaf kepadamu karena terbawa suasana...."

Hisui berlutut formal dalam seiza di lantai yang dingin.

Bukan hanya wajahnya dipukuli dan memar... Tetapi seluruh tubuhnya ditelanjangi selain celana pendek.

Dia seharusnya telah terbiasa untuk disiksa oleh pada gadis, tetapi kali ini benar-benar keadaan yang cukup sulit.

Disisi lain, si pelaku yang telah menggunakan kekuatan brutal tengah berbaring di sofa, dengan anggun menikmati teh yang Hisui seduh.

"Serius, apa kamu lupa bagaimana kamu harus berbicara terhadap aku? Dengan tubuh yang masih lemah seperti itu, aku tidak percaya apa yang memberimu keberanian untuk menentang aku."

Dia mendesah dan menyatakan dengan nada tak percaya kemudian mengabaikan Hisui dan berpaling kembali untuk menonton drama tayangan ulang di televisi.

Mengoperasikan remot kontrol dengan berpengalaman, dia benar-benar bertindak sesantai seolah-olah dia berada dirumahnya sendiri.

Hisui dalam diam menahan rangkaian perlakuan yang tidak layak ini sambil merenungkan situasinya.

Mencoba bertindak keren dalam saat yang langka dan bahkan membuat sebuah ultimatum keren... dia berakhir dikalahkan dalam sekejap.

Sentilan jari yang pertama pada kepalanya membuat dia pusing, kemudian sebuah pukulan pada usus dan sebuah tendangan datang tanpa dia bisa melakukan perlawanan apapun. Akhirnya, dia dilucuti pakaiannya.

Perlakuan tingkat ini sepenuhnya pada dimensi yang berbeda.

Meski demikian, inilah tepatnya kehidupan sehari-hari yang dia dulu berbagi dengan Miraluka.

Itu benar... Hisui mengingatnya.

Dia lebih menggoda daripada Mei, lebih tanpa ampun daripada Eruru, lebih cerdas dan tajam daripada Kirika, lebih sulit dipahami daripada Touko, lebih gesit dan lebih cepat daripada Rangetsu.

Lebih jauh lagi, dia bahkan lebih ganas dan tak masuk akal daripada Rushella.

Inilah tepatnya wanita yang dia terbiasa tinggal bersama.

"...Aku hanya ingin bertanya, darimana sih kamu? Aku tau aku tidak bisa mengalahkanmu dan itu juga jelas bahwa kamu punya kemampuan tingkat vampir."

Dalam hal apapun, menggunakan kekuatan adalah sia-sia. Hisui bertanya dengan wajah yang tegang.

Mata terpaku pada televisi, wanita itu membalas dengan santai.

"Aku Miraluka. Kau bahkan tidak bisa mengenali orang yang membesarkanmu? Sungguh orang yang tak tau terimakasih."

"Seperti yang aku bilang! Wanita itu sudah mati! Berhenti menyinggung hal itu lagi dan lagi, ini sangat menyakitkan..."

Mengingat saat-saat terakhir Miraluka, Hisui merasa seolah-olah pisau menikam hatinya.

Adegan dari hari itu adalah satu-satunya hal yang dia tidak bisa membungkam dirinya sendiri, apalagi melupakan.

"Vampir mungkin memiliki kehidupan yang abadi, tetapi mereka bukan tidak bisa dihancurkan. Itulah yang dia ajarkan padaku. Meskipun Leluhur Sejati memiliki vitalitas yang sangat kuat, mereka juga memiliki semua kelemahan dari para vampir biasa justru karena mereka adalah nenek moyang para vampir. Secara khusus, mereka takut sinar matahari dan salib. Ini adalah sebuah aturan yang tak tergoyahkan bahwa tak ada Leluhur Sejati yang bisa lepas. Saat itu, perantara pemblokir cahaya milik Miraluka sudah melewati batas waktunya. Dan tak ada waktu untuk menerapkan ulang. Karena dia sibuk dengan melakukan kompresi dada padaku."

"....."

"Itu sebabnya dia berada dibawah sinar matahari secara langsung dan melampaui batasnya. Tubuhnya berubah menjadi abu dan tersebar. Dalam keadaan seperti itu, bagaimana mungkin dia mati dan bangkit kembali?"

Itu adalah kenangan yang Hisui tidak ingin mengingat kembali.

Namun teringat itu sekarang, yang bisa dia rasakan adalah keputusasaan tanpa ujung dalam hatinya.

Dibawah kondisi itu, seorang vampir tidak mungkin bisa bertahan hidup.

"Hmm.... Yah, itu bukannya tidak logis bagimu untuk berpikir seperti ini."

"Apa maksudmu, bagiku untuk berpikir seperti ini? Itu adalah kenyataan yang aku saksikan dengan mataku sendiri. Sekarang apa, kau mengatakan kau punya alasan yang bisa meyakinkan aku?"

Mendengar nada suaranya yang menantang, akhirnya wanita itu memalingkan tatapannya dari televisi.

"Itu adalah cerita yang panjang."

"Cepat katakan padaku. Aku akan mendengarkan semuanya dengan sabar."

"Dalam kenyataannya, aku hidup. Selesai."

Meringkas dalam beberapa detik, dia berpaling kembali ke televisi lagi.

"...Hei, itu terlalu singkat! Sudah kuduga, kau hanya mempermainkan aku...!?"

Hisui berdiri, mengepalkan tinjunya yang lemah dan tak berdaya, berteriak.

Kemudian sebuah suara sedingin es segera menghantam dia.

"Siapa yang mengijinkanmu untuk berdiri...? Sepertinya kamu perlu di didik ulang...?"

Hisui secara reflek meluruskan punggungnya dan duduk kembali dalam postur seiza formal.

Tubuhnya bergerak sendiri.

Bukan karena mata mistik milik vampir, hal ini telah berakar dalam perintah yang diterapkan pada semua manusia.

Seorang putra tak sanggup untuk menentang sang ibu.

Perintah ini tampaknya terukir dalam gen mereka, membuat kehendak Hisui sendiri tak berdaya, menyebabkan tubuhnya bereaksi terlebih dulu secara otonomi.

Hisui memahami samar-samar.

Bahwa Miraluka, kecantikannya adalah sesuatu yang tidak ada sihir, tidak peduli seberapa tinggi tingkatnya, bisa menciptakan.

Dikatakan bahwa banyak seniman telah meminta dia untuk menjadi model mereka, tetapi kecantikan agung dan tak terjangkau ini berarti bahwa dia adalah seorang wanita yang menghancurkan karir banyak seniman.

Mereka semua berakhir menghancurkan kuas mereka atau memutilasi diri dengan pahat mereka.

Miraluka sepertinya pernah membual tentang hal ini ketika dia sedang mabuk. Sejujurnya, itu sama sekali tidak terdengar seperti kebohongan.

Tetapi dalam hal itu, maka wanita ini, yang tampak identik dengan Miraluka—

"....Maukah kau dengan murah hati menjelaskan lebih jelas, Onee-sama?"

Hisui berkompromi dan berbicara dengan wajah kaku dan nada yang hati-hati.

Bagaimanapun juga, bertindak lebih rendah hati adalah satu-satunya cara untuk membuat kemajuan sekarang ini.

"Sepertinya kamu akhirnya ingat bagaimana kamu seharusnya berbicara. Cepat pakailah pakaianmu. Berapa lama lagi kamu akan memaksaku untuk memandang tubuh kurus dan lemah milikmu itu?"

"Kau adalah orang yang melucuti aku terlebih dulu, oke..."

"Apa yang kau katakan?"

"Bukan apa-apa."

Hisui berpaling dan mengenakan pakaiannya. Kemudian duduk dibantal disamping meja rendah, dia mengistirahatkan dagunya pada tangannya, berniat untuk mendengarkan cerita.

"Jadi... Apa sebenarnya yang terjadi?"

"Karena aku seorang Leluhur Sejati."

"Bukan, aku sudah tau itu..."

"Mereka yang dikenal sebagai Leluhur Sejati masing-masing memiliki kekuatan unik. Apa kamu masih ingat?"

"....Ya."

Sejak usia dini, Hisui telah mempelajari banyak pengetahuan tentang para vampir melalui berbagai berita menarik dari obrolan dan percakapan.

Meskipun legenda tentang para vampir sangat bervariasi, mereka semua memiliki fitur umum dari merubah orang-orang menjadi vampir yang mereka hisap darahnya, atau menggunakan mata mistik. Vampir juga memiliki berbagai kekuatan unik individual pada mereka.

Contohnya, mengubah tubuh mereka menjadi kabut, berbagi indera tertentu dengan hewan seperti kelelawar, membuat tubuh nyata mereka menghilang dan segala macam transformasi—Kemampuan ini tidak dimiliki oleh semua vampir.

Kemampuan khusus ini hanya diturunkan dari orang tua pada anak dan dari tuan pada pelayan.

Dengan kata lain, kehadiran kekuatan tersebut bergantung pada nenek moyang garis keturunan vampir mereka—Sang Leluhur Sejati.

"Kekuatan semacam ini berada pada tingkat yang berbeda secara mendasar untuk Leluhur Sejati ketika dibandingkan dengan keturunan atau pelayan. Tetapi bahkan Leluhur Sejati tidak bisa memiliki setiap kekuatan khusus. Dan masing-masing garis keturunan hanya bisa memiliki satu kemampuan... Bukankah itu benar?"

Hisui mengingat pengetahuan teoritis yang sepenuhnya tidak berguna dalam kehidupan sehari-hari yang biasa.

