Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid02 Bab4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4 - Kamp Pelatihan Musim Semi[edit]

Suatu malam selama liburan tertentu di bulan mei, rumah Hisui menyambut tamu pertamanya sejak Rushella masuk.

"...Terimakasih atas keramahanmu."

"Sama, terimakasih atas keramahanmu."

Berbeda sekali, Eruru masuk secara tanpa ekspresi saat Mei mengikuti dengan riang.

Barang bawaan mereka juga benar-benar berbeda. Eruru hanya membawa tas travel berukuran sedang yang mungkin hanya berisi sesuatu yang penting, sementara Mei menyeret troli besar, tampak seolah-olah dia akan berpergian ke luar negeri.

"Apa yang salah dengan kamu, kenapa kamu membawa begitu banyak barang bawaan!? Dan kenapa kamu datang juga!?"

Rushella berdiri di pintu masuk untuk menyambut kedua gadis itu. Sangat tidak senang, dia menunjuk pada koper besar milik Mei.

Ini adalah saran Hisui sebelumnya, untuk datang ke rumahnya untuk meneliti dan mengatur informasi tentang "penyihir" — tetapi Rushella tampaknya tidak puas untuk beberapa alasan, mengamuk dipagi hari.

"Oh my, perlukah aku mengingatkan kamu bahwa aku asisten Eruru-chan? Dan membiarkan seorang pria muda dan wanita muda menghabiskan waktu berduaan dibawah satu atap... Bagaimana jika sesuatu terjadi?"

"...Dalam pandanganku, sendirian dengan kamu ketika sesuatu mungkin terjadi, itu begitu menakuti aku..."

Berdiri dengan tegas di kamp Rushella, Hisui membalas untuk menyatakan kecemasannya sendiri.

Gaya Eruru adalah langsung dan bijaksana, selalu mengandalkan komentar tajam atau kekerasan. Disisi lain, Mei cenderung pada ancaman seksual yang mustahil untuk mempertahankan diri, yang merupakan paling merepotkan dalam arti tertentu.

"Jangan seperti itu. Bagaimanapun juga, ini adalah salah satu bagian dari pekerjaan, serta sebuah kesempatan bagiku untuk mensurvei kehidupan masa depanku."

"....Aku sudah tahu. Pokoknya, mari masuk terlebih dulu."

Tak berdaya, Hisui mempersilahkan Mei dan Eruru kedalam rumah.

Mei melihat sekeliling rumah dengan ketertarikan besar, menepuk dan menyentuh segala hal disana-sini.

"Hmmmmmm.... Aku mengerti, ruangan dihias cukup berselera, dan sangat bersih juga."

"Tentu saja! Ini adalah rumahku bagaimanapun juga!"

"Apa yang kamu banggakan, ini semua mungkin pekerjaaan Hi-kun, kan?"

Mei mengabaikan pernyataan bangga Rushella tetapi si vampir arogan itu tetap tak terpengaruh.

"Itu wajar saja bagi pelayanku untuk mengurus kehidupanku sehari-hari, kan? Buah jeri payahnya adalah prestasiku!"

"...Hmph. Ngomong-ngomong, karena semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Hi-kun, maka dia juga melakukan pencucian baju, kan? Termasuk menggantung mereka untuk dikeringkan dan melipat mereka?"

"Tentu saja! Tugas-tugas kasar adalah pekerjaannya, secara alami."

"...Jadi kamu tidak keberatan?"

"Keberatan apa?"

Mendengar Mei berusaha menyiratkan sesuatu, Rushella bertanya dengan bingung.

Mei melanjutkan dengan poker face dan menunjukkan sebuah fakta keterlaluan.

"Bagaimana dengan pakaian dalammu dan semacamnya — jadi dia mengeringkan dan melipatnya juga?"

Saat-saat keheningan.

Kemudian — wajah Rushella menjadi benar-benar merah saat dia bergegas mendekat dan mencengkeram Hisui di kerahnya.

"Kamu, k-k-kamu, kamu melakukan sejauh itu....!!!"

"Eh — kenapa kamu membicarakan tentang itu sekarang ini!? Aku pikir kamu tidak peduli!?"

"Sungguh menyebalkan, diam! Kamu pelayan rendahan, untuk berpikir kamu mengambil p-p-pakaian dalamku...!"

"Oh my, siapa yang tahu apa yang dia lakukan dengan itu secara diam-diam. Katakanlah, apa kamu menghitungnya apakah ada yang hilang?"

Saat Mei dengan sadis menambahkan bahan bakar pada api, wajah Rushella menjadi semakin merah saat dia memukul Hisui dengan tinjunya.

"Itu sakit, hei, hentikan! Sudou, kamu berhentilah mengatakan hal-hal tak diperlukan ini!"

"Oh my, itu pasti begitu menstimulasi bagi anak laki-laki pada masa pubertas, kan? Jadi apa situasi sebenarnya?"

"...Melipat hal semacam itu untuk dia secara pribadi akan sedikit berlebihan, jadi aku hanya menaruh mereka di kotak di kamarnya. Itulah yang selalu terjadi, kan?"

Hisui menjelaskan seolah-olah berusaha untuk menenangkan Rushella, mendorong dia untuk mengingat bagaimana semuanya telah dilakukan.

"...Benar, pakaian dalamku selalu diantarkan bersama-sama. Aku melipatnya sendiri...."

"Dengar? Lihatlah bagaimana bijaksananya aku. Ketika mencuci mereka aku juga menempatkan pakaian dalammu pada kantong cuci secara terpisah..."

"......!!"

Segera setelah dia berbicara, dagu Hisui dihantam oleh pukulan yang lain dari Rushella.

Linglung karena dampaknya, dia memprotes.

"Apa-apa sih!?"

"Sungguh menjengkelkan, tutup mulut!"

Rushella berada pada ambang menangis.

Mei mengangguk setuju dan bahkan Eruru, yang menonton tak terlibat, angkat bicara.

"Hi-kun adalah yang salah disini."

"Kamu benar-benar terlalu tidak sensitif."

"Tanggapan macam apa ini dari kalian berdua!? Kehidupanku tidaklah mudah, oke!? Ini hanya pakaian dalam Rushella, ini hanya pakaian dalam Rushella, ini hanya pakaian dalam Rushella... Apa kamu tahu berapa kali aku diam-diam mengatakan itu pada diriku sendiri dan usaha yang aku lakukan untuk menghindari menatap mereka untuk tetap tenang? Pikirkan tentang nasibku disini!"

Hisui berteriak emosional tetapi Mei melanjutkan pembuat masalahnya.

"Sungguh, kamu menjalani hidup penuh penderitaan. Karena kamu pasti telah mencuci pakaian dalam orangtua asuhmu juga, kamu pasti telah terbiasa dengannya sampai batas tertentu?"

"...Yah, dibandingkan pakaian dalam berwarna hitam dan merah milik orang itu, kaya akan gaya vampir dan rasa dewasa! Milik Rushella yang berwarna kapur adalah lebih dari lucu berbagai...."

...Sebelum dia bisa menyelesaikankannya, Hisui dihantam oleh serangan spesial Rushella saat dia terisak dan menangis.

"....Ini sepenuhnya — benar-benar kesalahan Hi-kun."

"Setuju. Aku belum pernah melihat seseorang yang begitu tidak sensitif."

"...Tak seorangpun akan menikahi aku lagi....."

Rushella meratap dengan suara yang nyaris tak terdengar, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Saat itu Hisui akhirnya mengerti.

".........Maaf, itu keburukannku."

Meskipun Hisui melunak dan meminta maaf, tatapan menusuk dari ketiga gadis itu masih tetap. Untuk menghindari tatapan mereka yang membara, Hisui memutuskan untuk menghilangkan masalahnya dari akarnya.

"...ngomong-ngomong, jika kamu tidak mau aku melihat pakaian dalammu, maka cucilah sendiri! Ini tidak seperti kamu punya banyak!"

"...Memang. Itu mungkin akan lebih merepotkan, tapi dibandingkan dengan membiarkan pria ini memncuci......"

