Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid04 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog[edit]

"....Apa ini masuk akal? Aku begitu lelah, aku ambruk, tetapi aku masih dipaksa untuk tinggal dan membersihkan tempat festival olahraga, apa ini masuk akal?"

"Hentikan omong kosong itu dan bekerjalah dengan cepat. Serius, kenapa aku harus melakukannya juga..."

Rangetsu menggerutu sambil membawa bingkai tenda ke gudang.

Festival olahraga berakhir sukses. Sekarang yang tersisa adalah pekerjaan bersih-bersih untuk menyingkirkan tenda, kursi, peralatan tatasuara dan sebagainya.

Anggota dewan mahasiswa telah membersihkan sebagian dan meninggalkan yang tersisa pada Wakil-Presiden Kirika untuk menangani.

Klub Investigasi Supranatural ditambah Rangetsu tengah membantu Kirika, melakukan pembersihan.

Tak diragukan lagi, Touko hanya menyemangati mereka, menggerakkan mulutnya bukan tangannya.

Karena matahari terbenam dengan cepat sampai, sebagai seorang hantu, Touko menjadi semakin ribut.

"Jadi, Touko-san, aku punya pertanyaan yang sangat sederhana. Kemana kamu selama festival olahraga? Apa kamu berkeliaran di sekolah sepanjang waktu ini!?"

"Tentu saja tidak. Aku menonton setiap event dengan benar... Ah."

"Betapa bodohnya aku untuk berpikir mengandalkan kamu."

"Karena aku ingin menikmati masa mudaku... Selama lari estafet, aku berlari bersama kalian, apa kamu menyadari!?"

"Menakutkan! Jika para orangtua mengambil foto, mereka pasti akan berakhir dengan foto hantu!!"

"Jangan khawatir, aku sangat pantas difoto! Meskipun itu berakhir sedikit buram, hanya sebagian dari tubuhku yang akan muncul di foto..."

"Hmm, silahkan pilih salah satu: mencari seorang pengusir setan atau bergabung dengan salah satu acara paranormal di televisi. Aku mohon padamu, tolong tolong rendahkanlah penampakan dalam event-event seperti ini."

Hisui mengusir roh yang berkeliaran dengan tidak senang, menenggelamkan dirinya sendiri dalam pekerjaannya.

Itu sudah senja ketika pembersihan selesai dan Klub Investigasi Supranatural ditambah Rangetsu akhirnya bisa pergi.

"Man~ aku sangat lelah. Satu-satunya keselamatanku adalah bahwa besok ditukar dengan hari ini untuk libur..."

"Ya, waktunya untuk bersantai!"

"Dia tidak bisa bersantai dengan adanya kamu, kan? Katakanlah, Hi-kun, maukah kamu mengambil kesempatan ini untuk tinggal dengan aku!?"

"Aku harus menyarankan kamu untuk menyerah, Sudou-san. Jika dia mengintip ketika kamu berganti pakaian, jangan mengatakan aku tidak memperingatkan kamu, oke?"

"Tahan sebentar, aku tidak bisa mengabaikan ini... Apa yang terjadi, apa yang terjadi ketika Kujou-kun tinggal di rumah Kariya-san?"

"Ya ampun, itu hanya berganti pakaian. Dia sudah melihat aku, kamu tau?"

Rangetsu menyela secara menggoda.

Tetapi faksi dari keempat gadis dengan dingin menggelengkan kepala mereka.

" " " "Tak ada yang peduli tentang kamu." " " "

"Perlakuan macam apa ini!? Apa nilai yang kamu tempatkan pada tubuh telanjangku!?"

"Sejujurnya, aku mendapati Kariya lebih sedap dipandang."

"Apa kau bilang?"

"Bukan apa-apa."

Merasakan nada suara Eruru terdengar sedingin bilah pisau, Hisui mempercepat langkahnya dari gerbang sekolah.

Tepat saat semua orang meninggalkan sekolah, hendak kembali ke rumah mereka masing-masing...

Dia datang.

Kegelapan mengikuti dia, kanopi malam turun pada perintahnya.