Meskipun dia tidak mempelajarinya secara sengaja, pengetahuan ini sudah terukir dalam pikirannya dari perendaman reguler dan kontak.

"Tepat. Dalam kenyataannya, aku sudah pasti tidak bisa berubah menjadi kabut, ataupun mengalami transformasi. Dalam hal itu, biarkan aku bertanya padamu, apa kekuatan khususku?"

"Bagaimana bisa aku tau? Aku tidak pernah mendengar kau menyebutkannya meskipun sudah lama kita tinggal bersama-sama."

"Memang, bagaimanapun juga, dimasa lalu, aku juga tidak tau."

"...Hei."

"Aku tidak tau sampai saat tertentu itu. Saat tertentu itu adalah ketika kehancuran sudah dekat."

Hisui tercengang.

Saat-saat yang Miraluka maksudkan pasti ketika tubuhnya runtuh dan berubah menjadi abu dan debu.

Bagaimana dia bisa lolos dari nasib kehancuran yang tak bisa dihindari itu?

"Lalu apa kemampuan khususmu...?"

"Dinyatakan dalam kata-kata, itu sederhananya. Regenerasi ultimate."

"Semua vampir punya regenerasi, kan!? Bahkan bagi Leluhur Sejati, mereka memiliki tingkat tertinggi dibandingkan vampir yang lain. Tetapi meski begitu, itu tidak mungkin bisa mengatasi kelemahan... Itu tidak bisa mengatasi sinar matahari, kan?"

"Memang. Dibakar oleh sinar matahari, bahkan aku akan hancur tetapi aku bisa bertahan lebih lama daripada mereka. Dan justru karena tubuh tangguh ini yang menyelamatkan aku."

".....?"

"Tubuhku benar-benar runtuh dan tersebar oleh angin, tetapi saat itu, didalam tubuhku... bagian yang bisa dianggap sebagai inti tidak sepenuhnya terbakar oleh sinar matahari. Oh yah, meski begitu, itu hanya durasi yang singkat. Tetapi tepat selama jeda waktu yang singkat itu, aku memperoleh darah segar."

Kata sederhana ini sangat menyakinkan bagi Hisui.

Bagi vampir, darah adalah sumber kekuatan.

Bahkan ketika terbakar oleh sinar matahari, diambang kehancuran, selama darah bisa didapatkan, kebangkitan pasti memungkinkan.

"Tetapi... tubuhmu hampir berubah menjadi abu sepenuhnya dan tersebar dalam angin, kan? Bagaimana bisa kau mendapatkan darah? Apa angin tersebut membawakan darah untukmu?"

"Kamu setengah benar. Itu adalah para pelayanku yang setia yang membawakan darah untukku."

"Huh!?"

"Burung dan serangga... mahluk yang tak terhitung jumlahnya terbang di langit. Mereka membawakan aku darah. Itu memalukan bahwa kelelawar tidak aktif selama siang hari dan tidak ikut serta."

Dia berbicara menghibur.

Ratu ini, mampu mengubah semua mahluk menjadi pelayannya, matanya memancarkan cahaya merah.

"Mata mistik....? Bukan, kau tidak akan bisa menggunakannya dalam keadaan itu... Apa kau menjinakkan mahluk-mahluk itu sebelumnya....?"

"Itu akan menjadi pemikiran yang bagus untuk mempersiapkan mereka terlebih dulu sebagai tindakan pencegahan terhadap keadaan darurat. Dalam kenyataannya, banyak vampir menggunakan kelelawar sebagai familiar. Tetapi aku sedikit berbeda dengan mereka. Aku menyebutkannya barusan, ini adalah kekuatanku. Ketika diambang kematian, hampir kehilangan akalku sendiri, semua eksistensi disekitar akan secara otomatis menjadi pelayanku untuk membawakan aku darah segar. Ini adalah sebuah kekuatan yang sepenuhnya tak berguna kecuali ketika berada pada ambang kematian, namun sebuah kekuatan hanya ada untuk mempertahankan kehidupan abadi."

Hisui akhirnya mengetahuinya.

Ini bukanlah omong kosong yang mustahil.

Pelayan yang setia memainkan peran penting dalam keabadian dari vampir. Mempersiapkan sarana untuk mengisi darah segar yang diperlukan bagi mereka.

Namun, kehidupan ini tak terduga.

Wanita yang disini memiliki kekuatan ultimate untuk mempertahankan kehidupan yang abadi, kekuatan untuk bertahan hidup bahkan dalam situasi abnormal dan tak terduga ini.

Tetapi hal itu tidak mahakuasa.

Seperti yang dia katakan, jika para utusan membawa darah terlambat sedikit, dia pasti telah berubah menjadi debu, menghilang dalam atmosfer.

Meskipun kata "keajaiban" terasa sangat salah untuk diasosiasikan dengan para vampir yang hidupnya dikutuk, tak ada kata yang lebih baik untuk mendeskripsikan apa yang terjadi pada hari itu.

"....Apa yang kau katakan masuk akal. Tetapi.... kenapa kau tidak kembali dengan segera?"

Hisui bertanya dengan tidak senang.

Tanpa menyadarinya, nada suaranya terdengar seperti sebuah rengekan anak kecil meminta untuk dimanjakan.

"Apa boleh buat. Bagaimanapun juga, tubuhku sudah babak belur dan hancur. Dengan susah payah, aku akhirnya meregenerasi kepala dan tubuhku, tetapi terbaring menyedihkan tergeletak ditanah, hanya bisa merayap seperti cacing. Akhirnya, aku berhasil merangkak ke tempat yang aman dari sinar matahari tetapi tidak bisa bergerak lagi setelah itu. Lalu aku menyuruh hewan diarea itu untuk membawakan aku darah segar. Beruntungnya, ada sungai darah yang berlimpah di sebuah zona perang, tetapi kualitasnya sangat mengerikan. Waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan seluruh tubuhku membutuhkan waktu yang lama. Jika aku bukan seorang Leluhur Sejati, hal itu kemungkinan besar akan membutuhkan sebanyak seratus tahun. Setelah aku mendapatkan kembali mobilitas bebas, pemulihan penuh membutuhkan waktu lebih lama. Ditambah fakta bahwa kedua negara terisolasi pada saat itu, kembali ke jepang benar-benar membutuhkan upaya yang besar. Setelah hidup lebih dari dua ribu tahun, aku benar-benar tidak pernah semenderita ini."

Dia mendesah seperti seorang manusia.

Wajah cantiknya juga tampak menjadi gelap, tertutup oleh pengalaman-pengalaman itu.

Meskipun menjadi seorang Leluhur Sejati, setelah dibakar sampai mendekati kematian oleh sinar matahari, pemulihan penuh akan membutuhkan banyak waktu dan energi yang sesuai.

"Selain itu, proses regenerasinya benar-benar sebuah cobaan yang cukup menyedihkan. Aku menganggap diriku seseorang yang telah mengalami cobaan dan kesengsaraan, tetapi hari-hari itu benar-benar tak terpikirkan. Yang paling hina dari semuanya, burung nazar bahkan mematuk aku, memperlakukan aku seperti mayat. Aku tidak pernah menduga sesuatu seperti itu akan terjadi padaku suatu hari."

"Berhenti membuat aku kehilangan nafsu makanku tepat sebelum makan malam! Simpan saja rinciannya untuk dirimu sendiri!"

"Kamu adalah yang menanyai aku. Bertahan hidup dalam lingkungan yang keras itu dan memulihkan diri seperti baru diperlukan menderita rasa sakit dan menghabiskan waktu yang sesuai."

Miraluka membantah dia secara acuh tak acuh. Hisui tak punya pilihan selain mengubah arah pertanyaannya.

"Lalu... bagaimana dengan baru-baru ini? Karena kau selamat dan kembali ke kota, kenapa kau tidak datang padaku secara langsung? Tetapi... Umm... dari cara semuanya yang terlihat, doppelganger ketua kelas adalah kelakuanmu, kan? Dan ketika festival olahraga berakhir dan kau datang untuk mencari aku, tidak bisakah kau menjelaskan semuanya padaku secara langsung... kemudian pulang bersama-sama...?"

Meskipun pertanyaan tersebut retoris, nada suara Hisui sangat lemah dan tidak berniat menegur.

Bagaimanapun juga, dia hampir tidak memiliki keraguan tentang wanita didepan matanya sekarang.

"Disaat sebelumnya, aku hanya ingin melihatmu, itu saja. Meskipun aku bisa bergerak, karena terik sinar matahari, kulitku sangat terluka dan rusak, memalukan untuk ditunjukkan pada orang lain. Itu juga sebabnya aku mengenakan pakaian yang menutupi kulitku sepenuhnya. Aku tidak mau kamu melihatku dalam keadaan seperti itu. Namun, aku sekarang seperti yang kamu lihat disini."

Memamerkan, dia melepaskan tali bahu dari kamisolnya untuk mengungkapkan kulit yang sehalus gading yang dipoles.

"...Aku tidak peduli tentang hal semacam itu, oke? Selain itu, itu adalah kesalahanku juga."

"Jangan lupa bahwa aku adalah seorang wanita, kau tau? Harap sedikit mempertimbangkan perasaanku."

Dia tersenyum menggoda pada Hisui.

Bahkan jika tubuhnya dipenuhi luka, sudah pasti hanya dengan menggunakan wajah cantik miliknya, dia pasti akan membuat dirinya sendiri dalam suatu nilai posisi.

"...Bagaimana dengan ketua kelas? Jangan bilang kau hanya melakukan itu untuk menghabiskan waktu atau aku akan menusukmu dengan Tzara Blade, oke?"