Rushella mengelap air matanya saat dia mulai menyetujui saran Hisui. Tetapi Mei menuangkan lebih banyak bahan bakar pada api kemarahan yang hampir mati.

"Bukankan ini cukup dilematis? Aku pikir kamu perlu untuk mempertimbangkan dengan hati-hati terlebih dulu."

"Bagaimana bisa begitu?"

Rushella bertanya, bingung. Mei menjawab dengan senyum nakal.

"Maka itu adalah giliranmu untuk mencuci pakaian dalam Hi-kun."

Mei menunjuk pada selangkangan Hisui saat dia bicara.

Tatapan Rushella mengikuti jari Mei — pipinya menjadi lebih dan lebih panas, dia mulai memukul Hisui seperti kantong pasir lagi.

"Kamu, kamu, k-k-k-k-kamu pelayan rendahan—! Apa yang kamu minta untuk aku lakukan!?'

"Tidak ada, aku tidak memintamu melakukan apapun untuk aku! Selain itu, ini bukanlah masalah besar!!! Berhenti menjadi begitu marah! Seberapa polosnya dirimu, sungguh!?"

"Sungguh menjengkelkan, diam!!"

Rushella menahan Hisui pada lantai saat dia terus-menerus memukuli dia.

"...Aku tahu itu, tinggal serumah tidak benar-benar bekerja pada kalian berdua, kan? Bagaimana kalau aku bertukar dengan dia?"

".....Tidak."

"Aku berbeda dengan anak ini, kamu tahu? Hi-kun, bahkan jika kamu menaruh pada pakaian dalam zat lengket yang aneh padanya kedalam mesin cuci, aku akan secara rajin mengeluarkannya dan secara pribadi mencucinya dengan tangan untuk kamu."

"Yang benar saja, bisakah kamu berhenti menginjak-injak tempat yang paling sensitif pada jiwa anak laki-laki!?"

"Aku belum selesai berbicara! Kamu orang yang kasar!!"

...Lalu Hisui menderita pukulan yang lain. Akhirnya dilepaskan, dia bertemu dengan tatapan cemoohan Eruru.

"Berhenti membuang-buang waktu dengan lelucon seperti itu... Dimana koleksi orang tua asuhmu? Aku ingin melanjutkan berkeliling, kamu tahu?"

"...kenapa terburu-buru? Menunggu sebentar tidak ada salahnya, kan? Ini sudah waktunya makan malam lagipula, jadi kenapa kita tidak makan dulu?"

"Aku hanya ingin melakukan dan menyelesaikan tugas secepat mungkin."

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tetapi jika kamu mengacaukan jadwal makan, Rushella akan mengamuk lagi. Bisakah kamu menemani kami makan malam terlebih dulu, oke?"

"...Dimengerti."

Eruru dengan enggan sepakat dan duduk di meja makan dengan Mei.

Pada kesempatan langka ini dengan begitu banyak orang yang makan malam, makanannya adalah hotpot jepang.

Menggunakan kaldu ayam sebagai dasar sup, hidangan utama hotpot terdiri dari bakso ayam. Tersusun rapi sayur-sayuran hijau mengapung ditengah-tengah sup putih dan lembut.

"Oke, silahkan nikmati makanannya."

Hisui berbicara saat dia membawa panci tersebut ke meja. Bagi Rushella, makan malam ini adalah pengalaman pertama sejak kebangkitannya — pertama kali baginya untuk berbagi makanan di meja sebagai bagian dari kelompok empat orang ini.

"...Entah kenapa aku merasa bahwa makanan ini lebih mewah daripada biasanya? Mungkinkah kamu menempatkan upaya khusus hanya karena mereka berdua datang?"

"Ini tidak seperti aku menepatkan upaya khusus. Meskipun hotpot memberi perasaan mewah yang sesuai dan memenuhi perut, dalam kenyataannya, ini sama sekali tidak sulit untuk mempersiapkannya dan cara yang cukup efisien dalam memasak. Hal ini juga membuat penggunaan penuh sayur-sayuran yang tersisa. Ngomong-ngomong, kalian harus benar-benar memakan sayur-sayuran kalian."

Mengabaikan Rushella yang cemberut, dia mulai menikmati makan dengan semua orang.

Hisui menyibukkan dirinya sendiri dengan pengisian bahan dan sup dalam panci. Untuk mempertahankan rasa segar dari sup, dia menggunakan penyaring untuk mengambil buih dan minyak yang berlebih pada sup tersebut, bakso serta berbagai sayuran.

"Hi-kun, kamu benar-benar handal. Aku dengan senang hati mengambilmu sebagai pengantinku sekarang juga ♪"

"Itu bukan sesuatu yang harus kamu katakan pada pria."

"Oh my, tetapi aku benar-benar serius, kamu tahu? Aku bisa memakan kamu disini ♪"

Mengatakan itu, Mei menjilat bibir lembabnya yang lezat.

Hisui sangat tahu bahwa dia tidak bercanda dan diam-diam mengalihkan tatapannya. Mungkin sama seperti yang Rushella katakan, membiarkan dia masuk ke rumah bukanlah keputusan yang bijaksana.

"Hmm... Yah, rasanya tidak buruk. Kamu benar-benar menempatkan upaya tambahan, kan?"

Meskipun Rushella puas dengan rasanya, dia masih belum dalam suasana hati yang baik, dengan ketidaksenangan yang jelas diwajahnya saat dia berbicara.

"Sudah aku bilang tidak. Seperti biasanya, aku mengambil jalan pintas yang malas. Selain itu, hotpot sebagai sebuah pilihan dan itu sendiri adalah cara kemalasan."

"Bohong! Lalu kenapa bisa begitu lezat!?"

"Aku tidak berbohong. Jika kamu harus mengatakan sesuatu telah berbeda, itu karena tindakan hotpot itu sendiri."

".....?"

"Atau mungkin kerena kita mendapati seluruh kelompok disini untuk menemani."

"Apa hubungannya dengan rasa?"

"Seperti itulah hotpot sebagai sebuah tipe masakan."

Hisui mengambil piring yang Rushella ulurkan dan memberi dia berbagai makanan dalam proporsi keseimbangan. Tentu saja, dia juga menempatkan sejumlah sayur-sayuran yang Rushella telah hindari.

"Apa yang kamu lakukan! Jangan memberiku apapun yang kamu pilih secara acak!"

"Seperti yang aku bilang, makanlah lebih banyak sayur-sayuran. Dan berhenti menghancurkan tahu menjadi kepingan kecil. Jika kamu tidak bisa mengambilnya dengan sumpitmu, gunakan saja saringan."

Hisui menceramahi saat dia menambahkan banyak tahu pada piringnya.

"...Kerena itu sangat sulit.... Itu semua kesalahan alat ini!"

Meskipun mengeluh secara lisan, Rushella terus memasukkan tahu kedalam mulutnya yang telah Hisui berikan pada dia.

Bahkan Eruru, yang tak mengucapkan sepatah katapun, terus makan dengan sumpitnya tanpa henti. Sepertinya makanan malam ini agak cocok pada seleranya.

"Tapi kamu... tidak pernah membuat hotpot untukku. Kenapa hari ini?"

Pertanyaan Rushella membuat ekspresi Hisui menggelap.

"...Memakan hotpot hanya dengan dua orang, akan sedikit berlebihan."

"Apa maksudmu dengan itu!? Kamu memiliki sesuatu terhadap makan dengan aku!?"

"Hotpot mengingatkan aku tentang kenangan yang tak ingin aku ingat....."

Hisui mengatakan acuh tak acuh dan berdiri.

"Sudah waktunya untuk mengumpulkan makanan hotpot dengan beberapa bubur."

Mengatakan itu, dia memasuki dapur untuk mendapatkan bahan-bahannya.

Melihat punggungnya saat dia pergi, Rushella membayangkan kehidupan laki-laki itu di meja makan sebelum dia bertemu dengannya.

Mungkin — itu tidak terlalu berbeda dari kehidupannya saat ini bersama-sama dengan dia.

