Baka to Tesuto to Syokanju:Volume1 Soal Keenam

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Soal Keenam[edit]

Jawablah soal berikut ini:

Tuliskan formula molekul dari Benzene.


Jawaban Himeji Mizuki:

"C6H6"

Komentar Guru:

Soal yang mudah, kan?


BTS vol 01 151.jpg

Jawaban Tsuchiya Kouta:

"Ben + zene = Benzene"

Komentar Guru:

Kau menghina kimia?


Jawaban Yoshii Akihisa:

"B-E-N-Z-E-N"

Komentar Guru:

Datanglah ke ruang guru nanti, bersama Tsuchiya.



"Kerja bagus, teman-teman. Terima kasih untuk kerja keras kalian mengambil tes-tes itu."

Yuuji berkata sambil berdiri di belakang meja guru dan meletakkan tangannya di atasnya.

Sepanjang pagi ini kami mengerjakan tes. Tes-tes itu selesai belum lama ini. Sekarang kami mau makan siang. Untuk mengisi kembali sejumlah skor yang hilang dalam semua mata pelajaran, jumlah tes yang kami kerjakan sungguh mengerikan.

"Kita akan mulai Perang Tes Syokanju dengan Kelas B siang ini. Kalian siap untuk membantai?"

"Oooo...!"

Semangat kami masih tinggi, dan itu adalah satu-satunya senjata kelas kami.

"Tujuan Perang ini adalah untuk menahan musuh dalam kelas mereka; untuk itu, kita tidak boleh kalah dalam pertarungan di koridor."

"Oooo...!"

"Himeji Mizuki akan jadi komandannya. Teman-teman, bersiagalah dan bersiap untuk mati."

"Aku... Aku akan berusaha sebaik-baiknya."

Dengan malu-malu Himeji berjalan keluar dari kerumunan; mungkin ia tidak ingin berteriak seperti para cowok.

"OOOO...!"

Semangat pasukan garis depan bertambah melebihi batas karena mereka bisa bertarung bersama gadis cantik.

Kesimpulannya, inti dari Perang ini adalah pertarungan di koridor; jika kami kalah disana, habislah kami. Maka, dari 50 murid di Kelas F, kami mengirim 40 murid untuk pertarungan itu. Pasukan ini akan dipimpin oleh Himeji, yang adalah murid terkuat di kelas kami dan yang kedua terkuat di sekolah ini, jadi kami seharusnya bisa menang tanpa banyak kesulitan.


(?)


Ketika bel yang menandakan istirahat siang selesai berbunyi, Perang melawan Kelas B akhirnya dimulai.

"OK, ayo semua! Target kita adalah meja-meja yang sistematis!"

"Siap, sir!"

Untuk bisa sukses menahan musuh dalam kelas mereka, kami harus mengontrol setiap momen-nya.

Kami bergegas ke koridor di luar Kelas B dengan kecepatan penuh.

Karena banyak murid di Kelas B menguasai pelajaran bukan-sains dan karena guru matematika Hasegawa-sensei bisa menciptakan wilayah pemanggilan yang lebih besar, kami memilih matematika sebagai pelajaran utama untuk bertarung; dengan kata lain, jika kami ingin menyelesaikan pertarungan secara cepat, Hasegawa-sensei akan sangat berguna.

Di sisi kami juga ada guru Komposisi Inggris Yamada-sensei dan guru fisika Kimura-sensei. Kali ini, kami perlu meningkatkan jumlah guru pengamat dan membantai musuh secepat mungkin!

"Aku bisa melihat murid Kelas B!"

"Mereka membawa Bu Takahashi!"

Murid-murid Kelas B berjalan pelan di hadapan kami, tapi jumlah mereka hanya 10. Mereka pasti pasukan barisan depan, dan mereka hanya ingin menguju kemampuan kami.

"Jangan biarkan mereka kabur hidup-hidup!"

Bersamaan dengan teriakan yang menakutkan ini, Perang melawan Kelas B secara resmi dimulai.


Kelas B Nonaka Chounan VS Kelas F Kondou Yoshimune

Nilai Gabungan

1943 VS 764


Apa!? Dia terlalu kuat! Mereka seperti berada di level yang benar-benar berbeda!


Kelass B Kaneda Ichiyuuko VS Kelass F Mutou Keita

Matematika

159 VS 69


Kelas B Satoi Mayuko VS Kelas F Kimishima Hiroshi

Fisika

152 VS 77


Perbedaan kemampuan bertarungnya terlalu besar; pasukan garis depan kami terus-menerus kalah. Kalau kami tidak mengirim pasukan pembantu sebelum skor mereka mencapai 0, jumlah pasukan kami akan berkurang sangat banyak.

Ketika aku berusaha mengamati apakah kami punya bala bantuan atau mungkin rute-nya telah dihalangi oleh musuh...

"A-aku terlambat... M-maaf..."

Himeji yang hampir kehabisan napas tiba di tempat; kurasa ia pasti berlari sepanjang jalan menuju garis depan.

"Himeji Mizuki di sini!"

Salah satu murid Kelas B berseru. Sepertinya Kelas B sudah tahu bahwa Himeji tidak masuk ke Kelas A dan menyelidikinya, kurasa?

Semua murid Kelas B tampak syok ketika mereka mendengar hal itu. Sangat mudah dilihat bahwa mereka takut sekali pada Himeji.

"Himeji, meski kau baru saja tiba, tapi bisakah...?"

"Y-Ya. Aku pergi sekarang."

Himeji segera bergegas ke tengah-tengah arena pertarungan. Melihat gadis itu saja bisa membuatmu merasa tenang. Aku benar-benar ingin memotretnya sekarang dan menyimpannya sebagai sufenir.

"Pak Hasegawa, aku Iwashita Ritsuko dari Kelas B, dan aku mau menantang matematika Himeji Mizuki dari Kelas F!"

"Ah, Pak Hasegawa, aku Himeji Mizuki; senang bertemu denganmu."

Segera saja Himeji menjadi target musuh; mungkin musuh kami ingin menyingkirkannya secepat mungkin?

"Ritsuko, aku akan membantu!"

Seorang gadis lain dari Kelas B maju dan memanggil syokanju-nya di saat yang bersamaan. Dua dari sepuluh murid Kelas B menantangnya; kelihatannya mereka benar-benar takut pada Himeji.