"Coba saja jika kau bisa."

Melihat sikap angkuh Miraluka, Hisui menyadari dia telah salah bicara.

Ya, sudah pasti tidak ada kesempatan untuk menang.

"....ngomong-ngomong, ini adalah sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Saat itu, meskipun aku kembali ke jepang, aku masih belum memutuskan apakah menemui kamu atau tidak."

"....Huh?"

"Kamu sudah berusia enam belas tahun. Itu tidak seperti kamu tidak bisa hidup sendiri. Selain itu, aku sudah meninggalkan banyak uang padamu. Dalam hal itu... tidak melihatmu lagi akan baik-baik saja. Aku sudah hancur.... itu sudah bisa dianggap sebagai perpisahan."

"....."

Mungkin begitu.

Hisui telah merasakan ini samar-samar.

Dalam beberapa tahun lagi, dia akan menyusul penampilan luar Miraluka.

Dia akan menjadi tua secara bertahap sementara Miraluka tetap selamanya muda dan cantik.

Hal ini akan menyebabkan orang-orang sekeliling akan menjadi curiga.

Bahkan jika mereka bersembunyi dari orang lain dan tetap didalam ruangan, bagi para vampir, ada batas paling tinggi untuk seberapa lama mereka bisa tinggal di satu tempat.

Bahkan tanpa perpisahan yang tiba-tiba terakhir kali, suatu hari, mereka berdua harus berpisah pada akhirnya.

"...Namun, pada akhirnya aku masih khawatir. Apakah kamu telah kembali dengan aman ke negara ini, apakah kamu telah memasuki SMA... aku ingin tau. Kamudian menyimpang dari caraku untuk mengunjungi kamu dari jauh... Apa-apaan ini? Tinggal bersama seorang vampir, mendapati seorang manusia buatan menempel padamu, dipukuli oleh seorang dhampir, terlibat dengan seorang gadis seperti penyihir, akhirnya bahkan seorang werewolf ada disekitarmu. Selama aku pergi, apa sebenarnya yang telah kau lakukan?"

"...ya, apa sebenarnya yang terjadi disini?"

Setelah seseorang menunjukkan itu secara tiba-tiba, Hisui sendiri benar-benar bingung juga.

Meskipun ada vampir tinggal di rumah ini sejak lama, maka menghasilkan pengetahuan yang kaya, Hisui hampir tak pernah memiliki kontak langsung dengan entitas supranatural.

Namun, sejak masuk SMA, pengalamannya tiba-tiba melonjak drastis, jauh melampaui tingkat ketika dia tinggal dengan Miraluka.

"Dan aku tidak bisa percaya kau bahkan mendapati darahmu dihisap oleh vampir. Aku yang paling mengetahui konstitusimu. Tipe konstitusi itu memiliki batasnya sendiri. Atau mungkin... itu adalah fetismu?"

"Tentu saja bukan!"

Mendengar pertanyaan memalukan semacam itu, Hisui merasa bahwa dia harus menyangkal dengan tegas.

"...Kemudian aku memutuskan untuk melindungimu secara diam-diam dan mengamati situasinya terlebih dulu dan berakhir mengambil obat aneh itu."

"Itu adalah obat yang menyebabkan doppelganger sebelumnya, kan? Kau menggunakannya pada ketua kelas, kan? Kenapa...."

"Aku ingin menggunakan itu padamu sejak awal."

"Apa—!?"

Mengabaikan Hisui yang terkejut, Miraluka melanjutkan secara acuh tak acuh.

"Namun... Menggunakan sebuah obat yang aku pungut padamu secara langsung tidak tampak benar-benar tepat. Sehingga aku mengujinya pada seorang anak yang kebetulan melintas."

"Kau benar-benar membosankan! Ayolah, bisakah kau berhenti bertindak begitu tak terkendali, oke....?"

"Jika ada masalah yang timbul, aku akan menanganinya sendiri dengan segera. Apa kau benar-benar percaya bahwa aku tidak mampu mengurus sebuah doppelganger belaka?"

"Apakah itu masalahnya disini!?"

"Itulah masalahnya. Dan gadis itu selalu memandangimu. Juga, dia adalah yang paling normal diantara semua gadis disekelilingmu. Oleh karena itu, aku sedikit penasaran mengenai seperti apa sisi tersembunyi miliknya. Meskipun aku bisa menggunakan mata mistik untuk menginterogasi dia, tetapi untuk menemukan perasaan sejatinya, itu masih lebih baik untuk menarik keluar dan memisahkan komponen tersembunyi dalam hatinya."

"Yang benar saja...."

Hisui menggaruk kepalanya dan mengingat masa lalu dari keluarga yang nakal ini.

Memang... tipe orang seperti itulah dia sejak awal.

Tidak memperlakukan manusia sebagai makanan belaka, dia adalah tipe vampir yang menginspirasi rasa hormat.

Meski demikian, ada perbedaan yang mendasar tentang dia.

Semacam sikap yang menempatkan dirinya sendiri lebih unggul daripada manusia.... Menolak untuk dibandingkan dengan mereka sama sekali.

Pada akhirnya, dia dan manusia adalah organisme yang berbeda, sepenuhnya berlawanan. Dia tidak mengambil posisi permusuhan terbuka ataupun dia punya niat untuk berteman dengan manusia. Non-agresi, non-keterlibatan, menahan diri dari hubungan sebanyak mungkin. Tetapi ketika diperlukan, entah itu sebagai lawan atau menggunakan mereka, dia tidak keberatan sama sekali.

Kesenjangan ini timbul dari sistem nilai yang berbeda dan menjadi spesies yang berbeda.

Hisui hampir lupa.

Tinggal bersama dengan Rushella telah menyebabkan dia hampir lupa bahwa ini adalah sifat sejati seorang vampir.

"Lalu kenapa kau ingin menggunakan obat semacam itu padaku? Ketika sudah jelas kau tidak tau doppelganger seperti apa yang akan lahir?"

"Aku hanya ingin tau apakah konstitusimu berkerja secara normal atau tidak. Hal itu akan baik-baik saja setelah aku mengkonfirmasi bahwa konstitusimu masih tetap bahkan setelah doppelganger telah lahir. Tetapi konstitusi dengan kekuatan spiritual sepertinya susah untuk diuji. Aku tidak pernah menduga bahwa konstitusimu akan diambil oleh klon. Sepertinya ada ruang untuk peningkatan."

Miraluka menggelengkan kepalanya dalam cara yang sedikit serius.

Wajahnya yang mengernyit tampak seperti dari seorang ibu yang khawatir tentang anaknya. Dia adalah tipe ibu yang tidak akan pernah memanjakan anaknya dengan kasih sayang yang berlebihan atau membiarkan anaknya berada dalam bahaya, tipe ibu yang ada dalam setiap keluarga yang umum.

"Jangan mengubah orang lain menjadi bahan percobaan begitu sembrono! Berkat kau, aku hampir berhenti menjadi manusia....!"

"Itu bukan salahku, tetapi kesalahan si penipu itu, bukan? Ngomong-ngomong, tanpa aku, kau pasti telah berhenti menjadi manusia sejak lama."

"Uh, itu, umm..."

Tentu saja, Hisui tidak pernah menang dalam berdebat dengan dia.

"Meskipun prosesnya sedikit berbelit-belit, pada akhirnya, kau pulih dan si penipu itu sepertinya telah pergi, dan aku akhirnya memulihkan kondisiku. Aku hanya kembali karena kau tidak bisa ditinggalkan sendirian di rumah ini. Apa ada masalah dengan itu?"

"Banyak sekali! Ada begitu banyak hal yang salah yang bahkan aku tidak tau dimana untuk memulai!"

"Maka jangan katakan apa-apa. Selain itu, apa hak yang kau punya untuk menanyai aku ini atau itu?"

Miraluka berbaring di sofa dan membalas dengan angkuh.

Meskipun dia tidak mengangkat kepalanya tinggi-tinggi atau membusungkan dadanya secara angkuh, mata merah itu adalah tipe yang dimiliki pengguasa tertinggi yang memandang rendah pada rakyat jelata yang bodoh dibawah.

Dan cara mata itu menatap, dia tak diragukan lagi adalah keluarga yang Hisui telah tinggal bersama sepanjang hidupnya di masa lalu.

"Ngomong-ngomong, sekarang bahwa aku akhirnya pulang, ada apa dengan sikapmu?"

"Ini 90% salahmu, oke? Mengingat bagaimana kita berpisah, bagaimana bisa kau mengharapkan aku untuk mempercayaimu?"

"Benar.... Setelah semua, aku terlahir kembali dari hampir menjadi debu dan abu sepenuhnya. Sejujurnya, apakah aku sama dengan aku dari masa lalu, apakah ini adalah diriku yang sejati, aku akan mendapatkan waktu yang sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Oh Hisui, apa aku benar-benar palsu atau yang asli?"

"Bagaimana bisa aku tau? Jangan menanyai aku untuk mengkonfirmasi!"

"Bagaimana aku harus menempatkan ini? Hal ini terasa seperti novel-novel sci-fi yang manusia tulis dimana manusia ditransfer menggunakan perangkat teleportasi, sepenuhnya memisahkan tubuh menjadi partikel-partikel kemudian merekonstruksi ulang. Apakah orang yang diteleport sama seperti orang yang sebelumnya? Meskipun itu adalah tubuh yang sama, bukankah itu terhitung sebagai mati sekali? Ego yang berada didalam tubuh tersebut, apa ada kelanjutannya dengan ego yang sebelumnya? Atau mungkin aku hanya sebuah replika yang telah mewarisi ingatanku!?"