Semua orang merasakan sebuah aura tak biasa.

Hewan-hewan kecil, burung, serangga... kehadiran semua mahluk lenyap.

Dibalut dalam sebuah jubah, wanita tinggi berjalan di jalan itu. Seolah-olah takut akan kedatangan dari seorang raja, seolah-olah membuka jalan untuk dia, semua mahluk menjauh dari dia.

"Itu kau....!"

Rushella menarik sebuah belati.

Dia belum memberitahu kelompok Hisui tentang pertemuan sebelumnya.

Tetapi bahkan jika dia tidak menyebutkannya, semua orang menyadari perubahan yang tidak biasa di sekeliling.

Mei, Eruru, Kirika, Rangetsu, mereka semua memasuki sikap tempur.

Hanya satu orang, Hisui, tetap terpaku ditempat karena terkejut.

Hisui mengenali wajah cantik tiada bandingannya itu, berdiri dengan jelas terhadap warna malam hari.

Bukan foto.

Bukan video.

Lukisan tak bisa membuat ulang kecantikannya.

Cermin tidak bisa memantulkan penampilannya.

Hanya kenangan yang bisa merekam wajah tiada taranya.

"Halo lagi."

Dia tersenyum samar.

Seperti seorang ibu yang lembut.

Seperti seorang kakak yang nakal.

Seperti seorang kekasih yang menggoda.

Seolah-olah meluncur, dia mendekati Hisui.

Sampai tangannya yang anggun dan ramping membelai pipi Hisui, tak seorangpun membuat reaksi.

Kerena tindakannya sangat alami dan karena ekspresi wajah Hisui, hampir menangis.

"Jangan sentuh dia!"

Hanya Rushella yang langsung bertindak.

Memegang belatinya dalam pegangan terbalik, dia menikam kearah lengan wanita itu!

Tetapi wanita itu tetap tidak peduli, berdiri disana tak terpengaruh.

Laser dari mata Mei dengan mudah dinetralkan dengan lambaian tangannya.

Kutukan Kirika sepenuhnya tidak efektif terhadap dia.

Peluru Eruru diblokir oleh tangannya.

Rangetsu menyerbu, tetapi roboh di tanah setelah dorongan ringan dari dia.

"Miraluka...!?"

Akhirnya, Hisui mengatakan namanya.

Nama dari seseorang yang pernah dia cintai, satu-satunya yang telah membesarkan dia.

Nama dari seseorang yang awalnya telah mati.

"Kenapa kamu....!?"

"Sungguh penuh semangat sekelilingmu. Oh yah, apa ini yang dikenal sebagai pertumbuhan? Sungguh kesepian itu rasanya bagiku, namun menyenangkan juga.... tetapi hina."

Kata-kata ini dikatakan oleh dia sebagai ibunya, kakaknya dan kekasih pada saat yang sama—mencakup semua identitas "perempuan".

Mata merahnya terutama dipenuhi dengan permusuhan terhadap Rushella.

"Penipu dan kegagalan. Kau tidak punya hak untuk menghisap darah Hisui-ku. Buatlah dirimu sulit didapatkan sekarang."

"...apa yang kau bicarakan? Kaulah si penipu... Miraluka sudah....!"

"Apa kau benar-benar percaya itu? Keabadianku... serta ketidakmungkinanku meninggalkan kamu, menghempaskan kamu ke angin. Bukankah kamu tau ini dengan baik?"

Hisui terdiam.

Dia benar.

Vampir dengan kehidupan abadi, seorang Leluhur Sejati pendahulu.

Tidak mungkin mati.

Untuk aku.

"Karena kau hidup, kenapa....!?"

"Aku sangat bingung juga. Suatu hari, kamu dan aku saling mengucapkan selamat tinggal. Itulah cara diantara manusia dan vampir. Namun... karena kerumunan hama, aku tidak bisa tinggal diam."

Bibir merahnya mendekati bibir Hisui.

Berhenti—semua orang berteriak untuk menghentikan dia.

Rushella menggulurkan tangan.

Tetapi Hisui sendiri tidak bergerak.