Dua orang — makan saling berhadapan.

Dengan siapa?

Dengan keluarga.

Dengam seorang vampir.

Tetapi kemudian, dia menjadi sendirian.

Dan tipe masakan mana yang akan membawa keluar rasa memilukan dari kesepian?

Sudah jelas, masakan yang membutuhkan dua atau lebih peserta untuk menikmati.

Contohnya...Hotpot.

Bahkan dengan anggota baru dari rumah tangga, bahkan dengan Rushella bergabung pada meja makannya — apa rasa kesepian Hisui masih tak dapat dihilangkan?

"..........Sungguh seorang pengecut yang lemah."

Rushella bergumam dengan tidak senang, menyapu sisa makanan di hotpot pada piringnya.

Kemudian mereka menyelesaikan bubur tersebut dan Hisui dengan tanggap membersihkan meja dan mulai mencuci piring dan peralatan makan.

Saat dia mencuci di dapur, Eruru tiba-tiba mendekat pada dia.

"Biarkan aku membantu. Menerima keramahan seseorang tanpa melakukan apa-apa sebagai balasan tidak sesuai dengan gayaku."

"Terimakasih... Meskipun aku ingin mengucapkan terimakasih secara tulus untuk tawaranmu, ada apa dengan ekspresi mengeluh pada wajahmu?"

"Aku tak punya keluhan tentang masakanmu. Namun, aku ingin memulai tujuan sejatiku datang ke tempat ini."

"Aku mengerti. Biarkan aku menyelesaikan hal-hal yang ada ditangan terlebih dulu."

"Itu sebabnya aku membantu. Selesaikan dengan cepat."

Saat Eruru bergegas secara lisan, dia juga sangat efisien dalam tindakan. Dalam waktu singkat, semua peralatan makan terlah tercuci dan dia akhirnya bisa menyingkat pada tujuan utama dan memulai pekerjaannya.

"...kalau begitu mari kita pergi. Ke ruang bawah tanah."

Hisui memimpin dia melewati ruang tengah.

Dan berakhir tertangkap oleh Rushella, pengamat seperti biasanya.

"Mau pergi kemana kalian berdua?"

"Oh my, kalian berdua bersama-sama lagi. Bukankah kalian berkelompok cukup sering belakangan ini?"

Mei juga bergabung, menanyai Hisui saat dia meletakkan dagunya pada tangannya. Hisui tidak akan terganggu untuk menjawab dia.

"Ini adalah pekerjaan, aku ulangi, pekerjaan. Aku tak tahu berapa lama yang dia butuhkan, tetapi aku akan segera kembali, kalian berdua harus mandi terlebih dulu."

"Mengerti. Aku akan menunggumu di tempat tidurmu, tolong cepat."

"...Tidur di sofa ruang tengah malam ini, oke?"

Hisui menggerutu sebagai balasan pada godaan Mei yang menggoda, kemudian memimpin Eruru ke ruang bawah tanah.

Saat mereka menuruni tangga, pencahayaan beralih dari bola lampu menjadi lilin berdiri bergaya kuno. Dengan ketertarikan besar, Eruru mengamati sekelilingnya.

"Gaya dan suasana ini cukup efektif. Aku akhirnya mendapatkan sedikit perasaan bahwa aku mengunjungi sebuah kastil milik vampir."

"Itu semua di masa lalu, sekarang adalah rumah seorang manusia, aku."

"Apa tak ada vampir yang tinggal disini saat ini? Apa dia pernah turun kesini?"

"Apakah ada vampir didunia ini yang akan bersedia pergi ketempat dimana disana ada salib raksasa tertancap di lantai? Dia awalnya ingin tahu, tetapi setelah aku memberitahu dia, dia menghindari tempat ini."

"....."

Penjelasan Hisui membuat ekspresi Eruru menjadi canggung. Bagaimanapun juga, dia juga takut pada salib.

"Jangan khawatir, aku memindahkannya kesuatu tempat yang lain hari ini."

"...terimakasih."

"Kita sampai."

Hisui berhenti dan menunjuk suatu tempat didepan.

Diterangi oleh cahaya lilin, orang bisa melihat sebuah perpustakaan penuh dengan rak-rak buku yang tak terhitung banyaknya.

Tersebar di lantai adalah buku-buku yang tak bisa dimuat di rak, jelas-jelas menampilkan jumlah yang banyak dan sejarah kuno.

Koleksi buku perpustakaan itu cukup bervariasi dan mendalam, dengan hampir semuanya dalam bahasa asing, jelas-jelas menunjukan pengetahuan yang luas dari mantan pemiliknya.

"Ini adalah...."

"Aku rasa ini dianggap sebagai warisan yang ditinggalkan oleh orang tua asuhku. Dia benar-benar menyukai buku dan kadang-kadang mengunci dirinya sendiri disini untuk membaca. Jadi, apa yang kamu cari seharusnya ada disana."

Hisui berjalan ke sudut tertentu dari perpustakaan dan meminta Eruru saat dia menunjuk pada koleksi buku yang luas.

"Mungkin disuatu tempat disini... Buku-buku tentang penyihir."

Eruru dengan hati-hati melihat-lihat judul pada punggung buku-buku itu, mencari kata kunci "penyihir". Bahkan dengan kemampuan bahasa asingnya, dia hanya bisa membaca setengah dari mereka, tetapi dia segera menemukan sebuah buku yang terkait dengan penyihir.

"Seorang vampir mengoleksi buku-buku tentang penyihir....? Apa tujuan yang dia miliki?"

"Dalam pandanganku, murni dari ketertarikan. Selain itu, dia mengalami "perburuan penyihir" secara pribadi. Dia menyebutkan bahwa dia hampir dikira sebagai seorang penyihir sekali."

"Aku mendengar tradisi yang menganggap vampir dan penyihir adalah sama, mungkinkah itu berasal dari orang tua asuhmu?"

"Ini menyakitkan hatiku tetapi aku tak punya cara untuk menyangkal kemungkinan itu... Yah, teliti saja sebanyak yang kamu mau. Jika diperlukan, kamu bisa meminjam dan membawanya."

"Kalau begitu aku dengan hormat menerima tawaranmu."

Eruru duduk di lantai dan mulai melihat-lihat pada buku yang dia pegang.

Ini akan menjadi tugas yang agak sulit, tetapi tak ada keraguan dimatanya.

"...Jangan terlalu memaksakan diri, oke?"

"Aku tak perlu kamu untuk khawatir padaku."

Mendengar tanggapan dingin dari Eruru, Hisui memaksakan senyum dan meninggalkan ruang bawah tanah.

Saat Hisui pergi ke ruang bawah tanah, Rushella mandi — Mei mengambil kesempatan ini untuk pergi ke lantai dua.

Dia tak punya minat pada pekerjaan Eruru.

Tentu saja ketika bantuannya dibutuhkan, dia akan memenuhi tugasnya untuk menghormati gajinya — tetapi seluruh alasan dia datang ke rumah Hisui hari ini adalah murni urusan pribadi.

Itu benar — semuanya adalah untuk rencananya untuk mengandung anak.

"Dirumah ini pada hari libur — hari yang tak terelakkan ini akhirnya telah tiba...."

Mei tersenyum jahat dan mulai menjelajahi lantai dua.

Dia telah mengkonfirmasi lantai ini adalah lokasi kamar tidur Hisui.

Sebagai medan perang utama dimana pertempuran pembuatan bayi akan dilakukan, itu cukup diperlukan untuk memastikan lokasinya sebelumnya.

"Hmmm.... Mungkinkah yang ini?"

Mei membuka pintu geser pertama. Gaya gagang pintu tersebut agak mewah dan bergaya kuno. Memasuki ruangan, pemandangannya bahkan lebih mencengangkan.

"Wow......"

Itu menyaingi istana dimana keluarga kerajaan dan bangsawan tinggal.

Sebuah tempat tidur kanopi ekstra besar. Barang-barang antik dan karya seni tak ternilai ada dimana-mana. Tempat tidurnya ditutupi dengan selimut beludru merah yang indah yang tampak sangat lembut. Dari gambaran dinding hingga artikel terkecil, semuanya dipilih dengan hati-hati dalam estetika.