"Berhentilah membuat semuanya begitu rumit! Jangan melemparkan masalah semacam ini yang tanpa jawaban pada pelajar SMA seperti aku!"

Mendengar topik yang sangat filosofis ini, Hisui membalas dengan kekuatan penuh.

Biasanya bertindak seperti seorang ratu yang membanggakan diri, Miraluka juga akan menyinggung tipe topik yang menyebalkan ini sesekali.

Bagaimanapun juga, setelah hidup sekian lama, dia bisa dengan mudah berlagak mendalam hanya dengan sedikit akting.

"Kau memberitahu aku sebelumnya, kan... bahwa kehancuran seorang vampir berarti "kehampaan", tanpa apa-apa yang tertinggal. Karena kesadaranmu masih tetap, yah... maka itu pasti dirimu sendiri yang sebenarnya. Dan karena tidak ada kematian pada mulanya, kebangkitan keluar dari persoalan.... mengatasi kesulitan yang besar, kau berhasil bertahan hidup."

Kata-kata Hisui dimaksudkan untuk meyakinkan dirinya sendiri dan menghibur Miraluka.

Namun, dia masih belum menerima semuanya dalam hatinya dan ada banyak hal yang masih ingin dia katakan.

Tetapi orang didepan matanya bertindak sebagai bukti untuk semuanya.

Itu benar, dia tidak mungkin mati.

Seorang Leluhur Sejati yang abadi.... Mati untuk seseorang yang begitu kecil dan tidak penting seperti dia, sudah pasti mustahil.

Oleh karena itu, Hisui memilih untuk percaya.

Dia bersedia untuk percaya.

"Sepertinya kau telah mencapai sebuah kesimpulan. Tetapi Hisui, bukankah kau melupakan sesuatu yang penting?"

"....Apa?"

Miraluka menatap dia dalam diam, menyebabkan Hisui memalingkan tatapannya tanpa sadar.

Tetapi mata merahnya tidak bisa ditipu.

Oleh karena itu, Hisui menyerah melawan dan menatap dia sekali lagi.

Menatap wajah Miraluka yang sempurna tanpa cacat, dengan sedikit emosi merajuk, dengan sedikit ekspresi lelah, dengan sedikit sukacita pada wajah Hisui... Sebuah sapaan keluar dari bibir Hisui.

"Selamat datang kembali."

Miraluka telah menunggu sekian lama untuk ini dan dia tersenyum menggoda.

"Aku pulang."

※ ※

Hari ini, SMA Seidou sedang open house dimana para orang tua diundang untuk berkeliling dan mengamati pelajaran.

Menghadap papan tulis, para siswa tampak lebih serius daripada biasanya.

Guru wali kelas berpura-pura tenang saat menulis di papan tulis. Gerakan demi gerakan.

Para orang tua duduk di bagian belakang ruang kelas bisa dikatakan sebagai tamu sebenarnya hari ini.

Sebagai "wali", para pengunjung tidak terbatas pada para ibu.

Ayah dari keluarga single-parent, kakak laki-laki atau kakak perempuan atau bahkan kakek-nenek yang berkunjung.

Bisa dikatakan, di kelas Hisui, semua pengamat adalah perempuan. Menilai dari wajah dan penampilan mereka, tak perlu ditanyakan lagi bahwa mereka semua adalah ibu-ibu.

Dengan satu pengecualian.

Dia duduk di tengah-tengah area tempat duduk, lengan disilangkan, mendengarkan pelajaran dengan serius.

Bahkan tanpa memakai make up, kecantikan alaminya bukanlah sesuatu yang ibu manapun bisa bersaing.

Namun hari ini, dia secara khusus mendandani dirinya sendiri, bahkan mengenakan gaun formal.

Wajahnya adalah yang termuda diantara para orang tua, namun dia masih memakai make up dengan cermat dan sedikit berlebihan dalam berpakaian.

Sepertinya, dia punya beberapa kesadaran tentang kecantikannya yang luar biasa dan memakai kacamata hitam untuk menutupi. Tetapi sejujurnya, itu tidak berarti.

Para anak laki-laki sudah jelas tidak bisa mengabaikan dia. Bahkan para gadis terus melirik kebelakang dari waktu ke waktu, menghasilkan kurangnya suasana pembelajaran dalam kelas daripada biasanya.

Duduk di barisan terakhir, Hisui akhirnya mencapai batas dari toleransinya dan berbalik pada wanita dibelakang dia.

"....Kenapa kau ada disini?"

Pelajaran baru saja dimulai beberapa menit dan Hisui sudah lesu. Namun, Miraluka dengan angkuh membusungkan dadanya, menekankan payudara besar itu, dan menjawab:

"Aku telah tiba."

"Tak ada yang memintamu!!"

Teriakan Hisui berkumandang didalam ruang kelas. Kemudian merendahkan volumenya, dia menanyai Miraluka dengan pelan.

"Kenapa kau datang!?"

"Pemberitahuan open house ada diatas meja. Bukankah itu sesuatu yang seharusnya kamu tunjukkan pada orang tuamu?"

"...Aku seharusnya membuangnya."

"Apa masalahnya? Aku tidak bisa menghadiri upacara penerimaan, sehingga aku harus tampil pada open house setidaknya."

"Tidak diperlukan... Aku sudah mengatakannya dulu ketika SMP dimulai, kau tidak perlu datang ke acara-acara semacam ini!"

"Apa, aku ingat dari SMP ketika aku berkunjung pertama kali. Teman-teman laki-lakimu mengatakan sesuatu seperti 'jika aku punya mama seperti itu, itu sudah pasti akan baik-baik saja! Ngomong-ngomong, apa itu mamamu!? Apa kau yakin dia bukan kakakmu!?' Apakah itu menyebabkan kamu trauma mental?"

Miraluka memiringkan kepalanya sambil menggali kenangan gelap Hisui.

Wajah Hisui menjadi begitu merah sampai gemetaran.

"Aku telah mendengar bahwa anak laki-laki dalam masa pubertas selalu mulai mengenali keluarga sebagai anggota dari lawan jenis. Apa itu mengacu pada hal ini? Sehingga aku mengerti itu adalah kesalahanku karena cantik."

Miraluka menggeleng dengan megah.

Jika orang lain yang mengatakan ini, mereka tak diragukan lagi seorang yang narsis, tetapi untuk dia itu adalah kebenaran yang tak terbantahkan dan sulit untuk ditolak.

Orang tua sebelah tidak bisa menahan untuk menonton Hisui yang menyedihkan tak bisa membalas dan menginterupsi:

"Permisi.... anda sudah pasti terlihat muda. Bolehkah saya bertanya... anda apanya Kujou-kun....?"

Orang tua itu tidak yakin bagaimana untuk menyebut dia. Miraluka tersenyum ramah dan melepaskan kacamata hitamnya.

"Saya ibunya."

"B-B-B-B-Bu-Bukan, itu sudah jelas tidak benar!!"

Hisui membantah dengan keras dan tegas.

Tanpa diragukan lagi, dia memainkan peran dari ibu tetapi hal itu akan merepotkan untuk melanjutkan pembicaraan.

"Tunggu, Hisui, bukankah ibu tiri bisa diterima?"

"Yah... Hmm, aku rasa..."

"Eh, Kujou-kun, orang tuamu sudah meninggal....?"

Tetangga Hisui, Reina, bertanya dengan khawatir.

Hal ini menempatkan Hisui dalam sebuah sebuah dilema.

Para orang tua dan teman sekelas semuanya menatap Miraluka, mencoba untuk menentukan hubungan mereka.

Miraluka secara terbuka menerima tatapan mereka dan tersenyum menggoda.

"Saya adalah istrinya♪"

"TENTU SAJA BUKAN."

Hisui membantah dengan kuat.

Sial sial sial sial sial sial, super sial.

Keluarga semacam ini tak berguna.

"Jangan membuat pernyataan yang mengejutkan seperti itu! Selain itu, aku hanya berusia enam belas tahun! Aku belum bisa menikah!"

"...Lalu bagaimana dengan tunangan atau kekasih?"

"Bisakah kau menemukan sudut yang berbeda!? Juga aku serius, bisakah kau pulang!?"

"Beliau benar-benar orang yang menarik.... aku menduga bahwa beliau adalah kerabatmu, sema seperti Draculea-san?"

Reina dengan tenang mengamati reaksi dari orang-orang sekeliling dan menawarkan bantuan.

Melihat penampilannya yang khawatir, Hisui memutuskan untuk berjalan dengan kesalahpahaman Reina.

"Ya.... Seperti gadis itu, kerena tinggal di luar negeri, dia tidak terlalu berpengetahuan tentang pemahaman umum di jepang.... kan?"

Hisui buru-buru menunjuk dengan matanya, meminta Miraluka untuk bermain bersama.

Dengan sebuah penampilan tak menerima, Miraluka akhirnya memalingkan wajahnya kesamping dan menjawab:

"....saya kakaknya."

"Ya... nah, mari kita berhenti disitu."

Jawaban ketiganya akhirnya menjadi yang paling normal dan relatif benar.

Suasana abnormal ruang kelas akhirnya menghilang. Guru wali kelas Horie Jyuri menepukkan tangannya secara ringan untuk mendapatkan perhatian semua orang.

"Oke, semuanya tolong fokus pada pelajaran. Aku tau bahwa kalian semua gugup karena para ibu berkunjung tetapi justru karena itu kalian harus memperhatikan pada pelajaran seperti biasanya. Aku juga mengerti bahwa Kujou-kun sangat dekat dengan kakaknya yang cantik, tetapi tolong putarlah kepalamu kesini."