Lidah merah menjulur dari bibirnya dan menjilat ringan.

Kemudian bergerak menuju bibir Hisui.

Ciuman ringan, berpisah dengan segera.

"Kamu pasti kelelahan hari ini. Pulanglah dan beristirahatlah dengan benar. Mari kita bicara lain kali.... Sebuah pembicaraan yang panjang."

"Tunggu... Hei!"

Miraluka mengabaikan Hisui dan berpaling kearah Rushella.

"Hari ini aku akhirnya mengerti semuanya. Cukup yakin, kau adalah penipu. Jangankan seorang Leluhur Sejati, kau bahkan tak punya hak untuk menyebut dirimu sendiri kerabat darah."

"...Apa yang kau bicarakan!? Aku....!"

"Kau bukan siapa-siapa. Tak ada keluarga, tak ada teman, tak ada pelayan juga. Hal ini wajar saja, karena kau hanyalah sebuah boneka, lahir dari udara yang tipis."

".....!?"

"Jika kau seorang Leluhur Sejati, dimalam seperti ini, semua orang yang hadir seharusnya menunduk padamu sebagai bawahan. Apa kau mampu melakukan itu? Kau tidak bisa. Selain itu, bisakah kau menahan keinginanmu akan darah? Meskipun seseorang seperti aku tidak bisa lepas dari takdir darah, aku setidaknya ratusan, ribuan kali lebih unggul daripada kau. Seorang vampir yang tidak bisa menahan diri mereka sendiri adalah lebih buruk daripada serangga, apalagi manusia."

"Jalang....!"

"Keingginanmu akan berakhir membunuh Hisui. Sudah saatnya kau menyadari hal itu."

Ini adalah yang terakhir dari kata-katanya.

Dengan kepakan jubahnya, Miraluka berbalik dan pergi. Tak seorangpun mengejar dia.

Awalnya dengan yakin menduga akan mengejar dia, bahkan Hisui terduduk di tanah, kehabisan kekuatan.

"Apa-apaan.... Apa-apaan ini!?"

Tak ada yang bisa menjawab.

Tak ada yang tau bagaimana bisa seperti ini.

Kelompok tersebut berdiam diri sementara waktu sebelum pergi.

Akhirnya sampai dirumah, Hisui masih menunjukkan keterkejutan diwajahnya.

Dia tidak berganti pakaian tetapi hanya berbaring di sofa ruang tengah, menatap kosong pada langit-langit. Kemudian Rushella datang keatas dia.

"Kamu begitu berat."

"Berisik, diam! Berhenti berpikir tentang wanita itu! Sungguh keterlaluan, mencium secara langsung...."

"Dia adalah seorang iblis pencium. Dia sudah mengambil ciuman pertama dan keduaku dulu sekali. Haaa, aku benar-benar tidak mengerti... aku tidak akan berpikir lagi, mau tidur sekarang, tolong minggirlah."

"Tidak."

Rushella sudah berganti pada kemejanya yang biasa dan terus menekan Hisui dengan tegas.

Untuk tidak membiarkan dia lolos, Rushella menekankan payudaranya yang menggairahkan pada Hisui.

"Hei, singkirkan itu."

"Tidak~!"

Memukul-mukulkan tangan dan kakinya, dia mengusapkan wajahnya pada dada Hisui.

Memang, dia benar-benar tidak punya suasana bermartabat dari seorang Leluhur Sejati.

"...Kenapa kamu kembali ke keadaan seorang anak kecil segera setelah kamu menempel padaku?"

"...Aku tidak tau, jadi kamu percaya wanita itu...?"

Mata Rushella sudah berkilauan dengan air mata.

Hisui tersenyum masam dan menggulurkan tangannya, menempatkan diatas kepala Rushella.

"Aku sudah bilang, pikiranku sekarang super kacau. Bahkan jika itu benar-benar dia dan dia masih hidup, apa yang ingin aku ungkapkan terlebih dulu adalah kemarahan untuk menuntut dia menjelaskan segalanya dengan jelas. Juga.... meskipun dia menghina kamu secara menyeluruh, kamu benar-benar tidak sekuat itu sebagai seorang Leluhur Sejati, ditambah kamu sedikit kekurangan keagungan, kamu tau?"