Kamar tersebut cukup besar hingga mengambil sebagian besar lantai dua, tapi tak peduli bagaimana kamu melihatnya, itu tidak tampak menjadi kamar Hisui.

Lebih tepatnya, semua desain pandangannya cukup feminim.

Namun, tempat tersebut tidak memiliki cermin dan meja rias, elemen yang penting dari kamar seorang gadis, memberi seseorang sebuah perasaan yang tak alami. Tetapi segera setelah dia melihat peti mati hitam legam di samping tempat tidur, Mei langsung mengerti.

"Ini adalah...."

Sudah jelas kamar seorang vampir.

Karena itulah tidak ada cermin. Karena cermin tidak akan menunjukan pantulan dari si tuan, mereka tak berarti.

Karakteristik seorang vampir — tak ada pantulan pada cermin. Juga, ada ketakutan pada sinar matahari. Oleh karena itu tirai kamar tersebut terbuat dari kain tebal untuk memblokir cahaya.

"Tebakan yang salah eh?"

Mei bersiap untuk pergi dalam kekecewaan tetapi sayangnya berjalan ke arah Rushella saat dia kembali ke kamarnya setelah mandi. Tentu saja, dia hanya mengenakan kemeja sebagai pakaian santai seperti biasanya.

"Apa yang kamu lakukan di kamarku!?"

"Tidak ada. Tetapi kamarmu pasti menghabiskan banyak uang. Mungkinkah keuangan Hi-kun cukup renggang?"

"Kamar ini awalnya seperti ini! Berkat itu, aku saat ini sangat puas."

Jelas-jelas senang dengan kamar itu, Rushella menyilangkan tangannya saat dia mengangguk.

Disisi lain, Mei menatap langit-langit dengan ekspresi serius.

"Ada apa, apa ada masalah?"

"Jika itu yang apa yang kamu katakan... Maka Hi-kun selalu menjaga kamar ini pada keadaan aslinya? Bahkan setelah vampir itu mati."

".....!"

Mendengar itu, Rushella terkejut dan terpaku di tempat.

Memang.... Itu benar.

Berpikir kembali, semua perabotannya bebas dari debu dan kamar ini sangat bersih ketika dia berpindah kesini.

Selama ini, Hisui pasti telah — membersihkan secara teratur.

"Ini terlihat buruk...."

"Apa maksudmu dengan itu....?"

"Apa kamu pernah mendengar Hikaru Genji?"[1]

"Aku memperlajarinya dalam pelajaran. Itu adalah pria yang mencoba untuk mengejar ibu tirinya disamping berbagai perempuan diwaktu yang sama. Dia bahkan melakukan sejauh menculik gadis muda untuk dibesarkan sesuai dengan preferensinya, itu benar-benar pria yang tercela, kan!?"

"...Yah, ya, meskipun bagian isinya tak bisa dipungkiri... Meski demikian itu masih sebuah sastra klasik jepang yang terkenal didunia. Lebih jauh lagi, bukankah kisah ini mengandung kebenaran tersembunyi yang berlaku sekarang?"

"Apa maksudmu?"

"Apa yang aku maksudkan adalah, pria tak bisa membebaskan diri mereka dari bayangan ibu mereka. Bukankah kamu mengerti itu lebih baik daripada aku?"

Mei menatap Rushella seolah-olah dia telah menyadari sesuatu.

Rushella hanya memalingkan wajahnya dan bergumam tak sabar.

"...Tidak tahu."

"...Benarkah? Bahkan jika Hi-kun tak tertarik padamu sebagai Lady Fujitsubo, bagaimana dengan yang satunya? Mungkin dia berencana membesarkan Murasaki miliknya sendiri, siapa yang tahu?"

"Apa sebenarnya yang mau kamu katakan...?"

"Akankah seorang vampir membesarkan seorang anak manusia tanpa alasan sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan jika kamu berada di tempat vampir itu?"

"....."

"Tentu saja, situasi ini adalah mustahil. Namun, bagi seorang vampir abadi dengan awet muda, menunggu untuk satu atau dua dekade bukanlah apa-apa, kan? Mungkin — dia hanya menunggu."

"Menunggu apa?"

Rushella bertanya lirih. Dia tidak ingin bertanya, tetapi dia ingin tahu — emosi seperti itulah yang dibawa dalam suaranya.

"Menunggu Hi-kun hingga tumbuh menjadi seorang pria yang dia sukai, kemudian menghisap darahnya dan dengan mudah merubah dia menjadi sesama anggota dari rasnya. Lebih jauh lagi, Hi-kun kemungkinan besar tidak mungkin tidak menyadari tentang niatnya... Tetapi bahkan setelah menyadarinya, dia masih tinggal dengan dia, jadi itu artinya, Hi-kun juga...."

Mengatakan itu, Mei melirik kesamping penuh arti pada Rushella.

Rushella hanya berdiri disana dengan mengepalkan tinjunya erat-erat.

Mei tidak memprovokasi dia lebih jauh lagi dan kembali ke tujuan awalnya.

"Karena ini adalah kamarmu... Mungkin kamar Hi-kun ada disana!?"

"Ah, tunggu sebentar, kamu....!"

Sebelum Rushella bisa menghentikan dia, Mei menyusup kedalam kamar Hisui.

Ini adalah kamar tidur bergaya barat yang biasa. Wilayahnya juga standart untuk seorang siswa SMA, tanpa ada yang spesial tentang itu.

Sebuah meja dan rak buku baja. Manga dan DVD berserakan di lantai bersama dengan pakaian. Tak peduli bagaimana kamu melihatnya, ini hanya kamar siswa SMA yang biasa.

"Hmm... Tak ada yang tidak biasa pada pandangan sekilas."

"Aku bertanya padamu, apa yang kamu pikirkan!? Kenapa kamu masuk kamar pria itu!?"

"Hanya memantau. Agar pembuatan bayi berhasil, aku perlu untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap dari preferensinya. Bukankah ini masuk akal?"

"A-Aku tidak tahu!"

Istilah "pembuatan bayi" jelas membuat wajah Rushella memerah.

Mei mengatakan "hmph", menatap Rushella sekilas dan melanjutkan menjelajahi kamar tersebut.

"Aku benar-benar telah mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Hi-kun... Aku harus lihat disini!"

Mei menenggelamkan diri pada tempat tidur seolah-olah melakukan sebuah slide baserunner.

Rushella mengikuti.

"Hei, kenapa kamu mengikuti aku!?"

"Diam, ini adalah kebebasanku! Cepatlah dengan itu, apa yang kamu temukan disini?"

"Oh ayolah, kamu tidak tahu? Ketika berada ditempat tidur, ini adalah ruang pribadi seorang pria... Disposisi seksual dan hal-hal semacam itu akan sepenuhnya terungkap! Yah, singkatnya, ini adalah harta karun publikasi yang terburuk."

"Apa maksudmu dengan 'publikasi yang terburuk'!?"

"...Kamu benar-benar ingin aku menjelaskan disini?"

"Kamu berbicara tentang itu, buku 'dourinshi' apalah yang sangat tipis itu, kan?"

"Kamu hanya setengah benar. Bagaimanapun juga, mereka bisa ditargetkan terhadap semua kelompok usia, kamu harus berhenti dengan prasangka aneh itu. Bagaimanapun, ini diluar topik, mari kita segera memeriksa selera Hi-kun....!"

Mei mengulurkan tangan pada kekedalaman dibawah tempat tidur yang gelap.

Mungkin didorong oleh rasa oposisi pemberontak, Rushella bergabung kedalam medan.

"Apa yang kamu lakukan, ikutan mencari juga!?"

"Diam, memahami pelayan adalah tugasku!"

Dibawah tempat tidur, pertempuran mereka mencapai jalan buntu.

Gadis-gadis yang tampak lemah ini bergumul bersama-sama, berebut harta yang diketahui sebagai yang terburuk untuk dipublikasi.