"Ya...."

Diperlakukan dan diingatkan seolah-olah dia adalah seorang siswa SD, Hisui tidak punya pilihan selain meninggalkan Miraluka, kembali ke tempat duduknya dan menghadap papan tulis.

"Ya, guru itu sangat benar. Aku bisa memahami bahwa kau gugup kerena aku disini, tetapi kau harus mengatasi dirimu sendiri dan berusahalah yang terbaik."

"...Bisakah kau pergi?"

Mengabaikan permohonan Hisui, Miraluka terus tinggal dan menolak untuk pergi.

Ketika Jyuri menanyakan pertanyaan, Miraluka bahkan menunjuk main-main pada Hisui, mengatakan "Dia ingin menjawab." Hisui berakhir memberi jawaban yang salah tetapi Miraluka terkikih mengejek.

Oleh karena itu, sepanjang pelajaran, Hisui merasa seperti dia tengah duduk diatas jarum dimana setiap detik seperti keabadian.

Ketika pelajaran akhirnya berakhir, penderitaannya masih berlanjut.

Karena itu adalah open house untuk orang tua tahun pertama hari ini, sepulang sekolah semua kegiatan klub dihentikan. Secara teori, para siswa semuanya seharusnya pulang setelah pelajaran berakhir. Namun, sebuah klub tertentu yang belum disahkan oleh sekolah, bahkan tidak layak untuk menjadi kelompok hobi, tidak berada dibawah pembatasan semacam itu.

Sepulang sekolah, Hisui pergi ke tempat lama yang sama—ruang kelas kosong.

Tetapi tak seperti biasanya ketika dia akan duduk malas-malasan, dia berlutut secara formal dilantai dalam postur seiza.

Berdiri didepan dia adalah Mei dan Eruru, lengan disilangkan, menatap kearah dia.

Menangkap Hisui sepulang sekolah tepat saat dia berniat untuk segera pulang, mereka menyeret dia kesini.

Draculea V05 - BW01.jpg

".....Apa tepatnya yang terjadi disini, Hi-kun? Aku tidak percaya kamu bertukar tatapan genit dengan perempuan lain selain aku. Siapa sebenarnya wanita itu!?"

"Aku tidak peduli tentang dengan siapa kamu bertukar tatapan genit, tetapi kenapa dia datang kesini? Dan mengamati pelajaran sebagai walimu, apa dia memperlakukan aku seperti udara?"

Sambil menegur Hisui, sikap kedua gadis itu sama sekali berbeda, seperti es dan api.

Kirika dan Touko, yang tidak melihat Miraluka disekolah secara langsung, mengamati dari belakang kedua gadis itu dengan khawatir.

"Uh, umm, yah... aku mengerti bagaimana perasaanmu, selain apa yang Sudou katakan tentang tatapan genit. Ngomong-ngomong, bisakah aku duduk? Akhir-akhir ini aku telah banyak diperlakukan dengan cara ini, sehingga truma mentalku belum sembuh..."

"Hi-kun... apa kamu memahami posisimu?"

"Apa kamu punya semacam konstitusi dimana kamu tidak tau bagaimana kamu harus berbicara tanpa sebuah pistol dalam titik mati di wajahmu?"

Mei meraih Hisui dengan sebuah senyum sementara Eruru tanpa ekspresi mengarahkan laras Argentum pada dia.

Wajahnya menjadi pucat, Hisui buru-buru mengangguk dan memberi penjelasan kasar tentang kembalinya Miraluka.

Sepanjang penjelasannya, Mei menunjukkan wajah yang tidak senang semantara Eruru merenung tanpa ekspresi. Kirika dan Touko bertukar tatap.

Setelah dia selesai, Hisui menatap secara gelisah pada para gadis tetapi mereka tetap diam.

"Umm, apa kamu punya pertanyaan?"

"...Hi-kun, kamu mempercayai dia hanya karena wanita itu berkata demikian?"

Mei adalah yang pertama berbicara, ragu-ragu.

Ini mungkin pertanyaan utama dalam pikiran semua orang. Tentu saja, Hisui menduganya juga.

"Yah, tentu saja aku tidak segera mempercayai dia. Meskipun penampilannya sempurna pada permukaan, aku awalnya berpikir bahwa dia mungkin akan membuat kesalahan jika kami tinggal bersama untuk sementara waktu. Namun...."

"Namun?"

"Dia tanpa diragukan lagi... adalah wanita itu. Dia yang asli. Aku sudah menanyai dia banyak hal dari masa lalu, mengenai hal-hal yang hanya kami berdua yang tau... dia menjawab semuanya dengan benar. Dan setelah tinggal bersama dia selama beberapa hari, aku sudah memahami. Dia adalah Miraluka. Bahkan jika itu adalah seseorang yang menyamar.... ini adalah sebuah penyamaran yang aku tidak bisa membedakan dari yang asli."

Hisui menggelengkan kepalanya dengan ringan dan mendesah.

Melihat ekspresinya yang tenang dan yakin, Mei tidak mengejar masalah tersebut lebih jauh lagi.

"—vampir memiliki kekuatan hidup yang tangguh. Dan kekuatan kehidupan dari Leluhur Sejati jauh melampaui alam pemahaman kita. Untuk pergi lebih jauh lagi, jika vampir yang bernama Miraluka itu mengatakan kebenaran, maka kekuatan regenerasinya kemungkinan besar adalah yang tertinggi diantara para vampir... Kebangkitan tidak sepenuhnya mustahil."

Eruru menambahkan untuk melengkapi apa yang Hisui katakan.

Wajah Mei dan Kirika tampaknya membawa beberapa keraguan yang tersisa tetapi Eruru mengabaikan mereka dan melanjutkan.

"Hubunganmu dengan vampir itu bukanlah urusanku. Aku bahkan bisa mengatakan bahwa aku tidak peduli apakah dia asli atau palsu. Meskipun aku punya keberatan terhadap serangkaian keributan sebelumnya dimana dia telah bertindak secara rahasia sebagai penyebab... Membuktikan dia bersalah bukanlah tugas yang mudah. Juga para petinggi tidak berani membuat pergerakan melawan seorang Leluhur Sejati secara sembarangan."

"Tindakan sembrono mungkin akan berakhir menjadi yang terburuk. Yah, jika itu berubah menjadi perang habis-habisan terhadap manusia, dia masih akan kalah. Tetapi sebelum itu terjadi, kerugian akan sulit untuk diperkirakan. Menurut Miraluka, dia telah membuat sebuah kesepakatan dibawah-meja dengan orang berpengaruh tertentu mengenai non-interferensi dan non-agresi..."

"Aku tidak peduli, juga. Satu-satunya masalah yang menghawatirkan aku sekarang ini adalah keberadaan Rushella-san."

Mendengar itu, wajah Hisui menjadi serius.

Mempertimbangkan perasaan Hisui, Mei dan yang lainnya tidak mengganggu.

"Munculnya vampir Miraluka didampingi dengan menghilangnya Rushella. Kamu tidak mungkin berpikir bahwa tidak ada hubungan diantara keduanya, bukan?"

Namun, bibir Eruru sangat tanpa ampun.

Mengenai pertanyaan yang semua orang ingin tau, dia langsung mengarah pada hati Hisui dan mengejar sampai yang paling dasar.

"Aku sudah menanyai dia tetapi dia mengatakan dia tidak tau Rushella dan tidak pernah bertemu sebelumnya."

"Kamu pikir kami akan percaya dia begitu saja?"

"...Aku tidak berpikir dia berbohong. Dan tak ada gunanya berbohong. Dia bukan tipe orang yang menipu atau mencari alasan.... Terutama terhadap aku. Tak ada perlunya untuk mengerahkan upaya semacam itu untuk manusia karena dia adalah seorang vampir."

Hisui berkata dengan serius.

Seperti Eruru, itu tidak seperti Hisui tidak memikirkan tentang masalah Rushella.

Ketika Miraluka baru saja kembali, dia sudah bertanya.

Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Bahkan jika dia tidak berbohong, aku tidak berpikir bahwa dia akan mengungkapkan kebenarannya begitu mudah. Kamu mendengar dia pada hari itu. Dia menyebut Rushella seorang penipu. Apa arti dari kata ini? Itu bukanlah cara seorang Leluhur Sejati menyebut yang lain, kan?"

Eruru menanyakan pertanyaan satu per satu.

Miraluka telah dengan tajam mempertanyakan asal-usul Rushella yang bahkan Rushella tidak tau.

"Jika Rushella benar-benar seorang Leluhur Sejati, maka dia seharusnya pernah bertemu ibu angkatmu beberapa kali, kan? Mengesampingkan Rushella yang telah kehilangan ingatannya, orang tuamu seharusnya mengenali dia."

Eruru menekankan masalah ini, tidak membiarkan keheningan.

Hisui mengalihkan tatapannya dan menjawab sedih.

"...Aku menanyakan ini juga. Aku menanyakan sebuah pertanyaan tentang Leluhur Sejati, sebuah pertanyaan yang aku tidak tertarik mengetahuinya sepanjang waktu sampai sekarang."

"Sungguh menarik. Beritahu aku."

Eruru terdengar sangat sopan tetapi sikapnya sebenarnya hampir seperti mengeluarkan sebuah perintah.

Hisui mendesah ringan dan merincikan apa yang Miraluka telah katakan pada dia tentang kebenaran dari Leluhur Sejati.