"Summon!"


Lingkaran sihir muncul setelah pemanggilan, dan syokanju yang sangat familiar muncul di hadapan kami.

Syokanju-syokanju musuh mengacungkan pedang dan tombak mereka pada syokanju Himeji, tapi syokanju itu tampak sangat tenang dan hanya menggenggam greatsword-nya yang sudah pernah kami lihat sebelumnya.

Kini ketiga syokanju dengan wajah respektif pemilik mereka saling berhadapan, tapi...

"Eh? Syokanju Himeji pakai aksesori."

"Ah, ya. Karena nilai Matematika-ku cukup baik..."

"Kau bisa pakai aksesori dalam pelajaran yang kau kuasai?"

Syokanju Himeji yang hanya setinggi dua kepala itu memakai gelang indah di tangan kirinya selain memegang greatword.

"I-itu...!?"

"Dia bukan lawan yang bisa kami hadapi!"

Para musuh mulai panik ketika melihat gelang itu.

Ah, aku jadi ingat: memakai gelang berarti...

"Erm, aku akan menyerang."

Himeji memegang kencang tangannya; mengikuti tindakan Himeji, syokanju-nya melesat menuju musuh dari sisi kiri.

"Tunggu sebentar!"

"Ritsuko! Hindari serangannya!"

Kedua Syokanju mereka melompat ke samping dengan dramatis. Tiba-tiba, gelangnya syokanju Himeji mengeluarkan sinar terang.

  • Beep!*


"Ahhh!"

"Ri... Ritsuko!"

Seketika setelah gelang itu bersinar, salah satu syokanju musuh yang tidak sempat kabur langsung diselimuti api.


Kelas F Himeji Mizuki VS Kelas B Iwashita Ritsuko & Kikuiri Mayumi

Matematika

412 VS 189 & 151


Jadi, pakai gelang berarti syokanju bisa menggunakan kemampuan spesial? Meskipun aku sudah lupa berapa tepatnya skor yang dibutuhkan untuk itu, aku ingat peraturan entah-di-bagian-mana yang mengatakan bahwa syokanju dari murid yang nilainya di atas jumlah tertentu bisa memakai gelang yang membuat mereka memiliki kemampuan spesial. Peraturan ini tidak ada gunanya untukku, makannya aku melupakannya.

"M-maaf. Aku tidak bisa lembut dalam pertarungan!"

Syokanju Himeji menghampiri musuh yang sudah hilang kontrol karena mengelak dari serangan sebelumnya, kemudian membelah syokanju itu juga senjatanya, membunuhnya dengan instan dan memenangkan pertarungan.

"Iwashita dan Kikuiri tewas di pertarungan!"

"Apa!? Bagaimana mungkin!?"

"Himeji Mizuki lebih menyeramkan dari rumornya!"

Delapan murid sisa dari kelas B kelihatan sangat syok; yang tidak mengejutkan kenapa mereka bisa kelihatan begitu.

Ngomong-ngomong, Himeji, kau terlalu kuat.

"T-teman-teman, lakukan yang terbaik...!"

Himeji berkata sesuatu yang tidak terdengar seperti perintah dari seorang komandan, tapi justru sangat efektif.

"Aku akan mengerahkan kekuatanku!"

"Himeji yang terbaik!"

Jumlah penggemar Himeji bertambah drastis.

"Himeji, kau bisa istirahat sekarang!"

"Ah, ya."

Semangat musuh telah turun drastis, jadi lebih baik Himeji istirahat sekarang. Kemampuan spesial memang bisa menyebabkan damage yang besar, tapi juga menghabiskan banyak poin. Bahkan jika tidak ada Himeji, mengalahkan barisan depan musuh sekarang hanya masalah waktu saja.

"Ganti dengan pasukan utama sekarang sekaligus mundur. Jangan mati di pertarungan!"

Dan itu adalah komando musuh. Yang penting kami sudah mencapai target kami dengan sukses. Biar musuh mundur perlahan, batasi gerak mereka dalam ruang Kelas B, maka pertarungan untuk hari ini akan berakhir. Semua ini berkat kemampuan bertarung Himeji yang luar biasa sehingga rencana kami berjalan dengan lancar, terima kasih banyak!

"Akihisa, aku mau kembali ke kelas sekarang."

"Hah? Kenapa?"

Hideyoshi berjalan ke arahku ketika aku sedang mengamati situasi perang secara keseluruhan.

"Kembali"? Apa yang terjadi pada pasukan utama?

"Ketua kelas di Kelas B itu..."

"Cowok yang bernama Nemoto."

"Kau bilang 'Nemoto'; maksudmu Nemoto Kyouji?"

"Iya."

Cowok yang bernama Nemoto Kyouji punya reputasi yang sangat buruk. Menurut rumor, ia ahlinya melakukan trik kotor dan akan melakukan apa saja untuk bisa meraih tujuannya. Ada rumor tentang "meracuni tim lawan dalam permainan bola", "bawa senjata waktu berkelahi dengan yang lain", dsb. Aku tidak terlalu percaya ia sebusuk itu, tapi berhati-hati juga tak ada salahnya.

"Aku mengerti, kalau begitu lebih baik kita kembali secepatnya!"

"Meskipun kurasa Yuuji tidak akan jatuh dalam jebakannya, sebaiknya kita kembali untuk memastikan semuanya baik-baik saja."

Sesudah memberitahu Himeji tentang ini, Hideyoshi dan aku membawa beberapa orang dan kembali ke kelas.



"Wha, jahat sekali!"

"Aku tidak pernah membayangkan mereka benar-benar akan melakukan ini semua."

"Benar-benar kejam."

Ketika kami kembali ke kelas, kami melihat meja teh kami sudah berlubang-lubang, juga semua pensil dan penghapus kami rusak serta patah menjadi dua.

"Ini gawat; kita jadi tidak bisa menambah skor kita dengan lancar."

"Yeah, ini mungkin masalah kecil, tapi benar-benar akan mempengaruhi penambahan skor kita."

Ngomong-ngomong, kupikir Nemoto itu pengecut.

"Jangan terlalu dipikirkan. Memang butuh waktu untuk memperbaikinya, tapi tidak akan terlalu berpengaruh pada rencana kita."