Meski demikian, usaha mereka berakhir tak membuahkan hasil.

Lebih akuratnya, tak ada yang disembunyikan dibawah tempat tidur Hisui.

"...Tak ada disini? Atau itu disembunyikan di lokasi yang lebih rumit!?"

"Hmph, itu semua yang bisa dilakukan orang pada tingkatmu! Aku, disisi lain, bisa menemukan sesuatu, lihat?"

Rushella tersenyum penuh kemenangan dan merangkak keluar dari bawah tempat tidur, memegang rampasannya di udara.

"Apa itu?"

Yang dipegang tangan Rushella bukan yang terburuk untuk dipublikasi ataupun salah satu buku tipis — sebaliknya, itu adalah sebuah botol yang bisa muat dalam telapak tangan seseorang. Botol tersebut disegel dengan gabus yang tampak kuno dan berisi yang tampak agak biasa — abu.

"Jadi, apa ini?"

"Aku yang bertanya duluan, jangan menanyai aku balik!"

"Tetapi bahkan jika kamu mengatakan itu..."

Kedua gadis cantik itu mulai merenung bersama-sama.

Pada saat ini, tuan dari kamar tersebut berdiri di pintu, benar-benar tercengang.

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pemandu Eruru, dia meninggalkan ruang bawah tanah untuk kembali ke kamarnya.

"...Apa yang kalian berdua lakukan di kamar orang lain?"

" "....." "

Kedua gadis itu menundukkan kepala mereka karena malu.

Apa yang telah mereka lakukan, setelah semua?

Suasana canggung menggantung pada mereka bertiga untuk sejenak, sampai Hisui menyadari botol di tangan Hisui dan memecahkan keheningan.

"Berikan itu kembali...."

Hisui berjalan kearah Rushella, mencoba mengambil kembali botol tersebut.

Dalam menghadapi sikap kuat Hisui ini, bahkan Rushella mematuhi diam-diam tanpa perlawanan.

Hisui mengabaikan vampir yang terkejut itu dan hanya menempatkan botol tersebut kedalam sakunya.

"Jangan berkeliaran di kamar yang bukan milikmu. Jika kamu tidak punya urusan lain, maka segera keluar."

Hisui menyatakan dengan kasar. Sebagai tanggapan, Rushella kembali ke suasananya yang biasa dan keberatan.

"Beraninya kamu berbicara seperti itu!? Juga, apa itu sebenarnya!?"

"Ah, mungkin itu pasir dari pantai yang mereka kunjungi bersama-sama dimasa lalu?"

Mei mencoba menenangkan situasi dan mengatakan setengah bercanda.

Namun, Hisui membantah dengan ekspresi sedingin es.

"...Ini dianggap sebagai abu kematian, aku kira? Menggunakan istilah manusia."

Pernyataan ini membuat Rushella dan Mei saling menatap satu sama secara canggung.

Mereka berdua tahu masa lalunya. Lebih akuratnya, mereka tahu kira-kira apa yang terjadi, karena Hisui sendiri jarang berbicara tentang pengalamannya.

Tetapi mereka berdua tahu bahwa vampir yang membesarkan Hisui sudah hancur.

Adapun tentang kematian vampir, mereka berdua sangat mengetahuinya.

Itu adalah kehancuran total dan sepenuhnya.

Tubuh yang diberkati dengan semangat abadi, berubah menjadi debu, tersebar untuk dilupakan, akhirnya tak meninggalkan apa-apa dibelakang.

"Aku hanya bisa mengumpulkan... sebanyak ini."

Ya.

Pada akhirnya, semua yang tersisa di telapak tangannya, hanya sebanyak ini.

Pada saat itu, angin tanpa ampun merampas jenazahnya, membawanya untuk dilupakan.

"Benar-benar konyol."

Kata-kata tanpa ampun ini membuat seluruh tubuh Hisui bergidik. Mei juga, berputar untuk menghadap Rushella dengan ekspresi terkejut.

"Untuk seseorang yang sudah hancur, apa artinya yang ada pada jasadnya? Kamu... Berapa lama lagi kamu akan membiarkan dirimu sendiri terbelenggu seperti ini?"

"....Bukan seperti itu. Ini hanya dianggap sebagai lampiran kekeluargaan atau harus aku katakan, sebuah ritual... Tidak lebih."

"Kamarku... Kamu selalu menjaganya di kondisi yang sama ketika wanita itu masih hidup, kan? Kamu pasti telah membersihkannya selama ini. Kamu benar-benar tak berharga, kamu tau?"

Rushella terus memarahi.

Mei memberi isyarat dengan matanya untuk memberitahu Rushella untuk berhenti, tetapi dia benar-benar tidak menyadarinya.

"Perlengkapan dan tempat tidur itu... aku akan membuangnya semuanya dan membeli yang baru. Kenapa aku harus menggunakan barang bekas dari orang lain!?"

Rushella melanjutkan dengan retorika arogannya.

Tetapi tatapannya terhadap Hisui membawa rasa kasihan di matanya.

Setelah berbalik, Hisui tidak menyadari tatapannya dan hanya menjawab acuh tak acuh.

"Lakukan apapun yang kamu suka."

"....!?"

"Jika kamu ingin mengubah mereka, maka lakukan saja dan belilah yang baru. Sejujurnya, aku sudah lelah dengan mereka juga."

"...."

"Tetapi kamu harus membayarnya sendiri. Juga, kamu harus menangani menyingkirkan fornitur lama. Ah, kenapa kamu tidak menjual saja mereka untuk memulihkan sebagian biaya, itu pasti sedikit menghemat."

Kemudian ada keheningan yang berat.

Tanpa mengatakan apa-apa, tatapan Mei mulai berkeliaran.

Akhirnya, Rushella berbicara.

"Apa kamu bercanda? Jika uang dihamburkan sembarangan, tak ada cara untuk bertahan hidup di dunia manusia."

"Benarkah...."

Hisui berkata acuh tak acuh dan meninggalkan kamar.

Kedua gadis itu tidak mengikuti.

Hisui kembali ke ruang tengah yang kosong dan duduk disofa, menonton televisi untuk sementara waktu. Kemudian dia mengeluarkan botol itu dari sakunya.

Eruru menyebutkan sebelumnya bahwa dia membawa dua benda ketika dia kembali dari luar negeri — ini adalah benda kedua tersebut.

Menjaganya disampingnya sepanjang waktu, mengingatkan kenangan sedih dari waktu ke waktu — bukanlah sesuatu yang dia lakukan.

Hisui hanya mengumpulkan abu tersebut, menuangkannya kedalam botol, membawanya pulang, dan menaruhnya dibawah tempat tidur — hanya itu.

Mungkin dia tidak akan pernah melihatnya lagi.

Tepat saat Rushella mengatakan, dia benar-benar tak berharga.

Jelas ini hanyalah abu bukannya Miraluka sendiri.

Hisui menghilangkan melankolisnya dan berdiri.

Menderita atas masa lalu tidak akan merubah apapun. Oleh karena itu, Hisui memutuskan untuk mandi terlebih dulu, membasuh rambutnya, dan menyegarkan dirinya sendiri. Dia juga sedikit khawatir tentang Eruru yang masih berada di ruang bawah tanah.

Hisui berjalan ke kamar mandi dan melepaskan pakaiannya di depan pintu.

Rushella dan Mei mungkin masih di lantai dua. Dia tak bisa mendengar apa-apa dari mereka.

Eruru bekerja keras di ruang bawah tanah.

Bertemu seseorang tetap saat dia melepas pakaiannya — itu seharusnya tidak terjadi.

Pintu geser kamar mandi terbuka dan lampunya padam. Memanggil, dia menegaskan disana tidak ada orang didalam.

Semuanya ok — dalam teori.

Sampai poin ketika dia duduk pada bangku mandi, tidak ada masalah.

Tetapi segera setelah dia duduk, dia mendengar suara dari belakang dan sesuatu melompat turun dari langit-langit.

"....Huh?"