"Leluhur Sejati... berjumlah total dua belas. Dengan kata lain, garis keturunan para vampir bisa dibagi kedalam dua belas cabang utama. Namun, orang tuaku tidak punya kerabat darah maupun pelayan. Adapun untuk sebelas garis keturunan yang lain, mereka telah kehilangan banyak pengaruh dan Leluhur Sejati mereka sepertinya telah hancur semuanya."

"...Dari cara itu terlihat, itu akan menjadi sebuah kontradiksi jika Rushella-san benar-benar seorang Leluhur Sejati. Jelas-jelas selain ibu angkatmu, semua Leluhur Sejati yang lain telah tidak ada."

"Sehingga dari sudut pandangnya, Rushella menjadi seorang 'penipu'. Miraluka juga mengatakan bahwa meskipun dia tidak secara pribadi menyaksikan kematian dari Leluhur Sejati yang lain, dia kenal dengan mereka bersebelas. Rushella bukan diantara mereka. Miraluka juga merasa bahwa Rushella tidak mempunyai hubungan darah dengan sebelas yang lainnya karena tidak ada yang mirip sama sekali."

"Dalam hal itu, siapa sebenarnya Rushella-san?"

Eruru menggunakan ketegangan masa lalu.

Hal ini wajar saja.

Karena Rushella tak lagi ada disini.

Pilihan kata-kata Eruru yang disengaja membuat Hisui merasa jengkel. Dia hanya bisa menanggapi secara kasar.

"Siapa yang tau. Seorang vampir tidak penting yang menipu sebagai seorang Leluhur Sejati... senang sekarang?"

"Aku percaya bahwa kamu seharusnya satu-satunya yang paling mengetahui dia, kan? Apa dia vampir yang semacam itu?"

Setiap kata-kata Eruru mengguncang hati Hisui.

Hisui tetap diam. Orang yang lain tidak tau harus berkata apa.

Tepat saat keheningan yang berat menduduki ruang kelas tersebut, pintu tiba-tiba terbuka.

"Apa, jadi kau ternyata ada ditempat semacam ini. Membuat aku begitu lama untuk menemukanmu."

"Miraluka...!"

Miraluka telah tiba.

Sepertinya, konferensi orang tua dan guru telah berakhir saat ini.

"Sungguh waktu yang berarti yang aku punya. Jika memungkinkan, aku ingin mencoba bergabung dengan asosiasi guru orang tua itu."

"Berhenti berkedip. Tolong bisakah kau berhenti berkedip-kedip!?"

"Apa yang kamu khawatirkan? Santai, yang perlu aku lakukan adalah menatap mereka dan semua orang melakukan semua yang aku katakan."

"Ya, kau jelas-jelas menggunakan mata mistik lagi, bukan? Kau menggunakan mata mistik!?"

Hisui tidak bisa menahan kebiasaan membantahnya.

Tetapi Miraluka berpura-pura tidak mendengar dan menyapu tatapannya pada semua orang didalam ruang kelas.

"Sepertinya si werewolf tidak ada tetapi ada tambahan hantu kali ini. Berapa banyak umpan monster dari putraku disini?"

"Oh halo, aku Fuwa Touko."

Biasanya melayang-layang dengan cara yang riang, Touko berdiri diam kali ini dan menyapa.

Kehadiran mengintimidasi dari Miraluka memaksa dia untuk melakukannya tanpa sadar.

Meski demikian—ketiga gadis yang lain menatap Miraluka dengan ekspresi yang rumit.

Dihadapkan dengan permusuhan dan kecurigaan, Miraluka tetap tak terpengaruh, tersenyum dan berpaling kearah para gadis.

"Boleh aku menyimpulkan... bahwa kalian adalah teman-teman Hisui? Terimakasih telah mengurus dia setiap hari."

Meskipun pilihan kata-katanya sopan, nada suaranya masih angkuh seperti biasa.

Bagaimanapun juga, dia sudah bertarung dengan semua orang yang ada disini kecuali Touko, bahkan jika hanya sebuah pertempuran singkat.

Oleh karena itu, Eruru yang pertama kali bertindak.

Melangkah maju seolah-olah untuk melindungi Hisui, dia menghadap Miraluka.

"Aku punya beberapa hal untuk ditanyakan padamu. Aku akan sangat menghargainya jika kau bisa ikut dengan aku."

"Bagaimana kalau aku mengatakan tidak?"

Eruru menjawab dengan menempatkan jarinya pada pelatuk Argentum.

Dia bertekad untuk menembak jika diperlukan, sebuah konflik akan meletus setiap saat—Tetapi tepat sebelum dia menembakkan sebuah peluru, Miraluka menutup jarak.

Kemudian kedua tangannya ditekankan pada wajah Eruru, Miraluka menatap dia.

"A-Apa yang kau lakukan!?"

Gerakan tak terduga tersebut sangat mengejutkan Eruru.

Tetapi Miraluka mengabaikan dia dan terus memeriksa penampilan Eruru.

Akhirnya, dia mengangguk seolah-olah memahami sesuatu.

"Kau pasti putrinya John, bukan?"

"Ap...."

Eruru membatu. Argentum jatuh ke lantai.

Melihat reaksi Eruru yang tidak biasa, Hisui dan yang lainnya mendapati itu cukup tak bisa dipercaya. Tetapi Miraluka tidak peduli.

"Sudah kuduga.... Aku mengerti sekarang. Bahkan pria itu menjadi seorang ayah. Aku hanya tau dia adalah seorang yang bejat tetapi tidak pernah menyangka dia untuk melahirkan seorang anak dengan manusia."

"D-Diam! Pria semacam itu, pria semacam itu bukanlah ayahku...!"

"Apa yang kau bicarakan? Matamu sangat identik dengan miliknya. Jika kau benar-benar tidak mirip dia, bagaimana bisa aku mengenalinya?"

"O-Omong kosong....! Aku tidak punya ayah....!!"

"Jangan mengatakan sesuatu yang begitu menghancurkan hati. Meskipun tubuh bagian bawah ayahmu sedikit tak terkendali, dia adalah seorang pria yang cukup jujur dalam hal lain. Pasti ayahmu telah memanjakanmu dengan penuh kasih sayang."

Miraluka tersenyum dan mengangkat Eruru, dengan mudah mengangkat dia pada bawah lengannya.

Kemudian seperti bermain dengan anak kecil, dia melempar Eruru ke udara dan menangkapnya.

"H-Hentikan ini sekarang. Turunkan aku sekarang!"

"Jangan bersikap begitu jauh. Ayahmu dan aku bisa dianggap teman lama. Dia dulu tergila-gila padaku juga."

"Sungguh sebuah hubungan yang benar-benar mengerikan yang tidak bisa lebih mengerikan lagi...."

Menyadari perasaan Eruru, Hisui menggelengkan kepalanya dengan sedih.

Sepertinya dia bukanlah satu-satunya korban yang menderita di tangan Miraluka.

"Aku mendapati dia sangat menjengkelkan, sehingga aku memukuli dia dan pergi. Untuk berpikir dia selamat, sungguh tangguh dia. Aku hampir ingin memperbaiki pendapatku terhadap dia."

"Seperti yang aku katakan, aku tidak tau pria semacam itu! Turunkan aku sekarang....!!"

"Jangan bertindak begitu jauh. Ayolah, kau adalah putri teman lamaku bagaimanapun juga. Oh benar, inilah beberapa perubahan untukmu, atau mungkinkah permen akan lebih cocok dengan kesukaanmu?"

Miraluka akhirnya menurunkan Eruru, membelai kepalanya sambil bertanya.

Ini adalah sepenuhnya seperti cara seseorang akan memperlakukan anak dari seorang kenalan.

Wajah menjadi merah, Eruru berlari ke sudut ruang kelas dan berjongkok dilantai.

"Hei Hi-kun... Apa yang terjadi?"

"Eh, aku tidak terlalu yakin juga.... Tetapi tampaknya si ayah adalah pihak vampir. Dan hubungan ayah-putri mereka tampaknya mengerikan. Aku tidak pernah menduga rahasianya akan terbongkar dalam situasi semacam ini..."

Hisui mengangkat bahu dan menjelaskan dengan rasa simpati.

Identitas Eruru sebagai seorang dhampir adalah sesuatu yang dia paling tidak ingin untuk disentuh.

Dan sekarang, bahkan Kirika dan Touko mengetahuinya.

"Aku selalu merasa bahwa ada sesuatu yang spesial tentang Kariya-san, tetapi tidak pernah menduga dia adalah seorang dhampir...."

"Dhampir adalah keturunan persilangan antara vampir dan manusia, kan? Aku mengerti sekarang...."

Kirika dan Touko tengah berbicara diam-diam.

Hisui mendesah dan berjalan mendekat untuk menjelaskan semuanya pada mereka berdua.

Memihak Eruru yang pikirannya telah terpukul, Mei menyerbu pada Miraluka.

"Hei hei, kenapa kau mengungkapkan trauma mentalnya?"

"Trauma mental apa? Itu hanya sebuah kebenaran. Mencoba untuk melarikan diri dari asal-usul seseorang hanya akan membawa penderitaan. Aku yakin kau pasti memahami itu, mahluk Frankenstein?"

Identitas terbongkar, Mei mengernyit tidak senang.

Meskipun ini sudah menjadi rahasia umum, dia tentu saja tidak senang ketika kenyataannya di tunjukkan pada wajahnya.

"Jadi apa? Biarkan aku mengklarifikasi, aku sudah bisa dianggap sebagai manusia, kau tau? Itu sudah diputuskan bahwa aku pasti akan memiliki bayi dengan Hi-kun di masa depan♪"

"Maaf, aku menolak."