"Yah, kalau begitu, Yuuji, kami turuti saja perkataanmu."

Sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan.

"Bagaimana kelas ini bisa jadi serusak ini, dan Yuuji, bagaimana bisa kau tidak tahu?"

Kelas ini tidak seperti ini sebelum istirahat siang, jadi pengrusakan pasti terjadi antara waktu pertarungan dimulai sampai sekarang. Dan Yuuji seharusnya ada di kelas dan bisa menghentikan mereka, kan?

"Mereka ingin membuat kesepakatan denganku dan aku pergi untuk bernegosiasi, jadi kelas ini kosong waktu itu."

"Kesepakatan apa?"

"Yah, jika tidak ada di antara kita yang memenangkan Perang ini sebelum jam 4 sore, maka Perang-nya akan dilanjutkan besok pagi jam 9, dan sampai saat itu, kedua pihak tidak boleh melakukan apapun yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju."

"Mengerti. Dan kau setuju?"

"Yep."

"Tapi kalo sampai pada titik 'stamina menentukan kemenangatn', kita seharusnya lebih punya keuntungan, kan?"

"Itu benar bagi kita semua kecuali Himeji."

Ah, aku mengerti.

"Setelah mengurung mereka dalam kelas, Perang akan berakhir untuk hari ini; pertarungan yang sesungguhnya akan dimulai besok."

"Ya. Sepertinya kita memang tidak bisa mengalahkan mereka hari ini."

" Saat itu, kemampuan bertarung Himeji akan sangat diperlukan, dibanding seluruh kelas."

Maksudnya pertarungan akan berfokus dalam area tertentu? Kalau begitu bakalan sama seperti perang melawan Kelas D dan biarkan Himeji membantai Ketua Kelas, begitu?

"Jadi itulah kenapa kau menerima saran mereka: membiarkan Himeji bertarung dalam kondisi sempurna?"

"Ya. Ini cara yang bagus menurutku."

Oya? Bagus kalau begitu.

Tapi, aku merasa sedikit janggal. Mereka menghancurkan meja kami, terus membuat kesepakatan yang menguntungkan untuk kami di waktu yang bersamaan. Kupikir Nemoto Kyouji bukanlah orang yang naif.

"Akihisa, kita harus pergi ke garis depan sekarang; mereka mungkin menggunakan cara kotor lagi."

Hideyoshi berlari keluar kelas setelah ia berkata begitu.

"Yeah. Yuuji, sisanya terserah kau."

"Oh, aku mau menyiapkan pensil dan penghapus baru."

Yuuji mengangkat tangannya dan mengucapkan 'dadah'. Aku kemudian mengejar Hideyoshi.

Aku berhasil mencapai Hideyoshi dengan segera tanpa perlu berlari cepat.

"Aku tetap berpikir bahwa kita belum benar-benar melihat 'yang sesungguhnya' dari mereka!"

"Yeah. Kurasa mereka tidak akan cuma melakukan itu saja; kita sebaiknya berhati-hati."

Trik curang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya? Sialan, mereka punya kemampuan bertarung yang jauh lebih baik daripada kami, tapi kenapa mereka tidak langsung saja menghadapi kami?

Kami hampir sampai di arena pertarungan.

"Ingat, hati-hati!"

"Kau juga, Hideyoshi!"

Setelah saling mengingatkan satu sama lain, kami kembali pada pasukan kami masing-masing.

"Yoshii! Akhirnya kau kembali!"

Yang menyambutku kembali adalah Sugawa. Hah? Bukannya yang seharusnya mengontrol pasukan adalah Shimada?

"Maaf membuat kalian menunggu! Bagaimana situasinya sekarang?"

"Sangat buruk bagi kita."

"Hah!? Kenapa!?"

Pasukan utama musuh tidak pernah muncul, dan kemampuan bertarung kami lebih baik dari mereka; kenapa sekarang situasi kami malah memburuk?

"Shimada tertangkap dan ditawan."

"Apa!?"

Sekarang mereka menggunakan tawanan!? Apa mereka benar-benar yakin mereka akan menang dengan trik curang!?

"Musuh cuma tinggal 2 orang, tapi kita jadi tidak bisa menyerang mereka. Apa yang harus kita lakukan?"

Pasukanku jadi terkonfrontasi berkat insiden ini.

"Hmmm... biar kulihat dulu situasinya sebelum bikin keputusan."

"Kalau begitu lebih baik kita kesana sekarang. Mereka menghalangi kami di koridor sana."

Sugawa memimpin, dan aku mengikutinya.

Setelah melewati pagar-pagar betis yang dibuat pasukanku, di depanku jelas terlihat situasi tepat seperti yang Sugawa katakan: Shimada dan syokanju-nya ditawan oleh 2 murid Kelas B.

Dan ada guru remedial di sebelah mereka.

"Shimada!"

"Y-Yoshii!"

Kenapa jadi terdengar seperti sinetron?

"Berhenti kalian! Lebih dekat lagi dan aku akan memberikan serangan terakhir ke syokanju-nya dan mengirim gadis ini ke ruang remedial!"

Salah satu musuh yang menangkap Shimada maju dan membatasi gerakanku.

Mereka tidak hanya membuat murid cewek yang sangat langka di kelas kami tewas, tapi mereka juga secara sengaja menawannya untuk menakut-nakuti kami dan menurunkan semangat kami di saat yang bersamaan. Benar-benar strategi yang sangat hebat.

Kalau kami langsung menerobos sebelum mengalahkan mereka, mereka akan menewaskan Shimada dan membuat kami merasa bersalah karena telah mengirimnya ke ruang remedial.

...Tidak apa-apa.

"Semua, bersiaplah menyerang!"

"Ketua, kau yakin!?"

Tidak ada cara lain! Selalu ada korban dalam setiap Perang! Ini bukan balas dendam karena aku disiksa terus setiap hari; ini hanyalah keputusan yang memang sudah seharusnya diambil oleh seorang ketua!

"T-tunggu, Yoshii!"(?)

Bahkan musuh pun menyuruhku berhenti; sungguh tidak keren.

"Bukannya kau seharusnya heran kenapa dia bisa ketangkap oleh kami?"

"Ya karena dia idiot."

"Aku akan membunuhmu!"