Hisui hendak berbalik untuk memeriksa apa yang terjadi, tetapi sensasi sesuatu yang lembut menekan pada punggungnya membuat dia membeku.

Kemudian lengan lentur terulur kedepan dari belakang, memeluk dia di pinggang.

Selain itu — nafas manis berhembus disamping telinganya.

"Permisi~~ Sudou-san?"

"Oh my, kamu menyadari itu adalah aku hanya dari perasaan pelukannku?"

"Hanya kamu yang akan melakukan hal semacam ini! Darimana kamu keluar...!?"

"Aku menekan sudut langit-langit selama ini. Hanya menggunakan gesekan statis dan kekuatan otot, aku mempertahankan diriku pada dinding, sungguh melelahkan."

"Ada apa dengan kekuatan dan kegigihanmu yang menakutkan itu!? Pasti kamu telah menggunakan kekuatan buatanmu di semua tempat yang salah!?"

Dimasa lalu, mahluk Frankenstein, dilahirkan di labolatorium yang dingin dan steril, diluar kebencian, telah dibebankan pada kehidupan penciptanya dengan keganasan yang akan menempatkan penguntit modern untuk malu — sekarang di tempat dan waktu yang berbeda, kegigihan mahluk tersebut tampaknya telah dialihkan pada prokreasi.

Disini di kamar mandi ini, mereka berdua benar-benar telanjang.

"Aku telah menunggu, menunggu untuk momen ini ketika Hi-kun akan melepas pakaianmu sendiri...! Akhirnya, terimalah takdirmu!!"

"Ini pasti menjadi tujuanmu sejak awal... Apakah itu mungkin, penyihir berada di sisiku juga!?"

"Hi-kun begitu konyol... Semua wanita adalah penyihir, kamu tau?"

Mengatakan itu, Mei menekankan tubuhnya bahkan lebih erat pada dia.

Hisui bisa merasakan payudara yang sangat kenyal dan berat pada punggungnya.

Menggerakkan semua saraf dalam tubuhnya untuk memotong sensasi dari punggungnya, dia membuang kehangatan jahat dari pikirannya.

Itu kosong.

Tak ada apapun di punggungnya.

Oleh karena itu, tidak ada apa-apa yang menekan pada dia.

"Ah, hentikan, Hi-kun, berhenti bergerak... Kamu menggosok ujungnya, bisakah kamu merasakannya...."

"Apa yang kamu bicarakan, Sudou-san... Aku tidak bisa merasakan apa-apa, kamu tau? Itu pasti imajinasiku, tetapi aku sepertinya merasa sedikit kelembutan dan kehangatan di punggungku, itu pasti sesuatu seperti roti daging, kan? Tampaknya ada sesuatu yang sedikit keras pada ujungnya, itu harusnya itu, kacang polong diatas shumai, kan? Sudah pasti, itu bukan hal yang bayi hisap, kan!?"

"...Nah kan kamu sepenuhnya menyadari. Hei, mengabaikan aku seperti ini... itu begitu tidak adil."

Tangan iblis Mei sampai diantara kaki Hisui. Dengan seluruh tubuhnya telanjang kecuali handuk menutupi lokasi itu, Hisui berhasil mempertahankan baris pertahanan terakhirnya.

Tangan indah Mei yang ramping dan pucat membelai tangan Hisui yang mati-matian menjaga handuk tersebut pada posisinya.

"Serius... Kamu mati-matian bertahan. Hi-kun, biarkan darahmu memenuhi tempat ini... Dan berubah menjadi mode Anti-Drac mu, bagaimana...?"

"Berhenti menggunakan konstitusi tubuhku untuk membuat lelucon kotor... Pria kecil yang disini ini sama pemalunya seperti tuannya, aku! Berhadapan dengan situasi tiba-tiba semacam ini, dia tidak tau bagaimana untuk bereaksi!"

Dengan lengan lain Mei dengan tegas melilit pinggangnya, Hisui tidak akan bisa melarikan diri bahkan jika dia berusaha. Kekuatan lengan seorang manusia buatan benar-benar berbeda dari kesan apa yang kulit lentur berikan. Saat dia memberi sedikit perlawanan, kemungkinan besar, dia akan langsung kehilangan dua atau tiga tulang rusuk.

"Hei... Sudah saatnya kamu menyerah untuk melawan, kan?"

"Hentikan... Jangan meniup teilngaku! Ah, ahhh, h-hentikan... Jangan menggigit daun telingaku..."

Sudah menahan daun telinga Hisui dalam mulutnya, dia melanjutkan menggigit ringan.

Bibir dan lidah Mei dengan cekatan bermain-main dengan daun telinganya, secara bertahap mengasingkan kesadaran Hisui.

"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya, aku adalah boneka yang dilengkapi dengan empat puluh delapan mode kesenangan yang berbeda... Dihadapkan dengan gigitan ringan iblisku, kesadaranmu akan terbang ke ujung langit segera."

"Aku telah mengatakan juga, pernyataan yang baru saja kamu buat merupakan penghinaan pada leluhur manusia buatanmu...."

Suara protes Hisui sudah sangat lemah.

Merasa kemenangan ada ditangan, Mei mulai melakukan tindakan yang lebih intens.

Menyelipkan sabun melalui belahan dadanya, dia menghasilkan sejumlah besar busa sabun.

Kemudian dia menggunakan payudaranya, ditutupi dengan gelembung sabun, untuk menggosok pada punggung Hisui.

"Seperti yang aku pikirkan, permainan kamar mandi dilakukan seperti ini ♪. Kemampuan luar biasa milikku ini, jauh melampaui pijatan busa wanita, nikmati mereka juga ♪"

"....—!!"

Ini mungkin salah satu dari empat puluh delapan mode kesenangannya. Memang, rasanya sangat nikmat. Kesenangan yang tak tertahankan.

Sementara busa sabun dan payudara melakukan simponi ekstasi, dua tonjolan menggosok pada dia dari waktu ke waktu, memainkan not rendah, perasaan seperti kilatan petir melesat melintasi punggung Hisui.

Buruk.

Buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, teramat sangat buruk sekali!

Menggunakan kewarasannya yang terakhir, Hisui mengulurkan tangan pada wastafel. Memutar keran pada yang paling besar, dia mengisinya.

Kemudian dia mencipratkan semua air tersebut pada wajah Mei dibelakangnya.

"Ah, dingin sekali!"

Draculea V02 - BW07.jpg

Terkejut oleh serangan yang tiba-tiba, Mei akhirnya melepaskan Hisui.

Mengambil keuntungan dari celah tersebut, Hisui membuka pintu kamar mandi dan berusaha melarikan diri.

Namun, Mei memeluk pinggangnya dari belakangn menarik Hisui di lantai. Hanya tubuh bagian atasnya yang berhasil keluar pintu, tetapi tak bisa melarikan diri.

"Tunggu, Hi-kun... Apa kamu mencoba mempermalukan seorang gadis!?"

"Kenapa kamu tidak mempertimbangkan rasa maluku terlebih dulu! Hei, seseorang, cepat selamatkan aku~~!!"

Hisui membuang harga dirinya dan berteriak minta tolong secara langsung. Yang mengejutkan, bala bantuannya akhirnya tiba cukup cepat.

Kemudian Hisui segera menyesali keputusannya yang gegabah.

"Apa!? Apa penyihir itu mengejar kita sampai rumahmu!?"

"Apa yang terjadi!? Aku baru saja beristirahat, dan sekarang apa setuasinya!?"

Rushella dan Eruru membuka pintu pada area berganti dan bergegas masuk.

Para pahlawan penyelamat yang datang terburu-buru tengah membeku oleh pemandangan dari Hisui yang telanjang tergeletak diatas lantai pintu masuk kamar mandi.

Beruntungnya, tubuh bagian bawahnya masih didalam kamar mandi, sehingga mereka tidak melihat apapun — tetapi kedua gadis itu segera menyedarinya bahwa Mei berada didalam menarik-narik Hisui.

"Ah, permisi, kedua pahlawanku, ijinkan aku untuk menjelaskan...."