Rushella tidak berbicara, hanya memukuk-mukul Hisui secara sembarangan.

Memang, dia menunjukan tanda-tanda kemunduran menjadi anak kecil.

Tubuh menggairahkan, hilangnya ingatan, kepolosan seperti anak kecil.

"Keburukanku, oke, hentikan. Aku tak punya niat mengusir kamu lagian."

"....."

"Skenario terburuk, aku hanya akan meninggalkan tempat ini dan hidup sendirian. Lagipula... aku akan berbicara dengan dia, berbicara tentang segala macam hal, sehingga.... Apa? Hei! Rushella-san?"

Sebelum dia mengetahuinya, Rushella sudah tertidur.

Wajah tidurnya tampak tenang dan damai, payudara besarnya membebani tubuh Hisui, naik turun dengan nafasnya.

"Berakhir dengan langkah ini huh?"

Hisui juga menyerah bergulat dengan masalah dalam pikirannya dan memilih untuk tidur.

Bagaimanapun juga, hari berikutnya adalah hari libur dan dia akan dibangunkan oleh taringnya lagi.... Oh yah, mau bagaimana lagi.

Setelah semua... Hal ini tidak lagi bisa dipisahkan dari kehidupannya sehari-hari.

Karena kehidupan sehari-hari semacam ini telah menjadi kenyataan.

Fajar datang keesokan harinya dan Rushella bangun terlebih dulu seperti biasa.

Tetapi dia tidak menghisap darah Hisui.

Dia hanya membawa dirinya sendiri mendekati wajah Hisui.

"Wajah tidur yang ceroboh lagi."

Rushella menggosokkan wajah mereka bersama-sama tetapi Hisui tidak terbangun.

"Aku tau tanpa perlu wanita itu mengatakan padaku."

Dengan mata dipenuhi dengan tekad, dia bergumam samar.

Memang, dibanding dengan wanita semacam itu.

Dibandingkan dengan wanita itu yang tinggal dengan Hisui di masa lalu.

Dia lebih memahami Hisui.

Menghawatirkan tentang keselamatan Hisui.

Kemarin, Hisui hampir kehilangan nyawanya lagi karena dia.

Itu terjadi terakhir kali dan saat sebelumnya juga.

Itu mungkin akan terjadi lagi di masa depan.

Tinggal disampingnya, menghisap darahnya, melawan mereka yang berencana menyakiti dirinya.

Oleh karena itu—

Pagi ini, ciuman vampir tidak diperlukan.

Sebaliknya, dia memberi ciuman yang sebenarnya pada Hisui.

Rushella dengan lembut menekan bibirnya pada bibir Hisui.

Mungkin ini adalah yang pertama dan yang terakhir, sebuah ciuman sejati.

Hisui tetap tertidur.

Memisahkan bibir mereka, Rushella tersenyum pada wajah tidur Hisui dan berkata:

"Aku mendapatkan waktu yang bahagia."

Ini adalah perpisahannya.

Air mata merembes ke matanya yang tersenyum, tetapi tak seorangpun tau.

Rushella perlahan-lahan bangun dan pergi tanpa kembali.

"....Eh, Rushella?"

Ketika Hisui membuka matanya, Rushella tidak ada.

Meskipun dia merasa aneh, matahari sudah naik tinggi, Hisui masih membuat makan siang karena kebiasaan.

Dia akhirnya mengerti.

Kehadiran Rushella telah menghilang sepenuhnya.

Memeriksa kamarnya, dia mendapati peti mati itu menghilang.

Hisui menelepon Mei dan Eruru.... Tak ada yang tau keberadaan Rushella.

Seperti yang dikatakan pepatah klise, orang akan menghargai segalanya setelah mereka kehilangan mereka.

Pada pagi hari musim gugur itu, kehidupan sekolah Kujou Hisui telah dibebaskan dari takdir crimson.


Sebelumnya Bab 6 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Penutup