Hah? Apa? Kenapa Shimada terdengar lebih kuat dariku meskipun dia sedang ditawan?

"Gadis ini percaya informasi palsu tentang kau yang terluka dan kemudian meninggalkan pasukan, pergi ke UKS untuk melihat kondisimu."

Dia bilang apa!?

"Shimada..."

"A-apa?"

Apa aku berpikir terlalu banyak? Kelihatannya wajah Shimada memerah.

"Membunuhku diam-diam sewaktu aku terluka, apa kau iblis!?"

"Bukan karena itu aku pergi!"

Benar-benar menakutkan. Sekarang aku tidak bisa tidur siang dengan tenang di UKS.

"Memangnya salah kalau aku ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaanmu!? Aku mencemaskanmu, tahu!"

Hah...?

"Shimada, apa itu benar?"

"I-Iya. Tidak boleh?"

Shimada terlihat sedikit marah dan mengalihkan pandangannya ke samping.

Benar-benar. Dia, mencemaskan aku. Shimada yang itu...

"Haha, Sekarang kau mengerti. Dengarkan aku dan jangan lakukan apapun."

"Semuanya, serang!"

"Kenapa!?"

Kenapa? Apa pertanyaan seperti itu perlu dijawab?

"Dia bukan Shimada! Dia pasti musuh yang menyamar!"

Kalian memilih orang yang salah untuk disamar! Shimada yang itu tidak akan pernah bersikap lembut! Kalau dia benar-benar Shimada yang asli, pasti dia bakalan sangat senang mengirimku ke neraka!

"Oi, tunggu sebentar! Shimada yang ini asli!"

Murid-murid Kelas B, betapa tidak kerennya kalian.

"Diam! Kau tetap ingin menipu kami meskipun kami sudah tahu? Busuk sekali!"

"Aku cuma membertahumu, dia benar-benar asli..!"


Kelas B Suzuki Jirou VS Kelas F Tanaka Akira

B.Ing-Writing 33 VS 65


Kelas B Yoshida Takuo VS Kelas F Sugawa Ryou

B.Ing-Writing 18 VS 59


Kalahkan kedua orang itu dulu! Bantai syokanju mereka!

"Aaah...!"

"Tolong aku...!"

Keduanya langsung dibawa pergi oleh guru remedial. Setelah membantai mereka, aku merasa bahagia.

Terus, sekarang tinggal...

"Semuanya, hati-hati! Musuh kita itu mungkin saja membuka samarannya dan menyerang kita!"

Dialah si palsu yang mencoba menyamar menjadi Shimada!

"Y-Yoshii, kau kejam... Padahal aku benar-benar mengkhawatirkanmu..."

"Hentikan akting jelekmu itu, dasar aktor kelas bawah!"

Shimada yang asli tak akan pernah berkata seperti itu!

"Ih, benar! Aku benar-benar mengkhawatirkanmu!"

"Kepung dia. Walau dia berasal dari Kelas B, dia tidak akan bisa bertarung melawan kita semua sekaligus."

"Aku serius! Kudengar 'Yoshii melihat celana dalam Mizuki dan tidak bisa berhenti mimisan', dan aku jadi sangat cemas!"

"Tahan serangan! Dia Shimada yang asli!"

Cuma dia satu-satunya orang yang percaya pada kebohongan idiot macam begitu.

"Shimada, kau baik-baik saja?"

Aku mengulurkan tangan pada Shimada yang terduduk di lantai. Sialan kalian, Kelas B; berani-beraninya kalian menggunakan trik kotor seperti ini!

"..."

(?)

"Baguslah kalau kau baik-baik saja. Aku mencemaskanmu!"

"..."

"Beristirahatlah dalam kelas. Kau pasti capek kan?"

"..."

"Oya, ngomong-ngomong, mereka itu benar-benar pengecut. Apa mereka tidak punya harga diri sebagai manusia?"

"..."

Shimada tidak bereaksi.

(?)

"Ah... Shimada. Sebenarnya..."

"...Apa?"

Akhirnya ia memalingkan kepalanya dan memandangku.

Aku berusaha keras untuk tersenyum penuh permintaan maaf padanya, yang sekarang menatapku tajam.

"Aku tahu itu benar-benar kau sejak awal?"

Shimada ngamuk.



"...Dimana aku?"

Ketika aku siuman, aku melihat langit-langit yang penuh debu. Ini... ah, kelas kami.

"Ah, kau sudah sadar?"

Suara yang imut terdengar di sebelahku. Mungkinkah itu Himeji?

"Aku cemas sekali. Yoshii, kau terlihat seperti telah dihajar oleh seseorang kemudian didorong dari atas tangga."

Jawaban yang tepat.

"Meskipun ini 'Perang', tak perlu melukai seseorang sampai seperti ini kan?"

Tidak, kurasa sebutan yang lebih tepat adalah pembantaian-oleh-satu-pihak...

"Tidak penting. Bagaimana Perang Tes Syokanju-nya?"

Aku mencoba bangkit, duduk di tatami dan merasakan sekujur tubuhku sakit.

"Menurut kesepakatan, kita sekarang sedang gencatan senjata. Perang-nya akan dilanjutkan besok."

"Terus situasi kita?"

"Kurang lebih kita sudah menyerang sampai ke depan kelas mereka, sesuai rencana. Tapi, kita kehilangan lebih banyak dibanding yang kita kira pada awalnya."

Yuuji membaca laporan kerugian di kertas selembar demi selembar. Meskipun rencana kami cukup berhasil, tapi kami tetap menderita kerugian yang besar. Sepertinya kami tidak menang dengan telak di pertarungan di koridor, dan karena kami mengirim sebagian besar sumber daya manusia ke sana, hasilnya tidak terlalu bagus untuk keseluruhan rencana kami.

"Meskipun ada sedikit kecelakaan, sepertinya semuanya berjalan lancar untuk saat ini?"

"Bisa dibilang begitu."

Tapi, lawan kami adalah Nemoto Kyouji, si pengecut itu; dia pasti punya beberapa rencana rahasia.

"... *ketukan di pintu*"

"Oh, Muttsulini. Ada sesuatu yang perlu dilaporkan?"

Sebelum aku menyadarinya, Muttsulini sudah ada disampingku.