"Hi-kun meminta aku untuk membantu mencuci punggungnya, itu sebabnya aku..."

Mei tiba-tiba bertindak agak jinak dan dengan canggung memutar-mutar jari-jarinya.

Hisui langsung pucat saat dia mendengarnya.

"Aku sudah mengatakan aku malu, tetapi dia bersikeras....!"

"Eh——!? Sungguh seorang pembohong! Seolah-olah ada orang yang akan percaya padamu...."

Mereka percaya.

Tanpa mengubah ekspresi, Rushella mengeluarkan pedang pendek favoritnya dan memasuki kuda-kuda. Eruru mengeluarkan pistol suci anti-vampirnya, "argentum" dan membuka pengamannya.

"Hei, tunggu sebentar, bukankah ini terlalu aneh!? Itu adalah keperjakaanku yang dipertaruhkan disini! Tidak bisakah kalian mengerti, situasi semacam ini!? Hei, kenapa kalian tidak bicara!? Kenapa kalian begitu tanpa ekspresi!? Tenang, berhenti, jangan, berhenti sekarang —— !!"

Sebelum air mandi mendingin, Mei sudah meninggalkan tempat kejadian.

Setelah itu, di bak mandi yang cukup besar untuk menampung dua atau tiga orang, mengapung tubuh anak laki-laki yang menyerupai mayat. Itu adalah Hisui, benar-benar dipukuli dengan seluruh wajahnya memar.

Darah dari luka-lukanya mewarnai air mandi menjadi merah, menyoroti akhir yang tragis.

Kujou Hisui, sesuai dengan namanya [2] , telah terendam dalam air berwarna merah dengan air mandi aditif yang dikenal sebagai darah segar.

※※

Larut malam.

Rushella dan Mei telah pergi ke tempat tidur, Eruru terus membaca sendirian di ruang bawah tanah.

Berkat warisan setengah darah vampirnya, tak ada kelelahan yang terlihat diwajahnya. Menggunakan penerangan dari cahaya lilin bergaya kuno, dia meneliti buku-buku kuno tanpa henti.

kehilangan hitungan buku yang telah dia baca, Eruru menutup buku yang lain dan menempatkannya di lantai.

Mendengar langkah kaki mendekat, ketidaksenangan yang jelas muncul di wajahnya.

"Apa urusan yang kamu punya, Kujou-san yang tidak hanya menipu gadis untuk masuk rumahnya, tetapi bahkan memerintah mereka untuk masuk kamar mandi?"

"Ada apa dengan nada suara itu? Mungkin seperti apa yang Rushella katakan, aku seharusnya tidak membawa kalian berdua ke rumahku. Aku masih kesakitan dari luka-luka itu."

Hampir diubah secara tidak adil menjadi hantu tenggelam, Hisui menggerutu saat dia menggerakkan bahunya.

Dia hampir menyangka dirinya sendiri mati.

"Ini sudah larut, bagaimana dengan kamu pergi tidur? Pergilah dan berbagi tempat tidur dengan Sudou-san."

"Kamu pikir siapa aku... Apa kamu mencoba mengirim Red Riding Hood kecil ke sarang serigala yang lapar?"

"Maka itu akan lebih baik jika kamu dimakan oleh seekor serigala. Baiklah, kenapa kamu disini?"

"Hanya untuk melihat bagaimana kamu melakukannya disini. Juga, ini untukmu."

Hisui memberikan sebuah nampan dengan piring dan secangkir kopi. Piring tersebut berisi sandwich rumput laut sementara cangkir berisi susu panas dengan gula tambahan.

"Ini cemilan tengah malammu. Jangan tidur terlalu larut, oke?"

"Sama seperti orang yang tinggal di rumahmu, aku lebih energik pada malam hari. Tetapi bagaimanapun juga... terimakasih."

Eruru mengambil nampan tersebut dan kembali ke buku-buku tersebut.

Tetapi karena Hisui telah menyiapkan camilan untuk dia yang bisa dimakan sambil bekerja, Eruru memegang sandwich dengan satu tangan dalam menanggapi tawaran kepedulian Hisui yang tak terucapkan.

"Jadi — ada hasil sejauh ini?"

"...Tidak banyak sampai sekarang ini. Meskipun sumber daya disini sangat bagus, pada akhirnya sebagian besar pertimbangan tentang penyihir ditulis oleh peneliti pihak ketiga. Mengingat tingkat keaksaraan Eropa pada saat ini ditulis, serta cara-cara rahasia dari penyihir, ini tidak dapat membantu..."

"Aku mengerti...."

Harapannya berlari, bahu Hisui merosot dalam kekecewaan.

Seperti yang diduga, kekuatan dari penyihir telah diturunkan dari ibu pada putri, dari guru pada murid. Ritual rahasia yang tak pernah diungkapkan pada orang luar.

"Namun, ada banyak catatan menarik disini. Contohnya, perlawanan dari "mata mistik" sebagai bagian dari strategi anti-vampir. Sepertinya, ini hanya rangkuman temuan melalui percobaan dan kegagalan berulang kali. Misalnya, orang bisa memasang penghalang untuk bersembunyi dibaliknya dan menghindari efeknya. Namun, si perapal mantra menjadi tak bisa bergerak, karena itu tidak memiliki kepraktisan. Namun, jika seseorang menggunakan jimat, tidak akan ada banyak gunanya. Untuk menghadapi "mata mistik", metode perlawanan yang lebih langsung diperlukan — itulah yang dikatakan."

"Belum berhasil? Tetapi catatan ini ditulis berabad-abad yang lalu, mungkin itu sudah bisa direalisasi sekarang? Bagaimana dengan yang lainnya?"

"Informasi lain referensi yang berharga termasuk berbagai catatan pada obat dan ramuan yang dibuat oleh penyihir. Meskipun efek dari obat-obat ini sangat bervariasi, membuat merekan tidak berbau dan tak berasa tampaknya mustahil. Bahkan jika dicampurkan pada makanan atau minuman, banyak usaha yang harus dilakukan mengenai rasanya, jika tidak, target akan langsung menyadari. Jika obat-obatan yang berasal dari herbal, maka bahan yang lain harus sesuai. Idealnya, rasanya tidak akan hancur oleh minyak esensial ramuan ini."

"Aku mengerti. Jadi jika kamu ingin seseorang untuk memakan apel beracun milik penyihir, membuatnya menjadi sebuah kue apel... Sesuatu seperti itu?"

"Pada dasarnya seperti itu. Keefektifan sebuah obat berbanding terbalik dengan konsentrasinya. Jika itu bukan obat tertentu yang kuat, tidak akan membutuhkan untuk menghabiskan begitu banyak usaha dalam memasak."

"Tetapi jika itu ditambahkan pada air putih, maka segala macam penutupan pasti selesai. Namun, bagaimana 'penyihir' melakukannya...."

Hisui duduk di lantai dan mulai merenung. Eruru mengeluarkan salah satu kantong plastik barang bukti polisi dan menunjukan padanya.

Hisui bisa mengenali objek didalam kantong tersebut.

Itu adalah kantong kertas yang dia temukan di tempat sampah di ruang persiapan ekonomi.

"Sebelum datang ke rumahmu, ini sudah di analisa."

"Hmm. Jadi apa hasilnya, menemukan sesuatu?"

"...Dalam kenyataannya, kamu sudah mengerti apa ini sejak awal, kan? Kamu tau apa itu dan digunakan untuk apa."

Eruru menatap Hisui saat dia bertanya.

Melihat matanya yang teguh mengatakan "Jangan berani-berani membodohi aku", Hisui tak punya pilihan lain selain berbicara serius.

"Kemungkinan besar... bumbu herbal?"

Bumbu herbal — singkatnya, sebuah campuran dari berbagai herbal untuk memasak.

Digunakan untuk menghilangkan bau tak sedap dari ikan dan daging, untuk membuat hidangan lebih sedap, itu sering digunakan di Eropa dan bisa dianggap sebuah jenis dari rempah-rempah.