Sebuah garis tegas harus ditarik pada poin ini. Hisui membalas dengan tenang.

Tentu saja, Mei mengabaikan dia dan melanjutkan:

"Juga, berhenti mencoba untuk tiba-tiba bertindak seperti seorang ibu yang baik ketika kau jelas-jelas telah mengabaikan Hi-kun dan menelantarkan dia begitu lama, oke? Hi-kun, kamu sudah punya aku, jadi itu benar-benar baik-baik saja untuk melepaskan mother complex mu, kan?"

Mei membusungkan dadanya dan menekankan seolah-olah pamer.

Namun, Miraluka tetap tidak goyah, membusungkan dadanya dan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi secara angkuh, menyebabkan payudara besarnya berguncang.

"...Miraluka menang."

Hisui dengan sedih mengumumkan hasil dari kontes tersebut.

Meskipun payudara Mei cukup besar, tetapi payudara itu hanya pada kisaran "raksasa" dan belum mencapai "meledak".

"...Apa, Hi-kun, semuanya tidak masalah asalkan itu cukup besar, jadi kamu hanya peduli tentang ukuran!?"

"Hei, bukankah kamu yang memilih pertarungan ini...?"

"Mau bagaimana lagi. Pria pada akhirnya tertarik pada ini. Ketika aku pertama kali mengadopsi Hisui, dia tidak bisa tidur kecuali dia membenamkan wajahnya kesini."

Miraluka mengenang dengan perasaan yang mendalam, membongkar masa lalu yang Hisui malu untuk membeberkan.

Seperti Eruru sebelumnya, kali ini adalah giliran Hisui yang membatu.

Tatapan Mei dan para gadis sangat menyengat menyakitkan.

"Sementara dia tertidur, jika aku menempatkan jari pada mulutnya, dia bahkan akan mengisapnya. Kemudian aku mencoba menggerakkan payudaraku yang terbuka pada dia...."

"Hentikan, jangan katakan lagi—!!"

Hisui berteriak keras untuk menghilangkan sisa cerita Miraluka. Itu hampir saja.... tapi tidak, itu sudah sangat terlambat. Mei memelototi Hisui dalam kebencian sementara Kirika dan Touko saling berbisik.

Draculea V05 - BW02.jpg

"Pada akhirnya, Kujou-kun tidak bisa lepas dari kutukan ibu...."

"Mau bagaimana lagi, Kirika-chan. Pria semuanya matriphilia. Tetapi setelah mereka terbiasa dengan payudara pada tingkat itu, mereka tidak bisa kembali lagi. Mei-chan dan Kirika-chan masih punya setitik harapan, tetapi kurasa aku sudah tersingkir, kan?"

"Tidak benar, bentuk juga sangat penting... aku telah melakukan pijatan akhir-akhir ini..."

"Eh, benarkah? Kamu juga memilih bra mu sangat selektif, kan?"

"Yah, sedikit..."

Meskipun rumpian intim terjadi dibelakang dia, Hisui sudah sepenuhnya depresi dan kelelahan.

Tetapi Mei masih dalam semangat tempur yang tinggi dan ingin menyerang balik.

"Itu tidak lebih dari payudara yang sedikit lebih besar. Bisakah kau tidak terlalu percaya diri!?"

"Aku tidak melakukan apa-apa, kau tau?"

"Diam!! Sekarang saatnya untuk sebuah pertarungan terbuka untuk tahta istri sah Hi-kun, jujur dan adil!!"

"Baiklah."

Miraluka dengan mudah menerima tantangan tersebut.

Dia bahkan tampak sedikit tertarik.

"Lalu... apa kontesnya?"

"Bukankah itu sudah jelas? Olahraga wanita, panco!"

"Bagaimana bisa itu tampak seperti wanita anggun!? Dan itu sepenuhnya menyediakan pada kekuatanmu sendiri!!"

Mengabaikan komentar Hisui yang sinis, Mei memindahkan meja dan meletakkannya didepan Miraluka. Menempatkan sikunya pada permukaan meja, dia memasuki posisi siap.

"Oke... Majulah!"

"Aku tidak benar-benar keberatan, tetapi apa kau serius? Matahari sudah tenggelam."

Seperti yang Miraluka katakan, itu sudah senja.

Aktivitas alami dari para vampir mulai datang. Malam hari adalah milik dia.

"Jangan memandang rendah orang lain... Kesampingkan area lain, aku tidak akan kalah dalam kontes kekuatan murni!!"

"Aku mengerti sekarang, maka mari kita mulai. Hisui, kau menjadi wasit."

"Kenapa aku..."

Dipaksa menjadi hadiah dan wasit tanpa persetujuannya, Hisui membantah tidak senang.

Tetapi dia juga memahami bahwa perlawanan adalah sia-sia, sehingga dia berjalan ke tengah-tengah diantara mereka berdua yang tangannya sudah tergengam erat bersama-sama, kemudian mengumumkan mulainya pertandingan.

"Siap.... Mulai!"

"Lihat ini—!!"

Mei mengkonsentrasikan seluruh kekuatan tubuhnya pada lengan kanannya dan mengeluarkan semua serangan brutal diawal.

Semangat ini bukan lagi semata-mata untuk menekan punggung tangan lawan ke meja tetapi hampir seperti ingin menghancurkannya—meski demikian, tangan Mei bergerak kearah yang berlawanan seakan menentang kehendaknya sendiri.

"Eh?"

Seketika, dunia telah berbalik.

Punggung tangan kanan Mei menghantam meja sekaligus, kemudian menghancurkan meja tersebut menjadi dua!

Dampak kasar itu menyebabkan tubuh Mei jatuh ke lantai, terjatuh secara tragis.

Mungkin karena kepalanya terbentur, Mei tampak sedikit pusing. Miraluka menatap dia seolah-olah melihat kotoran.

"Aku menang."

"Kau....!"

"Sungguh lengan yang lemah. Kau beruntung itu tidak patah. Leluhurmu jauh lebih kuat. Bahkan pada malam hari, aku tidak bisa mengalahkan dia dalam kekuatan."

Mata Miraluka bersinar dengan cahaya mengenang.

Berbicara tentang leluhur Mei, memiliki kekuatan mengerikan melebihi vampir, hanya ada satu.

Versi original dari mahluk Frankenstein.

"Kau tau dia!?"

"Dahulu sekali, aku bertemu dia sekali ketika dia melakukan perjalanan ke kutub utara. Meskipun dia sangat menakutkan pada penampilannya, dari yang aku lihat, dia adalah seorang pria yang cukup baik. Bagaimanapun juga, didalamnya adalah apa yang penting bagi manusia. Sayang sekali bahwa semua keturunannya terobsesi pada dekorasi penampilan cangkang yang kosong."

Miraluka menatap Mei dengan kasihan.

Mei menggertakkan giginya dan mengeluarkan ponselnya, menelepon seseorang.

"Hei, Doc!? Ini aku. Aku ingin mengganti lengan atasku dengan versi tipe-kekuatan, sekarang! Apa, kau tidak bisa? Berhenti membuat alasan dan langsung saja!"

"Apa yang kamu lakukan... Apa-apaan dengan struktur tubuhmu?"

"Lupakan pecundang itu. Sudah waktunya untuk pulang, Hisui. Aku juga lapar."

Miraluka meraih tangan Hisui, berniat untuk pergi.

Pada saat ini, dia bertemu mata dengan Kirika.

Melihat Kirika tampak seperti dia ingin mengatakan sesuatu, Miraluka tersenyum ringan.

"Bagaimana kabar Welfica?"

"Kau ingat Grandma...?"

Kirika tau bahwa Leluhur Sejati yang disini ini pernah berinteraksi dengan neneknya di masa lalu.

Itu benar-benar cukup mengejutkan bagi seorang vampir yang berumur panjang untuk mengingat seorang manusia.

"Tentu saja aku ingat. Kau mirip dengan dia ketika dia masih muda. Sudah kuduga, tidak menghisap darahnya adalah keputusan yang tepat."

"....?"

"Jika tidak, dia tidak akan bisa bertemu dengammu. Oh kenapa manusia bisa mendapatkan kebahagiaan dalam waktu yang singkat semacam itu?"

Meninggalkan kata-kata ini, Miraluka membawa Hisui keluar dari ruang kelas tersebut.

Meskipun Hisui menolak, mengingat perbedaan kekuatan yang besar, dia akhirnya diseret.

Masih didalam ruang kelas, Kirika melihat sekeliling dan menemukan Eruru akhirnya berdiri, hendak membuka laptopnya.

"Kariya-san, apa kamu baik-baik saja...?"

"....Aku baik-baik saja. Tetapi tolong jangan menyingung masalah tentang ayahku."

"...ya."

"Wanita itu... Bagaimana caranya mengendalikan dia?"

Memegang lengannya, Mei berjalan kearah Kirika dan yang lainnya. Meskipun dia beruntung lolos dari patah tulang atau kerusakan, sendi-sendinya masih sangat sakit.

"Sejujurnya, sebuah pertempuran frontal mustahil untuk mengalahkan dia, jadi mari kita membuang pilihan itu. Apakah dia palsu atau bukan, kekuatannya sudah jelas pada kelas Leluhur Sejati."

"Kamu percaya apa yang Hi-kun katakan, Eruru-chan?"

"Karena kita tidak tau seperti apa penampilan sebenarnya vampir yang bernama Miraluka, maka wajar saja tidak mungkin untuk membedakan. Karena Kujou-san gagal menemukan kekurangan apapun, maka tak ada gunanya mencoba mencari tau apakah dia palsu atau bukan. Juga—"

"Juga?"