Muttsulini adalah anggota tim intelijen, jadi dia tidak ambil bagian dalam pertarungan hari ini. Tugasnya adalah mengawasi dan melaporkan apapun yang terjadi di markas musuh.

"Hah? Ada yang aneh dengan Kelas C?"

"... *angguk*"

Menurut informasi Muttsulini, Kelas C sedang bersiap untuk Perang Tes Syokanju. Jika mereka tidak berniat menantang Kelas A, maka hanya ada satu alasan...

"Mereka ingin memilih lawan yang mudah. Mereka benar-benar bajingan pengecut."

Seperti yang Yuuji katakan, mereka berencana menyerang pemenang dari Perang ini. Akan lebih mudah bertarung dengan lawan yang sudah kecapekan.

"Yuuji, apa rencanamu?"

"Hm, apa ya...?"

Yuuji mendongak dan melihat ke arah jam. Sekarang jam 4:30-belum terlalu sore.

"Kita sebaiknya membuat kesepakatan dengan Kelas C juga. Kalau kita mengancam mereka dengan ancaman 'Kelas D akan menyerang kalian', aku yakin mereka tidak akan jadi menyerang kita."

"Dan mereka memang tidak percaya kita akan memenangkan Perang kan?"

Seharusnya tidak akan susah membuat kesepakatan dengan Kelas C.

"Oke. Ayo."

"Yeah."

Aku mencoba bangkit meskipun masih merasa kesakitan. Tapi kurasa badanku masih baik-baik saja.

"Untuk rencana cadangan, Hideyoshi, tinggallah dalam kelas."

"Hah? Kenapa? Memangnya tidak apa-apa kalau aku tidak ikut kalian?"

"Kalau wajahmu terlihat, strategi rahasiaku buat keadaan emergensi nanti tidak akan berhasil."

"Aku tidak terlalu mengerti sih, tapi ya sudahlah!"

Hideyoshi duduk kembali dengan patuh. Aku jadi ingin tahu, keadaan emergensi apa yang dimaksud Yuuji?

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Mungkin akan sedikit berbahaya karena jumlah kita cuma sedikit."

Tanpa Hideyoshi, Yuuji, Himeji, Muttsulini, dan aku berjalan menuju Kelas C.

"Yoshii, aku menghabiskan banyak waktu hanya untuk membersihkan darahmu dari jari-jariku; aku akan membuat perhitungan denganmu nanti."

"Memangnya itu salah Yoshii?"

Ketika kami sampai di koridor, kami melihat Shimada, yang sedang mengelap tangannya dengan sapu tangan, dan Sugawa, yang menggendong tas di punggungnya.

"Ah, Shimada, Sugawa. Kebetulan sekali. Ayo kita pergi ke Kelas C."

Meskipun kurasa tidak akan terjadi, tapi mungkin saja murid-murid Kelas C akan menyerang kami, dan pergi kesana dengan hanya beberapa orang saja akan berbahaya. Juga kami butuh orang tambahan untuk menjaga Himeji. Aku terus berpikir begitu sambil memanggil kedua sahabat baikku itu.

Tentu saja, sebagai sahabat baik, mereka tidak akan menolak ajakanku.

"Hmmm, oke?"

"Buatku sih tidak masalah."

Sekarang aku punya cadangan yang bisa kupercaya.

"Cepatlah, atau Ketua Kelas C bakalan sudah pulang."

"Ya, ayo!"

Sesudah Shimada dan Sugawa bergabung bersama kami, kami meneruskan langkah menuju Kelas C.

"Aku Ketua Kelas F, Sakamoto Yuuji. Siapa Ketua Kelas disini?"

Masih banyak murid yang tinggal di Kelas C. Seperti yang dilaporkan Muttsulini: mereka bersiap-siap untuk Perang Tes Syokanju dan mengincar target yang lebih cetek.

"Aku. Mau apa kau?"

Gadis yang muncul di hadapan kami berambut sangat pendek. Bukankah dia Koyama, bintang di klub voli? (?)

"Aku mau bernegosiasi denganmu sebagai Ketua Kelas F. Kau punya waktu sekarang?"

"'Negosiasi'? Hah..."

Meskipun aku tidak suka menjelek-jelekkan wanita, Koyama sangat jauh dari 'lembut' dan 'menenangkan'. Sesudah mendengar apa yang Yuuji katakan, dia tersenyum jahat.

"Yeah, aku disini untuk mengajukan perjanjian non-agresi."

"Perjanjian non-agresi... Bagaimana menurutmu, Nemoto?"

Koyama berbalik dan bicara pada sekelompok murid di ujung kelas.

Hah? "Nemoto"?

"Tentu saja tidak. Perjanjian macam itu tidak diperlukan kan?"

"Apa!? Nemoto!? Kenapa ada Kelas B disini!?"

Cowok yang berjalan ke arah kami sambil membawa sekelompok orang adalah musuh utama kami: Ketua Kelas B, Nemoto Kyouji. Berambut pendek, dengan janggut yang belum dicukur di sekeliling mulutnya, dan sinar mata jahat. Penampilannya sangat berkebalikan dengan Yuuji yang punya sorot mata tajam.

"Jahat sekali, Kelas F. Kalian mengingkari perjanjian. Bukannya kita sudah sepakat bahwa kita tidak akan melakukan apapun yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju?"

"Apa kau bilang...?"

"Kalian yang duluan ingkar janji kan? Aku cuma melakukan apa yang akan kalian lakukan!"

Sesudah dia berkata begitu, sekelompok murid yang ada di belakangnya bergerak. Orang yang tersembunyi di belakang mereka adalah Hasegawa-sensei, yang memang pendek dan berada di arena pertarungan barusan.

"Hasegawa-sensei! Yoshino dari Kelas B menantang-"

"Tidak secepat itu! Sugawa dari Kelas F menerima tantangannya! Summon!"

Tepat ketika Yoshino dari Kelas B hendak menyerang Yuuji secara tiba-tiba, Sugawa melompat ke depan dan menerima tantangan itu untuk melindungi Yuuji. Kerja bagus, Sugawa!

"Kami tidak mengingkari perjanjian! Ini cuma di antara Kelas C dan Kelas F-"

"Tidak ada gunanya, Akihisa! Nemoto pasti akan menggunakan kalimat 'semua yang berhubungan dengan Perang Tes Syokanju' sebagai alasan!"