Kombinasi herbal bervariasi dari hidangan ke hidangan. Herbal yang diperlukan diikat dengan tali, ditempatkan dalam sup untuk di rebus bersama-sama dengan daging.

Ini dijual di pasar, dan orang bisa menemukan banyak bumbu herbal sederhana di supermarket disegel dalam kentong kertas.

"Bagaimanapun juga, orang tua asuhku berasal dari Eropa, jadi aku telah melihat dia menggunakan itu dalam masakannya yang biasa. Terakhir kali, praktek memasak membuat sup kental, jadi menggunakan bumbu herbal harusnya sangat masuk akal, kan?"

"Setidaknya kelompokku tidak menggunakannya. Mungkin tak satupun dari kelompok-kelompok lain juga... Bagaimana dengan kelompokmu? Karena kamu mencicipinya, kamu seharusnya tau, kan?"

"......"

Itu benar — rasa dari sup kental saat itu, masih jelas diingatannya.

Untuk tingkat praktek memasak disekolah, itu terlalu menakjubkan.

Teringat itu sekarang, usaha besar pasti telah dimasukkan pada bumbu. Sepertinya ada rasa samar-samar dari herbal. Bagaimanapun juga, hal yang ada di tangan Eruru pasti digunakan oleh kelompok Hisui.

"Bahkan jika itu digunakan... lalu apa? Kamu bisa membelinya di pasar, dan tak ada masalah disana. Merebusnya dalam sup, kemudian membuangnya setelah itu. Sangat wajar, kan?"

"Lalu siapa yang menggunakannya? Mengecualikan Rushella Dahm Draculea yang tidak berpastisipasi secara serius dalam memasak, apa itu kamu? Atau Sudou-san?"

Interogasi akut Eruru menyebabkan Hisui mulai ragu.

Tentu saja, dia tau siapa yang menggunakannya.

Dia tau siapa yang bertanggung jawab pada panci dan yang ditugaskan pada bumbu secara keseluruhan.

Semuanya dikerjakan oleh Sera Reina.

"...Itu adalah Ketua Kelas yang menggunakannya. Lalu apa? Dia hanya berusaha untuk membuat masakan lebih lezat, dan menambahkan langkah tambahan, kan?"

"Menurut hasil dari analisa, selain herbal biasa, 'daun' tanaman beracun juga terdeteksi."

".....!?"

Hisui terbelalak terkejut.

Kenapa!?

Kenapa Reina punya bunga beracun semacam itu....!?

"Apa yang sebenarnya yang terjadi....?"

"Aku tidak tau. Hanya itu, menurut legenda, 'daun' tanaman beracun tak memiliki fungsi untuk pengobatan. Dan dalam kenyataannya, baik kamu dan Sudou-san tidak terpengaruh sama sekali. Pertama-tama, ini seharusnya tidak mempengaruhi vampir...."

Menurut poin ini, Eruru tampaknya tak memiliki hipotesis untuk saat ini. Bingung, dia menggelengkan kepalanya.

Namun, kenyataan yang terkonfirmasi ada didepan matanya.

"Tetapi, bagaimana bisa 'daun' tanaman beracun didapatkan... Hei, mungkinkah itu dari yang kemarin?"

"Sepertinya. Setelah itu, aku mengambil bunga yang kamu cabut dan menemukan bukti dari beberapa daun telah diambil. Tak menggunakan bunganya, seseorang mencangkoknya sebagai sebuah percobaan di petak bunga tersebut — mungkin itu yang terjadi. Tetapi sekali lagi, jika fungsi pengobatan adalah tujuannya, dia setidaknya pasti mengambil 'bunga'nya juga...."

Eruru membuat kesimpulannya, Hisui tak bisa menyingkirkan keraguan dalam pikirannya.

Kenapa harus Reina....?

Belum lama ini, dia telah menjadi pengorbanan vampir. Dia seharusnya seorang gadis polos dan murni.

Kabarnya, kedua orang tuanya adalah Umat Kristen yang taat dan dia sendiri berasal dari sekolah Katolik.

Gadis pendiam dan lembut yang seharusnya menjadi kemungkinan yang terjauh dari "penyihir", kenapa dia?

"Aku mengerti penolakanmu untuk menerima kebenaran, tetapi ini adalah fakta yang kuat. Aku telah menguji banyak hal, tetapi pada akhirnya, dia adalah orang yang menambahkan daun tanaman beracun pada masakan — ini sudah jelas."

"...Dan lalu? Apa kamu mengatakan ketua kelas adalah penyihir? Bagaimanapun, bagaimana dengan teh herbal dan lilin wangi yang kamu kumpulkan dari wakil presiden?"

"Tentu saja itu juga dianalisa. Dalam hal komponen, tak ada yang tak biasa. Aku juga menyeduh teh herbal tersebut dan meminumnya, rasanya cukup enak, sangat normal. Aku juga menguji lilin wangi itu sekarang ini — sepertinya tak ada masalah."

Mengatakan itu, Eruru menunjuk pada lilin yang berdiri di dinding.

Sekarang dia menyebutkan itu, Hisui telah menyadari aroma samar di udara.

"...Hei, jangan begitu sembrono. Apa yang akan kamu lakukan jika ada masalah? Apa kamu mendengar cerita pendek Sherlock Holmes yang disebut 'The Adventure of the Devil's Foot'? Untuk menguji sebuah racun, Holmes benar-benar sangat menderita."

"Itu sudah dianalisa sebelumnya. Selain itu, tak ada masalah dengan aku meminum barang-barang tersebut. Entah itu racun yang menargetkan manusia atau vampir — tak ada yang efektif terhadap seorang persilangan seperti aku."

"Jangan bicara seperti itu."

Kata-kata Hisui menyebabkan sedikit kesuraman melintasi wajah Eruru.

Darah terkutuk yang mengalir melalui pembuluh darahnya adalah apa yang paling dia benci.

"...Bagaimanapun juga, itu adalah kebenaran. Itu tak bisa dipungkiri."

"...."

"Setelah menyelidiki, sepertinya Wakil presiden pada dasarnya satu-satunya siswa yang sering pergi ke ruang persiapan ekonomi. Tetapi barang-barang yang dia bawa tidak ada masalah. Satu-satunya yang tersisa yang harus kita selidiki adalah Horie-sensei yang mengawasi memasak tersebut."

"Termasuk kelompok kita, dia memeriksa proses memasak semua orang, dan mencicipi sedikit dari masing-masing atas nama pengujian rasa. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu saat itu."

Yang lebih penting, dia terbiasa untuk menjadi anggota dari Klub Penelitian Ilmu Gaib.

Nama yang tertulis pada belakang halaman, terukir dalam-dalam pada ingatan Hisui dan Eruru.

"Mengenai dia, penyelidikan akan berlangsung setelah liburan. Dalam hal apapun, memeriksa sumber daya ini adalah prioritas utama sekarang ini."

"Paham. Jadi... apa ada yang bisa aku bantu?"

Hisui menduga dia akan menjawab "Tidak" atau "Silahkan pergi dan berhenti menghalangi aku" tetapi Eruru tidak menolak bantuan Hisui. Sebaliknya, dia mengulurkan cangkir kopi yang kosong.

"....lagi, tolong."

"Ya~"

Hisui tersenyum sebagai balasan, mengambil cangkir tersebut dan meninggalkan ruang bawah tanah.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Hikaru Genji : protagonis dari novel klasik jepang The Tale of Genji. Kehilangan ibunya pada usia dini, dia melanjutkan untuk mengembangkan hubungan romantis dengan sejumlah perempuan, salah satu dari mereka ibu tirinya, Lady Fujitsubo, yang sangat mirip dengan ibunya dan menjadi wanita idamannya. Kemudian, Hikaru bertemu keponakan ibu tirinya, Murasaki, yang dibawa pulang untuk dibesarkan dan dididik untuk menjadi wanita idaman impiannya.
  2. Kujou Hisui (紅城緋水) : untuk kanji dalam namanya, ku(紅) dan hi(緋) berarti warna merah/scarlet, sementara 水 artinya air.


Sebelumnya Bab 3 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 5