"Bahkan jika dia adalah palsu, mungkin itu sudah tidak penting bagi Kujou-san."

"...Mungkin."

Dengan beberapa penyesalan, Mei dalam diam menatap langit-langit.

Ketika bersama dengan Miraluka, Hisui tampak sebahagia bersama Rushella—atau mungkin, bahkan lebih.

"Lalu apa yang kamu lakukan dengan membuka komputermu?"

"Bekerja. Aku awalnya ingin meminta pendapat Kujou-san, tetapi pendapatnya saat ini mungkin menyimpang sampai batas tertentu. akan lebih tepat bagi kita untuk membahas tanpa dia."

Eruru menunjukkan layar pada Mei dan yang lainnya.

Disitu adalah laporan polisi.

"Apa ini? Salinan dokumen...? Pusat darah... ilegal....?"

Kirika kebingungan dengan apa yang dia baca. Sama juga untuk Mei dan Touko.

"Menurut berbagai bank darah, sejumlah besar darah telah dikirim keluar untuk keperluan yang tidak dikenal baru-baru ini. Entah itu untuk operasi pembedahan atau penelitian, volumenya terlalu besar. Meskipun saat ini tidak ada insiden yang terkait secara jelas, aku telah memutuskan sendiri untuk Badan Investigasi Supranatural untuk mengambil alih kasus ini."

"Apa yang terjadi....? Seseorang menjual darah? Hal ini tampak ilegal di jepang, kan?"

Seperti yang Mei katakan, di jepang dimana sistem donor darah ditempatkan, pengambilan darah dari tubuh manusia untuk transaksi sudah jelas dilarang.

Namun, situasi saat ini adalah darah yang dikumpulkan dari donor menghilang karena alasan yang tidak diketahui, yang mana berbeda dalam sifat dari penjualan darah.

"Apa yang kamu maksudkan adalah... seseorang memperdagangkan darah pada pasar gelap?"

Kirika berspekulasi, masih bingung.

Pemikirannya tampaknya tepat sasaran. Eruru mengangguk ringan.

"Setengah benar. Tetapi itu tidak bisa disebut pasar gelap. Lebih dari transaksi ilegal... Dalam logistik darah dari negera ini, ada sebuah jalur tidak resmi tetapi disetujui dari distribusi yang dijalankan pada basis keuntungan."

"Apa.... Itu terdengar begitu menakutkan."

Meskipun seorang hantu, Touko begitu takut hingga dia menggigil. Jika Hisui ada, ketidaksensitifannya pada hati gadis, dia pasti akan membuat komentar sinis, mengundang kemarahan publik.

"Jalur distribusi apa yang kamu bicarakan? Ini bukan yang digunakan oleh operasi atau penelitian, kan?"

Mendengar pertanyaan Mei, Eruru tampak sedikit enggan untuk berbicara, mengernyit saat dia menjawab.

"....Untuk penggunaan vampir."

Mei mengeluarkan suara "ah" dan memahami, menutupi mulutnya dan mengangguk.

Bagaimanapun juga, salah satu penggunanya ada disini, jadi itu memalukan yang tak bisa dihindari.

"...Jangan khawatir, hal ini adalah kebenaran bagaimanapun juga. Bagi para vampir dan dhampir, darah sangat penting. Untuk mendapatkannya melalui cara damai, satu-satunya cara adalah untuk mengambilnya secara rahasia dari persediaan transfusi darah. Milikku disediakan oleh Badan Investigasi Supranatural tetapi berbicara secara ketat, ini bertentangan dengan regulasi dan tidak terhitung sebagai penggunaan sah. Bagaimanapun juga, donor darah bukan untuk disediakan sebagai makanan bagi vampir atau dhampir."

Eruru berbicara mengejek diri.

Sebagai anggota dari kepolisian yang bertanggung jawab menegakkan peraturan dan ketertiban, namun dipaksa mempertahankan kehidupan melalui cara ilegal, hal itu sungguh ironis.

"Maka itu artinya vampir lain memperoleh darah dari saluran ini...?"

"Kemungkinan besar begitu. Didalam negara ini, ada banyak vampir yang belum diidentifikasi dan diawasi Badan Investigasi Suprantural. Seandainya mereka hidup damai, maka pasti ada semacam saluran pemasok yang stabil. Ibu angkat Kujou-san mungkin punya metodenya sendiri dalam mendapatkan darah, berbeda dari metode Badan Investigasi Supranatural. Dan baru-baru ini volume darah yang digunakan untuk tujuan yang tak teridentifikasi terlalu besar, oleh karena itu masalahnya menjadi menonjol."

"Aku mengerti apa yang kamu maksudkan, tetapi ini tidak seperti kita bisa memecahkan masalah ini, kan? Bukankah ini tugas polisi? Atau ada suatu alasan yang lain?"

Pertanyaan Kirika sangat masuk akal.

Dengan asumsi hal itu tidak berhubungan dengan sekolah, dia tidak punya kewajiban untuk membantu.

"Darah yang hilang semuanya lenyap di Kota Seidou sebelum jejaknya menghilang. Dengan kata lain, semua darah tersebut telah dikirim kesini."

" " "......!" " "

Mei, Kirika dan Touko saling bertukar tatap.

Eruru terus mengeluarkan inti permasalahan secara serius.

"Setelah darah tersebut lenyap, ibu angkat Kujou-san segera kembali. Apa kedua peristiwa ini benar-benar kebetulan?"

Tatapan Eruru yang tajam meminta pendapat mereka bertiga.

Mereka tidak berbicara.

Tak satupun bisa menjawab.

"Sebenarnya, ini bukan suatu kejahatan yang serius. Vampir menginginkan darah sangatlah wajar—Ada beberapa yang berpegang pada pandangan ini, tetapi aku tidak bisa menerima semuanya seperti mereka. Juga, ada satu lagi masalah yang menghawatirkan."

"Apa?"

Touko bertanya secara menggemaskan tetapi kata-kata selanjutnya yang dikatakan menyebabkan ekspresinya membeku.

"Rushella sudah menghilang lebih dari satu bulan. Menilai dari frekuensi asupan darah dan kepribadiannya, dia pasti akan segera mencapai batasnya."

Batas. Semua orang yang hadir mengetahui apa artinya kata ini.

Itu adalah keinginan akan darah, sebuah dorongan yang tak ada vampir yang bisa lepas.

Setelah dorongan tersebut melampaui apa yang pengendalian diri bisa menekan, vampir berubah menjadi binatang buas.

"Tetapi dia tidak terbelakang, kan? Dia akan menemukan suatu cara untuk mendapatkan darah... kan?"

Mei menanyai yang lain, mencari persetujuan, tetapi balasannya tidak optimis.

Sebenarnya, dia sudah tau jawabannya.

Pada akhirnya, apa Rushella akan menghisap darah dari seseorang selain Hisui?

"Menggunakan mata mistik untuk mengendalikan seseorang kemudian menghisap darah mereka, atau menggunakan mata mistik pada personil medis untuk mencuri paket darah—Ada banyak cara dan sudah pasti dia akan mengetahuinya. Namun, karena begitu keras kepala dalam preferensinya, apakah metode-metode ini bisa memuaskan dia adalah masalah yang lain. Jika dia menahan secara keras kepala, maka hasil yang terburuk mungkin akan terjadi."

Semua orang tetap diam.

Masing-masing dari mereka khawatir akan keselamatan dari Rushella yang menghilang.

Pada saat yang sama, ada rasa takut dan kegelisahan dalam hati mereka.

Karena kehilangan Hisui, penyedia darah yang stabil ini, bagaimana dia akan mendapatkan darah segar?

Jika dia mendapatkan darah dan bahkan membunuh orang, atau bergabung dengan jenisnya dalam cara licik mereka—Apa yang harus dilakukan?

Pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa disebutkan ini melintas pada pikiran semua orang tetapi Eruru adalah satu-satunya yang cukup berani untuk mengatakannya.

"Beruntungnya, tak ada mayat dengan tanda gigi pada leher mereka telah ditemukan baru-baru ini, ataupun vampir pelayan. Namun... semua orang harus mempersiapkan diri kita sendiri. Tentu saja, jika situasi terburuk muncul, Badan Investigasi Supranatural dan aku akan menanganinya bukannya membiarkan kalian menghadapi pilihan yang sulit."

Eruru menutup laptopnya dan berdiri.

"...Karena Rushella tidak ada disini, sudah saatnya bagiku untuk meninggalkan sekolah. Aku akan pergi sekarang."

Eruru menempatkan laptopnya kedalam tasnya dan meninggalkan ruang kelas.

Melihat dia pergi tanpa menengok kebelakang, trio yang tersisa mengangkat bahu tak berdaya.

"Eh... jadi apa yang dia maksudkan adalah jika vampir itu mengamuk, dia akan menanganinya tanpa merepotkan kita?"

"Masih sama seperti biasanya, meskipun sudah jelas setahun lebih muda, dia terus mencoba untuk menanggung semuanya sendirian..."

"Itu benar, semuanya seharusnya diserahkan pada seorang yang lebih senior dalam kehidupan seperti aku."

" "Lupakan saja jika itu adalah Touko-san." "

"KENAPA!?"

Touko berteriak marah. Tak mau memperlakukan dia secara serius, Mei dan Kirika pulang pada jalan mereka yang terpisah.

Bagaimanapun juga, tetap di ruang kelas yang kosong ini tidaklah nyaman.

Katidakhadiran presiden klub sangat membebani hati masing-masing anggota klub.


Sebelumnya Prolog Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 2