"Ya, dan memang itu yang akan kuperbuat♪"

"Omong kosong!"

"'Omong kosong' juga adalah teori yang sangat berguna!"

"Akihisa, lari!"

"Sial!"

Kami pergi secepat yang kami bisa, meninggalkan Sugawa yang sedang bertarung.


Kelas B Yoshino Takayuki VS Kelas F Sugawa Ryou

Matematika 161 VS 41


"Jangan biarkan mereka lolos! Kalahkan Sakamoto!"

Suara Nemoto dan langkah-langkah yang berlari terdengar di belakang kami.

Jujur saja, keadaan saat ini sangat berbahaya. Bukan cuma kami tidak bisa bertarung menghadapi Kelas B, tapi juga satu-satunya harapan kami, Himeji, telah banyak menghabiskan skor Matematika-nya. Nemoto pasti tahu itu, makanya dia memanggil Hasegawa-sensei kesana. Dia menggunakan trik kotor lagi, dan kali ini berhasil dengan efektif.

"Hah, hoo..."

"Himeji, kau baik-baik saja?"

Kami berlari di sepanjang koridor dengan kecepatan penuh, tapi langkah Himeji makin lama makin pelan. Tubuhnya lemah, jadi lari-larian seperti ini pasti sangat sulit baginya.

"K-Kalian... duluan saja..."

Saat berkata begitu napas Himeji terengah-engah. Kami tidak bisa kabur dari musuh kalau begini, tapi kami juga tidak bisa kehilangan Himeji. Kalau kami kehilangan Himeji, siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada Perang besok. Dan lagi, aku tidak bisa meninggalkan seorang gadis demi menyelamatkan nyawaku sendiri!

Apa tidak ada yang bisa kami lakukan sekarang...?

"Yuuji!"

"Apa, Akihisa!?"

"Serahkan semuanya padaku! Yuuji, kaburlah bersama Himeji!"

Aku berdiri dan memandang ke belakang, dan Himeji dan Yuuji berlari melewati aku.

Aku tidak pernah membayangkan diriku sendiri bakalan pernah mengucapkan kata-kata keren seperti itu. Apa aku terlihat cukup keren?

"Y-Yoshii, j-jangan khawatirkan aku-"

"Mengerti. Kuserahkan padamu."

Yuuji memotong ucapan Himeji, dan menyetujui saranku. Inilah Yuuji yang kukenal, dia tidak pernah mencapur-adukkan perasaan dengan keputusan yang penting yang harus diambilnya, sehingga dia dapat dengan tenang memutuskan sesuatu sesuai situasi.

"... *berhenti berlari*"

"Tunggu, Muttsulini, kau juga harus pergi dari sini. Kurasa kau bakalan jadi kunci di pertarungan besok."

Muttsulini berhenti bersamaku pada saat yang bersamaan. Aku menghargai tindakannya itu, tapi kurasa dia punya misi lain yang lebih penting yang harus diselesaikan; kami juga tidak bisa kehilangan dia sekarang!

"Kalau begitu, kalau aku yang tinggal, tidak apa-apa kan, Ketua?"

Shimada berhenti berlari, dan berdiri di sampingku.

"...Apa aku bisa mengandalkanmu?"

"Tentu saja bisa. Serahkan saja padaku!"

(?)

"... (Semoga beruntung)"

Muttsulini mengacungkan kedua jempolnya, dan langsung kabur dari tempat ini dengan segera.

"...Apa yang harus kita lakukan sekarang? Ketua?"

"Ah, aku punya ide."

"Hah? Sungguh?"

Shimada menatapku dengan tatapan kaget.

Wa--- kelihatannya dia tidak pernah benar-benar percaya padaku, sungguh wakil ketua yang tidak sopan.

"Aku tidak mau berakhir di ruang remedial, jadi serahkan saja padaku!"

"Itu mereka! Yoshii dan Shimada dari Kelas F!"

"Bunuh mereka!"

Musuh mendekati kami dengan cepat. Hasegawa-sensei juga ada di antara mereka.

"Oy, Kelas B! Berhenti!"

Untuk menurunkan semangat dan menghentikan mereka, aku sengaja membentak mereka.

"Kalian punya nyali. Kalian pikir kalian bisa mengalahkan kami, hanya berdua saja?"

"Tidak, sebelum kita bertarung, aku ingin mengatakan sesuatu pada Hasegawa-sensei."

Kalau kami menunjukkan kelemahan kami pada musuh, situasi bakalan jadi tak terkendali, jadi aku terus menggertak mereka.

(Yoshii, kau gila? Kau mau protes pada Hasegawa-sensei dan bilang bahwa mereka mengingkari perjanjian?)

(Yah pokoknya aku punya ide.)

Aku berbisik pada Shimada yang sekarang mulai panik. Ah, dia terlalu paranoid.

"Ada apa, Yoshii?"

Hasegawa-sensei maju ke depan. Beliau masih terengah-engah, mungkin beliau perlu lebih banyak berolahraga?

"Apa sensei tahu kalau Kelas B tidak mematuhi kesepakatan?"

Beliau kan guru, tentunya seorang guru tidak akan berpihak pada murid yang tidak patuh pada peraturan.

(Si licik, Nemoto itu pasti sudah memikirkan alasan yang bagus.)

"Dari yang kudengar, yang mengingkari perjanjian adalah Kelas F, kan? Kalau kau protes karena diserang seperti ini, sebelum berkata sesuatu tentang perjanjian, kau seharusnya instropeksi diri dulu kan?"

Kurasa komentar guru itu sedikit kasar. Dan aku yakin Nemoto telah memutar-balikkan fakta waktu menceritakan hal ini pada Hasegawa-sensei, seperti yang sudah Shimada bilang.

(Ini tepat seperti yang kubayangkan, apa rencanamu selanjutnya?)

"..."

(Aku percaya padamu, Yoshii.)

Shimada mengedipkan sebelah matanya.

Terbeban dengan ekspektasi Shimada, aku berkata,

"Tamatlah kita..."


"Cowok ini idiot!"


Kejam sekali.


"Sakamoto! Yoshii... Apa... Apa dia akan baik-baik saja?"

"Tentu saja! Aku tidak bisa menjamin yang lainnya, tapi aku yakin Akihisa pasti tidak akan mengalami kesulitan."

"Tapi..."

"Dalam hal pelajaran dia memang parah. Tapi, nilai jelek bukan segalanya kan?"

"M-maksudmu?"

"Si bodoh itu... Dia bukan 'Kansatsu Shobunsha' biasa."



"Summon!"

Keempat musuh kami memanggil syokanju mereka bersamaan.

Kami terus kabur, tapi koridor ini penuh dengan jalan buntu. Cuma tinggal masalah waktu saja sebelum kami benar-benar harus berhadapan dengan mereka.

"Yoshii, kita harus berbuat apa?"

"Kau bertanya padaku? Lalu aku harus bertanya pada siapa?!"

"Apapun lah, pokoknya pikirkan sesuatu!"

Shimada dan aku berlari sambil saling berseru satu sama lain.

"Oke, aku mengerti! Shimada, kau hadapi mereka semua sekaligus!"

"Oke oke, terus?"

"Aku kabur."

"Aku pasti akan menghabisimu suatu hari nanti!"

Sekarang kami sampai di jalan buntu yang lain. Di depan kami hanya ada dinding dengan jendela kecil.

"Shimada, panggil syokanju-mu sekarang."

"Panggil sekarang?"

"Lalu biarkan syokanjumu menerima serangan menggantikan aku."

"Mati saja kau!"

"Wa! Kenapa kau tiba-tiba mengamuk? Memangnya kau berserker?"

Aku terus berlari sambil menghindari tonjokan-tonjokan Shimada.

Sial. Jalan buntu lagi.

Aku menyandarkan punggungku ke dinding dan melihat musuh semakin mendekat.

"Kalian pasti kelelahan setelah berlarian kesana kemari!"

"Ngomong-ngomong, memangnya kita harus mengejar mereka?"

"Tidak ada cara lain. Sementara kita dengan bodoh 'bermain' dengan mereka, Sakamoto dkk berhasil kabur."

"Kalau begitu, ayo kita habisi mereka lalu kembali!"

Ketika mereka menyadari kami tidak bisa kabur lagi, mereka yang sudah kehabisan tenaga akibat mengejar-ngejar kami mulai ngobrol di hadapan kami.

Kalau memang tidak perlu mengejar kami, kenapa tidak biarkan saja kami kabur!?

"Oi, sudah selesai ngobrolnya?!"

Shimada jadi marah dan membentak mereka karena perkataan mereka yang tidak sopan tadi. Oh, bahkan dalam situasi seperti ini, Shimada tetap galak.

"Karena... Ah!"

"Apa?"

"Kalian kelas terjelek."

Berani-beraninya dia! Aku harus membalasnya!

"Kami bukan kelas terjelek! Cuma kebetulan saja muridnya jelek-jelek!"

"Yoshii, diam!"

Hah? Aku mencoba membalas mereka, kenapa Shimada malah marah?

"Jangan meremehkan kami hanya karena kami dari Kelas F!"

"Oh begitu? Memangnya level F seperti kalian bisa melakukan apa?"

"Coba saja sendiri! Summon!"

Shimada berseru dan kemudian muncullah Chibi Shimada yang sudah sering kulihat.

"Akan kubuat kau mengerti perbedaan kekuatan kita!"

Cowok Kelas B yang bertengkar dengan Shimada itu juga memanggil syokanju-nya, yang menggenggam pisau. Syokanju itu melesat ke arah kami. Meskipun dia tidak bisa membuat gerakan rumit, dia punya kekuatan yang besar.

"Kau!"

Shimada juga membuat syokanju-nya melesat maju.

Lalu serangan dashyat dari musuh membuat syokanju Shimada---


Kelas B Kudou Shinji VS Kelas F Shimada Minami

Matematika 159 VS 171


"Kau, kau benar-benar dari Kelas F?"

Tidak, mereka setara! Apa yang sebenarnya terjadi?

"He he, ini salahmu, kenapa kau pilih matematika. Untuk pelajaran ini, tidak masalah jika aku tidak mengerti kanji[1]!"

OH, Shimada kau sangat keren!

"Ngomong-ngomong, Shimada, berapa skor Sastra Kuno-mu?"

"Cuma satu digit!"

Dia sangat yakin! Itu juga keren sekali!

"Kudo, kau butuh bantuan? Kau tidak mau dikirim ke ruang remedial kan?"

"Sial, tolong bantu aku!"

Kudo menggigit bibirnya, merasa menyesal. Sungguh memalukan meminta bantuan waktu melawan Kelas F.

Kemudian situasinya berubah jadi buruk bagi Shimada. Kedua syokanju itu menggunakan senjata mereka dan bertarung dengan sekuat tenaga, tidak ada di antara mereka yang bisa bergerak sekarang. Kalau jumlah musuhnya bertambah, Shimada pasti kalah.

"Shimada, butuh bantuan? Kau tidak mau dikirim ke ruang remedial kan?"

"Kau cuma bakal merepotkan aku!"

"Kau kejam!"

Aku menyesal dan menggigit bibirku. Dia benar-benar jahat padaku!

Tapi, saat ini bukan saat yang tepat untuk bercanda. Tak peduli betapa lelahnya aku, aku tidak bisa kabur begitu saja. Sudah waktunya untukku bergabung dalam pertarungan.

"Summon!"

Lingkaran sihir yang familiar muncul di sebelahku. Syokanju yang memiliki kemampuan bertarung yang sama dengan skor matematikaku, perlahan muncul.


Wajahnya yang terlihat kuat!

Tubuhnya yang kekar!

Gerakannya yang cepat dan gesit!

Kekuatan absolut yang terlihat saat dipanggil!


"Jangan pedulikan Yoshii! Kau bisa lihat, dia lemah!"

"Kembalikan! Kembalikan deskripsi ketampananku!"

"Pergi sana, lembek!"

"Shimada, apa kau benar-benar partner-ku? Kenapa kau menistaku terus-terusan?"

Benar bahwa syokanju-ku cuma memiliki bokutou[2] sebagai senjata dan terlihat lemah.

Sekarang aku dikepung oleh musuh (salah satu di antara mereka adalah teman sekelasku sendiri)!

"Kita dalam masalah."

Kening Shimada sedikit berkerut.

Meskipun tadinya dia bisa menang, tapi sekarang skor-nya dengan skor-ku tidak beda jauh. Jelas sekali dia telah menghabiskan banyak skor.

"Selamat tinggal!"

Murid Kelas B itu menyuruh syokanjunya menyerang; syokanju Shimada tidak sempat menghindar. Sekarang saatnya aku pamer!

"Rasakan tendanganku!"

Aku membuat syokanju-ku melesat maju dan menyandung musuh dari samping.

"Ah!"

Meremehkan kemampuanku plus tidak biasa mengontrol syokanju, syokanju musuh tersandung dengan mudah.

"Belum berakhir!"

Aku mengayunkan bokuto-ku ke arah musuh, memukulkannya ke tanah. Sekarang saatnya!

"Ah----"

Dengan cepat syokanju-ku mencengkeram kepala bagian belakang syokanju musuh, dan membantingnya ke tanah.

Boom! Hal itu membuat suara yang sangat keras di sepanjang koridor.

"Hah?"

Semuanya berkata begitu secara bersamaan.

Akhir dari pertarungan ini dengan segera dapat diputuskan.



Kelas B Sanada Yuka VS Kelas F Yoshii Akihisa

Matematika 166 VS 51


Skor kami baru saja muncul di udara.

Sungguh memalukan! Skor-nya dia tiga kalinya skor-ku!

"Apa! Skor-nya Sanada lebih tinggi kan? Kenapa dia bisa dikalahkan syokanju lemah itu?"

Kudo dari Kelaas B protes pada guru. Tak ada gunanya kau protes, toh semuanya ini tidak ada hubungannya dengan guru.

"Hah? Syokanju-ku masih hidup?"

Syokanju yang sudah kuhajar tadi mulai berdiri, kekuatanku memang tidak cukup...

"Yoshii, apa yang terjadi?"

"Ah... Kurasa ini untungnya jadi 'Kansatsu Shobunsha'?"

Dari yang kulihat waktu Perang lawan Kelas D, ternyata mengontrol syokanju itu tidak mudah.

Tenaga yang luar biasa serta perbedaan ukuran membuat syokanju lebih susah dikontrol. Karena itu, biasanya murid-murid hanya menggunakan teknik serangan yang simpel dan langsung, dan membiarkan skor menentukan hasilnya.

"Apa maksudnya 'untung'?"

"Maksudnya, aku terbiasa mengontrol syokanju!"

Sebagai "Kansatsu Shobunsha", aku sudah memanggil syokanju-ku jutaan kali, dan rasa sakit serta lelah yang dibiaskan padaku membuatku punya beberapa keuntungan----aku bisa membuat syokanju-ku melakukan aksi-aksi yang lebih rumit. Kalau aku cuma tahu aksi simpel seperti "berlari" atau "ayunkan pisau", aku tidak akan pernah bisa melakukan pekerjaan ekstra yang biasanya diberikan para guru.

"Ini cuma kebetulan!"

Musuh mengacungkan pisaunya lagi dan menyerangku. Tapi ekspresinya ketakutan membuatku sedikit senang.

"Ha!"

Aku membuat syokanju-ku memblokir serangannya. Kalau aku menerima serangannya secara langsung, bokuto-nya pasti bakalan patah, jadi aku harus bertahan dengan mengalihkan serangan musuh.

"Ah!"

Pisau musuh terlempar ke samping, dan tubuhnya kini dapat diserang.

"Haaa!"

Kubiarkan syokanju-ku melesat maju dan memukul pinggang serta kepala syokanju musuh.


Kelas B Sanada Yuka VS Kelas F Yoshii Akihisa

Matematika 126 VS 51


Skor yang ditampilkan berubah sedikit. Aku sudah menindas musuh sampai seperti ini, tapi skor kami masih beda jauh. Syokanju-ku memang benar-benar lemah!

"Kita sebaiknya mulai serius sekarang!"

"Meskipun aku tidak mau menindas Kelas F seperti ini, tapi kita tidak bisa diam saja."

Dua murid yang sedari tadi tidak ikut bertarung kini maju. Situasinya jadi semakin gawat kalau begini.

"Ah, tunggu dulu. Setidaknya kita bertarung secara adil, dua lawan dua!"

"Yoshii, kau salah, sekarang bukan empat lawan dua."

"Hah? Pasukan cadangan sudah disini?"

"Sekarang lima lawan satu!"

"Shimada, kau mengkhianatiku?"

Memangnya seberapa besar kebenciannya padaku?

"Terima ini!"

Bersamaan dengan beberapa seruan tidak berguna, syokanju musuh mulai menyerang. Aku membuat syokanju-ku menunduk menghindari serangan.

"Orang ini!"

"Cowok yang tidak-mati-mati-juga ini!"

Wa! Jumlah syokanju musuh baru saja bertambah dua kali lipat! Apa ini yang namanya hukuman kematian?

Syokanju musuh berdiri berdampingan dan bergegas maju ke arahku. Aku tidak bisa membiarkan mereka mengepungku sebelum aku mengalahkan mereka.

"Sudah jelas kita bisa mengalahkan dia dengan satu kali pukul..."

"Tapi serangan kita tidak ada yang mengenainya..."

"Orang ini seperti Lendir Besi"

Aku tidak selemah itu!

"Hey!"

Dengan marah aku melesat ke salah satu musuh dan menonjok perutnya, telak!

Dan tanganku jadi sakit. Inilah akibatnya melakukan kekerasan.

"Bisakah kita mulai sekarang?"

"Sial! Aku mundur!"

Kudo menyadari bahwa dia tidak bisa menang melawanku satu-lawan-satu jadi dia memutuskan untuk mundur. Dia sudah menghabiskan banyak skor di pertarungan barusan, jadi kabur memang pilihan yang tepat. Sekarang jadi tiga-lawan-dua---Tidak, Shimada juga sudah kehilangan banyak skor, jadi sekarang tiga-lawan-satu.

"Shimada, sekarang!"

Aku memberi instruksi pada Shimada yang sedang tidak diserang musuh, dan yang sedang memandangi tabung pemadam kebakaran yang pernah kugunakan sebelumnya.

"Roger!"


Previous Page Soal Kelima Back to Halaman Utama Next Page Soal Ketujuh